Anda di halaman 1dari 8

Petunjuk Teknis (Juknis) Kegiatan Peningkatan Produksi Sayuran dan Tanaman Obat TP Propinsi TA.

2017

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memasuki tahun 2017 yaitu tahun ke-3 dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015 – 2019, Pembangunan sub sektor hortikultura
mengacu pada pencapaian target sukses Kementerian Pertanian yaitu: kedaulatan
pangan dan sistem pertanian industri guna meningkatkan kesejahteraan petani.
Dalam pencapaian target tersebut, kebijakan pengembangan hortikultura tahun
anggaran 2017 melanjutkan kebijakan tahun sebelumnya melalui refocusing target
dan kinerja anggaran yang memprioritaskan pada pencapaian target produksi
hortikultura. Kegiatan utama dalam rangka refocusing pelaksanaan tahun anggaran
2017 diarahkan kepada: 1) pengembangan kawasan untuk komoditas prioritas,
yaitu aneka cabai, bawang merah dan jeruk; 2) pengembangan kawasan di wilayah
perbatasan, tertinggal dan terluar; 3) produksi benih dan sertifikasi bawang merah;
4) pengendalian OPT komoditas prioritas; 5) Gudang/bangsal Pasca panen; 6)
Sarana prasarana pascapanen gudang packing house (rumah kemas); serta 8)
Dukungan manajemen dan teknis lainnya pada Direktorat Jenderal Hortikultura
dan sarana pengolahan. Selama 2 tahun pelaksanaan RPJMN 2015 – 2019, banyak
permasalahan dihadapi dalam pengembangan hortikultura di Indonesia,
diantaranya: tidak stabilnya produksi cabai dan bawang merah setiap bulannya
yang menjadi salah satu penyebab fluktuatif harga cabai dan bawang merah;
rendahnya produksi, produktivitas dan mutu produk hortikultura; sumberdaya
manusia yang kurang mampu atau terampil baik aspek manajerial maupun aspek
teknis; payung hukum yang belum sepenuhnya menjadi acuan penetapan kegiatan
hortikultura; kelembagaan hortikultura yang masih lemah; masih belum optimalnya
penerapan teknologi pengembangan hortikultura. Oleh karena itu perlu dukungan
semua pihak baik pemerintah, swasta dan masyarakat secara terintegrasi dan
sinergi sesuai tugas dan fungsinya untuk membangun hortikultura agar tercapai
target yang ditetapkan. Dalam rangka pelaksanaan kegiatan tahun 2017, sebagian
besar anggaran Direktorat Jenderal Hortikultura dialokasikan dalam bentuk
Bantuan Pemerintah yang tidak termasuk dalam kriteria Bantuan Sosial pada
Kementerian Negara/Lembaga yang dalam hal ini diberikan kepada kelompok tani
dan/atau Gapoktan.

-1-
Petunjuk Teknis (Juknis) Kegiatan Peningkatan Produksi Sayuran dan Tanaman Obat TP Propinsi TA. 2017

Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang berkembang pesat di


Indonesia baik dari segi jumlah produksi maupun mutunya. Sayuran merupakan
komoditas yang esensial dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia akan kalori,
vitamin, mineral, serat dan anti oksidan alami. Kontribusi agribisnis sayuran pada
tahun 2012 terhadap pembentukan PDB sub sektor hortikultura cukup besar, yaitu
sebesar 50,73%. Dengan demikian pengembangan sayuran merupakan salah satu
upaya untuk meningkatkan perekonomian wilayah, yang pada akhirnya akan
meningkatkan daya saing wilayah tersebut.

Dewasa ini cabe dan bawang merah dimasukan dalam kelompok komoditas pangan
penting (Sidang Kabinet Terbatas di Bukittinggi, 29 Oktober 2013) karena
ketersediaan dan harganya sangat berpengaruh pada inflasi dan perekonomian
nasional. Karena itu diperlukan perhatian dan keseriusan dalam pengembangan
komoditas ini, bukan hanya pengembangan melalui pendanaan APBN, akan tetapi
dukungan dan keterpaduan dengan program dan kegiatan APBD, instansi lain
(Kluster BI, PKBL/CSR, KKP-E, KUR) dan pelaku usaha sendiri.

