Anda di halaman 1dari 12

KELOMPOK 2

1. Ike Dian Oktavia Sari (14080694005)


2. Abriyana Dyah Ikawati (14080694081)
3. RB Achmad Rizal Huzaimi (14080694080)

PENGENALAN AKUNTANSI SYARIAH

A. Pentingnya Akuntansi Syariah


Pada masyarakat sering timbul pertanyaan mengenai keberadaan serta peran
akuntansi syariah dalam kehidupan manusia. Pertanyaan yang muncul antara lain?
Apa akuntansi syariah itu? apakah peran akuntansi syariah bagi kehidupan
manusia? serta apakah perbedaan antara akuntansi syariah dengan akuntansi umum
yang biasa dilakukan?
Pertanyaan- pertanyaan tersebut adalah wajar untuk diajukan meskipun
tidak seluruhnya benar. Secara sederhana, pengertian akuntansi syariah dapat
dijelaskan melalui dua kata yang membangunnya yakni akuntansi serta syariah.
Akuntansi dapat diartikan sebagai suatu seni ataupun kegiatan yang meliputi
pencatatan, penggolongan, serta pengikhtisaran transaksi- transakasi ekonomi
sehingga menghasilkan output berupa laporan keungan yang berguna bagi para
pemangku kepentingan dalam proses pengambilan keputusan. Sedangkan syariah
sendiri dapat diartikan sebagai aturan yang harus dipatuhi oleh manusia dalam
menjalankan segala kegiatan hidupnya yang berasal dari Allah SWT. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa akuntansi syariah merupakan proses akuntansi
(berupa pencatatan, penggolongan, serta pengikhtisaran) atas transaksi- transaksi
ekonomi yang dilakukan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Allah
SWT. Akuntansi syariah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari trilogi
iman, ilmu, dan amal. Hal ini berarti, keberimanan seseorang harus diekspresikan
dalam bentuk perbuatan dimana perbuatan tersebut harus didasari dan dituntun oleh
ilmu (dalam hal ini adalah ilmu sosial profesik, yaitu akuntansi syariah).
Menurut American Accounting Association (AAA), informasi yang
disajikan oleh akuntansi syariah bagi para pengguna pada laporan keuangan tidak
hanya mencakup data keuangan saja, namun juga mencakup kegiatan perusahaan
yang berjalan sesuai dengan syariah dan tujuan sosial. Dengan demikian akuntansi
syariah memungkinkan para pengguna laporan keuangan untuk memastikan bahwa
entitas tersebut beroperasi dengan baik dalam batas syariah islam dan mengacu
pada tujuan sosio ekonominya.
Akuntansi syariah dibutuhkan untuk mendukung kegiatan yang dilakukan
sesuai dengan syariah. Hal ini dikarenakan transaksi yang dicatat dengan akuntansi
syariah adalah transaksi yang sesuai dengan syariah karena tidak mungkin bisa
menerapkan akuntansi yang sesuai dengan syariah jika transaksi ekonomi yang
dilakukan tidak sesuai dengan syariah Islam.
Dewasa ini kebutuhan atas akuntansi syariah semakin meningkat. Hal ini
didukung dengan pesatnya perkembangan transaksi syariah yang dilakukan oleh
masyarakat. Perekmbangan tersebut meliputi perkembangan pesat dalam aktivitas
usaha serta lembaga keungan (bank, pasar modal, asuransi, dana pensiun, dsb) yang
berbasisis syariah. Dalam tiga dekade terakhir, lembaga keuangan telah
meningkatkan volume serta nilai transaksi berbasis syariah yang tentunya membuat
kebutuhan terhadap akuntansi syariah semakin meningkat. Dengan demikian,
akuntansi sebagai proses untuk melaporkan transaksi ekonomi perusahaan juga
harus mampu mengikuti seluruh perkembangan transaksi yang sedang berlangsung.

