Anda di halaman 1dari 12

Majalah Kedokteran Andalas

Vol.22. No.2. Juli - Desember 1998 72

LAPORAN KASUS

TUBERKULOSIS MILIER

Wizhar Syamsuri *, Zulkarnain Arsyad**


* Peserta PPDS Penyakit Dalam FK. Unand/RSUP DR. M. Djamil Padang
** Bagian Penyakit Dalam FK. Unand/RSUP DR. M. Djamil Padang

Abstrak

Tuberculosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh


kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat mengenai hampir semua
organ tubuh, baik organ saluran nafas (paru) maupun di luar tubuh, seperti kelenjar
limfa, meningen, tulang dan sendi, hati, limfa, saluran cerna dan lain sebagainya
(ekstra pulnonal).
Dilaporkan seorang pasien, laki-laki, 16 tahun di rawat di bagian Penyakit Dalam
RSUP Dr. M. Djamil Padang sejak 11 Agustus 1997 dengan keluhan utama timbul
benjolan di leher sejak 6 bulan yang lalu. Dari pemeriksaan fisik ditemukan penderita
dengan keadaan umum sedang, vital sign dalam batas normal, terdapat
pembengkakan kelenjar limfa coli, supra clavicula kiri-kanan dan aksila kiri-kanan,
tanpa tanda-tanda radang akut. Jantung dan paru dalam batas normal, hati teraba 1-2
jari bawah arcus costarum, limfa S1-2, ginjal tak teraba.
Sementara pasien di diagnosis dengan Limfoma Malignum. Berdasarkan hasil ro-
foto thorak didapatkan gambaran TB milier. Hasil BAJH menunjukkan gambaran
limphadenitis khronik. Sehingga akhirnya pasien didiagnosis dengan TB Milier/TB
Disseminata (TB milier + Limfadenitis TB + Meningitis TB + Susp. TB Hepar + TB
limfa).

Kata kunci : Tuberculosis, Milier, Pulmonal, ekstra pulmonal

Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No.2. Juli – Desember 1998


Majalah Kedokteran Andalas
Vol.22. No.2. Juli - Desember 1998 72

ABSTRACT
Tuberculosis (TB) is chronic infection disease that caused of Mycobacterium
tuberculosis. The disease can involve almost all of tissue in the body, pulmonal
(respiratory tract) or extra pulmonal (limph nodes, skull and brain, bones and
joints, liver, spleen adn digestive tract, etc.
We have been reported a patient, male, 16 years old, was cared at Internal
Department, M. Djamil Hospital since Agustus, 11 th 1997, with main complain
swelling in the neck since 6 month ago. From physical examination was be found
that patient with general appearance moderatly, vital sign normally, we found
swelling at limph node colli, supra clavicula right- left, and axilla right – left,
neither acut inflammation signs. Hearth and lung normally, the liver palpable 1-2
fingers beneath costa arch, spleen palpable S1-2, kidney not palpable. A certain,
the patient was diagnosed with Limfoma Malignum. Based of thorak
rontgenogram, we found TB Milier appearance. From Fine Needle Aspiration
Biopsi (FANB) was seen chronic limphadenitis appearance. So that, the patient
was diagnoses with TB Milier/TB Disseminata (TB Milier + Limfadenitis TB +
Meningitis TB + TB Hepar and TB Spleen).

keywords; Tuberculosis, Milier, Pulmonal, ekstra pulmonal


PENDAHULUAN dapat di identifikasi oleh Robert Koch
Tuberkulosis (TB) merupakan pada tahun 1882 serta telah ditemukan
infeksi bakteri kronis yang disebabkan obat-obat Streptomisin (1944) dan
oleh kuman Mycobacterium Rifampisin (1964) yang merupakan
tuberkulosis dan ditandai dengan ‘revolusi’ dalam pengobatan TB.(5)
pembentukan granuloma-granuloma Namun penyakit ini hingga kini masih
pada jaringan yang terinfeksi oleh ‘cell merupakan masalah yang penting.(6)
mediated hiper sensitivity’.(1) Banyak faktor yang menyebabkan
TB merupakan penyakit sistemik keadaan ini yang kesemuanya hanya
yang dapat mengenai hampir semua dapat di atasi melalui pendekatan dan
organ tubuh, baik organ pernafasan studi psiko sosial– kultural dan
(TB Paru – TBP) ataupun organ di perilaku masyarakat.(7)
luar paru (TB Ekstra Paru-TBE),
seperti kelenjar limfa, meningen, Insiden
tulang dan sendi, hati dan saluran Diperkirakan terdapat 1.7 miliar
cerna, pleura dan perikardium dan lain orang terinfeksi kuman M.tuberculosis
sebagainya.(2-4) Karena itu dan setiap tahun di temukan sekitar 8
penatalaksanaan TB haruslah tercakup juta kasus baru dengan jumlah
usaha yang gigih untuk mencari bukti kematian berkisar 2-3 juta penderita
adanya kejadian TB. per tahun.(7)
Walaupun penyakit TB sudah di Di Amerika Serikat diperkirakan
kenal sejak beribu-ribu tahun sebelum terdapat 10 juta orang memperlihatkan
Masehi, kuman penyebabnya telah test tuberkulin positif. Pada tahun 1991

Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No.2. Juli – Desember 1998


Majalah Kedokteran Andalas
Vol.22. No.2. Juli - Desember 1998 72

dilaporkan sebanyak 26.283 kasus (KGB) bila terjadi infeksi primer di


baru dengan angka insiden 10.4 per tempat itu kemudian melalui aliran
100.000 tahun. limfa menuju duktus torasikus. Dapat
Di Indonesia dilaporkan, juga merupakan hasil penempelan
berdasarkan hasil Survei Kesehatan kuman M.tuberkulosis pada dinding
Rumah Tangga (SKRT) pada tahun pembuluh darah sehingga
1992, setiap tahunnya terdapat sekitar menimbulkan vaskulitis kaseosa pada
445.000 kasus baru, di mana lapisan intima sehingga memudahkan
separuhnya tidak terdiagnosis.(8) terjadinya pelepasan kuman ke dalam
TBP meliputi 83.8% dari seluruh aliran darah sistemik. Proses ini sering
kasus tuberkulosis sedangkan 16.2% mengenai vena-vena besar, duktus
sisanya adalah TBE. TB milier juga torasikus, sistem arteri dan aorta atau
merupakan TB diseminata, meskipun endokardium.(12)
hampir selalu mengenai paru, namun Pernah pula dilaporkan penyebran
dimasukkan dalam kelompok TBE secara milier terjadi akibat tindakan
oleh karena banyaknya organ yang bedah terhadap organ yang mengalami
terkena. Insiden TB milier meliputi infeksi tuberkulosis.(12)
9.5% dari seluruh kasus TBE dan
merupakan urutan nomor 4 setelah TB Faktor Predisposisi
kelenjar limfa (27.5%), TB Pleura Ada beberapa keadaan yang dapat
(23.4%) dan TB saluran urogenital memudahkan terjadinya penyebran
(12.8%).(4.9) diseminata. Debre, melaporkan bahwa
Kasusnya dilaporkan lebih banyak morbili dan pertusis adalah 2 di
pada laki-laki walaupun ada juga yang antaranya. Sedang Miller dkk
menemukan bahwa insiden lebih melaporkan sejumlah kasus TB milier
banyak pada wanita.(10) Bachtiat yang mengikuti suatu tonsilitis akut.
Yakub, dkk.(11) melaporkan 21 kasus Faktor predisposisi yang lain adalah
TB milier di antara 1007 kasus TB dan adanya infeksi kronis, pemakaian
yang berumur di bawah 20 tahun kortikosteroid dosis tinggi, kehamilan
sebanyak 5 orang. dan post partum, Diabetes Melitus dan
status gizi yang rendah.(10.12)
Patogenesis
Tuberkulosis miliar terjadi akibat Diagnosis
penyebaran kuman M. tuberkulosis Diagnosis TB milier ditegakkan
secara akut dan masif melalui aliran berdasarkan gejala klinis, bakteriologi
darah sistemik.(12) Umumnya hal ini dan hasil pemeriksaan radiologi /
terjadi pada penderita-penderita yang pemeriksaan penunjang lain.(1,2,5,13)
memiliki kemampuan pertahanan Namun demikian diagnosis pasti TB
tubuh yang tidak adekuat dalam baru dapat di tegakkan dengan
menghadapi infeksi kuman M. ditemukannya kuman M.Tuberkulosis
tuberkulsosi.(4.12) pada sekret atau jaringan tubuh
Penyebaran hematogen tersebut penderita yang terinfeksi.(1,2,5,14,15)
dapat melalui Kelenjar Getah Bening

Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No.2. Juli – Desember 1998


Majalah Kedokteran Andalas
Vol.22. No.2. Juli - Desember 1998 72

Gejala klinis Dapat ditemukan jumlah leukosit


Penderita TB dapat memperlihatkan yang sedikit meningkat dengan
keluhan yang bermacam-macam atau pergeseran ke kiri pada hitung jenis
bahkan tanpa keluhan sama sekali. disertai peningkatan laju endap darah
Keluhan umumnya tidak spesifik dan (LED). Pada TB hati mungkin
di nominasi oleh akibat-akibat ditemukan gangguan fungsi hati yang
sistemik, terutama berupa demam, ringan seperti retensi BSP (50%
batuk dan gejala-gejala malaise, kasus), peninggian alkali fosfatase
seperti anoreksia, tidak ada nafsu (33%) dan peninggian ringan SGOT
makan, penurunan berat badan, sakit (90%).
kepala, nyeri otot, keringat malam dan
lain sebagainya. Gejala malaise ini Test Tuberkulin
makin lama akan makin berat dan Test Tuberkulin dilakukan dengan
terjadi hilang timbul secara tidak teknik Mantoux dengan menyuntikan
teratur. 0,1 cc tuberkulin ‘protein purified
Demikian pula pada pemeriksaan derivate’ (PPD) yang mengandung 5
fisik hasilnya dapat bervariasi. Dapat TU secara intra dermal pada
ditemukan adanya demam, badan yang permukaan volar atau dorsal lengan
kurus / status gizi kurang, hepato dan hasil test di baca 48-72 jam
splenomegali, penemuan-penemuan kemudian dengan mengukur diameter
kelainan paru atau sama sekali tidak indurasi kemerahan dalam milimeter
(1,3,50)
didapatkan kelainan fisik paru, limfa
denopati dll tergantung berat dan di Test Tuberkulin dikatakan positif
mana lesi berada. apabila :(1,3)
1. Diameter indurasi > 10 mm.
Pemeriksaan Radiologi 2. Diameter indurasi. 5 mm, pada :
Secara keseluruhan, sekitar 80% a. Penderita dengan seporatif HIV
penderita TB milier memperlihatkan atau resiko tinggi terinfeksi
gambaran foto thorak milier, yaitu HIV.
berupa nodul-nodul kecil dan halus b. Terdapat riwayat kontak
dengan diameter < 2 mm yang tersebar dengan kasus TB aktif.
merata di kedua lapangan paru. Namun c. Bekas penderita TB.
demikian, karena nodul-nodul yang
terjadi terlalu kecil untuk di lihat, Mikrobiologi
kadang-kadang kesan foto torak seperti Umumnya identifikasi M.
normal.(4,12) Tuberkulosis dapat dilakukan dengan
Pada TB hati atau lien, melalui menggunakan mikroskopik biasa,
pemeriksaan CT scan mungkin akan mikroskopik fluoreresen atau biakan.
(1,2,5,14)
terlihat gambaran masa berlobulasi Pemeriksaan secara mikroskopik
atau filling defect yang tersebar.(16) dilakukan dengan metoda hapusan
langsung atau memakai metoda
Pemeriksaan Laboratorium konsentrasi dengan sterilisasi memakai
Darah (2,4,5,12) desinfektan clorax atau autoklaf.(17)

Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No.2. Juli – Desember 1998


Majalah Kedokteran Andalas
Vol.22. No.2. Juli - Desember 1998 72

Pemeriksaan mikros kopik  Kategori I : TB berat, meliputi


dilakukan terhadap sputum atau sekret TBP yang luas, TBP milier, TBP
tubuh, jaringan yang terinfeksi yang di diseminata, TBP dengan DM
dapat secara langsung atau melalui dan TBE.
induksi. Sebaiknya di ambil sputum  Kategori II : meliputi TB paru
pagi (early morning) dan di periksa dengan kegagalan terapi atau
sedikitnya 3 hari berturut-turut.(3,18) kambuh.
Diagnosa BTA positif secara  Kategori III : TBP tersangka
mikroskopik apabila ditemukan paling aktif.
sedikit 2 kali positif dari 3
pemeriksaan yang berbeda.(8) Tabel 1. Paduan OAT yang
Pemeriksaan kultur BTA biasanya Di anjurkan WHO
memerlukan waktu 4-8 minggu. Bila Fase Kategori Kategori Kategori
Terapi I II III
setelah 8 minggu tidak tumbuh koloni
Intensif 2R7H 2 R7H7Z72 R7H7Z7
maka kultur dinyatakan negatif. (5,19)
/Inisial 7Z7E7 E7S7 2 R3H3Z3
Oleh karena pemeriksaan di atas
1 R7H7Z7E7
efektifitasnya di nilai masih rendah
dan sering memerlukan waktu lama, (3 bulan)
pada saat ini telah dikembangkan Lanjutan/ 4 R&H& 5 R7H7E7 2 R7H7
metoda-metoda diagnosis baru, seperti kontinyu 4 R3H3 5 R3H3E3 2 R3H3
tes-tes serologi untuk mendeteksi anti
gen / anti bodi kuman tuberkulosis KASUS
(imunodifusa, anti bodi fluoresensi, Seorang penderita laki-laki, 16
aglutinasi partikel lateks dan ELISA) tahun, Islam, Jambi, tidak bekerja,
atau dengan langsung mendeteksi masuk rumah sakit Dr. M. Djamil pada
DNA kuman tuberkulosis melalui tanggal 11 Agustus 1997, dengan
amplifikasi DNA dengan pemeriksaan keluhan utama timbul benjolan leher
‘Polymerase Chain Reaction’ (PCR). sejak 6 bulan yang lalu.

