A. Pengertian
o HbsAg
o Plano test
o Narkoba
o Pemeriksaan dengue
o Pemeriksaan widal
o Pemeriksaan HIV
o Pemeriksaan HCV
o Pemeriksaan Anti HbsAg
C. Kelemahan dan kekurangan
o TES LABORATORIUM
1. Pemeriksaan HbsAg
Metode : imunokromatografi
Cara kerja
Metode : Imunokromatografi
Dasar teori : Tes human anti HCV lgG antibody dikembangkan untuk
mendeteksi sirkulasi anti HCV lgG antibody dinyatakan sebagai petunjuk
infeksi hepatitis C virus, tes ini berdasarkan prinsip yang menggunakan
rekombinan HCV protein sebagai viral antigen. Pada langkah pertama anti
HCV lgG dalam specimen bila ada akan terikat pada protein rekombin;an HCV
yang dilabel pada permukaan sumur microtitir.
2. Pipet tetes
3. Strip Anti HCV
4. Tabung reaksi
5. Serum sampel
6. Reagen HCV / buffer HCV
Cara kerja :
Interpretasi Hasil :
Metode : imunokromatografi
Prinsip : serum diteteskan kedalam wadah dan reaksi yang terjadi akan
memberikan hasil dengan tanda garis
Dasar teori : viral hepatitis adalah penyakit infeksi yang umumnya seing
disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV) yang menjangkit hampir 5% dari
populasi dunia dengan beberapa variasi setempat, penyakit ini dapat timbul
tanpa gejala, akut(dengan kasus berat dan kematian) atau hepatitis kronik
yang akan memburuk ke erisis dan atau hepatocalullar carcinoma dan
kematian. Penyakit ini biasanya ditularkan melalui pertikaran cairan tubuh
antara seseorang yang sehat dengan orang yang sakit.
Alat dan Bahan :
Cara kerja :
Interpretasi Hasil :
TES LABORATORIUM
1. Pemeriksaan HIV
Metode : Imunokromatografi
0. Pipet tetes
1. Strip HIV
2. Tabung reaksi
3. Serum
4. Reagen HIV/Buffer HIV
Cara Kerja
Interpretasi Hasil
Intesitas dari warna merah garis daerah test (T) akan berubah tergantung dari
konsentrasi antibody HIV yang ada pada sampel. Oleh k]arena itu adanya
beberapa bayangan merah didaerah test dapat diperiksa positif.
IMUNOASSAY UNTUK DEMAM BERDARAH DENGUE(DBD)
Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang termasuk virus Arbo.
TES LABORATORIUM
PEMERIKSAAN DENGUE
Metode : Imunokromatografi
Prinsip : bilas antibody lgM dan lgG dari virus dengue dalam sampel akan
ditemukan secara spesifik oleh antibody anti human lgM dan lgG yang
terikat pada membrane netro selulosa sebagai fase padat, kemudian
berikatan dengan anti dengue yang telah membentuk kompleks dengan
gold babelled anti dengue monokorald antibody dan member warba pink
pada garis test.
0. Tabung reaksi
1. Tees acon
2. Serum
Cara kerja :
Interpretasi Hasil :
o Positif (+) : terrdapat2 garis warna pada daerah control dan test
o Negative (-) : hanya terbentuk satu garus pada daerah control
o Invalid : tidak terbentuk garis warna
TES LABORATORIUM
Metode : Imunokromatografi
Cara kerja:
Interpretasi Hasil :
Metode : imunokromatografi
Cara kerja :
Iterpretasi Hasil :
o Positif : jika ada dua garis pada daerah control dan test
o Negatif : jika terdapat satu garis pada daerah control
METODE ELISA
ELISA (singkatan bahasa Inggris: Enzyme-linked immunosorbent assay) atau 'penetapan
kadar imunosorben taut-enzim' merupakan uji serologis yang umum digunakan di berbagai
laboratorium imunologi. Uji ini memiliki beberapa keunggulan seperti teknik pengerjaan
yang relatif sederhana, ekonomis, dan memiliki sensitivitas yang cukup tinggi. ELISA
diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter Perlmann dan Eva Engvall untuk menganalisis
adanya interaksi antigen dengan antibodi di dalam suatu sampel dengan menggunakan enzim
sebagai pelapor (reporter label).[1]
Umumnya ELISA dibedakan menjadi dua jenis, yaitu competitive assay yang menggunakan
konjugat antigen–enzim atau konjugat antobodi–enzim, dan non-competitive assay yang
menggunakan dua antibodi. Pada ELISA non-competitive assay, antibodi kedua akan
dikonjugasikan dengan enzim sebagai indikator. Teknik kedua ini seringkali disebut sebagai
"Sandwich" ELISA.
