Contoh Jurnal
Contoh Jurnal
Disusun oleh:
Nama : Savera mahenina juanita
Kelas : Manajemen 4A1
NIM : 2015008019
Fakultas Ekonomi
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Bulan, 2017
GANGGUAN - GANGGUAN TERHADAP SUASANA “TERTIB DAN DAMAI” NYA
TAMANSISWA SETELAH PERLAWANAN ORDONASI SEKOLAH LIAR DAN
KONSEP DEMOKRASI DAN KEPEMIMPINAN YANG MERUPAKAN WARISAN
DEWANTARA
Oleh:
Savera Mahenina Juanita
2015008019
ABSTRAK
Asal usul dan perkembangan gerakan Taman Siswa mencapai puncaknya pada masa
perlawanan terhadap Ordonasi Sekolah Liar. Dalam perlawanan yang keras dan gigih yang
terus meningkat terhadap ordonasi, tamansiswa menunjukkan dirinya sangat mampu untuk
berfungsi sebagai sebuah lembaga tandingan.
Sejak saat itu, gerakan tamansiswa dengan berani menentang perubahan perubahan yang
terjadi pada zaman kolonial, pada masa pendudukan militer, jepang, pada masa perjuangan
kemerdekaan, dan pembentukan Republik, untuk dapat bertahan hingga masa kini.
Nama ki hadjar dewantara yang wafat pada tahun 1959, hidup terus dalam kenanganrepublik
sebagai seorang pendidik yang terkemuka, dan termasuk dalam kumpulan orangorang suci.
Untuk merinci sejarah tamansiswa selama setengah abad sejak perlawanan terhadap ordonasi
sekolah liarakan memerlukan halaman yang lebih banyak dari yang tersedia disini . pada bab
terakhir ini, saya hanya ingin menguji masa akhir ini dalam konteks tahun tahun yang diliput
dalam bab bab sebelum ini, dan menunjukkan bagaimana taman siswamemberikan landasan
yang mengesahkan dasar republik.
Perhatian utama adalah pada demokrasi terpimpin sebab hal ini tidak sematamata tergantung
kepada kualitas kharisma sukarno secara perorangan , tetapi dapat ditempatkan dalam
kerangka dasar pengertian indonesia modern tentang kebudayaan dan politik seperti telah
diperbincangkan dalam babbab di muka ini.
Disini kita akan mulai dengan survei tentang “GANGGUAN - GANGGUAN TERHADAP
SUASANA “TERTIB DAN DAMAI” NYA TAMANSISWA SETELAH PERLAWANAN
ORDONASI SEKOLAH LIAR DAN KONSEP DEMOKRASI DAN KEPEMIMPINAN
YANG MERUPAKAN WARISAN DEWANTARA” Akhirnya kita akan dengan singkat
meninjau struktur ideologi demokrasi terpimpin sukarno.
Kata kunci : Demokrasi dan kepemimpinan, Kenji Tsuchiya.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang senantiasa memberikan kepada kita taufik, hidayah
dan inayah-Nya, sehingga kita berada di atas jalan-Nya. Shalawat beserta salam selalu kita
haturkan kepada Nabi kita Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya dan seluruh
umatnya yang istiqamah menjalankan dan mendakwahkan sunah-sunahnya. Dalam penelitian
ini kami mencoba menyajikan materi yang berjudul“GANGGUAN - GANGGUAN
TERHADAP SUASANA “TERTIB DAN DAMAI” NYA TAMANSISWA SETELAH
PERLAWANAN ORDONASI SEKOLAH LIAR DAN KONSEP DEMOKRASI DAN
KEPEMIMPINAN YANG MERUPAKAN WARISAN DEWANTARA ”.
Kami menyadari dalam menyusun penelitian ini masih banyak kekurangan. Untuk itu
kami mengharapkan kepada dosen pembimbing agar memberikan masukan demi perbaikan
dan kesempurnaan penelitian ini.
