Anda di halaman 1dari 4

DEMOKRASI DAN KEPEMIMPINAN

GANGGUAN - GANGGUAN TERHADAP SUASANA “TERTIB DAN DAMAI” NYA


TAMANSISWA SETELAH PERLAWANAN ORDONASI SEKOLAH LIAR
Oleh:
Savera Mahenina Juanita
2015008019

ABSTRAK

Asal usul dan perkembangan gerakan Taman Siswa mencapai puncaknya pada masa
perlawanan terhadap Ordonasi Sekolah Liar. Dalam perlawanan yang keras dan gigih yang
terus meningkat terhadap ordonasi, tamansiswa menunjukkan dirinya sangat mampu untuk
berfungsi sebagai sebuah lembaga tandingan.
Sejak saat itu, gerakan tamansiswa dengan berani menentang perubahan perubahan
yang terjadi pada zaman kolonial, pada masa pendudukan militer, jepang, pada masa
perjuangan kemerdekaan, dan pembentukan Republik, untuk dapat bertahan hingga masa kini.
Nama ki hadjar dewantara yang wafat pada tahun 1959, hidup terus dalam kenanganrepublik
sebagai seorang pendidik yang terkemuka, dan termasuk dalam kumpulan orangorang suci.
Untuk merinci sejarah taman siswa selama setengah abad sejak perlawanan terhadap
ordonasi sekolah liarakan memerlukan halaman yang lebih banyak dari yang tersedia disini .
pada bab terakhir ini, saya hanya ingin menguji masa akhir ini dalam konteks tahun tahun yang
diliput dalam bab bab sebelum ini, dan menunjukkan bagaimana taman siswamemberikan
landasan yang mengesahkan dasar republik.
Perhatian utama adalah pada demokrasi terpimpin sebab hal ini tidak semata-mata
tergantung kepada kualitas kharisma Sukarno secara perorangan , tetapi dapat ditempatkan
dalam kerangka dasar pengertian Indonesia modern tentang kebudayaan dan politik seperti
telah diperbincangkan dalam bab-bab di muka ini.
Disini kita akan mulai dengan survei tentang “GANGGUAN - GANGGUAN
TERHADAP SUASANA “TERTIB DAN DAMAI” NYA TAMANSISWA SETELAH
PERLAWANAN ORDONASI SEKOLAH LIAR”
Kata kunci : Demokrasi dan kepemimpinan, Kenji Tsuchiya.