T e k n i k E L I S A m e r u p a k a n t e k n i k k u a n t i t a t i f ya n g s a n g a t
s e n s i t i f , penggunaannya sangay luas, memerlukan peralatan yang sedikit,
reagen yangdiperlukan sudah tersedia dan dijual secara komersial dan sangat mudah
didapat.Tes ELISA dapat digunakan untuk mendeteksi antigen maupun
antibodiPemeriksaan ELISA dapat digunakan untuk mendeteksi antibodi dalam
tubuhmanusia maupun hewan. Terdapat berbagai teknik dalam pemeriksaan ELISA.
Metode dalam penelitian dengan Berdasarkan : Ikatan spesifik antara antigen (Ag) –
antibody(Ab) terdiri dari :
1. Teknik Qualitatif : Tiap berikatan pada Ag spesifik
2. Teknik Quantitatif : Jumlah Ikatan Ag-Ab ditentukan dengan nilai absorbansi.
Indikasi pemeriksaan.
b. Diagnosis dini infeksi HIV pada neonates, dan orang yang seronegatif tetapi
amat dicurigai terinfeksi HIV.
c. Menentukan orang yang seropositif tetapi asimptomatik.
d. Memantau hasil pengebotan dengan antivirus.
Prinsip : prinsip dasar uji ELISA-Ag HIV adalah double antibody sandwich
antiglobulin (indirect sandwich) ELISA.
e. Sampel
f. Butiran polisteren yang dilapisi IgG anti-HIV manusia
g. IgG anti-HIV poliklonal dari kelinci
h. Goat antrabbit IgG berlabel horse-radish peroxidase
i. PBS-T
j. O-phenylenediamine dihydrochloride
k. Sulfuric acid
l. Klinipet dan tipsnya
m. Incubator
n. Timer
o ANALITIK
Prosedur kerja
1. Sampel (200 ul) dicampur dengan butiran polisteren yang dilapisi IgG anti-
HIV manusia, dan diinkubasikan selama semalam pada suhu ruangan.
2. Setelah tahap pencucian, ditambahkan IgG anti-HIV poliklonal dari kelinci,
dan diinkubasi selama 4 jam pada suhu 40 C.
3. Setelah dicuci, untuk memisahkan bagian yang terikat dari yang bebas, di
tambahkan goat antirabbit IgG berlabel horse-radish peroxidase, dan
diinkubasi selama 2 jam pada suhu 240 C.
Interpretasi Hasil
Catatan
o Kelemahan tes
Tes ini tidak mampu untuk menentukan antigen bila terdapat titer antibodi
terhadap p 24 yang tinggi sehingga membentuk kompleks imun.
o Karakteristik tes
A. Metode aglutinasi
Reaksi aglutinasi (direk atau pasif) banyak digunakan, sebagai contoh penentuan tipe eritrosit
dalam penggolongan darah, diagnosis imunologi pada penyakit hemolitik seperti anemia
hemolitik yang diinduksi obat, tes rheumatoid faktor (IgM dan IgG), tes untuk syphilis dan
aglutinasi untuk tes kehamilan.
o PRA ANALITIK
Metode : Aglutinasi
n. Objek gelas
o. Blood lancet
p. Darah kapiler dan darah vena
q. Serum anti A
r. Serum anti B
s. Serum anti AB
o ANALITIK
Prosedur kerja
21. Jari pasien yang akan ditusuk didesinfeksi dengan alcohol 70%
22. Di tusuk denan lancet, tetesan pertama dihapus dengan kapas kering, tetsan
kedua selanjutnya ditaruh diobjek glass dengan 3 bagian.
23. Kemudian ditetesi dengan anti sera A, anti sera B, anti sera AB.
24. Dicampur dengan baik kemudian digoyang-goyangkan.
o PASCA ANALITIK
o Pembacaan hasil
o Apabila terjadi antigulasi pada anti serum A.
----------golongan darah B.
-------------Golongan darah O.