Untuk menciptakan agribisnis sayuran yang efektif, efisien, berdampak bagi


kemajuan dan kesejahteraan masyarakat yang terlibat di dalamnya diperlukan
volume, intensitas dan kualitas kegiatan yang memadai berbasis pada kesamaan
kegiatan dalam ruang yang sama. Untuk itu diperlukan sinergisme intra dan/atau
antar wilayah (daerah otonom) sejauh wilayah tersebut merupakan suatu kesatuan
yang utuh secara ekonomis, yang dapat dibatasi oleh kemiripan agroekosistem dan
kesatuan infrastruktur, sehingga akan dihasilkan dampak ekonomi yang nyata dan
terukur, segala pelayanan dan fasilitasi di dalamnya dapat berjalan efektif dan
efisien, yang dikenal dengan pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura,
termasuk kawasan sayuran. Penetapan kawasan sayuran ini diperlukan untuk
memudahkan upaya penumbuhan dan pengembangan kawasan berbasis agribisnis
mulai dari penyediaan sarana produksi, budidaya, pascapanen dan pemasaran serta
kegiatan pendukungnya secara terpadu, dan berkelanjutan.

Kawasan sayuran adalah sebaran usaha sayuran yang disatukan oleh faktor ilmiah,
sosial budaya, dan infrastruktur fisik buatan, serta dibatasi oleh agroekosistem yang
sama sedemikian rupa sehingga mencapai skala ekonomi dan efektivitas
manajemen usaha sayuran. Kawasan sayuran dapat meliputi kawasan yang telah
eksis maupun lokasi baru yang memiliki potensi SDA yang sesuai dengan
agroekosistem, dan lokasinya dapat berupa hamparan dan atau spot partial (luasan

-2-
Petunjuk Teknis (Juknis) Kegiatan Peningkatan Produksi Sayuran dan Tanaman Obat TP Propinsi TA. 2017

terpisah) dalam satu kawasan yang terhubung dengan aksesibilitas memadai.


Kriteria khusus kawasan sayuran mencakup berbagai aspek teknis yang bersifat
spesifik komoditas baik untuk sayuran buah, sayuran daun, sayuran umbi dan
jamur.

Pengembangan Kawasan Tanaman Sayuran (Kawasan aneka cabai) pada tahun


2017 di Kabupaten Solok Selatan akan dilakukan melalui Tugas Pembantuan di
Propinsi seluas 15 ha.

B. Tujuan dan Sasaran

Tujuan kegiatan pengembangan kawasan sayuran lainnya dan tanaman obat adalah
memadukan serangkaian program dan kegiatan pertanian menjadi satu kesatuan
yang utuh baik dalam perspektif sistem Direktorat Jenderal Hortikultura Pedoman
Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2017 maupun
kewilayahan, sehingga dapat mendorong peningkatan daya saing komoditas,
wilayah serta pada gilirannya kesejahteraan petani sebagai pelaku usaha, melalui
penerapan Good Agriculture Practices (GAP), Good Handling Practices (GHP),
dan Standard Operasional Prosedure (SOP).

Sasaran yang ingin dicapai adalah terlaksananya pengembangan kawasan tanaman


sayuran melalui perluasan areal dan perbaikan mutu pengelolaan lahan usaha di
sentra produksi di Kabupaten Solok Selatan.

-3-
Petunjuk Teknis (Juknis) Kegiatan Peningkatan Produksi Sayuran dan Tanaman Obat TP Propinsi TA. 2017

BAB II
PELAKSANAAN

Kegiatan yang dimaksudkan disini adalah kegiatan pengembangan kawasan


tanaman sayuran melalui dana Dana Tugas Pembantuan Ditjen Hortikultura Satker
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Propinsi Sumatera Barat
(04) TA. 2017.

1. Lokasi

Kegiatan ini dilaksanakan oleh bidang hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten


Solok Selatan yang secara teknis melaksanakan program pengembangan komoditi
sayur dan akan di laksanakan di 4 kecamatan yaitu : Kecamatan Pauh Duo,
Kecamatan KPGD, Kecamatan Sangir dan Kecamatan Sungai Pagu sesuai potensi
lahan, petani dan materi yang mendukung.
2. Output, Sub Output, Komponen

Output : (024) Kawasan Bawang Merah


Sub Output : (001) tanpa output
Komponen : (052) Fasilitasi Bantuan Sarana Produksi

3. Pelaksana dan Penerima Manfaat


Pelaksana kegiatan adalah bidang teknis yang menangani pengembangan
hortikultura di Dinas Pertanian Kabupaten Solok Selatan, dan penanggungjawab
kegiatan adalah Kepala Dinas Dinas Pertanian Kabupaten Solok Selatan, dan
penanggungjawab program adalah kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan,
Hortikultura dan Perkebunan Propinsi Sumatera Barat. Penerima manfaat kegiatan
Pengembangan Kawasan Tanaman Sayuran adalah Kelompok Tani/Gapoktan yang
mendapatkan pendampingan dalam pelaksanaan pengembangan kawasan tanaman
sayuran tahun 2017 sesuai hasil identifikasi CPCL yang dilakukan oleh tim
Identifikasi CPCL dan Verifikasi Dinas Pertanian Kabupaten Solok Selatan.