Pengobatan Riwayat penyakit


Salah satu hal yang terpenting Riwayat penyakit meliputi
dalam pengobatan TB adalah munculnya benjolan di leher sejak 6
kemoterapi dengan anti tuberkulosis bulan yang lalu, makin lama makin
oral (OAT). Pemberian OAT ini besar dan bertambah banyak, tidak
didasarkan kepada 5 prinsip, yaitu nyeri. Benjolan di ikuti dengan ketiak
terapi sedini mungkin, paduan dan lipat paha. Demam sejak 1 minggu
beberapa obat, diberikan secara teratur, sebelum masuk rumah sakit, tidak
dosis cukup dan pemberian lengkap begitu tinggi, terus-menerus, terutama
sesuai jangka waktu seharusnya. pada malam hari, tidak disertai
WHO membuat 3 kategori paduan mengigil dan kejang-kejang. Keringat
obat berdasarkan prioritas terapi, yaitu: sering keluar, terutama pada malam
hari. Batuk sejak 2-3 bulan sebelum

Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No.2. Juli – Desember 1998


Majalah Kedokteran Andalas
Vol.22. No.2. Juli - Desember 1998 72

masuk rumah sakit, terus-menerus, Limfoma malignum.


putih berbuih dan tidak berdarah.
Badan lemah, nafsu makan menurun. Diagnosis banding
Buang air besar dan kecil normal. - Limfadenitis TB + Demam
Tidak pernah menderita penyakit tifoid.
seperti ini sebelumnya, tidak ada - Limfadenitis TB + Malaria.
anggota keluarga dengan sakit seperti - TB Milier.
ini.
Pengobatan
Pemeriksaan fisik Penderita istirahat, diet TKTP,
Keadaan umum sedang, kesadaran roborantia dan anti piretik.
komposmentis kooperatif, Tekanan
darah 120/80 mmHg, nadi 84x/menit, Rencana pemeriksaan
nafas 20x/menit, suhu afebril. BB 30 Direncanakan pemeriksaan BAJH
kg dan Tinggi badan 149 cm. KGB Colli, axilla dan inguinal, Foto
Konjungtiva tidak anemis, sclera Thoraks, darah lengkap, Faal hepar.
tidak ikterik. Perdarahan subkutan Ureum, kreatinin dan asam urat, Widal
tidak ada. dan kultur empedu dan parasit malaria.
Terdapat pembesaran kelenjar getah Hari ke-3, pemeriksaan feses
bening regio colli, supraclavicula ditemukan Ancylostoma. Pengobatan
dekstra dan sinistra, aksilla kanan, ditambahkan dengan Pirantel pamoat
inguinal desktra dan sinistra. 375mg.
Konsistensi kenyal, batas tegas, tidak Hari ke-4, keadaan umum
nyeri tekan, mobil, tidak fluktuasi dan membaik, demam tidak ada. Hasil
tidak ada tanda-tanda radang akut. BAJH menunjukan gambaran Limfa
Jantung dan paru dalam batas denitis kronika spesifik. Foto thorak
normal. menunjukkan gambaran TB dekstra
Abdomen tidak membuncit, Hepar (gambaran TB paru milier) dan jantung
teraba 1-2 jari di bawah arcus dalam batas normal.
costarum, kenyal, permukaan rata, tepi Diagnosis : TB Milier (disseminata)
tajam, nyeri tekan positif. Limfa (TB Paru milier, Limfadenitis TB dan
membesar S1-2, nyeri tekan. Ginjal susp TB hepar dan Limfa).
ballotement negatif. Bising usus positif Di berikan terapi OAT dengan
normal. Rifampisin 1 x 450 mg, INH 1 x 400
Ekstremitas tidak ada kelainan. mg, Ethambutol 1 x 750 mg,
Pyrazinamid 1 x 1000 mg, dan Vitamin
Laboratorium B6 1 x 10 mg.
Hb 11 gr%, Leukosit 3.900/mm, Pasien direncanakan untuk USG
DC 0/1/0/67/32/0, LED 100/jam I, abdomen, sputum BTA dan kultur
malaria negatif. spesifik sputum, BTA Urine,
Urine dalam batas normal. pemeriksaan BTA dan kultur hasil
BMP.
Diagnosis sementara

Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No.2. Juli – Desember 1998


Majalah Kedokteran Andalas
Vol.22. No.2. Juli - Desember 1998 72

Hari ke-6, keadaan umum pasien Hari ke-26, di dapat hasil LP.
agak lemah, batuk positif, mual dan Cairan jernih, tidak ada perdarahan.
muntah tidak ada. Hasil laboratorium : None positif, pandy positif dua,
Widal dan BTA negatif. protein 38.29 mg%, glukosa 45 mg%,
Hasil konsul neurologi menyatakan Cl 284 mg%, sel 442/mm, PMN 59%
ditemukan tanda-tanda penurunan dan MN 41%. BTA LCS negatif.
kesadaran dan tanda peningkatan
tekanan intra kranial belum dapat Diagnosis akhir
disingkirkan. TB milier/TB diseminata
Hasil USG abdomen menunjukkan (TB paru milier, Limfadenitis TB +
Hepar, limfa, dan vesika velea dalam meningitis TB + Susp. TB hepar dan
batas normal. limfa).
Hari ke-8, pasien demam, batuk dan
muntah. Keadaan umum lemah, tetap Diskusi
sadar. Kaku kuduk positif, kernig Telah dilaporkan sebuah kasus
positif dan Brudzinski positif. seorang penderita laki-laki, 16 tahun,
Laboratorium : Albumin 3.8%, Islam, Jambi, belum kawin, tidak
Globulin 3.55 g%, Bilirubin total 0.91, bekerja, yang di rawat di bangsal IP
SGOR 19 u/l, SGPT 45 iu/l, AP 110 RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan
u/l, Ureum 29.2 mg%, Kreatinin 0.37. Tuberkulosis (TB) Milier. Pada
Diagnosis : meningitis TB. penderita ini terdapat TB paru milier,
Tindakan pengobatan diteruskan, limfadenitis TB, meningitis TB dan
konsul neurologi dan mata. Suspek TB hati dan Limfa.
Jawaban konsul neurologi : KP Penderita merupakan rujukan dari
dekstra + Limfadenitis TB + Susp. internis di Jambi dengan limph
Meningitis TB. adenopathia coli dan pada saat masuk
Penderita di anjurkan untuk Lumbal di diagnosa sebagai limfoma maligna
Punksi, bedrest total, terapi di tambah dengan diagnosa banding :
dengan Streptomisin 1 x 1 gr im.  Limfadenitis TB + Demam
Hari ke-9 demam tidak ada, batuk ifoid.
positif, keadaan umum masih lemah,  Limfadenitis TB + Malaria.
pasien tetap sadar. Terapi di teruskan.  TB milier.
Hari ke-13 keadaan umum pasien
membaik, demam negatif. Kaku Dasar diagnosa kerja limfoma
kuduk, kernig dan Brudzinski I tetap maligna adalah adanya trias keluhan
positif. Dianjurkan pemeriksaan ulang demam, keringat malam dan
laboratorium. penurunan berat badan di sertai adanya
Hari ke-25, keadaan pasien tetap, pembesaran kelenjar getah bening
USG abdomen menunjukkan (KGB) di regio coli, supraklavikula,
hepatosplenomegali non spesifik. axilla dan inguinal bersama-sama
Dianjurkan rawat bersama dengan dengan adanya hepatosplenomegali.
bagian neurologi untuk penyakit Adanya keluhan-keluhan
meningitis TB. hepatosplenomegali dan pembesaran

Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No.2. Juli – Desember 1998


Majalah Kedokteran Andalas
Vol.22. No.2. Juli - Desember 1998 72

KGB yang tersebar seperti di atas Pada penderita ini di duga penyebaran
dengan konsistensi kenyal tanpa hematogen terjadi melalui infeksi
disertai gambaran fluktuasi dan tanda- primer yang umumnya berasal dari
tanda inflamasi lebih mengarahkan suatu limfadenitis TB.
kepada suatu limfoma maligna. Oleh Dasar diagnosis TB paru milier
karena pada limfadenitis TB umumnya adalah adanya keluhan-keluhan klinis
pembesaran KGB di regio koli dengan dan gambaran foto thorak yang
gambaran mengelompok dan sering memperlihatkan nodul-nodul kecil dan
disertai tanda-tanda radang bahkan halus yang tersebar merata pada kedua
ditemui abses atau fistula lapangan paru, sementara pada
(Skrofuloderma). pemeriksaan fisik paru tidak
Namun ternyata hasil pemeriksaan didapatkan kelainan. Pada
patologi anatomi (PA) dari BAJH pemeriksaan BTA sputum langsung
KGB coli, axila dan inguinal tidak hasilnya ternyata negatif. Menurut
menyokong suatu limfoma melainkan literatur pada TB paru milier BTA
suatu radang spesifik (Limfadenitis memang sering kali tidak ditemukan.
TB). Begitu pula pemeriksaan parasit Dari berbagai laporan BTA sputum
malaria dan widal serta ‘follow up’ umumnya hanya ditemukan pada 20%-
penderita tidak mengarah kepada 25% kasus sedang kultur BTA positif
kedua diagnosa banding tersebut. pada 30%-60% kasus.
Bukti-bukti objektif berupa TB paru Walau demikian Bachtiar Yakub
milier pada pemeriksaan foto thorak, dkk melaporkan penemuan BTA
tanda-tanda meningitis TB, dan langsung positif pada 52,4% kasus dan
limfadenitis TN pada pemeriksaan PA kultur positif pada 61% kasus dengan
disertai KU yang makin menurun dan spesimen pemeriksaan sputum dan
keluhan penderita yang semakin cairan lambung.(11)
bertambah setelah beberapa hari Diagnosis meningitis TB baru bisa
perawatan ternyata lebih mengarahkan ditegakkan pada tanggal 18 Agustus,
kepada diagnosa TB milier. TB milier walaupun sebenarnya mungkin saja
pada pasien ini merupakan akibat telah terjadi lebih awal. Dasar
penyebaran secara hematogen kuman diagnosisnya adalah adanya penurunan
M.tuberkulosis sehingga menimbulkan kesadaran, mual-mual di ikuti dengan
TB paru milier, limfadenitis, muntah-muntah, sakit kepala terus-
meningitis serta di duga TB hati dan menerus, adanya tanda-tanda iritasi
limfa. meningeal, seperti kaku kuduk, kernig
Diagnosis TB milier memang sering dan brudzinski 1 serta cukup di sokong
kali sulit di tegakkan pada saat oleh hasil analisa liquor cerebrospinal
penderita masuk sehingga kadang- (LCS), berupa none (+), pandy (++),
kadang diagnosis terlambat 2-4 pleositosis dengan nominasi sel-sel
minggu, bahkan tidak jarang misalnya polimorfonuklear dan kadar ion clorida
pada TB milier kriptik-diagnosis baru yang rendah. Namun demikian, ada
dapat ditegakkan setelah penderita ketidak sesuaian dalam analisis LCS di
meninggal dan dilakukan nekropsi. atas, oleh karena biasanya bila none

Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No.2. Juli – Desember 1998


Majalah Kedokteran Andalas
Vol.22. No.2. Juli - Desember 1998 72

dan pandy positif yang berarti terdapat Pada penderita ini juga telah
peningkatan fraksi albumin dab dilakukan test tuberkulin dengan
globulin LCS akan ditemukan teknik Mantoux dan ternyata hasilnya
peningkatan kadar protein liquor. negatif. Mungkin hal ini disebabkan
Sementara pada pasien ini kadar keadaan immunocompromise / anergi
proteinnya hanya ‘high normal’ saja, akibat keadaan umum yang kurang
serta kadar glukosa hanya ‘low baik dan status gizi yang kurang
normal’ saja.(22) Pemeriksaan BTA LCS seperti umumnya ditemukan pada
pada penderita ini hasilnya negatif, penderita TB Milier.(1.12)
sedangkan kultur baru dapat diketahui Bachtiar Yakub dkk,(11) dalam
paling cepat 3 – 8 bulan. penelitian terhadap 21 penderita TB
Diagnosis konvensional dengan milier melakukan test tuberkulin pada
pemeriksaan BTA langsung dan kultur 4 orang penderita dan hasilnya semua
walau terbukti sangat berguna namun negatif. Pada penderita ini dianjurkan
dilaporkan banyak memiliki dilakukan test tuberculin ulang setelah
keterbatasan yang serius.(13,19) keadaan penderita lebih baik di mana
Pemeriksaan BTA langsung baru dapat keadaan hiper sensitivitas telah
mendeteksi adanya kuman bila terkoreksi,(4.10.12) biasanya setelah 1-4
terdapat sekitar 10.000 kuman/ml. bulan pengobatan, atau dapat juga
Sementara hasil kultur, walau lebih dilakukan test ulang dengan
sensitif dan lebih pasti baru bisa menggunakan konsentrasi PPD tinggi.
menampakkan hasilnya setidaknya Munt,(10) melaporkan dari 57 penderita
delapan minggu.(19) didapatkan test tuberkulin positif pada
Teknik identifikasi kuman mungkin 52.63% kasus, kemudian 25 dari 27
akan lebih berhasil bila dilakukan kasus dengan test tuberkulin negatif
dengan teknik pemeriksaan yang lebih ternyata memberikan hasil positif
mutakhir, misalnya dengan setelah dilakukan test tuberkulin ulang
pemeriksaan Elisa atau bahkan PCR. dengan menggunakan konsentrasi PPD
Shanker dkk,(21) melaporkan bahwa tinggi.
PCR merupakan teknik pemeriksaan Yang menjadi masalah pada
yang paling sensitif. PCR mampu penderita ini adalah dalam memastikan
mendeteksi 15 (75%) dari 20 kasus penyebab hepatosplenomegali serta
‘higly probable’ meningitis TB pemilihan paduan OAT termasuk
(berdasarkan gambaran klinis), 4 kontroversi pemberian kortikosteroid
(57%) dari 7 kasus ‘probable’ dan 3 pada TB Milier, khususnya dengan
(43%) dari 7 kasus ‘posible’. adanya meningitis TB.
Sementara ELISA mampu mendeteksi Pada TB milier memang dilaporkan
secara berturut-turut 11(55%) kasus dapat ditemukan adanya anemia dan
‘high probable’ dan masing-masing 2 hepatosplenomegali. Dari literatur
kasus untuk probable dan posible. dilaporkan bahwa pada kasus-kasus
Sedangkan kultur hanya mampu TB milier ternyata ditemukan keadaan
memperlihatkan hasil positif pada 4 – keadaan meningitis TB (30%),
kasus yang higly probable saja.(13.14) enteritis TB (10%),

Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No.2. Juli – Desember 1998


Majalah Kedokteran Andalas
Vol.22. No.2. Juli - Desember 1998 72

Hepatosplenomegali (35%), penderita yang mendapat


Limfadenitis TB (30%) dan kortikosteroid ataupun tidak,
(9)
splenomegali (12%). sedangkan beberapa peneliti lain
Hepatosplenomegali pada penderita mengakui kortikoteroid masih
ini juga di duga merupakan bagian bermanfaat, terutama dalam
dari TB milier. Namun demikian pada mempercepat hilangnya keadaan
penderita ini test faal hati masih dalam toksik dan gambaran radiologis milier
batas normal, sementara pada TB hati serta menurunkan kemungkinan
dapat ditemukan gangguan ringan faal terjadinya fibrosis dan edema otak.
hati. Hal ini dapat saja terjadi apabila Oleh karena itu kortikosteroid
proses spesifik di hati tidak luas. Pada umumnya di indikasikan pada keadaan
USG juga hanya ditemukan sakit berat (toksik), Ancaman gagal
hepatosplenomegali non spesifik. nafas dan meningitis TB.(10)
Dalam literatur dilaporkan bahwa Kortikosteroid yang umum
melalui pemeriksaan CT Scan dapat di digunakan adalah prednison atau
lihat gambaran granuloma berupa prednisolon. Dapat diberikan
filling deffect yang tersebar, apabila di prednison dengan dosis 60 – 80
biopsi sangat mungkin mg/hari, kemudian dosis diturunkan
memperlihatkan hasil positif. secara bertahap setelah 1–2 minggu
Pemeriksaan CT scan tidak dilakukan dengan berpedoman pada perbaikan
pada penderita ini oleh karena alasan klinis penderita, dan bila respon terapi
ekonomi. baik obat dapat dihentikan seluruhnya
Menurut regimen WHO dan setelah 4 – 6 minggu.(3) Apabila
kepustakaan lain paduan obat untuk digunakan prednisolon, dapat
TB katagori satu adalah paduan 4 diberikan dengan dosis 4 x 10 mg/hari
macam obat selama fase intensif. selama beberapa hari pertama,
Tetapi pada penderita ini, oleh bagian kemudian diturunkan menjadi 20
neurologi diberikan tambahan mg/hari di mana dosis dipertahankan
Streptomisin 1 x 1 gr IM. Streptomisin selama 4 – 6 minggu, lalu diturunkan
pada awalnya memang sering perlahan-lahan 5 mg setiap 5 – 7 hari.
(12)
dipergunakan pada meningitis TB di
samping untuk memperkuat efek terapi Pada masa lalu, prognosis penderita TB milier
adalah jelek. Bachtiar Yakub dkk melaporkan 10 dari 21
juga untuk mencegah resistensi penderita yang dapat di nilai 3 orang (30%) meninggal
kuman.(22) dunia, sementara Sen dan Proudfood melaporkan angka
kematian masing-masing 40% dan 25%.(10) Mengenai
Pemberian kortikosteroid pada penderita ini, prognosisnya terlihat baik. Hal ini dapat di
penderita TB Milier sampai sekarang lihat dari perbaikan keadaan umum penderita dan
menghilangnya beberapa keluhan penderita. Secara
masih merupakan kontroversi. Sahn objektif telah terdapat sedikit pengecilan kelenjar getah
dan Neef,(11) tidak menganjurkan bening, nafsu makan dan berat badan penderita semakin
bertambah.
pemberian kortikosteroid karena
sering menimbulkan efek samping
KEPUSTAKAAN
yang serius. Sementara Bachtiar Yakub
dkk melaporkan tidak terdapat 1. Daniel TM. Tuberculosis. In:
perbedaan yang bermakna pada Isselbacher, et al (Eds). Horrison’s

Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No.2. Juli – Desember 1998


Majalah Kedokteran Andalas
Vol.22. No.2. Juli - Desember 1998 72

Principles of internal Medicine.