Pemeriksaan widal metode aglutinasi
Pada pemeriksaan uji widal dikenal beberapa antigen yang dipakai sebagai parameter
penilaian hasil uji Widal.
Tes dengan menggunakan antigen salmonella jenis O (somatik) dan H (flagel) untuk
menentukan tinggi rendahnya titer antibody. Titer antibody pada penderita infeksi tifus akan
meningkat pada minggu II. Titer antibody O, akan menurun setelah beberapa bulan, dan titer
antibody H, akan menetap sampai beberapa tahun. Titer antibody O meningkat segera setelah
demam, menunjukan adanya infeksi salmonella strain O, demikian juga untuk H. ( AY.
Sutedjo,SKM.2006)
Alat dan Bahan :
Tabung reaksi
Rak tabung
Mikropipet 10µl, 5µl
Larutan tidal,
Papan Slide Test
Cara kerja :
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ditetesi 20 µl serum dan 1 tetes larutan tydal pada slide test, jika hasilnya positif, lanjutkan
pada pengenceran 10 µl
3. Ditetesi 10 µl serum dan 1 tetes larutan tydal
4. Jika masih positif pada pengenceran 10µl, maka dilanjutkan seperti perlakuan diatas dengan
pengenceran 5 µl
5. Kemudian baca hasilnya
Interprestasi Hasil :
Pengenceran 20 µl = 1/80
Pengenceran 10 µl = 1/60
Pengenceran 5 µl = 1/320
PENGUJIAN RF
Prinsip : Partikel latex yang dilapisi gamma globulin manusia yang telah dimurnikan, ketika
suspensi latex dicampur dengan serum yang kadar RF nya meningkat, aglutinasi jelas terlihat
dalam waktu 2 menit.
Bahan : serum
Reagen : kontrol (+) = mengandung antibodi RF ; kontrol (–) = bebas antibodi RF ; latex =
suspensi latex polyesterin dilapisi fraksi FC termodifikasi dari IgG dalam buffer stabil.
Cara Kerja :reagen dan seum diinkubasi dalam suhu kamar, teteskan 50 mikroL serum
pasien ke dalam lubang slide. Kocok reagen latex, kemudian teteskan ke dalam lubang
dengan penetes yang disediakan. campur tetesan menggunakan alat disposable untuk
memastikan seluruh lubang test tercampur. putar test slide, selama 2 menit lihat aglutinasi
yang terjadi.
. UJI ASO/ASTO
Prinsip : suspensi latex dicampur dengan serum dengan kadar meningkat, aglutinasi terjadi
dalam waktu 2 menit
Bahan : serum
Reagen : kontrol (+) = mengandung antibodi ASO ; kontrol (–) = tidak mengandung antibodi
ASO ; reagen latex = suspensi partikel latex polysiterin yang dilapisi Streptolysin O
Cara Kerja : reagen dan seum diinkubasi dalam suhu kamar, teteskan 50 mikroL serum
pasien ke dalam lubang slide. Kocok reagen latex, kemudian teteskan ke dalam lubang
dengan penetes yang disediakan. campur tetesan menggunakan alat disposable untuk
memastikan seluruh lubang test tercampur. putar test slide, selama 2 menit lihat aglutinasi
yang terjadi.
1. UJI CRP
Metode : kualitatif
Prinsip : aglutinasi pasif terbalik dimana latex dilapisi antibodi CRP dan yang dideteksi
adalah antigen CRP dalam serum dengan kadar tinggi, aglutinasi terlihat dalam waktu 2
menit
Bahan : serum
Cara Kerja : masukkan 50 mikroL serum dalam test slide, tambahkan satu tetes suspensi,
campurkan suspensi dengan cara digoyang. Putar test slide selama dua menit lihat aglutinasi
yang terjadi.
Interpretasi Hasil : hasil positif = aglitunasi kasar ; positif lemah = aglutinasi halus ; hasil
negatif = tidak ada aglutinasi
4. PEMERIKSAAN RPR
Tujuan : digunakan untuk test flokulasi non treponemal untuk penentuan adanya reagen
antibodi dalam serum
Bahan : serum
Cara Kerja : reagen dan seum diinkubasi dalam suhu kamar, teteskan 50 mikroL serum
pasien ke dalam lubang slide. tambahkan 1 tetes reagen antigen pada test spesimen, putar
pada 100 Rpm selama 8 menit.