Proses pelaksanaan kegiatan perbenihan di kawasan :


1. Kelompok Tani penerima bantuan pengembangan kawasan tahun 2017 ini
wajib menyisihkan sebanyak 20 % untuk kegiatan perbenihan, agar
ketersediaan benih di lokasi tersebut terus meningkat

-4-
Petunjuk Teknis (Juknis) Kegiatan Peningkatan Produksi Sayuran dan Tanaman Obat TP Propinsi TA. 2017

2. Kelompok tani pelaksana pengembangan bawang merah agar selalu


berkomunikasi dengan tim teknis kegiatan dan balai pengawasan dan sertifikasi
benih Kabupaten Solok Selatan untuk pengawalan benih bersertifikat.
3. Sesuai dengan surat Dirjen tertanggal 767/PP-340/D/2016 tanggal 13
September 2016, benih yang dihasilkan dapat dijual dengan harga
maksimalRp. 25.000/kg. selanjutnya apabila karena suatu hal benih tidak bisa
dijual dengan harga tersebut, maka harus dibuat analisa usaha tani bawang
merah dilokasi tersebut dan dintatangani oleh Kepala Dinas Pertanian dan
selanjutnya dikirimkan ke Direktur Jenderal.
4. Seluruh kegiatan perbenihan agar mengacu pada peraturan perbenihan berlaku.

4. Pembiayaan

Kegiatan ini dibiayai dengan dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
melalui dana Tugas Pembantuan pada Satker Dinas Pertanian Tanaman Pangan,
Hortikultura dan Perkebunan Propinsi Sumatera Barat TA. 2017.

5. Metode Pelaksanaan

Pengembangan kawasan bawang merah dilaksanakan dengan melibatkan petugas


Pembina pengembangan hortikultura di Dinas Pertanian Kabupaten Solok Selatan
(Bidang Hortikultura) PHP, BPSB, PPL dan Petugas Kecamatan. Pihak – pihak
yang terkait dalam pengembangan. Pelaksanaan kawasan bawang merah
diutamakan pada lahan baru/ ekstensifikasi dan daerah berkembang atau
dilahan eksisting melalui peningkatan Indeks Pertanaman (IP).

Pelaksanaan kegiatan dapat terdiri atas komponen utama berupa (052) Fasilitasi
Bantuan Sarana Produksi, yang didukung oleh seluruh dan atau sebagian
komponen lainnya dengan penjelasan sebagai berikut :

(052) Fasilitasi bantuan kepada petani, dengan akun Belanja Barang Fisik Lainnya
untuk diserahkan kepada masyarakat/Pemda (526115) untuk pengembangan
kawasan tanaman sayuran.

Bantuan kepada petani seluruhnya berupa belanja barang fisik, yang


pengadaannya dilakukan Dinas Pertanian Kabupaten Solok Selatan melalui
Belanja Bantuan Dalam Bentuk Barang (526115).

Proses pengadaan dilakukan oleh pihak ketiga melalui penunjukan langsung


dan atau secara kontraktual/lelang sesuai Perpres No. 54 tahun 2010 dan

-5-
Petunjuk Teknis (Juknis) Kegiatan Peningkatan Produksi Sayuran dan Tanaman Obat TP Propinsi TA. 2017

penyempurnaannya pada Perpres Nomor 70 Tahun 2012 berdasarkan hasil


CPCL dan Tim Teknis. Tim Teknis Dinas Pertanian Kabupaten Solok
Selatan membuat rencana kebutuhan untuk kemudian disetujui dirapat
koordinasi bersama Kelompok Tani untuk dilanjutkan pembuatan HPS oleh
Pejabat Pembuat Komitmen untuk di diserahkan ke Panitia pengadaan untuk
diproses sesuai peraturan yang berlaku serta ketersediaan Dana dan SOP
Komoditi Bawang Merah. Serah terima barang dari Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota kepada Ketua Kelompoktani/Gapoktan/Asosiasi selaku
penerima manfaat diatur oleh Satker Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura
dan Perkebunan Propinsi Sumatera Barat sesuai peraturan yang berlaku
sehingga barang diterima oleh petani/masyarakat sesuai sasaran dan/atau
melalui Petunjuk Khusus Mekanisme Serah Terima Barang Lingkup
Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2017.
Barang-barang tersebut merupakan pilihan yang dapat berupa benih unggul
bersertifikat, pupuk kimia, pupuk organik, mulsa, agensia hayati, dolomite,
zat pengatur tumbuh, dll yang dituangkan dalam KAK (Kerangka Acuan
Kerja) atau RAB yang telah disusun dan disepakati oleh kelompok tani
penerima dan telah disetujui oleh Tim Teknis.

