Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator,

yang meliputi indikator angka harapan hidup, angka kematian, angka

kesakitan, dan status gizi masyarakat sehingga banyak program-program

kesehatan yang dilakukan pemerintah terutama pada penduduk usia rentan,

seperti program Safe Motherhood Initiative, program Kesehatan Ibu dan

Anak (KIA), program Maternal and Neonatal Tetanus Elimanation

(MNTE), dan program pemberantasan penyakit menular (Depkes RI,

2010)

Penyakit menular menjadi salah satu masalah kesehatan yang besar

dihampir semua negara berkembang termasuk Indonesia. Penyakit

menular menjadi masalah kesehatan global karena menimbulkan angka

kesakitan dan kematian yang relatif tinggi dalam kuruan waktu yang relatif

singkat. Penyakit menular merupakan perpaduan berbagai faktor yang

saling mempengaruhi. Faktor tersebut terdiri dari lingkungan

(enviroment), agen penyebab penyakt (penyakit), dan pejamu (host).

Ketiga faktor tersebut disebut sebgai segitiga epidemiologi (Widoyono,

2008)
Penyebaran penyakit menular tidak mengenal batas-batas daerah

administratif, sehingga pemberantasan penyakit menular memerlukan

kerjasama antar daerah, misalnya antar provinsi, kabupaten/kota bahkan

antar negara. Beberapa penyakit menular yang menjadi masalah utama di

Indonesia adalah diare, malaria, demam berdarah dengue, influenza, tifus

abdominalis, penyakit saluran pencernaan dan penyakit lainnya. Strategi

pengendalian penyakit menular secara umum pada dasarnya sama, yakni

menghilangkan sumber penyakit dengan cara menemukan dan mencari

kasus secara proaktif, kemudian melakukan pengobatan hingga sembuh.

Intervensi faktor resiko, misalnya lingkungan dan intervensi terhadap

perilaku. Manajemen pemberantasan dan pengendalian penyakit menular

juga memiliki dua perspektif (Kemenkes, 2003).

Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular maupun tidak

menular memerlukan penanganan yang serius dari tingkat nasional

maupun internasional karena masih menjadi salah satu ancaman penyebab

kematian di Indonesia. Di Indonesia penyakit yang dapat berpotensi

menimbulkan KLB diantaranya penyakit campak, diare, Demam Berdarah

Dengue (DBD), difteri, cikungunya, dan malaria. Penyakit-penyakit

tersebut pernah menimbulkan KLB di Indonesia sebanyak 30.448 kasus

dengan case fatality rate ( CFR) sebesar 0,32% ( Depkes RI, 2011)

. Penyakit yang paling sering menimbulkan KLB adalah Diare.

Setiap tahun, terjadi peningkatan jumlah kasus diare dan mengakibatkan

terjadinya KLB. Jumlah kasus KLB Diare cenderung menurun pada tahun
2008 hingga 2015. KLB diare tersebar di berbagai daerah di Indonesia.

KLB diare dengan jumlah 4.204 dengan CFR 1,74% pada tahun 2010.

KLB diare di Indonesia dengan jumlah kasus sebanyak 1.213 kasus dan

CFR 2,47% terjadi pada tahun 2015 ( Kemenkes RI, 2016).

Berdasarkan IHR( International Health Regulation) tahun 2005,

dinyatakan bahwa suatu negara harus mengembangkan, memperkuuat, dan

memelihara kemampuan untuk mendeteksi, menilai, dan melaporkan

KLB. Pencapaian keamanan kesehatan masyarakat internasional

merupakan tatangan utama yang timbul dari kompleksnya masalah

kesehatan masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memperkuat

sistem surveilans penyakit dan respon di setiap negara anggota maupun

secara global. Indonesia melalui Kemenkes RI bekerja sama dengan WHO

membangun suatu sistem dalam deteksi dini dan respon terhadap penyakit

potensial KLB yang dikenal dengan nama EWARS (Depkes RI, 2008).

Early Warning Alert and Respons System (EWARS) atau Sistem

Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) adalah sebuah sistem yang

berfungsi dalam medeteksi adanya ancaman indikasi KLB peyakit menular

yang dilaporka secara mingguan dengan berbasis komputer, yang dapat

menampilkan sinyal alert atau sinyal peringatan dini adanya peningkatan

kasus penyakit melebihi nilai ambang batas disuatu wilayah, dan alert atau

sinyal peringatan dini yang muncul pada sistem, bukan berarti sudah

terjadi KLB tetapi merupakan pra- KLB yang mengharuskan petugas

untuk melakukan respons cepat agar tidak terjadi KLB. (Depkes RI, 2012).
Terdapat 23 jenis penyakit yang dilaporkan melalui EWARS yaitu

diare akut, malaria konfirmasi, tersangka demam berdarah dengue,

pneumoni, disentri, tersangka tifoid, jaundice akut, tersangka cikungunya,

tersangka flu burung pada manusia, campak klinis, tersangka difteri,

tersangka pertusis, AFP (lumpuh layu mendadak), gigitan hewan menular

rabies, tersangka antrax, tersangka leptospirosis, tersangka kolera, kluster

penyakit tidak lazim, tersangka meningitis, tersangka tetanus neonatorum,

ILI ( Influenza Like Illnes), HFMD ( Hand Foot Mouth Disease) dan

tetanus. Dengan banyaknya penyakit yang diamati dan dilaporkan setiap

minggunya diharapkan potensi terjadinya KLB semakin kecil (Kemenkes

RI, 2016)