B. Perbedaan Akuntansi Syariah dan Akuntansi Konvensional


Menurut Harahap (2004), perbedaan antara akuntansi syariah dan akuntansi
konvensional adalah sebagai berikut:
Kriteria Akuntansi Syariah Akuntansi Konvensional
Dasar Hukum Hukum Etika yang berasal Hukum Bisnis Modern
dari AlQuran dan Sunnah
Dasar Tindakan Keberadaan Hukum Allah- Rasionalisme Ekonomis-
Keagamaan Sekuler
Tujuan Keuntungan yang Wajar Maksimalisasi Keuntungan
Orientasi Kemasyarakatan Individual kepada Pemilik
Tahapan Dibatasi dan Tunduk Tidak Dibatasi kecuali
Operasional Ketentuan Syariah Pertimbangan Ekonomis
KELOMPOK 2
1. Ike Dian Oktavia Sari (14080694005)
2. Abriyana Dyah Ikawati (14080694081)
3. RB Achmad Rizal Huzaimi (14080694080)

KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN


LAPORAN KEUANGAN SYARIAH

A. Asas Transaksi Syariah


Transaksi syariah berasaskan pada 5 prinsip dalam pelakasanaannya. Berikut
prinsip-prinsip yang ada pada transaksi syariah :
1. Persaudaraan (ukhuwah) :
Dimana setiap terjadinya transaksi syariah berdasarkan pada nilai
kebersamaan untuk memperoleh manfaat dan kebaikan yang didapat atas
transaksi tersebut, dan setiap individu tidak diperbolehkan merasakan
keuntungan dibalik kerugian yang diperoleh individu lain. Asas ini
berdasarkan prinsip saling memahami satu sama lain (tafahum), prinsip
saling mengenal dengan sesama (ta’aruf), saling tolong menolong (ta’awun),
saling dapat menjamin satu sama lain (takaful), serta saling besinergi dan
saling berafiliasi (tahaluf).
2. Keadilan (‘adalah) :
Dimana dilakukan penempatan sesuai dengan yang memiliki hak dan
yang sesuai dengan posisinya. Penerapan prinsip ini dalam aturan muamalah
adalah pelarangan adanya beberapa unsur berikut ini, diantaranya :
a. Riba atau dapat disebut bunga, riba disini dapat mencakup pada segala
bentuk dan jenis (riba nasiah atau fadhl). Riba dapat dijadikan sebagai
tambahan yang dilakukan pada pokok piutang yang disyaratkan saat
terjadi transaksi barang, biasanya berupa penukaran barang yang sejenis
secara tunai atau barang yang tidak sejenis secara tunai.
b. Kezaliman, dimana kezaliman disini mencakup kezaliman pada diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar. Kezaliman diartikan sebagai
suatu pemberian yang tidak sesuai dengan ukuran, kualitas dan
temponya. Kezaliman juga merupakan pengambilan sesuatu hal yang
bukan menjadi haknya dan memperlakukan suatu hal tidak sesuai pada
tempatnya.
c. Maysir atau judi. Berjudi ini mengandalkan hal keberuntungan atas suatu
perkiraan, sehingga judi memiliki sikap spekulatif atau dapat dikatakan
hal yang belum pasti terjadi di masa mendatang.
d. Ghahar atau adanya unsur ketidakjelasan, melakukan manipulasi atas
suatu hal dan mengeksploitasi suatu informasi, serta pelaksanaan akad
yang tidak pasti, contohnya : penyerahan objek akad yang tidak pasti dan
melakukan eksploitasi dikarenakan tidak dimengertinya perjanjian oleh
salah satu pihak
e. Haram atau segala unsur yang tidak diperbolehkan atau dilarang secara
keras dan telah tercantum dalam Al-qur’an dan As-sunah, baik berupa
barang, jasa, dan aktivitas operasional yang dilakukan.
3. Kemaslahatan (maslahah) merupakan hal yang bersifat kebaikan dan
memberi manfaat bagi dunia dan akhirat, bersifat material dan spiritual, serta
individu dan kelompok.
4. Keseimbangan (tawazun). Keseimbangan disini mencakup aspek material
dan spiritual, sektor keuangan dan sektor rill, antara bisnis dan sosial, aspek
publik dan privat, serta aspek pemanfaatan dan pelestarian. Transaksi syariah
memperhatikan kepentingan semua pihak tidak hanya pada kepentingan
pemilik saja, sehingga manfaat adanya suatu kegiatan ekonomi tersebut
dapat dirasakan.
5. Universalisme (syumuliah). Dimana universalisme berarti bersifat
menyeluruh atau mengglobal, dapat dilakukan untuk, dari, dan olehsemua
pihak yang memiliki kepentingan, serta tidak bersifat sara yaitu
membedakan suku, ras,golongan, dan agama.

