PENDAHULUAN
dipelihara baik oleh peternak maupun masyarakat sebagai usaha untuk pemanfaatan
(ekstensif), yaitu ayam dilepas begitu saja, tanpa disediakan kandang, pakan dan air
ayam kampung mulai dibudidayakan dan dikembangkan baik secara semi intensif
maupun intensif. Pemeliharaan ayam kampung secara semi intensif dilakukan dengan
cara ayam pada pagi hari setelah diberi makan dilepas, baru kemudian pada sore hari
masuk ke dalam kandang, Sedangkan pemeliharaan secara intensif dilakukan dengan cara
dapat dibedakan dari ayam ras berdasarkan warna bulunya yang sangat beragam, mulai
dari warna putih, kuning, kemerahan, hitam, abu-abu atau kombinasi dari warna-warna
tersebut(Rasyaf, 1989). Ada dua macam warna kulit pada ayam kampung yaitu putih
dan kuning (Lestari,1998) selanjutnya di katakan bahwa warna kulit kuning di akibatkan
adanya Fe. Fe adalah pengantar Hb. Fungsi Hb adalah membawa CO2 dari jantung ke
1
Wibowo (1996) menyatakan ayam kampungmemiliki potensi pertumbuhan yang
lebih besar jikadibanding ayam lainnya karena ayam kampung dapat beradaptasi secara
cepat terhadap lingkungan, juga nilai gizi dari telur dan daging ayam kampung sangat
tinggi.
Fase pertumbuhan memiliki dua tahap yaitu starter dan grower. Fase starter dimulai pada
umur 0 – 4 minggu merupakan fase starter dimana terjadi pembelahan dan pertumbuhan
sel yang tinggi. Sehingga pada fase ini merupakan kunci awal untuk mencapai
keberhasilan pencapaian bobot badan. Fase grower dimulai pada umur 6 minggu maka
ayam-ayam tersebut telah dikelompokkan pada fase grower dimana pada fase ini mulai
dominan pembentukan otot-otot tulang yang akan membentuk “frame” dari ayam layer
tersebut. Sehingga pada fase inipun harus disesuaikan pakan yang akan
diberikan(Anonim, 2010).
Beberapa keunggulan dari ayam leher gundul terdapat pada tingkat pertumbuhan,
efisiensi pakan, komposisi bagian-bagian tubuh, produksi telur, reproduksi dan daya
hidup lebih tinggi bila dibandingkan dengan ayam berbulu normal (Lestari,2007).Lestari
(2012), bahwa ayam kampung dari Lombok Timur mempunyai kekerabatab terjauh
dengan ayam dari daerah lain. Semakin jauh hubungan kekerabatan semakin banyak
perbedaan susunan genotipe. Dengan menyilangkan ayam kampung dari Lombok Timur
dengan ayam dari daerah lain bertujuan untuk meningkatkan heterosis, memberikan
2
Konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan F1 ayam hasil
persilangan pejantan Lombok Barat dengan induk dari Lombok Timur, Lombok
Berdasarkan uraian diatas perlu diadakan penelitian dengan judul “Pertambahan Bobot
Badan Periode Starter Ayam Kampung Kulit Kuning Dari Hasil Persilangan Beberapa
3
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian adalah
1. Apakahpersilangan ayam kampung dengan menggunakan pejantan
starter ?
2. Ayam kampung hasil persilangan dari daerah manakah yang memiliki
Tujuan penelitian :
1. Sebagai bahan informasi pertumbuhan ayam kampung kulit kuning masa starter
hasil persilangan pejantan Lombok Timur dengan betina dari 3 daerah di pulau
Lombok.
2. Hasil persilangan yang memiliki efisiensi pakan tinggi dapat di kembangbiakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1. Ayam
Murtidjo (1992) menyatakan ayam yang dikenal sekarang merupakan ayam hutan
liar yang telah mangalami selaksi dan selanjutnya dijinakkan oleh manusia.Ayam hutan
spesies Galus mengalami seleksi ilmiah melalui penyebaran dengan imigrasi separti yang
dilakukan bangsa burung. Antara lain melalui perkawinan antara jenis ayam hutan
Kerajan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Galliformes
Family : Phasianidae
Genus : Gallus
Spesies : G. Gallus
Upaspesies : G.g. domesticus
Nama Trinomial : Gallus gallus domestikus
Murtidjo (1992) menyatakan ada empat Gallus yang dikenal, yakni :
1. Gallus bankiva atau Gallus ferrygineus, ciri khas ayam hutan ini berbulu merah dan
berjengger tunggal dangan bentuk gerigi. Ukuran badan dan telurnya lebih kecil jika
2. Gallus sonnerati, ciri khas ayam hutan ini selain berbulu kelabu, tidak jauh berbeda
5
3. Gallus lafeyetti, ciri-ciri ayam hutan ini berbulu jingga dan merah, jengger warna kuning
yang dikelilingi warna merah pada pinggirnya. Warna merah jingga terdapat pada bulu
4. Gallus varius, ciri khas ayam hutan ini berbulu hitam agak kehijauan dan berjengger
2.2.Ayam Kampung
Mansjoer (1985) menyatakan bahwa ayam kampung merupakan ayam asli Indonesia
yang masih memiliki gen asli sebanyak lebih kurang 50%.Adanya variasi genetik yang tinggi
dari ayam kampung menunjukkan adanya potensi untuk dilakukannya perbaikan mutu
genetik.Oleh karena itu diperlukan data dasar mengenai sifat-sifat kualitatif dan kuantitatif
ayam kampung untuk mempertahankan kemurnian serta pelestarian sumber daya genetik
ayam kampung.
kelebihan dibandingkan dengan ayam ras, antara lain dapat diusahakan dengan modal yang
sedikit maupun dengan modal yang banyak dan perawatannya tidak sulit karena ayam
Boer (1993) menyatakan ayam lokal Indonesia atau ayam kampung tidak jelas asal-
usulnya, tetapi diduga merupakan keturunan ayam hutan merah dan ayam hutan hijau.
Selanjutnya disebutkan bahwa evolusi yang berabad-abad menghasilkan ayam kampung yang
Sarwono (1988) menyatakan bahwa ayam kampung tidak memiliki ciri-ciri khusus
dan tidak tergantung tujuan kegiatan dan arah usaha peternakannya, sering juga disebutkan
sebagai ayam buras atau ayam bukan ras untuk membedakan dengan ayam yang diternakkan
6
secara komersial yang khusus menghasilkan daging atau telur di perusahan peternakan ayam
pertumbuhan, efisiensi pakan, komposisi bagian-bagian tubuh, produksi telur, reproduksi dan
domesticus. Nenek moyangnya berasal dari Asia Tenggara. Empat spesies unggas liar hidup
di hutan masih diketahui terdapat di daerah adalah :Gallus gallus(ayam hutan merah)Gallus
lafayetti ( ayam hutan sailan)Galus varius (ayam hutan hitam atau ayam hutan hijau) Gallus
sonnerati(ayam hutan kelabu) dari keempat spesies liar tersebut dan merupakan nenek
ayam kedu, ayam pelung, dan ayam nunukan.warna bulu ayam kampung sangat beragam dan
bulu ayam jantan warnanya bagus, kulit berwarna kuning pucat. Bentuk jengger pada ayam
jantan maupun betina tidak seragam. Jengger pada betina lebih kecil dibanding jantan.Pial
2.3. Persilangan
lingkungan (mutu pakan dan tatalaksana) serta program pemuliaan.Peningkatan mutu genetik
melalui program pemuliaan dapat dilakukan dengan perkawinan silang (persilangan) dan
program seleksi. Jadi secara sederhana pemuliaan ternak merupakan kombinasi antara
7
Hardjosubroto (1994), menyatakan bahwa persilangan merupakan proses
penggabungan dua sifat yang berbeda dari dua individu baru untuk mendapatkan hasil berupa
individu baru.
2.4. Pakan
ayam kampung dan tujuan produksinya, Nawawi (2011) juga berpendapat pakan yang
diberikan kepada ayam jumlahnya berbeda-bada, tergantung pada umur, barat badan, serta
tujuan produksi. Kebutuhan pakan ayam kampung diklasifikasikan berdasarkan umur ayam
semakin bertambah umur, terjadi pertambahan berat badan, sehingga kebutuhan zat gizi
meningkat.
Anonim (1979) mengemukakan bahwa pakan merupakan salah satu faktor penting
yang menentukan tinggi rendahnya produksi. Hal ini bisa dibuktikan pada kelompok ayam
yang diberi pakan baik, produksinya akan lebih tinggi dari pada yang pakannya kurang baik,
tetapi bukan berarti bahwa pakan yang baik itu akan menbantuk seekor ayam yang
produktivitasnya rendah menjadi tinggi, melainkan kesalahan dalam pemberian pakan ini
akan mengakibatkan ternak yang produksinya tinggi tidak sanggup berproduksi sesuai
pakan yang mengandung semua zat yang diberikan tubuh ternak, disusun dalam bentuk
pakan dengan keseimbangan yang tepat untuk kebutuhan ternak selama 24 jam.Rasyaf
(2002) berpandapat secara garis besar nuterien yang dibutuhkan ayam terdiri dari protein,
8
Rasyaf (1987) pertambahan berat badan ini sering dijadikan pegangan bagi
berproduksi peternakan maupun para ahli, kemudian pertambahan barat badan yaitu
dengan mengunakan berat badan pada waktu tertentu dengan berat badan pada waktu
sehinggga untuk mendapatkan pertumbuhan berat badan perlu diartikan dengan konsumsi
pakan karena ada bibit yang menambah berat badannya cepat tetapi pada pakan yang
terdiri dari fase awal, fase pertumbuhan, dan komersial dengan pertambahan umur. Barat
badan ayam kampung super dan ayam kampung umur tetas sampai pada minggu ke 16 di
sajikan padaTabel 1.
Yaman (2011) menyatakan bahwa penyebab lamanya masa pemeliharan ayam kampung
yang dilakuan peternak pada umumnya disebabkan dari faktor genetik yang berupa
penggunaan bibit yang kurang baik dan tidak adanya pelaksanan program seleksi,
sedangkan dari faktor lingkungan yang berupa penetapan manajeman pemeliharan belum
terpadu dan juga belum sepenuhnya menetapkan teknologi pakan serta lemahnya
pengendalian penyakit.Berikut merupakan hasil dari analisis antara ayam kampung super
Tabel 1.Perbandingan berat badan ayam kampung super dan ayam kampung.
9
Barat jantan
Umur Barat ayam jantan
kampung super Fase
(minggu) kampung (gram)
(gram)
Tetas 39,5 31
1 110 87
Fase Awal
2 278 172
3 417 351
4 610 478
Fase Pertumbuhan
5 653 601
6 780 667
7 853 Fase Komersial I 789
8 1.100 836
9 1.230 983
10 1.279 1.153
Fase Komersial II
11 1.373 1.204
12 1.445 1.302
13 1.561 1.398
14 1.575 1.414
Fase Komersial III
15 1.587 1.477
16 1.596 1.487
Sumber : Aman Yaman (2011)
10
BAB III
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah DOC F1 anak ayam kampung
kulit kuning hasil persilangan pejantan dari Lombok Timur dengan induk dari Lombok
Barat sebanyak 21 ekor, Lombok Tengah 21 ekor, Kota Mataram 21 ekor, Lombok Timur
21 ekor.
3.2. Kandang
lantai dengan panjang 2,5 meter dan tinggi 2 meter. Kandang di bagi menjadi 4 untuk
terdiri dari 7 ekor. Kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan minum.
Pakan yang digunakan dalam penelitian ini berupa pakan komersil, jagung dan
dedak dengan perbandingan 2:2:1 pemberian pakan dan minum secara ad libitum.
3.4. Peralatan
3.Indukan
4.Wing band
11
3.5. Metode penelitian
a. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, bertempat di Jalan Bung Karno
setiapminggu.
2. Konsumsi pakan, merupakan selisih jumlah pakan yang diberikan dengan sisa
Rumus PBB (g) = berat badan akhir (g) – berat badan awal (g)
konsumsi pakan(g)
Rumus Konversi Pakan ¿ x 100
pertamba h an berat badan(g)
12
BAB IV
Rataan konsumsi pakan ayam kampung kulit kuning hasil persilangan ayam
pejantan Lombok Timur dengan induk dari Lombok Timur, Lombok Barat, Lombok
Tabel 2. Rataan konsumsi pakan ayam kampung kulit kuning F1 hasil persilangan
pejantan Lombok Timur dengan induk dari empat daerah di Pulau Lombok
(g/ekor/mgg)
Perlakuan
Ulangan
LT×LT LT×LB LT×LTG LT×KT
I 326.91 323.91 319.96 325.66
II 326.04 325.05 322.93 321.63
III 322.32 322.66 320.27 321.63
325.09±2.44
Rataan NS
323.87±1.20 NS 321.05±1.63 NS 322.97±2.33 NS
Keterangan :
NS: Non Significant/ tidak berbeda nyata (P>0.05)
LT×LT: ♂ Lombok Timur X ♀ Lombok Timur LT×LB:♂ Lombok Timur X ♀ Lombok Barat
LT×LTG:♂ Lombok Timur X ♀ Lombok Tengah LT×KT:♂ Lombok Timur X ♀ Kota Mataram
adanya perbedaan yang nyata untuk konsumsi pakan antar perlakuan disebabkan oleh
genetic dan lingkungan.Hal ini sesuai dengan pendapat Sutardi (1995), bahwa ayam
kampung akan tumbuh secara optimal sesuai dengan potensi genetiknya. Pakan
merupakan salah satu faktor lingkungan yang memiliki pengaruh sangat penting terhadap
13
dibutuhkan yakni energi, protein, mineral serrta vitamin. Selain perbaikan nutrisi pakan,
dalam upaya perbaikan mutu genetik juga harus didukung dengan peningkatan
induk dari Lombok Timur konsumsi pakannya paling tinggi yaitu 325,09±2,44
g/ekor/mgg, kemudian diikuti oleh tiga lainnya yaitu persilangan pejantan Lombok
Timur dengan induk dari Lombok Barat 323,87±1,20 g/ekor/mgg, pejantan Lombok
Timur dengan induk dari Kota Mataram 322,97±2,33 g/ekor/mgg, dan pejantan Lombok
Timur dengan induk dari Lombok Tengah 321,05±1,63 g/ekor/mgg. Menurut Anonim
(2010), konsumsi pakan standar untuk ayam kampung sampai umur delapan minggu
Bobot badan adalah patokan yang harus dicapai dalam menciptakan hasil yang
optimal. Berat badan yang kurang atau tidak ideal akan mempengaruhi produksi
(Anonim, 2010). Pertumbuhan pada ternak ditentukan oleh dua faktor utama yaitu
genetik dan lingkungan.Rataan pertambahan bobot badan ayam kampung kulit kuning
hasil persilangan ayam pejantan Lombok Timur dengan induk dari Lombok Timur,
Lombok Barat, Lombok Tengah dan Kota Mataram disajikan pada Tabel 3.
14
Tabel 3. Rataan pertambahan bobot badan pakan ayam kampung kulit kuning F1 hasil
persilangan pejantan Lombok Timur dengan induk dari empat daerah di Pulau
Lombok (g/ekor/mgg)
Perlakuan
Ulangan
LT×LT LT×LB LT×LTG LT×KT
I 42.56 41.03 36.38 41.63
II 44.27 43.77 39.40 36.81
III 40.25 41.81 39.04 42.34
NS NS NS
Rataan 42.36±2.02 42.20±1.41 38.27±1.65 40.26±3.01 NS
Keterangan :
NS: Non Significant/ tidak berbeda nyata (P>0.05)
LT×LT: ♂ Lombok Timur X ♀ Lombok Timur LT×LB:♂ Lombok Timur X ♀ Lombok Barat
LT×LTG:♂ Lombok Timur X ♀ Lombok Tengah LT×KT:♂ Lombok Timur X ♀ Kota Mataram
Rataan pertambahan bobot badan pada penelitian ini tidak berbeda nyata (P>0,05)
perkawinan belum berpengaruh terhadap perubahan susunan gen aditif. Gen aditif yaitu
gen-gen yang mempunyai efek menambah atau mengurangi keragaman total dari suatu
sifat yang disebabkan oleh pengaruh keturunan termasuk semua pengaruh gen
(Hardjosubroto, 1994). Sutardi, (1995) menyatakan bahwa bila ayam kampung diberikan
asupan pakan yang mengandung zat-zat makanan sesuai dengan kebutuhannya, maka
Pertambahan bobot badan paling tinggi ditemukan pada ayam hasil persilangan
pejantan Lombok Timur dengan induk dari Lombok Timur yaitu 42,36±2,02 g/ekor/mgg,
selanjutnya hasil persilangan pejantan Lombok Timur dengan induk dari Lombok Barat
42,20±1,41 g/ekor/mgg), pejantan Lombok Timur dengan induk dari Kota Mataram
40,26±3,01 g/ekor/mgg), dan hasil persilangan pejantan Lombok Timur dengan induk
2010),menyatakan bahwa bobot badan ayam kampung kulit kuning umur delapan minggu
15
adalah 600 g sedangkan rata-rata pertambahan bobot badannya adalah 66,6 g.
Berdasarkan pertambahan bobot badan tersebut maka ayam hasil penelitian memiliki
pertambahan bobot badan yang tinggi. Hal ini disebabkan karena yang sudah melalui
menghasilkan 1 kg bobot badan. Konversi pakan atau feed conversion ratio (FCR)
bobot badan. Rataan pertambahan bobot badan ayam kampung kulit kuning hasil
persilangan ayam pejantan Lombok Timur dengan induk dari Lombok Timur, Lombok
Tabel 5. Rataan konversi pakan ayam kampung kulit kuning F1 hasil persilangan pejantan
Lombok Timur dengan induk dari berbagai daerah di Pulau Lombok
(g/ekor/mgg)
Perlakuan
Ulangan
LT×LT LT×LB LT×LTG LT×KT
I 7.68 7.89 8.79 7.82
II 7.36 7.43 8.20 8.74
III 8.01 7.72 8.20 7.60
N
7.68±0.32 8.05±0.60N
Rataan S
7.68±0.24 NS 8.40±0.34 NS S
Keterangan :
NS: Non Significant/ tidak berbeda nyata (P>0.05)
LT×LT: ♂ Lombok Timur X ♀ Lombok Timur LT×LB:♂ Lombok Timur X ♀ Lombok Barat
LT×LTG:♂ Lombok Timur X ♀ Lombok Tengah LT×KT:♂ Lombok Timur X ♀ Kota Mataram
Nilai konversi pakan untuk ayam hasil persilangan pejantan Lombok Timur
dengan induk dari Lombok Timur, Lombok Barat, Lombok Tengah dan Kota Mataram
antara perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05). Nilai konversi pakan sangat bergantung
16
pada tinggi rendahnya angka pertambahan bobot badan. Sama halnya dengan konversi
pakan, pertambahan bobot badan yang diperoleh pada penelitian ini tidak berbeda nyata
(P>0,05).Dalam hal ini, pertambahan bobot badan ayam kampung kulit kuning hasil
persilangan pejantan Lombok Timur dengan induk dari beberapa daerah di Pulau Lombok
Nilai konversi pakan yang diperoleh tinggi sehingga tingkat efisiensi pakannya
rendah.Tolak ukur untuk menilai tingkat efisiensi penggunaan pakan adalah dengan
menentukan nilai dari konversi pakan, dimana antara nilai konversi pakan dengan
efisiensi pakan berbanding terbalik. Semakin rendah nilai konversi pakan, semakin tinggi
efisiensi penggunaan pakan, dan begitu pula sebaliknya. Suryana dan Hasbianto (2008),
menyatakan bahwa konversi ayam kampung yang dipelihara secara intensif berkisar
antara 4,90 – 6,90. Haryadi (2014), konversi pakan untuk ayam kampung kulit kuning
pada masa grower yaitu antara 6,24-10,53, sedangkan Purniawati (2014), pada
penelitiannya mendapatkan nilai konversi pakan ayam kampung kulit kuning pada fase
starter berkisar antara 4,69 – 6,00. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai konversi pakan
seperti stress, penyakit, lingkungan, pakan, dan lain sebagainya (Anonim, 2010).
17
BAB V
5.1. Kesimpulan
g/ekor/mgg).
bobot badan.
5.2. Saran
2. Perlu diperbaiki cara pemberian pakan supaya tidak banyak pakan yang
terbuang.
18
RINGKASAN
Populasi ayam kampung di Pulau Lombok tersebar secara merata dari pedesaan
hingga ke perkotaan.Ayam kampung merupakan salah satu jenis ayam buras (bukan
ras).Jenis ayam ini dibedakan dari ayam ras berdasrkan variasi warna bulunya yakni
putih, kuning, kemerahan, hitam, abu-abu ataupun kombinasi dari warna-warna tersebut.
Rasyaf, M. (1998), menyatakan bahwa ada dua warna kulit yang terdapat pada
yam kampung yakni putih dan kuning.Kemudian Lestari (1998) menambahkan bahwa
warna kuning pada kulit ayam kampung disebabkan karna adanya zat Fe pada
kandungan hemoglobin dalam darah berbanding lurus dengan tingkat produksi serta
reproduksi ayam kampung tersebut. Jika Hb tinggi maka produksi serta reproduksi
manjdi tinggi, begitu juga sebaliknya jika Hb renah menyebabkan rendahnya produksi
serta reproduksinya.
Lestari, (2007) juga menyatakan bahwa ayam kampung yang memiliki kulit
berwarna kuning juga memiliki cirri berleher gundul.Beberapa keunggulan dari ayam
leher gundul terdapat pada tingkat pertumbuhan, efisiensi pakan, komposisi bagian-
bagian tubuh, produksi telur, reproduksi dan daya hidup lebih tinggi bila dibandingkan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan dan
pertambahan bobot badan pada periode starter untuk F1 ayam kampung kulit kuning
19
hasil persilangan induk yang berasal dari berbagai daerah di Pulau Lombok dengan
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah F1 anak ayam kampung kulit
kuning hasil persilangan pejantan dari Lombok Timur dengan induk dari Lombok Barat,
Lombok Tengah, Kota Mataram dan Lombok Timur masing-masing sebanyak 21 ekor
sebagai perlakuan. Setiap perlakuan dibagi menjadi 3 kandang sebagai ulangan dan setiap
Adapun metode yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu pemeliharaan ayam
dari umur sehari sampai umur 2 bulan (masa starter), pemberian pakan dan minum secara
morfologi pada umur 2 bulan. Hasil penelitian selanjutnya dianalisis menggunakan varian
Rataan konsumsi pakan, pertambahan bobot badan (PBB) dan konversi pakan
(FCR) pada F1 ayam kampung hasil persilangan pejantan Lombok Timur dengan induk
dari empat daerah di Pulau Lombok yaitu Lombok Barat, Kota Mataram, Lombok Tengah
serta Lombok Timur tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05). Diduga
pengaturan sistem perkawinan tersebut belum berpengaruh terhadap gen-gen aditif. Gen
aditif merupakan gen-gen yang mempunyai efek menambah atau mengurangi keragaman
total dari suatu sifat yang disebabkan oleh pengaruh keturunan termasuk semua pengaruh
20
DAFTAR PUSTAKA
------------2010.http://jalinukm.wordpress.com/tag/ayam-kampung/page/2/
Haryadi. 2014. Perbedaan Pertumbuhan Ayam Kampung Kulit Kuning pada Empat
Kabupaten di Pulau Lombok.Skripsi.Fakultas Peternakan, UNRAM. Unram.
Husmaini, 1994. Pengaruh Cara Pembatasan Pemberian Ransum pada Ayam kampung
periode kutuk terhadap penampilan ayam kampung. Prosiding Seminar Hasil
Penelitian Fakultas Peternakan UNAND. Padang.
21
---------,2007. Kontribusi Gen Na terhadap Kualitas Daging Ayam Taliwang.Laporan
Penelitian. Fakultas Peternakan, UNRAM. Mataram.
Margawati, E.T. 1989. Efisiensi penggunaan ransum oleh ayam kampung jantandan
betina pada periode pertumbuhan. Prosiding Seminar Nasional tentangUnggas
Lokal. 28 Sept. Fakultas Peternakan UNDIP. Semarang. Hal.127- 132.
Nawawi dan Nurrohmah , 1996 Kelebihan Ayam Kampung Dengan Ayam Ras.
Jakarta.
Nesheim, M. C., R. E. Austic dan L. E. Card, 1979. Poultry Production.12th ed. Lea and
Febiger, Philadelphia.
Prilajuarti,A.199. Produksi dan Kualitas Telur Ayam Kampung, Ayam Pelung dan
Bangkok. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor
Purniawati. 2014. Hasil Persilangan Pejantan Lobar dengan Induk dari Lombok Timur,
Lombok Barat, Lombok Tengah, Kota Mataram. Skripsi Fakultas Peternakan
Universitas Mataram.
Rasyaf. 1987. Panduan Penambahan Bobot Badan Aysm. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rasidi. 2000. Pakan Lokal Alternatif Untuk Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta
22
Suryana dan A. Hasbianto. 2008. Usaha Tani Ayam Buras di Indonesia: Permasalahan dan
Tantangan. Jurnal Litbang Pertamina. 27 (3):75-83.
Sutardi,T. 1995. Landasan Ilmu Nutrisi, Jilid I. Departemen Ilmu Makanan Ternak,
Fakultas Peternakan , Institut Pertanian Bogor.
Wibowo, S. 1996. Pentunjuk Berternak Ayam Buras. Gita Media Press, Surabaya.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Bobot badan F1 ayam kampung kulit kuning hasil persilangan pejantan
Lombok Timur dengan induk dari Lombok Timur (g/ek/mgg)
23
19 21 24 31 43 132 194 226 293 367 163.75
20 31 41 51 72 89 109 139 183 257 117.63
21 23 29 37 47 85 115 179 210 248 118.75
Total 519 653 975 1409 2446 3388 4765 6089 7635 3420.00
161.3 226.9 363.5
Rataan 24.71 31.10 46.43 67.10 116.48 3 0 289.95 7 162.86
Lampiran 2. Pertambahan bobot badan F1 ayam kampung kulit kuning hasil persilangan
pejantan Lombok Timur dengan induk dari Lombok Timur (g/ek/mgg)
Rataa
No. PBB MINGGU KE- n
I II III IV V VI VII VIII
1 3 9 47 45 25 77 54 102 45.25
2 5 21 34 59 37 101 57 70 48.00
3 5 23 37 60 29 68 66 79 45.88
4 3 26 51 65 37 106 71 84 55.38
5 4 31 39 63 21 91 14 80 42.88
6 4 18 12 35 27 62 40 80 34.75
7 2 15 27 28 23 25 57 29 25.75
8 3 13 12 57 100 106 97 115 62.88
9 4 12 10 16 44 62 56 62 33.25
10 5 7 7 61 42 69 69 47 38.38
11 4 17 14 74 15 80 86 80 46.25
12 4 14 9 31 50 65 54 48 34.38
13 3 11 7 28 52 64 74 83 40.25
14 10 31 5 80 61 78 79 92 54.50
15 10 11 27 55 60 58 83 76 47.50
16 17 12 26 40 84 67 105 110 57.63
24
17 16 15 20 48 66 32 61 61 39.88
18 13 11 7 48 57 40 59 62 37.13
19 3 7 12 89 62 32 67 74 43.25
20 10 10 21 17 20 30 44 74 28.25
21 6 8 10 38 30 64 31 38 28.13
Total 134 322 434 1037 942 1377 1324 1546 889.50
Rataa 6.3
n 8 15.33 20.67 49.38 44.86 65.57 63.05 73.62 42.36
Lampiaran 3. Bobot badan F1 ayam kampung kulit kuning hasil persilangan pejantan
Lombok Timur dengan induk dari Lombok Barat (g/ek/mgg)
25
15 18 24 32 81 119 168 228 296 362 163.75
16 19 24 30 55 84 115 147 171 205 103.88
17 20 30 46 76 125 178 235 278 314 160.25
18 18 23 36 102 171 254 343 432 510 233.88
19 18 24 34 60 117 152 186 236 303 139.00
20 20 26 36 73 140 201 270 334 417 187.13
21 19 23 35 76 135 178 248 307 362 170.50
Total 405 582 843 1531 2619 3814 5097 6384 7494 3545.5
Rataa 19.2 27.7 40.1 72.9 124.7 181.6 242.7 304.0 356.8
n 9 1 4 0 1 2 1 0 6 168.83
26
Lampiran 4. Pertambahan bobot badan F1 ayam kampung kulit kuning hasil persilangan
pejantan Lombok Timur dengan induk dari Lombok Barat (g/ek/mgg)
Rataa
No. PBB MINGGU KE- n
I II III IV V VI VII VIII
1 5 10 37 50 62 63 81 50 44.75
2 3 5 34 51 39 102 14 59 38.38
3 3 3 29 39 40 46 56 2 27.25
4 4 2 35 45 54 55 48 55 37.25
5 12 7 46 73 86 92 78 81 59.38
6 5 5 37 50 58 33 111 42 42.63
7 5 5 34 44 56 49 59 48 37.50
8 15 23 43 18 57 51 60 49 39.50
9 14 24 24 59 56 67 116 4 45.50
10 12 19 21 92 63 75 92 56 53.75
11 15 23 16 54 75 59 73 47 45.25
12 20 25 21 54 79 62 44 107 51.50
13 17 20 19 55 69 60 10 46 37.00
14 5 15 18 36 46 58 48 45 33.88
15 6 8 49 38 49 60 68 66 43.00
16 5 6 25 29 31 32 24 34 23.25
17 10 16 30 49 53 57 43 36 36.75
18 5 13 66 69 83 89 89 78 61.50
19 6 10 26 57 35 34 50 67 35.63
20 6 10 37 67 61 69 64 83 49.63
21 4 12 41 59 43 70 59 55 42.88
Total 177 261 688 1088 1195 1283 1287 1088 1195
Rataa 8.4 12.4 32.7 51.8 56.9 61.1 61.2 51.8
n 3 3 6 1 0 0 9 1 56.90
27
Lampiran 5. Bobot badan F1 ayam kampung kulit kuning hasil persilangan pejantan
Lombok Timur dengan induk dari Lombok Tengah (g/ek/mgg)
28
Lampiaran 6. Pertambahan bobot badan F1 ayam kampung kulit kuning hasil
persilangan pejantan Lombok Timur dengan induk dari Lombok Tengah
(g/ek/mgg)
Rataa
PBB MINGGU KE-
No. n
I II III IV V VI VII VIII
1 3 18 28 50 18 23 101 80 40.13
2 3 14 28 55 50 30 14 58 31.50
3 3 8 15 40 28 17 59 18 23.50
4 3 28 32 47 36 35 36 71 36.00
5 3 19 29 49 36 31 84 71 40.25
6 2 16 20 40 26 16 46 18 23.00
7 2 15 3 90 46 49 96 59 45.00
8 2 12 8 9 37 49 42 18 22.13
9 6 46 24 22 64 84 56 28 41.25
10 2 33 25 17 41 66 53 43 35.00
11 2 28 31 28 56 69 47 53 39.25
12 3 29 20 19 50 77 48 78 40.50
13 2 15 24 15 51 65 37 63 34.00
14 4 13 32 39 100 53 60 68 46.13
15 4 10 12 34 42 33 62 61 32.25
16 4 35 25 61 49 70 75 81 50.00
17 2 11 11 30 23 19 48 3 18.38
18 1 10 13 39 52 36 83 48 35.25
19 2 21 16 37 38 29 66 62 33.88
20 4 10 28 31 79 55 52 95 44.25
21 5 26 42 17 37 38 80 90 41.88
Total 62 417 466 769 959 944 1245 1166 753.50
Rataa 2.9 19.8 22.1 36.6 45.6 44.9 59.2 55.5
n 5 6 9 2 7 5 9 2 35.88
29
Lampiran 7. Bobot badan F1 ayam kampung kulit kuning hasil persilangan pejantan
Lombok Timur dengan induk dari Kota Mataram (g/ek/mgg)
30
Lampiran 8. Pertambahan bobot badan F1 ayam kampung kulit kuning hasil persilangan
pejantan Lombok Timur dengan induk dari Kota Mataram (g/ek/mgg)
Rataa
No. PBB MINGGU KE- n
I II III IV V VI VII VIII
1 5 17 40 36 56 76 63 84 47.13
2 8 21 16 65 18 77 55 48 38.50
3 20 4 19 43 39 90 73 61 43.63
4 13 20 16 48 68 49 10 32 32.00
5 16 21 15 60 42 46 63 54 39.63
6 15 11 23 65 64 46 41 114 47.38
7 3 26 29 29 59 71 49 79 43.13
8 2 12 9 36 56 53 67 46 35.13
9 4 9 17 57 53 46 71 52 38.63
10 4 5 19 25 57 49 18 55 29.00
11 2 7 18 42 61 22 110 62 40.50
12 2 9 10 38 49 52 60 50 33.75
13 6 3 30 27 43 55 77 62 37.88
14 2 9 10 32 44 44 56 145 42.75
15 2 18 35 29 73 43 64 24 36.00
16 3 6 30 40 64 42 75 69 41.13
17 2 7 37 50 55 73 47 90 45.13
18 2 11 18 54 57 75 41 89 43.38
19 3 17 29 49 59 72 39 95 45.38
20 9 28 45 25 44 62 43 74 41.25
21 2 15 33 52 46 74 50 81 44.13
Total 125 276 498 902 1107 1217 1172 1466 845.38
Rataa 5.9
n 5 13.14 23.71 42.95 52.71 57.95 55.81 69.81 40.26
31
Lampiran 9.Rata-rata pertambahan bobot badan dan sidik ragam F1 ayam kampung
kulit kuning hasil persilangan pejantan Lombok Timur dengan induk dari
berbagai daerah di Pulau Lombok (g/ek/mgg)
LT×LT
r/t LT×LT LT×LB G LT×KT
I 42.56 41.03 36.38 41.63
II 44.27 43.77 39.40 36.81
III 40.25 41.81 39.04 42.34
42.36±2. 42.20±1. 38.27±1. 40.26±3.
Rataan 02 41 65 01
Keterangan :
NS: Non Significant/ tidak berbeda nyata (P>0.05)
LT×LT: ♂ Lombok Timur X ♀ Lombok Timur LT×LB:♂ Lombok Timur X ♀ Lombok Barat
LT×LTG:♂ Lombok Timur X ♀ Lombok Tengah LT×KT:♂ Lombok Timur X ♀ Kota Mataram
Ftab
SK db JK KT Fhit
0.05
t 3 1628.98 542.99 0.17 3.16
G 8 25770.06 3221.26
T 11 27399.04
Kesimpulan:
Fhit< Ftab, maka dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata P>0,05) antar
masing-masing perlakuan
32
Lampiran 10.konsumsi ayam kampung kulit kuning F1 hasil persilangan pejantan
Lombok Timur dengan induk dari Lombok Barat (g/ek/mgg)
Pakan Awal (g) 420 1000 1750 2500 3000 3500 3700 4000
Sisa pakan (g) 51 43 39 176 289 385 252 432
konsumsi pakan 369 957 1711 2324 2711 3115 3448 3568 18203.00
II
(g/klmpk/minggu)
konsumsi pakan 52.71 136.71 244.43 332.00 387.29 445.00 492.57 509.71 2600.43 325.05
(g/ekor/minggu
Pakan Awal (g) 420 1000 1750 2500 3000 3500 3700 4000
Sisa pakan (g) 73 28 39 141 431 383 273 433
konsumsi pakan 347 972 1711 2359 2569 3117 3427 3567 18069.00
III
(g/klmpk/minggu)
konsumsi pakan 49.57 138.86 244.43 337.00 367.00 445.29 489.57 509.57 2581.29 322.66
(g/ekor/minggu
Rata2 kon.
(g/ek/minggu) 50.81 135.90 244.33 329.24 381.48 445.76 492.67 510.81
33
Lampiran 11.konsumsi ayam kampung kulit kuning F1 hasil persilangan pejantan
Lombok Timur dengan induk dari Lombok Timur (g/ek/mgg)
Pakan Awal (g) 420 1000 1750 2500 3000 3500 3700 4000
Sisa pakan (g) 70 54 15 161 338 383 203 388
konsumsi pakan 350 946 1735 2339 2662 3117 3497 3612 18258 2282.25
II
(g/klmpk/minggu)
konsumsi pakan 50.00 135.14 247.86 334.14 380.29 445.29 499.57 516.00 2608.29 326.04
(g/ekor/minggu
Pakan Awal (g) 420 1000 1750 2500 3000 3500 3700 4000
Sisa pakan (g) 63 49 49 259 330 409 262 399
konsumsi pakan 357 951 1701 2241 2670 3091 3438 3601 18050 2256.25
III
(g/klmpk/minggu)
konsumsi pakan 51.00 135.86 243.00 320.14 381.43 441.57 491.14 514.43 2578.57 322.32
(g/ekor/minggu
Rataan Kon.(g/ekor/minggu) 49.90 134.43 243.67 330.10 380.81 447.05 496.00 516.52
34
Lampiran 12.konsumsi ayam kampung kulit kuning F1 hasil persilangan pejantan
Lombok Timur dengan induk dari Lombok Tengah (g/ek/mgg)
Pakan Awal (g) 420 1000 1750 2500 3000 3500 3700 4000
Sisa pakan (g) 73 77 23 247 327 379 259 401
konsumsi pakan 347 923 1727 2253 2673 3121 3441 3599 18084 2260.5
II (g/klmpk/minggu)
246.7 381.8 491.5 2583.4
konsumsi pakan 49.57 131.86 1 321.86 6 445.86 7 514.14 3 322.93
(g/ekor/minggu
Pakan Awal (g) 420 1000 1750 2500 3000 3500 3700 4000
Sisa pakan (g) 82 70 32 335 343 389 269 388
konsumsi pakan 338 930 1718 2165 2657 3111 3431 3612 17962 2245.3
III (g/klmpk/minggu)
245.4 379.5 490.1 2566.0
konsumsi pakan 48.29 132.86 3 309.29 7 444.43 4 516.00 0 320.75
(g/ekor/minggu
Rata2 kon. 244.8 380.2 492.4
(g/ek/minggu) 48.67 132.38 6 311.14 4 444.67 3 515.33
35
Lampiran 13.konsumsi ayam kampung kulit kuning F1 hasil persilangan pejantan
Lombok Timur dengan induk dari Kota Mataram (g/ek/mgg)
Pakan Awal (g) 420 1000 1750 2500 3000 3500 3700 4000
Sisa pakan (g) 72 69 28 287 339 381 275 408
konsumsi pakan 348 931 1722 2213 2661 3119 3425 3592 18011
II
(g/klmpk/minggu)
konsumsi pakan 49.71 133.00 246.00 316.14 380.14 445.57 489.29 513.14 2573.00 321.63
(g/ekor/minggu
Pakan Awal (g) 420 1000 1750 2500 3000 3500 3700 4000
Sisa pakan (g) 79 56 19 373 306 377 262 387
konsumsi pakan 341 944 1731 2127 2694 3123 3438 3613 18011
III
(g/klmpk/minggu)
konsumsi pakan 48.71 134.86 247.29 303.86 384.86 446.14 491.14 516.14 2573.00 321.63
(g/ekor/minggu
Rata2 kon. (g/ek/mggu) 49.81 134.95 245.62 322.24 381.57 445.00 489.81 514.76
36
Lampiran 14.Rata-rata konsumsi pakan dan sidik ragam F1 ayam kampung kulit
kuning hasil persilangan pejantan Lombok Timur dengan induk dari
berbagai daerah di Pulau Lombok (g/ek/mgg)
Ftab
SK db J.K K.T Fhit
0.05
T 3 21.13 7.04 1.5 3.4
G 8 3760994.98 470124.37
T 11 3761016.11
Kesimpulan:
Fhit< Ftab, maka dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata P>0,05) antar masing-
masing perlakuan
37
Lampiran 15. Rata-rata konversi pakan dan sidik ragam F1 ayam kampung kulit
kuning hasil persilangan pejantan Lombok Timur dengan induk dari berbagai
daerah di Pulau Lombok
LT×LT
r/t
LT×LT LT×LB G LT×KT
I 7.68 7.89 8.79 7.82
II 7.36 7.43 8.20 8.74
III 8.01 7.72 8.20 7.60
8.40±0.3 8.05±0.6
Rataan 7.68±0.32 7.68±0.24 4 0
Keterangan :
NS: Non Significant/ tidak berbeda nyata (P>0.05)
LT×LT: ♂ Lombok Timur X ♀ Lombok Timur LT×LB:♂ Lombok Timur X ♀ Lombok Barat
LT×LTG:♂ Lombok Timur X ♀ Lombok Tengah LT×KT:♂ Lombok Timur X ♀ Kota Mataram
Ftab
SK db J.K K.T Fhit
0.05
T 3 1.06 0.35 2.21 3.4
G 8 1.28 0.16
T 11 2.35
Kesimpulan:
Fhit< Ftab, maka dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata P>0,05) antar
masing-masing perlakuan
38
RIWAYAT HIDUP
tahun 2006, kemudian melanjutkan di SMAN 2 Sumbawa Besar sampai tahun 2009.
39