Apabila bantuan yang akan diadakan berupa benih sayuran namun


ketersediaan benih sayuran bersertifikat sangat terbatas/tidak mencukupi/
tidak tersedia maka petani dapat menggunakan benih lokal/setempat tidak
bersertifikat, akan tetapi harus merupakan benih sehat dan bermutu yang
diproduksi oleh penangkar terdaftar pada BPSBTPH setempat, dan atau
diproduksi oleh penangkar namun di bawah pengawasan BPSBTPH
setempat. BPSBTPH diminta memberi surat keterangan untuk hal tersebut.
Namun seandainya belum ada benih seperti syarat yang dimaksud, benih
boleh disediakan sendiri oleh petani, namun dibiayai secara swadaya dan
dana fasilitasi digunakan untuk pembelian saprodi lainnya. Bantuan tersebut
sifatnya hanya sebagai pengungkit, sedangkan komponen lain yang
diperlukan dalam biaya usaha tani menjadi tanggung jawab petani,
kelompok tani atau Gapoktan.

Tabel 1. Komponen Bantuan berupa Input Budidaya Pengembangan Kawasan


Bawang Merah

-6-
Petunjuk Teknis (Juknis) Kegiatan Peningkatan Produksi Sayuran dan Tanaman Obat TP Propinsi TA. 2017

Satuan
No. Komoditas Biaya Komponen Bantuan

Rp./Unit (Pilihan)

1. Bawang Merah 40.000.000 Benih, pupuk organik,


pupuk anorganik, kapur
pertanian, bahan pengendali
OPT ramah lingkungan
(likat kuning, feromon sex,
dll), sarana irigasi, alat
pengolah tanah cultivator),
dan atau pilihan lain sesuai
dengan kondisi lapang dan
kebutuhan kelompok.
Untuk jenis belanja
komponen pilihan
agarmengacu sesuai akun.

Beberapa persyaratan teknis yang perlu menjadi perhatian adalah :


1. Dekat dengan sumber air, ketersediaan air pada musim kemarau tetap ada,
luas minimum 1 ha berada dalam 1 hamparan dan memiliki akses pasar.
2. Kelompok Tani bersedia menanam cabai yang telah difasilitasi pada tahun
2017 dan melakukan pemeliharaan secara optimal dan mengembangkan
untuk tahun-tahun berikutnya.
3. Kelompok Tani sanggup mengaplikasikan Trichoderma spp untuk
menghindarkan penyakit tular tanah dan penyakit layu
4. Kelompok Tani bersedia melaksanakan PHT dengan menanam border/
tanaman pinggiran kebun dengan jagung setidaknya 3-4 baris atau tanaman
lainnya yang berfungsi untuk pengendalian HPT.
5. Petani mampu menyediakan pupuk kandang/kompos secara swadaya sesuai
dengan kebutuhan/rekomendasi SOP
6. Saprodi yang tidak difasilitasi melalui dana APBN, difasilitasi secara
swadaya oleh Kelompok Tani penerima bantuan.

-7-
Petunjuk Teknis (Juknis) Kegiatan Peningkatan Produksi Sayuran dan Tanaman Obat TP Propinsi TA. 2017

BAB III
INDIKATOR KINERJA

A. Masukan

1. Dana APBN TA. 2017 Rp. 800.000.000,-

2. Sumber Daya Manusia (petugas, petani, pelaku usaha)

3. Data dan teknologi

B. Keluaran

1. Terbentuknya kawasan bawang merah seluas 20 Ha di Kabupaten Solok


Selatan.

3. Terfasilitasinya sarana produksi dan sarana budidaya pendukung lainnya


dalam kegiatan pengembangan kawasan bawang merah.

C. Hasil

1. Meningkatnya luas kawasan bawang merah khususnya di Kabupaten Solok


Selatan;

2. Meningkatkan produksi bawang merah;

3. Pelestarian lingkungan;
4. Penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan;
5. Pengendalian ketersediaan dan pasokan untuk menjaga inflasi dan stabilisasi
harga komoditas strategis (bawang merah);
D. Manfaat

Terbentuknya kawasan bawang merah yang mampu menyediakan bawang merah


sepanjang tahun dan mampu menekan inflasi akibat gejolak harga

E. Manfaat

Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani bawang merah.

-8-

Anda mungkin juga menyukai