PENDAHULUAN tertekan pada kebebasan tetapi tata dan


tertib dengan sukarela, tentram dan damai.
Manusia merdeka lahir dan batin Menurut faham taman Siswa masyarakat
yang dikehendaki adalah individu yang tertib damai hanya terwujud dalam satu
merdeka perasaannya dan merdeka kehidupan bersama berdasarkan cinta dan
perbuatannya. Masyarakat tertib damai kasih sayang antar sesama dalam satu
sebagai tujuan merupakan salah satu keluarga, yang sama hak dan kewajiban,
pergaulan hidup manusia yang tata tertib sama derajat dan martabatnya merasakan
dan teratur. Tidak hanya dari fisiknya saja kemanusiaan,sama merata merasakan
yang tenang dan tertib sedangkan jiwanya rejeki kemurahan Tuhan. Tertib yang
sebenarnya tidak akan ada jika tidak ada tindasan keras seperti itu sulit untuk
damai antara manusia itu, hanya mungkin mengorganisasi perlawanan seperti
ada dalam keadilan sosial sebagai wujud terhadap ordonasi sekolah liar.
berlakunya kedaulatan adab kemanusiaan Persoalan persoalan menjadi makin
yang menghilangkan segala rintangan buruk , karena serangan serangan dari luar
manusia terhadap sesamanya dalam 4 itu bersamaan dengan timbulnya perbedaan
syarat kehidupannya serta menjamin pendapat di dalam taman siswa. Salah satu
tertibnya syarat hidup lahir batin, sama rata sebab kepemimpinan dewantara menjadi
dan sama rasa. efektif ialah kunjungan-kunjungannya yang
Dan dengan mengetahui apa itu sering dilakukan ke cabang- cabang Taman
“Tertib dan Damai”nya Taman Siswa kita Siswa , terutama pada akhir tahun 1920-an
akan dengan mudah memahami Gangguan- dan awal tahun 1930-an yang dibiayai
gangguan terhadap suasana “Tertib dan hampir seluruhnya dari dana pusat. Hampir
Damai”nya Taman Siswa setelah selama dua tahun, dari tahun 1934-1936,
perlawanan ordonasi sekolah liar. karena sakit ia harus tetap tinggal di
Penelitian ini bertujuan untuk Yogyakarta.
mengetahui kesulitan-kesulitan internal
dan eksternal dan bentuk-bentuk B. Bentuk-bentuk pertentangan
pertentangan. Dalam waktu yang bersamaan,
suasana “ Tertib Damai” Taman Siswa
PEMBAHASAN sangat terancam dengan berbagai
petentangan dari dalam cabang-cabang dan
A. Kesulitan-kesulitan internal dan lebih gawat, oposisi terbuka terhadap
eksternal majelis Luhur di Yogyakarta. Walaupun
Ordonasi sekolah liar dicabut pada sebagian besar masalah berakar pada
tahun 1933 dan tidak pernah lagi konfrontasi pribadi, kadangkala mengenai
diundangkan, sejak saat itu pemerintah soal-soal sepele, terbukanya persoalan
kolonial meneruskan tindakan tindakan menjadi ancaman yang mematikan
represif terhadap organisasi organisasi non terhadap suasana “Tertib Damai” antar
koperasi, termasuk Partindo PNI, dan PSII. kelompok. Ketidaksanggupan pimpinan
Guru-guru taman siswa dianggap menjadi pusat Taman Siswa untuk menyelesaikan
anggota partai-partai ini dinyatakan mereka perselisihan menimbulkan keraguan atas
dimuat dalam kolom “berita keluarga” keabsahannya dan mengurangi
majalah Poesara, tugas dan pengangkatan- kewibawaannya dalam hubungan tantangan
pengangkatan, maka sejak Desember 1933 Cabang Jenggala mengenai persoalan yang
kolom “guru-guru yang tidak berwenang” mendasar.
ditambahkan pada bagian majalah. Perselisihan dari dalam mulai
Pada bulan desember 1933 tercatat muncul di permukaan pada pertengahan
ada dua belas larangan mengajar, pada juni 1933, berasal dari banyak hal dan
bulan Pebruari 1934 jumlah itu menjadi dalam berbagai bentuk. Dalam bulan itu,
lima puluh tujuh, dan antara Maret dan banyak guru diminta mundur dari dewan
Agustus 1973, dua puluh enam nama pimpinan cabang medan di sumatera utara,
ditambahkan pada daftar 1. Di antara sedangkan di bulan nopember tahun yang
mereka yang mendapat larangan mengajar sama seluruh kelas dikeluarkan dari sekolah
terdapat pemimpin-pemimpin yang pendidikan guru cabang Jakarta.
berpengaruh, seperti Safiudin, Cabang Jakarta memiliki 500 siswa
Soerjopoetro, dan Ngoesmanadji. 2 yang terdaftar pada tahun 1935, yang
Tiap kali pemerintah memberikan tindakan melebihi Yogyakarta(356) dan kedua
, Taman Siswa melakukan protes di dalam setelah Surabaya (664). Ketua cabangnya
Poesara. Akan tetapi melawan tindasan- ialah Sarmidi Mangoensarkoro, anggota
partai Sukarno Partindo yang antara April Perselisihan di Jakarta diikuti oleh
1949 sampai September 1950 menjadi pola tipikal. Antagonisme di dalam cabang
menteri P dan K Republik Indonesia). menggelinding ke pengurus pusat Taman
Bersama dengan istrinya, yang menjadi Siswa, dan sebagai akibat keterbukaan,
ketua Wanita Taman Siswa, ia menjalankan menyebabkan konfrontasi antara pengurus
pengawasan yang ketat terhadap cabang. pusat dan cabang.
Kepemimpinan yang begitu kuat, Kesulitan-kesulitan yang sama
sebaliknya, dapat menumbuhkan perbedaan bentuknya, walaupun berbeda sebab-