Peran unit pelaksana terdepan dalam pelaksanaan surveilans

EWARS adalah puskesmas, dimana peran puskesmas dalam pelaksanaan

EWARS adalah menerima SMS dari unit kesehatan dan dibuat kedalam

format mingguan, melakukan validasi data dari unit, mengirim laporan

secara mingguan dan melakukan respon bila terdapat alert di wilayah.

Ketepatan dan kelengkapan laporan mingguan dari puskesmas sangat

berpengaruh terhadap berjalannya program dalam upaya mendeteksi

penyakit yang berpotensi KLB, karena semakin tinggi ketepatan laporan

maka semakin cepat sinyal peringatan dini (alert) terhadap KLB terdeteksi

dan semakin tinggi tingkat kelengkapan laporan maka semakin luas sinyal

peringatan dini (alert) terhadap KLB terdeteksi ( Kemenkes RI, 2015)


Berdasarkan paparan diatas, dalam melakukan Pratikum Kesehatan

Masyarakat (PKM) penulis memilih tempat di Balai Teknik Kesehatan

lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKL- PP) kelas 1 Palembang

untuk mengambil topik Analisis Kecenderungan penyakit menular di

Provinsi Bengkulu tahun 2015-2017 sebagai fokus utama kegiatan

sehingga penulis memilih tempat unit Surveilans Epidemiologi Instalansi

Pengendalian Penyakit Menular.

1.1 Tujuan

1.1.1 Tujuan Umum

Meningkatkan pengetahuan, pengalaman, dan pemahaman

mahasiswa dalam unit kerja surveilans epidemiologi instalasi

pengendalian Penyakit Menular yang terdapat di Balai teknik

Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian penyakit (BTKL-PP) Kelas 1

Palembang.

1.2.1 Tujuan Khusus

1. Menambah pengetahuan tentang deteksi dini Kejadian Luar

Biasa bagi penyakit menular

2. Menambah pengetahuan dalam pembuatan laporan dan

memonitor kecenderungan penyakit menular

3. Mengetahui jumlah kesakitan / kematian yang berhubungan

dengan Kejadian Luar Biasa ( KLB) penyakit menular

4. Mengetahui pentingnya respon cepat terhadap potensi Kejadian

Luar Biasa (KLB) penyakit menular


5. Mengetahui penialaian dampak program pengendalian penyakit

menular

1.2 Manfaat

1.2.1 Bagi Penulis

1. Menambah wawasan berpikir secara teoritis pengalaman

serta melatih aplikasi nyata dari teori-teori yang telah dipelajari di

perkuliahan.

2. Memberikan kesempatan pengalaman kerja nyata secara terpadu

mengenaipelaksanaan kerja surveilans epidemiologi bagian

penyakit menular, teurtama pada deteksi dini KLB penyakit

menular

1.2.2 Bagi Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian

Penyakit (BTKL-PP) Kelas 1 Palembang

1. Menciptakan Kerjasama yang saling menguntungkan dan

bermanfaat dengan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan

Pengendalian Penyakit (BTKL-PP) Kelas 1 Palembang yang

menjadi tempat Praktik Kesehatan Masyarakat (PKM) dengan

Universitas Sriwijaya khususnya Fakultas Kesehatan

Masyarakat.

2. Mengetahui kemampuan mahasiswa ketika mengaplikasikan

ilmu yang telah diperoleh dalam melakukan Pratikum Kesehatan

Masyarakat

1.2.3 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat


1. Memperoleh informasi tentang perkembangan bidang keilmuan

dan teknologi yang diterapkan dalam kegiatan Praktikum

Kesehatan Masyarakat di institusi kesehatan

2. Sebagai wadah untuk membina dan meningkatkan kerjasama

antara Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya

dengan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan pengendalian

Penyakit (BTKL-PP) Kelas 1 Palembang yang membutuhkan

tentang Informasi Surveilans Epidemiologi dalam upaya

pengendalian penyakit.

1.3 Waktu dan Lokasi PKM

1.3.1 Lingkup waktu

Waktu pelaksanaa Pratikum Kesehatan Masyarakat yaitu dimulai

pada tanggal 8 Januari 2018 sampai dengan 8 februari 2018

1.3.2 Lingkup Lokasi

Kegiatan Pratikum Kesehatan Masyarakat dilakukan oleh penulis

di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit

(BTKL-PP) Kelas 1 Palembang, yang terletak di JL. Sultan Mahmud

Badaruddin II KM. 11 No 55, Palembang di bagian Surveilans

Epidemiologi Instalasi Pengendalian Penyakit Menular.

Anda mungkin juga menyukai