B. Karakteristik Transaksi Syariah


Aplikasi transaksi syariah yang dikatakan sesuai dengan paradigma dan
prinsip yang dianut oleh transaksi syariah diharuskan untuk memenuhi karakteristik
dan persyaratan. Persyaratannya sebagai berikut :
1. Transaksi syariah dilakukan dengan berpedoman pada prinsip saling
memahami satu sama lain dan saling meridhai;
2. Prinsip kebebasan dalam melakukan transaksi dapat diakui jika objeknya
baik dan hahah;
3. Uang memiliki fungsi untuk digunakan sebagai alat tukar dan satuan untuk
mengukur nilai, serta bukan dijadikan sebagai komoditas;
4. Transaksi tidak mengandung suatu unsur riba yang jelas dilarang dalam
ajaran islam;
5. Ketika bertransaksi tidak melakukan dan tidak mengandung suatu unsur
kezaliman yang menyengsarakan orang lain ;
6. Transaksi tidak mengandung unsur maysir atau judi, dimana hal tersebut
hanya bersifat spekulasi dan belum tentu ;
7. Transaksi tidak mengandung unsur gharar, sehingga transaksi harus jelas
keberlangsungannya;
8. Transaksi tidak mengandung unsur haram, seperti penipuan, riba, gharar,
dan maysir;
9. Transaksi tidak mengikuti prinsip menilai waktu dari segikeuangan (time
value of money), hal tersebut dikarenakan suatu keuntungan yang diperoleh
dalam suatu usaha dan terkait pada risiko bawaan yang sesuai dengan
prinsip al-ghunmu bilghurmi (no gain without accompanying risk);
10. Transaksi dilakukan berpedoman pada perjanjian yang jelas dan benar
terjadi, sertatanpa merugikan pihak lain;
11. Transaksi tidak mengandung distorsi harga yang dilakukan melalui suatu
rekayasa permintaan, dan melalui rekayasa penawaran;
12. Transaksi tidak mengandung unsur haram yaitu kolusi melalui suap
menyuap (risywah).

C. Asumsi Dasar
Dalam transaksi syariah memiliki dua asumsi dasar yang dianut yaitu :
1. Dasar akrual, dimana penyajian laporan keuangan didasarkan pada akrual,
semua pengaruh atas terjadinya transaksi dan peristiwa yang diakui saat
terjadi, bukan saat kas dan setara kas diterima ataupun dibayar, serta
pengungkapannya pada catatan akuntansi. Dimana akan dilaporkan pada
laporan keuanganpada periode tersebut.
2. Kelangsungan usaha, dimana hal ini menjadi dasar atas asumsi
keberlanjutan usaha dalam menyusun laporan keuangan.

D. Pengakuan dan Pengukuran Unsur Laporan Keuangan


a. Pengakuan
Pada akuntansi syariah, konsep pengakuan atas transaksi- transaksi
syariah adalah sebagai berikut:
1. Pengakuan dan pengukuran pada akuntansi syariah secara keseluruhan
berbeda sesuai dengan akad yang telah ditentukan dari awal.
2. Pengakuan dan pengukuran pada asuransi syariah berbeda- beda sesuai
dengan jenis akuntansinya (sesuai dengan jenis transaksi yang dilakukan)
3. Terdapat dua jenis pengakuan yaitu pengakuan akuntansi pembeli dan
penjual (murabahah, salam, istihna’), akuntansi pemilik dan akuntansi
pengelola (mudharabah), akuntansi mitra aktif dan akuntansi mitra pasif
(musyarakah), akuntansi pemilik dan penyewa (ijarah). Namun terdapat
pengecualian yakni, akuntansi transaksi asuransi syariah tidak terbagi atas
dua pengakuan namun disesuaikan transaksi yang terjadi.
4. Pada akuntansi syariah pengakuan beban, kewajiban, aset, pendapatan
berbeda antara akuntansi satu dengan yang lain.
5. Dalam akuntansi syariah masih terdapat pengakuan akun-akun yang tidak
ada di akuntansi umum yaitu piutang dan potongan penjualan dan
pembelian.
b. Pengukuran
Dalam akuntansi terdapat beberapa dasar untuk mengukur unsur-unsur
dalam laporan keuangan, diantaranya yaitu:
1. Biaya histori
 Aset: sebesar kas yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut
 Kewajiban: sebesar kas yang dikeluarkan untuk membayar
kewajiban usaha
2. Biaya kini
 Aset: sebesar sejumlah kas dengan yang dikeluarkan saat aset
diperoleh saat ini
 Kewajiban: sebesar sejumlah kas yang akan digunakan membayar
kewajiban usaha saat ini
3. Nilai realisasi atau penyelesaian
 Aset: sebesar jumlah kas yang didapat ketika menjual aset ketika
pelepasan normal
 Kewajiban: sebesar jumlah kas yang digunakan membayar
kewajiban ketika pelaksanaan usaha secara normal.
Pada akuntansi syariah, pengukuran pada masing- masing akuntansi
berbeda menurut jenis akuntansinya. Perbedaan tersebut antara lain:
1. Berdasarkan pesanan, untuk transaksi murabahah, salam, dan istishna’
2. Berdasarkan investasi, untuk transaksi mudharabah
3. Berdasarkan kas dan non kas, untuk transakasi musyarakah,
4. Berdasarkan pendapatan sewa dan utang sewa, untuk transaksi ijiriah,
5. Berdasarkan klaim, untuk akuntansi transaksi asuransi syariah.