pendapat dari dalam, dan dalam bulan sebabnya, dilaporkan terjadi di sejumlah
Oktober banyak guru-guru berhenti cabang. Pada bulan Januari 1935,
mengajar. umpamanya, ketika Taman Siswa
Menjelang agustus 1935, keadaan memberhentikan pemimpin cabang A, para
itu bertumbuh menjadi lebih gawat setelah guru dan siswa yang mendukungnya
dikeluarkan nya empat siswa menetang berulangkali menuntut agar keputusan itu
peraturan cabang - dibuat oleh dibattalkan. Akhirnya hubungan cabang itu
Mangoensarkoro sendiri – yang dan Majelis Luhur menjadi tegang. Di
mewajibkan para siswa membersihkan cabang M dan cabang C pertentangan antar
ruang kelasnya sendiri. Delapan orang kelompok dibawa ke Majelis Luhur, dan
siswa lainnya meminta kepada majelis walaupun dikirim seorang penengah,
luhur agar peraturan itu dibatalkan, disertai perselisihan itu tidak menjadi reda.
pemberitahuan apabila tuntutan mereka Kesulitan-kesulitan yang sama muncul di
tidak dipenuhi, mereka akan meninggalkan cabang S, R dan P. Di cabang T, kesulitan
sekolah. Setelah mempertimbangkan, timbul ketika ketua caabang mengeluarkan
Majelis Luhur memutuskan bahwa guru-guru yang sedang main kartu di ruang
hukuman yang diberikan terlalu keras dan staf. Karena judi terjadi pada cabang-
menyarankan Sarmidi untuk cabang lain akhir Nopember 1935, Majelis
mempertimbangkan kembali. Tetapi dalam Luhur mengeluarkan maklumat-maklumat
karangannya yang terinci dan dengan yang melarang judi di perumahan guru-
alasan kuat yang ditertibkan di Poesara, guru dan pemakaian ruang staf untuk
Sarmidi mempertahankan keputusannya maksud-maksud yang tidak ada
dan menolak tuntutan untuk menghapuskan hubungannya dengan pendidikan.
peraturan itu. Masalah yang berhubugan dengan
Selama bulan Agustus dan cabang Jenggala berasal dari sebuah
September berlangsunglah tukar menukar maklumat Majelis Luhur Taman Siswa,
pendapat antara Majelis Luhur Taman dikeluarkan setelah sidang Majelis Luhur
Siswa, Sarmidi(dan Majelis Cabang pada tanggal 9-10 Agustus 1935, yang
Jakarta), dan kelompok anti Sarmidi dalam melarang guru-guru ikut serta dalam
Cabang Jakarta, tetapi tiada jalan keluar gerakan pemuda. Sebagai jawaban, Pemuda
dapat ditemukan untuk suatu penyelesaian. Taman Siswa dan lain-lain yang terlibat
Di bulan September, karena melihat dalam gerakan pemuda menulis surat
keadaan begitu gawat, Mr S (Sartono) dari kepada majelis Luhur menanyakan alasan-
cabang B (Bandung) mengambil alih alasan dikeluarkannya maklumat tersebut.
persoalannya atas tanggung jawab sendiri Di bulan September, Majelis Luhur
untuk suatu persetujuan antara Majelis menjelaskan bahwa tindakannya itu
Luhur dan Cabang Jakarta, tetapi juga tidak dilakukan karena kekhawatiran bila terjadi
berhasil. Akhirnya peristiwa itu ditutup ikatan yang khusus antara murid dan guru
untuk “melindungi kehormatan” Taman dalam kelompok pemuda yang sama, hal itu
siswa maupun Sarmidi, dan membiarkan tidak baik dilihat dari sudut pendidikan.
mereka yang telah dipecat dan para Ditekankan, bahwa tindakan itu semata-
simpatisannya begitu saja. mata berdasarkan alasan pendidikan, bukan
karena adanya tekanan dari pemerintah,
khususnya tekanan yang bertalian dengan DAFTAR PUSTAKA
tunjangan anak, atau karena kekhawatiran
keterlibatan kelompok pemuda dalam
Buku Ketamansiswaan II, kutipan Ki
politik.
Tunjangan anak ini merupakan Sutikno
subsidi belajar untuk anak-anak pegawai,
yang diberikan berdasarkan ordonasi
Pebruari 1935 ke pada tiga jenis sekolah :
sekolah-sekolah umum, sekolah yang
mendapat subsidi dari peerintah, dan
sekolah swasta yang memiliki syarat seperti
sekolah umum. Taman Siswa untuk
mempelajari kualitasnya. Masalah ini tetap
merupakan sumber ketegangan Taman
Siswa dan pemerintah selama tiga tahun,
sampai dapat di selesaikan melalui
Dewantara dan Gubernur Jenderal di akhir
1937. Sebagai hasilnya ialah, bahwa mulai
tahun 1938 semua pegawai pemerintah
yang mengirimkan anaknya ke sekolah
manapun mendapatkan tunjangan anak.

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam perlawanan yang keras dan
gigih yang terus meningkat terhadap
ordonasi, Taman Siswa menunjukkan
dirinya sangat mampu untuk berfungsi
sebagai sebuah lembaga tandingan.
Persoalan persoalan yang muncul di
karenakan serangan serangan dari luar itu
bersamaan dengan timbulnya perbedaan
pendapat di dalam taman siswa dapat
diatasi dengan baik. Salah satu sebab
kepemimpinan dewantara menjadi efektif
ialah kunjungan-kunjungannya yang sering
dilakukan ke cabang- cabang Taman Siswa.
Dengan memahami lebih dalam materi
tentang gangguan gangguan terhadap
suasana “Tertib dan damai”nya Taman
Siswa setelah perlawanan ordonasi sekolah
liar, kita menjadi mengerti bagaimana
sejarah lika liku yang begitu melekat pada
Taman Siswa itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai