Anda di halaman 1dari 11

Instalasi Rumah Sakit

15 MEI 2016 INSTAL ASIFARMASI TINGGALKAN KOMENTAR


A. Pengertian Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu bagian/unit/divisi atau fasilitas


dirumah sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan
kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri
(Siregar dan Amalia, 2004). Instalasi Farmasi Rumah Sakit dikepalai oleh
seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang
memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan
merupakan tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung
jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian (Siregar dan
Amalia, 2004).

B. Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

Berdasarkan Kepmenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar


Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, tugas pokok farmasi Rumah Sakit
adalah sebagai berikut:

a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal


b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik profesi
c. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi
e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi
g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi
h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium rumah sakit.

Fungsi farmasi rumah sakit yang tertera pada Kepmenkes No.


1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit adalah sebagai berikut:

a. Pengelolaan Perbekalan Farmasi


b. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan

C. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

Menurut Kepmenkes Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang standar


Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Struktur organisasi minimal di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit yaitu :
a. Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit
b. Administrasi Farmasi
c. Pengelolaan perbekalan farmasi
d. Pelayanan farmasi klinik
e. Manajemen mutu

D. Pengelolaan Pembekalan Farmasi

Menurut Kepmenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004, fungsi pelayanan


farmasi rumah sakitsebagai pengelola perbekalan farmasi dimulai dari
pemilihan, perencanaan, pengadaan, produksi, penerimaan,
penyimpanan, dan pendistribusian, pengendalian, penghapusan,
administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan
pelayanan.

1. Pemilihan
Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang
terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis,
menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial,
standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat.

2.Perencanaan
Merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga
perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk
menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat
dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah
ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode
konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
Pedoman perencanaan berdasarkan DOEN, formularium rumah sakit,
standar terapi rumah sakit, ketentuan setempat yang berlaku, data
catatan medik, anggaran yang tersedia, penetapan prioritas, siklus
penyakit, sisa persediaan,data pemakaian periode yang lalu, dan rencana
pengembangan.

3.Pengadaan
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui, melalui pembelian secara tender (oleh panitia
pembelian barang farmasi) dan secara langsung dari
pabrik/distributor/pedagang besar farmasi/rekanan, melalui
produksi/pembuatan sediaan farmasi (produksi steril dan produksi non
steril), dan melalui sumbangan/droping/hibah.

4. Produksi
Merupakan kegiatan membuat, mengubah bentuk, dan pengemasan
kembali sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kriteria obat yang diproduksi adalah
sediaan farmasi dengan formula khusus, sediaan farmasi dengan harga
murah, sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil, sedian farmasi
yang tidak tersedia dipasaran, sediaan farmasi untuk penelitian, sediaan
nutrisi parenteral, rekonstruksi sediaan obat kanker.

5. Penerimaan
Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah
diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung,
tender, konsinasi atau sumbangan. Pedoman dalam penerimaan
perbekalan farmasi yaitu pabrik harus mempunyai sertifikat analisa,
barang harus bersumber dari distributor utama, harus mempunyai
material safety data sheet (MSDS), khusus untuk alat
kesehatan/kedokteran harus mempunyai certificate of origin, dan expire
date minimal 2 tahun.

6. Penyimpanan
Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan
yang ditetapkan menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhu dan
kestabilannya, mudah tidaknya meledak/terbakar, dan tahan/tidaknya
terhadap cahaya, disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin
ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.

7. Pendistribusian
Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit
untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan
rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Sistem distribusi
dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan
mempertimbangkan:

a. Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada


b. Metode sentralisasi atau desentralisasi
c. Sistem floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi

Iklan
Report this ad

Report this ad

Undang Undang
mengenai
Instalasi Farmasi
8 MEI 2016 INSTAL ASIFARMASI TINGGALKAN KOMENTAR
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014

Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit


Pasal 1 Ayat 9 : Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional
yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di
Rumah Sakit.

JALUR PENGADAAN OBAT


OLEH INSTALASI FARMASI
30 APRIL 2016 INSTAL ASIFARMASI TINGGALKAN KOMENTAR
Kelalaian yang harus diwaspadai bila kita sebagai orang yang
bergelut dengan bidang instalasi farmasi adalah ketersediaan obat-obatan
digudang. Mengapa ketersediaan obat di gudang menjadi hal yang harus
di perhatikan ? karena bila tidak diperhatikan dengan baik akan terjadi
kekosongan obat saat pasien menginginkan obat tertentu. Masalah
menjadi rumit saat kekosongan obat ini berdampak buruk pada pasien,
selanjutnya menjadi konsumsi publik dan menyentuh ranah hukum
pidana. Bila ini terjadi, bisa dipastikan berbagai pihak akan lepas tangan
dan mencari kambing hitam terhadap masalah yang ada instalasi
kefarmasian seringkali menjadi kambing hitam dalam kasus ini.
Pengelolaan obat di rumah sakit merupakan salah satu komponen penting
dalam manajemen rumah sakit. Pengelolaan obat bertujuan agar obat
yang diperlukan bisa selalu tersedia setiap saat diperlukan dalam jumlah
yang cukup, tepat jenis, tepat waktu dan mutu yang terjamin serta
digunakan secara rasional. Jika pengelolaan tidak efisien akan berdampak
negatif terhadap rumah sakit secara medis maupun ekonomi (Quick et al,
1997).

Sebenarnya penyediaan obat di sebuah rumah sakit tidak hanya


tanggung jawab instalasi farmasi namun juga tanggung jawab banyak
pihak diantaranya Secara garis besar, tahapan pengelolaan obat meliputi:
seleksi, perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi dan
penggunaan obat. Setiap tahapan tidak mudah dan tidak sederhana.
Tahapan tahapannya dimulai seperti berikut :

seleksi, perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi dan


penggunaan obat

1. Seleksi
Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah
kesehatan di rumah sakit, mengidentifikasi pemilihan terapi, bentuk dan
dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat
esensial serta melakukan standarisasi, menjaga dan memperbaharui
standar obat. Dasar-dasar seleksi kebutuhan obat tidaklah sembarangan.
Obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medis dan statistik yang
memberikan efek terapi jauh lebih baik. Begitu banyaknya obat yang
beredar, tidaklah mungkin bagi rumah sakit untuk menyediakan semua
obat yang ada. Tim di rumah sakit yang melibatkan berbagai macam
profesi harus menyepakati dan menyeleksi obat-obat yang akan
digunakan dan beredar di rumah sakit. Hasil kesepakatan tim ini sering
disebut dengan Daftar Obat Rumah Sakit atau Formularium Obat Rumah
Sakit. Pemerintah Republik Indonesia melalui kementerian kesehatannya
juga telah menyusun Formularium Nasional (ForNas) yang berisi daftar
obat-obatan yang dapat digunakan oleh rumah sakit pemerintah untuk
mendukung program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang mulai
berlaku per 1 Januari 2014.

2. Perencanaan
Tahap perencanaan merupakan tahapan lanjutan setelag tahapan
seleksi, yaitu merencakana jenis obat, jumlah obat, dosis obat, kemasan
yang di perlukan selama jangka waktu yang ditentukan. Jenis obat untuk
pasien dengan penyakit kronis biasanya bisa diprediksi, termasuk jumlah
yang diperlukan. Namun, pasien gawat darurat dan pasien dengan
penyakit akut umumnya tidak bisa diperkirakan jenis dan jumlah obatnya.
Instalasi farmasi mengatasi kondisi ini dengan melakukan perencanaan,
yang tepat dan cermat. Perencanaan kebutuhan obat di rumah sakit
memerlukan komitmen dan keahlian tersendiri. Perencanaan dapat
menggunakan metode konsumsi, epidemiologi ataupun kombinasi
keduanya yang disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Tujuan
adalah untuk mendapatkan jenis dan jumlah obat yang sesuai dengan
pola penyakit dan kebutuhan pelayanan, menghindari terjadinya stock out
dan meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
3. Pengadaan
Bagian pengadaan bertanggung jawab atas ketersediian obat obat
yang dibutuhkan pasien secara lengkap. Lengkap tidak berarti semua
jenis obat ada namun lengkap berarti semua jenis obat yang dibutuhkan
oleh pasien bisa dipenuhi. Dalam pengadaan barang apoteker sangat
bertanggung jawab, apoteker harus selalu menandatangani surat pesanan
obat untuk menghindari kecurangan dari beragai pihak. Baik itu
kehilangan obat digudang maupun pengadaan obat “disunat” oleh pihak-
pihak tidak bertanggung jawab.

4. Penyimpanan
Pada proses penyimpanan harus dijaga dengan ketat oleh
keamanan untuk mencegah perbuatan curang. Penyimpanan biasa
dilakukan di gudang.
5. Distribusi
Penyebaran seluruh obat keseluruh sektor di rumah sakit harus
adil, adil tidak berarti sama. Sektor yang dimaksud adalah bagian bagian,
bangsal bangsal yang ada di rumah sakit.
6. Penggunaan Obat
Penggunaan obat untuk pasien baik pasien rawat inap maupun
pasien rawat jalan.
Demikianlah perjalanan obat yang menjadi tanggung jawab bagian
instalasi farmasi di sebuah instalasi kesehatan.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/yudihardis/pengelolaan-obat-
di-rumah-sakit_54f70803a33311462d8b458e

Komunikasi dan Konseling


Apotek Rumah Sakit
23 APRIL 2016 INSTAL ASIFARMASI TINGGALKAN KOMENTAR
Berikut video gambaran komunikasi dan konseling apotek di suatu rumah
sakit

Berikut link video nya

Analisis ABC dalam


Perencanaan Obat di
Instalasi Farmasi
23 APRIL 2016 INSTAL ASIFARMASI TINGGALKAN KOMENTAR
Analisis ABC adalah metode pembuatan grup atau penggolongan
berdasarkan peringkat nilai dari nilai tertinggi hingga terendah, dan dibagi
menjadi 3 kelompok besar yang disebut kelompok A, B dan C.
Penggunaan analisis ABC secara efektif dapat membantu Rumah Sakit
dalam membuat perencanaan obat dengan mempertimbangkan aspek
pemakaian, nilai investasi dan kekritisan obat. Pengindeksan obat
digunakan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana dalam
perencanaan pembelian obat.

Analisis ABC dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1.Menghitung total pemakaian obat.


2.Menghitung total investasi setiap jenis obat.
3.Menyusun kriteria nilai kritis obat.

Tahapan-Tahapan melakukan analisis ABC

1. Buat daftar list semua item dan cantumkan harganya.


2. Masukkan jumlah kebutuhannya dalam periode tertentu.
3. Kalikan harga dan jumlah kebutuhan.
4. Hitung persentase harga dari masing-masing item.
5. Atur daftar list secara desending dengan nilai harga tertinggi berada
di atas.
6. Hitung persentase kumulatif dari masing-masing item terhadap total
harga.
7. Tentukan klasifikasinya A, B atau C.
Kelompok A merupakan kelompok obat yang paling cepat laku dan dalam
beberapa kasus merupakan obat yang sangat mahal. Kelompok A
merupakan kelompok mayoritas obat di apotek, oleh karena itu kelompok
A seharusnya di monitoring dengan sangat ketat, agar tidak mudah dicuri
orang. Obat seharusnya dikalkulasi ulang paling sedikit 6 bulan.

Kelompok B merupakan obat yang penjualannya agak lambat dan dalam


beberapa kasus obat yang lebih murah dibandingkan kelompok A.
Kelompok ini cukup di kendalikan dengan menggunakan kartu stok saja,
tidak perlu dimonitoring seketat kelompok A.

Kelompok C adalah kelompok obat yang penjualannya paling lambat dan


dalam beberapa kasus merupakan obat yang paling murah dibandingkan
kelompok A dan B. Kelompok ini tidak perlu dimonitor terlalu ketat.
Apoteker seharusnya secara periodik memonitoring kelompok C untuk
menentukan apakah obat tersebut semestinya disingkirkan dari
persediaan. Menyingkirkan kelompok C yang lambat lakunya merupakan
metode praktis mengurangi jumlah obat dan investasi persediaan.

Diagram Analisis ABC:


Contoh analisis ABC :

Buffer Stock atau Persediaan Pengamanan


Buffer stock merupakan persediaan tambahan yang diadakan untuk
melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan
persediaan. Kekurangan persediaan dapat disebabakan permintaan yang
lebih besar dari perkiraan semula atau keterlamabatan barang yang
dipesan sampai di gudang penyimpanan.
Tugas Instalasi Farmasi
Rumah Sakit
17 APRIL 2016 INSTAL ASIFARMASI TINGGALKAN KOMENTAR
1. Penyediaan dan pengelolaan, penerapan, pendidikan dan penelitian
obat, gas medis dan bahan kimia.
2. Penyediaan dan pengelolaan alat kedokteran, dan alat perawatan
kesehatan.

Tujuan Instalasi Farmasi


17 APRIL 2016 INSTAL ASIFARMASI TINGGALKAN KOMENTAR
Manajemen
1. Mengelola perbekalan Farmasi yang efektif dan efisien.
2. Menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan.
3. Menjaga dan meningkatkan mutu kemampuan tenaga kesehatan
Farmasi dan staf melalui pendidikan.
4. Mewujudkan sistem informasi manajemen tepat guna, mudah
dievaluasi dan berdaya guna untuk pengembangan.
5. Pengendalian mutu sebagai dasar setiap langkah pelayanan untuk
peningkatan mutu pelayanan.
Farmasi Klinik
1. Mewujudkan perilaku sehat melalui penggunaan obat rasional
termasuk pencegahan dan rehabilitasinya
2. Mengidentifikasi permasalahan yang berhubungan dengan obat baik
potensial maupun kenyataan.
3. Menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan obat
melalui kerja sama pasien dan tenaga kesehatan lain.
4. Merancang, menerapkan dan memonitor penggunaan obat untuk
menyelasaikan masalah yamg berhubungan dengan obat.
5. Menjadi pusat informasi obat bagi pasien, keluarga dan masyarakat
serta tenaga kesehatan rumah sakit.
6. Melaksanakan konseling obat pada pasien, keluarga dan masyarakat
serta tenaga kesehatan rumah sakit.
7. Melakukan pengkajian obat secara prospektif maupun reprospektif.
8. Melakukan pelayanan Total Parenteral Nutrition.
9. Memonitor kadar obat dalam darah.
10. Melayani konsultasi keracunan.
11. Bekerja sama dengan tenaga kesehatan terkait dalam perencanaan,
penerapan dan evaluasi pengobatan.
K3LH (Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup)
1. Melaksanakan prosedur yang menjamin keselamatan kerja dan
lingkungan.
2. Melaksanakan prosedur yang mendukung kerja tim infeksi
Nosokomial.

Apa itu Instalasi Farmasi?


17 APRIL 2016 INSTAL ASIFARMASI TINGGALKAN KOMENTAR
Farmasi rumah sakit adalah departemen atau unit atau bagian di suatu
rumah sakit dibawah pimpinan apoteker dan dibantu oleh beberapa orang
apoteker. Pimpinan dan apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan
perundang yang berlaku dan kompeten secara profesional. Farmasi rumah
sakit dengan fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas
seluruh pekerjaan dan pelayanan kefarmasian, yang terdiri atas
pelayanan paripurna.

Pelayanan paripurna mencakup perencanaan, pengadaan, produksi,


penyimpanan sediaan farmasi, dispensing obat berdasarkan resep
penderita rawat inap dan rawat jalan, pengendalian. Pengendalian
mencakup pengendalian mutu, pengendalian distribusi, dan penggunaan
seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit. Pelayanan farmasi klinik
umum dan spesialis, mencakup pelayanan langsung pada penderita dan
pelayanan klinik yang merupakan program rumah sakit secara
keseluruhan (Siregar, 2004).

Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh. Pelayanan farmasi
berorientasi kepada pelayanan pasien, penyedian obat yang bermutu ,
termasuk pelayanan klinik yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat (Depkes RI, 2004).
nan langsung pada penderita dan pelayanan klinik yang merupakan
program rumah sakit secara keseluruhan (Siregar, 2004).

Anda mungkin juga menyukai