Vol 1.13rd ed. 1994. 710-717.
9. Weg JG. Clinical forms of
Mycobacterial disease. In:
2. Dahlan Z. Diagnosis dan Fishman AP. Pulmonaru disease
Penatalaksanaan Tuberkulosis. and disorders. Mc Graw Hill.
Cermin Dunia Kedokteran. 1997; Philadelphia. 1988. 1843 – 63.
115:8-12
10. Soepandi P. Tuberculosis milier
3. Angello ML, et al (Eds). pada orang dewasa. Paru. 1985: 5:
Tuberculosis: clinical Policies and 127 – 32.
Protocols. Chest Clinic Bureau of
Tuberculosis Control New York
11. Yakub B dkk. Tuberkulosis milier
City Departement of Health. 1994
di bagian Pulmonologi FKUI/RS.
Persahabatan. Dalam: Naskah
4. Hopewell PC and Bloom BR. lengkap Kongres Nasional II
Tuberculosis and Other IDPI. Surabaya. 1980. 124 – 131.
Mycobacterial Diseases. In:
Murray JF and Nedel JA. Text
12. Crofton J and Douglas A. Miliary
book respiratory medicine. 2 nd ed.
tuberculosis. In: Respiratory
WB Saunders. New York. rd
disease. 3 ed. Blackwell
1994.1094 – 1160.
Scientific Publication. New York.
1983. 257 – 63.
5. Bahar A. Tuberkulosis paru.
Dalam: Suparman dan Waspadji S
13. Nassau E. et al. The detection of
(ed). Ilmu Penyakit Dalam. Vol.2.
antibodies to Mycobacterium
BP FKUI. Jakarta. 1990.715 – 27.
tuberculosis by microplate
enzyme linked Immunoserbent
6. Mubin AH. Some Assay (ELISA). Tubercle. 1976:
Epidemiological Aspects of 57; 67 – 70.
tuberculosis in Ujung Pandang.
Acta Medica Indonesiana. 1996:
14. Bates JH. Diagnosis of
28 ; 221 - 224.
tuberculosis. Chest. 1979. 76: 757
– 763.
7. Nelwan RHH. Mycobacterium
tuberculosis complex infection.
15. Noel AB et al. Rapid diagnosis of
Acta Medica Indonesiana. 1996:
tuberculosis by amplification of
28:209 – 210.
Mycobacterial DNA in clinical
sample. The lancet. 1989: 45:
8. Sudijo. Pengobatan tuberculosis 1069 – 1071.
baru dengan strategi baru rejimen
WHO di Kabupaten Sidoarjo,
16. Sherlock S and Dooley J. Disease
Jawa Timur. Cermin Dunia
of the liver and biliary system. 9 th
Kedokteran. 1997. 115 : 13 – 15.
ed. Blackwell Scientific

Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No.2. Juli – Desember 1998


Majalah Kedokteran Andalas
Vol.22. No.2. Juli - Desember 1998 72

Publication. New York. 1993: 477


– 8.

17. Loho T, et al. Comparison of


sputum acid fast bacilli
examination using the direct
smear method and the autoclave
concentrating method. Acta
Medica Indonesiana. 1996: 28;
225 – 9.

18. Tuberculin Committee of


Canadian Thoracic Society.
Essential of tuberculosis control
for the practicing physician.
Canadian Med Assoc J. 1994:
150: 1561 – 71.

19. Manjunath N et al. Evaluation of a


polymerase chain reaction for the
diagnosis of tuberculosis.
Tubercle. 1991. 72 : 21 – 7.

20. Kramnbovitis E et al. Rapid


diagnosis of tuberculous
meningitis by latex particle
agglutination. The lancet. 1984:
1229 – 1231.

21. Shanker P et al. Rapid diagnosis


of tuberculous meningitis by
Polymerase Chain reaction. 1991:
337; 5 – 7.

22. Ngoerah IGNG. Dasar-dasar ilmu


penyakit syaraf. Air Langga
University press. Surabaya. 1990.
134 – 7.

Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No.2. Juli – Desember 1998

Anda mungkin juga menyukai