PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian atau berhias, makan,
dan BAB/BAK (Fitria,2010). Defisit perawatan diri toileting adalah Klien memiliki
keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk
atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakain untuk toileting, membersihkan diri
setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil (Keliat,2010).
Education (WHO) menyatakan jika tingkat kesehatan jiwa di Indonesia cukup tinggi.
Indonesia melakukan bunuh diri. Rata–rata orang bunuh diri di Indonesia adalah 136 per
hari atau 48.000 per tahun sedangkan 1 dari 4 adalah penderita gangguan jiwa. Dari hasil
kunjungan ke UPT Rehabilitasi sosial eks psikotik Kras,Kediri terdapat 18 dari 126 klien
langsung namun dapat mengurangi tingkat produktivitas penderitanya dan dapat menjadi
beban bagi orang–orang disekitarnya, terutama pada klien dengan defisit perawatan diri
toileting, tentu akan sangat mengganggu karena dalam hal ini bukan hanya mengganggu
secara individu namun juga mengganggu secara etika dan estetika pada lingkungan
sekitar. Lebih komplek lagi juga akan mengganggu kesehatan penderita dimana dengan
menyerang penderita dan orang – orang disekitarnya seperti penyakit akibat bakteri
penderita defisit perawatan diri juga akan dilakukan pendekatan secara verbal maupun
non verbal atau biasa disebut dengan Strategi Pelaksanaan (SP) dimana didalamnya
terdapat cara untuk melakukan pendekatan kepada penderita dan memberi tuntunan
kepada kita untuk melakukan kegiatan secara rinci dan tertata, dimulai dari
mengidentifikasi masalah sampai melakukan pengenalan terhadap faslitas dan tata cara
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar bekakang diatas , maka penulis tertarik mnegambil kasus
“Bagaimana Penerapan Latihan Toileting pada Klien dengan Masalah Defisit Perawatan
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah bagaimana Penerapan Latihan Toileting pada Klien dengan
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Klien
Dalam hal ini diharapkan klien mendapatkan manfaat yang nyata dan dapat membantu
2. Bagi Mahasiswa
Sebagai pengalaman bagi mahasiswa dalam melakukan studi kasus dan mengaplikasikan
ilmu yang diperoleh selama perkuliahan, dalam sebuah studi kasus yang nyata serta hasil
ini dapat digunakan oleh penulis selanjutnya untuk melakukan studi kasus yang lebih
baik.
1. Bagi Institusi
Dapat dijadikan sebagai media pembelajaran oleh mahasiswa dan bisa dijadikan sebagai
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
adanya distorsi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam bertingkah laku. Hal ini
terjadi karena menurunnya semua fungsi kejiwaan. Gangguan jiwa merupakan keadaan
adanya gangguan pada fungsi kejiwaan. Fungsi kejiwaan meliputi: proses berpikir,
Tahun 1996). Dengan ini dapat disimpulkan bahwa seseorang mengalami gangguan jiwa
apabila ditemukan adanya gangguan pada fungsi mental, yang meliputi: emosi, pikiran,
perilaku, perasaan, motivasi, kemauan, keinginan, daya tilik diri, dan persepsi sehingga
a. Gangguan kognitif
Kognitif adalah suatu proses mental di mana seorang individu menyadari dan
2) Perhatian.
3) Ingatan.
4) Asosiasi.
5) Pertimbangan.
6) Pikiran.
7) Kesadaran.
b. Gangguan perhatian
Perhatian adalah pemusatan dan konsentrasi energy,menilai dalam suatu proses kognitif
c. Gangguan ingatan
d. Gangguan asosiasi
Asosiasi adalah proses mental yang dengannya suatu perasaan, kesan, atau gambaran
3. Penggolongan
suatu kesatuan yang tegas dengan batas-batas yang jelas antara gangguan jiwa tertentu
dengan gangguan jiwa lainnya, sama halnya dengan adanya gangguan jiwa dan tidak ada
gangguan jiwa. Penggolongan gangguan jiwa berdasarkan PPDGJ III ini diterbitkan
tahun 1993, dimana sebelumnya terdapat PPDGJ I yang diterbitkan tahun 1973 dan
PPDGJ II yang terbit pada tahun 1983. PPDGJ III menggolongkan diagnosis gangguan
jiwa ke dalam 100 kategori diagnosis, mulai dari F00 sampai dengan F98.
Beberapa gangguan jiwa memiliki berbagai tanda dan gejala yang sangat luas
hierarki. Dalam hierarki ini suatu gangguan dalam urutan hierarki yang lebih tinggi
mungkin mempunyai ciri-ciri dari gangguan yang terletak dalam hierarki yang lebih
Urutan hierarki blog diagnosis gangguan jiwa berdasarkan PPDGJ III adalah sebagai
berikut :
V : Sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik (F50-
F59)
IX : Gangguan perilaku dan emosional dengan onset masa kanak dan remaja (F90-F98)
a. Aksis I : kondisi klinis dan kondisi lain yang menjadi fokus perhatian.
1) F00-F09 : GMO
6) F50-F59 : Sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologik dan fisik.
7) F62-F68 : Perubahan kepribadian yang berlangsung lama yang tidak diakibatkan oleh
3) F70- F79 : RM
daya nilai.
1. Definisi
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan
kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri
seperti mandi (hygiene), berpakaian atau berhias, makan, dan BAB/BAK (Fitria,2010).
a. Mandi/Hygiene
mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran mandi, mendapatkan perlengkapan
b. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan
pakaian serta memperoleh atau menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan
untuk mengenakan pakaian dalam, memilih kancing tarik, menggunakan alat tambahan
c. Makan
d. Toileting
ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari
cukup berat dan sulit diatasi oleh klien (klien bisa mengalami harga diri rendah),
sehingga dirinya tidak mau mengurus atau merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi,
berpakaian, berhias, makan, maupun BAB dan BAK. Bila tidak dilakukan intervensi oleh
perawat, maka kemungkinan klien bisa mengalami masalah resiko tinggi isolasi sosial
(Fitria,2012).
3. Pohon Masalah
effect
core problem
causa
1. Definisi
Kurang Perawatan Diri, Toileting: suatu keadaan dimana individu mengalami kegagalan
2. Batasan Karakteristik
Mayor (satu defisit kemampuan harus ada dalam bidang setiap aktivitas)
2) Tidak dapat atau tidak ada keinginan untuk ke kamar mandi atau kamar kecil.
3) Tidak dapat atau tidak ada keinginan untuk melaksanakan kebersihan yang benar.
4) Tidak dapat berpindah ke dan dari kamar mandi atau kamar kecil.
Individu akan :
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian atau berhias, makan, dan BAB/BAK
(Fitria,2010). Defisit perawatan diri toileting adalah Klien memiliki keterbatasan atau
ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari
2. Batasan Karakteristik
Mayor (satu defisit kemampuan harus ada dalam bidang setiap aktivitas)
b. Tidak dapat atau tidak ada keinginan untuk ke kamar mandi atau kamar kecil.
c. Tidak dapat atau tidak ada keinginan untuk melaksanakan kebersihan yang benar.
d. Tidak dapat berpindah ke dan dari kamar mandi atau kamar kecil.
3. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan,
pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan dan masalah klien.
Data yang dikumpulkan mencakup semua aspek yang meliputi aspek biologi, aspek
emosional, aspek intelektual, aspek sosial, aspek spiritual. Data pada pengkajian jiwa
stressor, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Keliat,2005)
a. Identitas klien.
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, tanggal pengkajian, tanggal dirawat, No.RM.
b. Alasan masuk.
Alasan klien datang ke RS, biasanya klien kehilangan kemampuan untuk melakukan
c. Faktor Predisposisi
1) Tanyakan pada klien atau keluarga apakah klien pernah mengalami gagguan jiwa dimasa
bilaman klien bisa beradaptasi dimasyarakat tanpa gejala-gejala gangguan jiwa, kurang
berhasil bilaman klien bisa beradaptasi tapi masih ada gejala-gejala sisa dan tidak
berhasil bilamana klien ada kemajuan / gejala menetap / bahkan gejala semakin
bertambah parah).
4) Tanyakan apakah ada pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (seperti
kegagalan, perpisahan, kematian, trauma) selama tumbuh kembang yang pernah dialami
5) Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang mengalami gangguan jiwa? bila
ada,bagaimana hubungan keluarga dengan klien, bagaimana gejala yang terjadi dan
d. Fisik
Pengkajian difokuskan pada sistem dan fungsi organ tubuh (dengan cara observasi,
e. Psikososial
1) Genogram
keluarga, adakah keluhan fisik, sakit fisik, dan gangguan jiwa yang dialami anggota
b) Jelaskan klien tinggal dengan siapa dan apa hubungannya, jelaskan masalah yang terkait
dengan komunikasi, pengambilan keputusan, dan pola asuh keluarga terhadap klien dan
c) Bila dari hasil pengkajian didapatkan tanda mayor / batasan karakteristik dari suatu
Yaitu kesimpulan sikap indivdu yang disadari terhadap tubuhnya termasuk persepsi masa
lalu / sekarang, perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi dirinya.
b) Identitas diri
c) Peran
Yaitu tentang persepsi individu yang diharapkaan oleh lingkungan sosial berhbungan
d) Harga diri
Yaitu tentang penilaian secara personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa
e) Ideal diri
3) Hubungan sosial
a) Tanyakan siapa yang berarti dalam kehidupan klien, tempat mengadu, bicara, minta
diikuti lingkungannya dan sejauh mana ia terlibat. Hambatan apa saja dalam berhubungan
4) Spiritual
a) Kaji kegiatan keagamaan, ibadah, dan keyakinannapa saja yang dikerjakan klien di
rumah / lingkungan sekitarnya baik secara individu maupun kelompok, pendapat klien /
b) Keyakina klien dan keluarga terhadap penyakitnya dipandang dari tinjauan agama atau
f. Status mental
1) Penampilan.
a) Bagaimana kerapihan dalam penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki,
bagaimana penampilan klien dalam hal makan, toileting, dan pakaian sarana / prasarana
b) Jelaskan hal-hal lain yang ditampilkan dan kondisi lain yang berkaitan sebagai kesan
umum (keadaan umum atau KU) saat pertama kali kontak/bertemu dengan klien seperti :
2) Pembicaraan.
Bagaimana pembicaraan yang didapatkan pada klien, apakah cepat, keras, gagap,
pembicaraan.
3) Aktivitas motorik.
Aktivitas motoric berkenaan dengan gerakan fisik perlu dicatat dalam hal tingkat
aktivitas (letargik, tegang, helisah, agitasi), jenis (tik, seringai, tremor) dan isyarat
gerakan badan/anggota badan yang dipengaruhi oleh keadaan jiwanya, efek bersama
yang mengenai badan dan jiwa (biasanya disebut konasi atau perilaku motoric) yang
ditampilkan klien seperti lesu, tegang, gelisah, agitasi, tik, grimace, tremor, kompulsif
atau lainnya.
4) Emosi
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi merupakan
penyebab halusinasi, isi halusinasi tersebut berupa perintah yang tidak sanggup untuk di
tentang.
5) afek.
7) Persepsi.
8) Proses pikir.
9) Tingkat kesadaran.
(Yosep,2009)
1) Makan.
2) Mandi/hygiene.
3) BAB/BAK.
4) Berpakaian.
5) Istirahat.
6) Sistem pendukung.
h. Mekanisme koping.
yang adaptif misal, berbicara dengan orang lain, aktivitas lain. Atau melakukan cara-cara
maladaptive misal, minum alkhohol, menghindar, mencederai diri atau orang lain.
i. Masalah keperawatan
Data yang diperoleh dapat dikelompokan menjadi dua macam, seperti berikut ini :
1) Data objektif yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan melalui observasi atau
2) Data subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga. Data
4. Diagnosa Keperawatan.
Adalah suatu pernyataan masalah keperawatan klien mencakup baik respon sehat
adaptif atau maladaptive serta stressor yang menunjang. Rumusan diagnosis adalah
berhubungan sebab akibat secara ilmiah. Diagnosis ini juga bisa permasalahan (P),
penyebab (E), dan symptom/gejala sebagai data penunjang. Jika pada diagnosis tersebut
sudah diberikan diberikan tindakan keperawatan, tetapi permasalahan (P) belum teratasi,
maka perlu dirumuskan diagnosis baru sampai tindakan keperawatan tersebut dapat
perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian atau berhias, makan,
Core Problem
DefisitPerawatan Diri
Objektif :
setelah BAB/BAK.
BAB III
METODOLOGI
digunakan, subjek penelitian, jenis data yang digunakan, teknik pengambialn data,
A. Jenis Penelitian
deskriptif dengan pendekataan studi kasus yaitu studi kasus yang dilaksanakan dengan
cara meneliti suatu permasalahan melalui kasus yang terdiri dari 2 unit (orang). Unit
yang menjadi masalah tersebut secara secara mendalam dianalisa baik dari segi yang
yang berhubungan dengan kasus maupun tindakan dan reaksi dari kasus maupun
tindakan dan reaksi dari kasus terhadap sesuatu perlakuan atau pemapaan tertentu.
Tujuan dari penelitian studi kasus adalah untuk mempelajari secara intensif tentang
latar belakang keadaan sekarang atau interaksi lingkungan sesuatu unit sosial,
Subjek dalam studi kasus ini adalah klien dengan masalah keperawatan dengan
Defisit Perawatan Diri : Toileting. Subjek yang digunakan adalah 2 klien (1 kasus)
berbeda dengan masalah keperawatan yang sama. Subjek dalam studi kasus ini adalah
D. Jenis Data.
1. Data Primer
a. Data subjektif adalah data yang didapatkan dari suatu pendapat terhadap situasi dan
1) Wawancara
klien, cara yang digunakan peneliti ialah dengan melakukan Tanya jawab secara lisan
pengkajian.
b. Data Objektif ialah data yang dapat diobservasi dan diukur oleh perawat, data ini
1) Observasi (pengamatan)
Untuk memperoleh data objektif peneliti mengamati aktivitas, dan kegiatan yang
format pengkajian.
2. Data Sekunder.
Data yang diperolrh dari rekam medic atau data yang ada di instansi terkait
penelitian.
1. Wawancara.
Metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dengan Tanya jawab secara
2. Pengamatan (Observasi).
dilakukan dengan kata lain pengamat ikut aktif berpartisipasif pada aktivitas yang
telah diselidiki.
b. Pengamat Sistematis.
Pengamat yang mempunyai kerangka atau struktur yang jelas. Dan pada
c. Observasi Eksperimental.
Dalam observasi ini dimasukkan dalam kondisi dan situasi tertentu
dan pengamatan pada klien dengan gangguan jiwa Defisit Perawatan Diri : Toileting.
F. Analisa Data.
dilakukannya penelitian.
identitas.
3. Confidentiality (Kerahasiaan).
dirahasiakan.
H. Keterbatasan Peneliti
sehingga kedalaman isi penelitian ini kurang sempurna. Oleh karena itu peneliti
3. Penelitian ini merupakan pengalaman pertama bagi penelti sehingga masih banyak
kekurangan dalam menjabarkan permasalahan. Oleh karena itu, diperlukan kritik dan
Keliat, B.A & Akemat. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC
Fitria,Nita. (2010). Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan. Jakarta : Salemba Medika
Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Edisi 2 Konsep dan Praktik.
Jakarta: Salemba Medika
Setiadi.(2007). Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta:EGC