E. Hal Lain Terkait dengan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian


Laporan Keuangan Syariah
a. Tujuan Kerangka Dasar
Kerangka dasar ini menyediakan konsep bagi dasar penyusunan serta
penyajian laporan keuangan yang berguna sebagi acuan bagi:
 Penyusun standar akuntansi keuangan syariah, dalam melaksanakan
tugasnya;
 penyusun laporan keuangan untuk mengatasi permsalahan akuntansi
syariah yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan syariah;
 auditor, dalam mengeluarkan opini mengenai apakah laporan keuangan
telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi syariah yang berlaku
umum;
 Para pengguna laporan keuangan dalam mengartikan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan.
b. Pemakai dan Kebutuhan Informasi
Pemakai laporan keuangan meliputi ;
1. Pemilik dana titipan,untuk memastikan bahwa titipan dana dapat diambil setiap
saat
2. Pemilik dana qardh,untuk mengetahui apakah dana qardh dapat dibayar pada
saat jatuh tempo
3. Pemilik dana syirkah temporer,untuk pengambilan keputusan pada investasi
yang memberikan tingkat pengembalian yang bersaing dan aman
4. Pengawas syariah,untuk menilai kepatuhan pengelolaan lembaga syariah
terhadap prinsip syariah
5. Karyawan,untuk memperoleh informasi tentang stabilitas dan profitabilitas
entitas syariah
6. Pelanggan,untuk memperoleh informasi tentang kelangsungan hidup syariah
c. Paradigma Transaksi Syariah
Transaksi syariah didasarkan pada paradigma bahwa alam semesta ini
diciptakan oleh Tuhan sebagai amanah dan sarana kebahagiaan hidup bagi
seluruh umat manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan
spiritual.
d. Tujuan Laporan Keuangan
Beberapa tujuan laporan keuangan sebagai berikut ;
1. Meningkatkan kepatuhan terhadapa prinsip syariah dalam semua transaksi dan
usaha
2. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas
syariah
3. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah
4. Informasi mengenai tingkat keberuntungan yang diperoleh penanam modal dan
pemilik dana syirkah temporer
e. Bentuk Laporan Keuangan
Bentuk laporan keuangan entitas syaiah terdiri atas berikut ini ;
1. Posisi keuanagan entitas syariah,disajikan sebagai neraca.
2. Informasi kinerja entitas syariah,disajikan dalam laporan laba rugi.
3. Informasi perubahan posisi keuangan entitas syariah,dapat disusun berdasarkan
dana seperti sumber daya keuangan,modal kerja,dan kas.
4. Informasi lain tentang pemenuhan fungsi sosial entitas syariah yang tidak diatur
secara khusus tetapi realavan bagi pengambilan keputusan sebagian besar
pengguna laporan keuangan.
5. Catatan dan skedul tambahan seperti informasi tambahan tentang pengungkapan
resiko dan ketidakpastian yang mempengaruhi entitas.
f. Kendala Informasi yang Relavan dan Andal
Kendala informasi yang relavan dan andal terdapat dalam hal sebagai berikut ;
1. Tepat waktu
Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam laporan maka informasi
yang dihasilkan akan kehilangan relavansinya.Dalam usaha mencapai
keseimbangan antara relavansi dan keandalan kebutuhan pengambil keputusan
merupakan pertimbangan yang menentukan.
2. Keseimbangan antara biaya dan manfaat
Secara substansi evaluasi biaya dan manfaat merupakan suatu proses
pertimbangan,biaya tidak harus dipikul oleh mereka yang menikmati
manfaat.Manfaat mungkin juga dinikmati oleh pemakai lain oleh mereka yang
menjadi tujuan penyampaian informasi.
g. Unsur- unsur Laporan Keuangan Syariah
Laporan keuangan entitas syariah terdiri atas:
1. Komponen laporan keuangan yang menggambarkan aktivitas komersil
yang yang meliputi laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan arus
kas, serta laporan perubahan ekuitas.
Posisi Keuangan
Unsur akuntansi yang berada pada laporan posisi keuangan antara lain:
a. Aset yang merupakan harta perusahaan yang berasal dari transaksi masa
lampau yang memberikan manfaat ekonomi kepada perusahaan di amsa
sekarang dan mendatang
b. Kewajiban merupakan utang yang dilakuakn entitas kepada pihak lain
dengan berbagai tujuan, dimana utang ini wajib hukumnya untuk
dibayar.
c. Dana syirkah temporer merupakan dana titipan dari pihak ketiga
dimana entitas syariah memiliki hak untuk mengelola dana tersebut
dengan adanya bagi hasil untuk pemilik dana.
d. Ekuitas adalah hak yang erasal dari pengurangan aset entitas dengan
kewajiban serta dana syirkah temporer.
Kinerja
Kinrja dalam hal ini dalah kemampuan entitas untuk menghasilkan laba
atau penghasilan bersih dari aktivitas yang dilakukan. Unsur yang
berkaitan dengan laba antara lain:
a. Penghasilan (income) yang merupakan kenaikan manfaat ekonomi
dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset, pengurangan utang
yang menyebabkan keanikan ekuitas. Penghasilan meliputi pendapatan
(revenues) dan keuntungan (gain)
b. Beban (expenses) merupakan penurunan manfaat ekonomi dalam
bentuk pengeluaran atau pengurangan aset, penambahan utang yang
menyebabkan penurunan ekuitas. Yang masuk ke dalam unsur beban
adalah segala biaya yang muncul atas operasi entitas serta kerugian
yang timbul akibat operasi entitas.
c. Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer merupakan
bagian hasil pemilik dana syirkah atas dana yang dititipkannnya baik
berupa keuntungan ataupun kerugian.
2. Komponen laporan keuangan yang menggambarkan aktivitas sosial yang
dilakukan entitas, meliputi laporan sumber dan penggunaan dana zakat
serta dan kebajikan.
3. Komponen laporan keuangannya lainnya yang menggambarkan aktivitas
serta peran khusus dari entitas syariah.
h. Laporan Keuangan Entitas Syariah (ED PSAK 101 (Revisi 2014))
ED PSAK 101 (Revisi 2014) mengatur tentang ketentuan laporan
keuangan yang disajikan oleh entitas yang melakukan trransaksi syariah pada
anggaran dasarnya.
Sesuai dengan PSAK ini, komponen laporan keuangan entitas syariah
terdiri dari:
1. Laporan keuangan;
2. laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain;
3. laporan perubahan ekuitas;
4. laporan arus kas;
5. laporan sumber dan penyaluran dana zakat;
6. catatan atas laporan keuangan;
7. informasi komparatif dengan periode sebelumnya;
8. laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif dengan yang
disajikan ketika entitas menerapkan kebijkan akuntansi secara
retrospektif, atau melakukan penyajian kembali pos laporan keuangan
atau ketika entitas mereklasifikasi pos dalam laporan keuangan
i. Laporan Keuangan Bank Syariah (ED PSAK 101 (Revisi 2014))
Laporan keuangan bank syariah yang lengkap terdiri dari:
1. laporan posisi keuangan;
2. laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain;
3. laporan perubahan ekuitas;
4. laporan arus kas;
5. laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil;
6. laporan sumber dan penyaluran dana zakat;
7. laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan;
8. catatan atas laporan keuangan.
j. Laporan Keuangan Asuransi Syariah (ED PSAK 101 (Revisi 2014)
Laporan keuangan asuransi syariah memiliki beberapa komponen yaitu :
1. Laporan posisi keuangan
2. Laporan surplus defisit underwriting dana tabarru
3. Laporan laba rugi
4. Laporan perubahan ekuitas
5. Laporan perubahan dana tabarru
6. Laporan arus kas
7. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat
8. Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan
9. Catatan atas laporan keuangan
k. Laporan Keuangan Amil (ED PSAK 101 (Revisi 2014)
Pada laporan keuangan badan amil zakat memiliki kompenen berikut:
1. Laporan posisi keuangan
2. Laporan perubahan dana
3. Laporan perubahan aset kelolaan
4. Laporan arus kas
5. Catatan atas laporan keuangan

Anda mungkin juga menyukai