Kemudian kepada pihak yang telah membantu, kami tak lupa menghaturkan banyak
terima kasih. Semoga Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang membalas kebaikan kepada
kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
hal
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Identifikasi masalah....................................................................... 2
1) Kesulitan-kesulitan internal dan eksternal
2) Bentuk-bentuk pertentangan
BAB II PEMBAHASAN
1. Demokrasi dan Kepemimpinan............................................... 3
2. Demokrasi terpimpinnya Soekarno ........................................ 3
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 8
B. Saran .............................................................................................. 8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Walaupun ordonasi sekolah liar dicabut pada tahun 1933 dan tidak pernah lagi diundangkan,
sejak itu pemerintah kolonial meneruskan tindakan tindakan represif terhadap organisasi
organisasi non koperasi, termasuk partindo pni, dan psii. Guruguru taman siswa dianggap
menjadi anggota partai-partai ini dinyatan mereka dimuat dalam kolom “berita keluarga”
majalah poesara, tugas dan pengangkatan pengangkatan, maka sejak desember 1933 kolom
“guruguru yang tidak berwenang” ditambahkan pada bagian majalah.
Pada bulan desember 1933 tercatat ada duabelas larangan mengajar, pada bulan pebruari
1934 jumlah itu menjadilima puluh tujuh, dan antara maret dan agustus 1973, dua puluh
enam nama ditambahkan pada daftar 1. Di antara mereka yang mendapat larangan mengajar
terdapat pemimpin pemimpin yang berpengaruh , seperti safiudin, soerjopoetro, dan
ngoesmanadji. 2
Tiap kali pemerintah bertindak , taman siswa protes di dalam poesara. Akan tetapi melawan
tindasan-tindasan keras seperti itu sulit untuk mengorganisasi perlawanan seperti terhadap
ordonasi sekolah liar.
Persoalan persoalan menjadi makin buruk , karena serangan serangan dari luar itu bersamaan
dengan timbulnya perbedaan pendapat di dalam taman siswa. Salah satu sebab kepemimpinan
dewantara menjadi efektif ialah kunjungan kunjungannya yang sering dilakukan ke cabang
cabang taman siswa , terutama pada akhir tahun 1920-an dan awal tahun 1930-an yang
dibiayai hampir seluruhnya dari dana pusat. Hampir selama dua tahun, dari tahun 1934-1936,
karena sakit ia harus tetap tinggal di Yogyakarta.
B. Bentuk-bentuk pertentangan
Dalam waktu yang bersamaan, suasana “ Tertib Damai” Taman Siswa sangat
terancamdengan berbagai petentangan dari dalam cabang-cabang dan lebih gawat, oposisi
terbuka terhadap majelis Luhur di Yogyakarta. Walaupun sebagian besar masalah berakar
pada konfrontasi pribadi, kadangkala mengenai soal-soal sepele, terbukanya persoalan
menjadi ancaman yang mematikan terhadap suasana “Tertib Damai” antar kelompok.
Ketidaksanggupan pimpinan pusat Taman Siswa untuk menyelesaikan perselisihan
menimbulkan keraguan atas keabsahannya dan mengurangi kewibawaannya dalam hubungan
tantangan Cabang Jenggala mengenai persoalan yang mendasar.
Perselisihan dari dalam mulai muncul di permukaan pada pertengahan juni 1933, berasal dari
banyak hal dan dalam berbagai bentuk. Dalam bulan itu, banyak guru diminta mundur dari
dewan pimpinan cabang medan di sumatera utara, sedangkan di bulan nopember tahun yang
sama seluruh kelasdikeluarkan dari sekolah pendidikanguru cabang jakarta.
Menjelang agustus 1935 ,keadaan itu bertumbuh menjadi lebih gawat setelah dikeluarkan nya
empat siswa menetang peraturan cabang- dibuat oleh Mangoensarkoro sendiri – yang
mewajibkan para siswa membersihkan ruang kelasnya sendiri. Delapan orang siswa lainnya
meminta kepada majelis luhur agar peraturan itu dibatalkan, disertai pemberitahuan apabila
tuntutan mereka tidak dipenuhi ,mereka akan meninggalkan sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
Demokrasi dan kepemimpinan dewantara membeberkan suatu logika untuk menciptakan dan
memelihara ketertiban sebagai perumusan kembali dalam negara bangsa, tanpa mengubah
paradigma (model pola) sistem konseptual tradisional tentang Wicaksana danManunggaling
Kawula lan Gusti . Wicaksana diftasirkan sebagai kebijaksanaan pemimpin, manunggal dapat
dicapai melalui kebijaksanaan pemimpin yang dinyatakandinyatakan dalam persepsi(rasa)
mereka tentang kebijaksanaan pemimpin , dan untuk dapat bersatu dengan rakyat , pemimpin
juga harus merasakan “kemauan suci” mereka.
Garis pemikiran politik seperti ini merupakan akibat wajar,bahwa “budi manusia” merupakan
manifestasi “suara tuhan” terlepas dari proses “ Demokrasi Barat” yang menyangkut
pemilihan wakil wakil. Sebaliknya , hal ini menunjang tuntutan, bahwa demokrasi barat
sebagai asas yang absah berlawanan dengan metode Jawa(Indonesia). Dan bahwa demokrasi
Barat hanya menimbulkan ketidaktertiban tentang Individualisme, egoisme dan materialisme.
Ideologi yang sama juga mendasari Pancasila, lima dasar yang di kemukakan Soekarno
sebagai dasar Indonesia merdeka. Dasar kepercayaan kepada Tuhan YME terlepas dari
agama seseorang sesuai dengan ajaran theosofi tentang kesatuan Tuhan, dasar-dasar
nasionalisme, Internasionalisme, demokrasi dan keadilan sosial perlu diusahakan melalui
struktur yang memuat kepada “titik ke Tuhanan yang yang satu” yang diwujudkan melalui
itu. Soekarno menyatakan inti Pancasila adalah gotong royong dan berarti bahwa negara
dilihat sebagai suatu perluasan tipe ideal paguyuban desa. Di dalam paguyuban seperti itu,
sama rasa dan sama rata selalu dapat terwujud. Dan pada saat yang sama dapat
diperhitungkan bisa terwujud melalui dasar-dasar yang berfungsi seperti yang disebut
Dewantara “Keluarga”
Perkembangan penuh dasar-dasar seperti itu dalam arena politik menimbulkan “sistem
Soekarno” suatu struktur ideologi yang memusat pada Soekarno, kepadanya unsur-unsur
heterogen , menuju dan besatu di dalamnya. Semboyan Bhineka Tunggal Ika akan terwujud
di dalam diri Soekarno. Ini berarti bahwa unsur-unsur akan diperintah dan diberi cara
eksistensinya dari pusat. Sebagai hasilnya bermacam-macam hirarki muncul, masing-masing
dengan Soekarno sebagai puncaknya.
Fungsi-fungsi dari hirarki pada kemampuan para anggotanya untuk menilai sendiri jarak
antara pusat kekuasaan dan lingkungan otoritas yang diberikan dari pusat kepada mereka. Di
tiap tingkat hirarki selanjutnya dibentuk subhirarki-subhirarki: kerucut-kerucut yang lebih
kecil, yang juga berfungsi dengan kepekaan jarak dari pusat.
Soekarno akan menjadi penyambung lidah rakyat ialah karena dianggap mampu , karena
kebijaksanaannya dapat merasakan Kemauan Rakyat.
Soekarno sendiri dalam pidato Hari Kemerdekaan 17 Agustus 1964, menjelaskan bahwa
dengan masuk ke dalam lingkungan yang sama dengan luapan kegembiraan religius, ia
mendapat pengetahuan tentang “ Kemauan Rakyat”.
Bagian itu melukiskan dengan hidup pandangan soekarno, bahwa keabsahannya sebagai
Pemimpin Besar bertopang pada kebijaksanaannya, kemampuannya yang luar biasa
merasakan kemauan rakyat dan menjadi “juru bicara” bagi mereka yang tidak dapat berbicara
untuk dirinya sendiri”. Hal itu melukiskan dengan jelas bahwa Soekarno, Rakyat itu berada di
dalam dirinya(“dua kawan yang kenyataannya menjadi satu”, dan bahwa hal itu hanya
mungkin baginya untuk dapatmencapai mereka dengan memasuki semacam kesurupan
religius.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN