Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Balakang

Perkembangan ayam kampung di Indonesia sangat pesat dan telah banyak

dipelihara baik oleh peternak maupun masyarakat sebagai usaha untuk pemanfaatan

pekarangan, pemenuhan gizi keluarga, menyalurkan hobi, peningkatan pendapatan, dan

bahkan sebagai usaha komersial.Ayam kampung dahulu dipelihara secara tradisional

(ekstensif), yaitu ayam dilepas begitu saja, tanpa disediakan kandang, pakan dan air

minum oleh peternak.Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

ayam kampung mulai dibudidayakan dan dikembangkan baik secara semi intensif

maupun intensif. Pemeliharaan ayam kampung secara semi intensif dilakukan dengan

cara ayam pada pagi hari setelah diberi makan dilepas, baru kemudian pada sore hari

masuk ke dalam kandang, Sedangkan pemeliharaan secara intensif dilakukan dengan cara

ayam dikandangkan sepanjang hari, semua aktivitas dibawah pengelolaan peternak.


Ayam kampung merupakan salah satu jenis ayam buras (bukan ras).Jenis ayam ini

dapat dibedakan dari ayam ras berdasarkan warna bulunya yang sangat beragam, mulai

dari warna putih, kuning, kemerahan, hitam, abu-abu atau kombinasi dari warna-warna

tersebut(Rasyaf, 1989). Ada dua macam warna kulit pada ayam kampung yaitu putih

dan kuning (Lestari,1998) selanjutnya di katakan bahwa warna kulit kuning di akibatkan

adanya Fe. Fe adalah pengantar Hb. Fungsi Hb adalah membawa CO2 dari jantung ke

paru-paru dan membawa O2 dari paru-paru ke jantung.Kekurangan Fe dapat

menyebabkan kematian (Anonim 2008).

1
Wibowo (1996) menyatakan ayam kampungmemiliki potensi pertumbuhan yang

lebih besar jikadibanding ayam lainnya karena ayam kampung dapat beradaptasi secara

cepat terhadap lingkungan, juga nilai gizi dari telur dan daging ayam kampung sangat

tinggi.

Pertumbuhan pada ayam kampung di ukur melalui pertambahan bobot badan.

Fase pertumbuhan memiliki dua tahap yaitu starter dan grower. Fase starter dimulai pada

umur 0 – 4 minggu merupakan fase starter dimana terjadi pembelahan dan pertumbuhan

sel yang tinggi. Sehingga pada fase ini merupakan kunci awal untuk mencapai

keberhasilan pencapaian bobot badan. Fase grower dimulai pada umur 6 minggu maka

ayam-ayam tersebut telah dikelompokkan pada fase grower dimana pada fase ini mulai

dominan pembentukan otot-otot tulang yang akan membentuk “frame” dari ayam layer

tersebut. Sehingga pada fase inipun harus disesuaikan pakan yang akan

diberikan(Anonim, 2010).

Ayam kampung leher gundul yang memiliki kulit berwarna kuning.Menurut

Beberapa keunggulan dari ayam leher gundul terdapat pada tingkat pertumbuhan,

efisiensi pakan, komposisi bagian-bagian tubuh, produksi telur, reproduksi dan daya

hidup lebih tinggi bila dibandingkan dengan ayam berbulu normal (Lestari,2007).Lestari

(2012), bahwa ayam kampung dari Lombok Timur mempunyai kekerabatab terjauh

dengan ayam dari daerah lain. Semakin jauh hubungan kekerabatan semakin banyak

perbedaan susunan genotipe. Dengan menyilangkan ayam kampung dari Lombok Timur

dengan ayam dari daerah lain bertujuan untuk meningkatkan heterosis, memberikan

bangsa baru dan menghilangkan gen letal.

2
Konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan F1 ayam hasil

persilangan pejantan Lombok Barat dengan induk dari Lombok Timur, Lombok

Barat,Lombok Tengah, Kota Mataram, tidak berbeda nyata(Purniawati, 2014).

Berdasarkan uraian diatas perlu diadakan penelitian dengan judul “Pertambahan Bobot

Badan Periode Starter Ayam Kampung Kulit Kuning Dari Hasil Persilangan Beberapa

Daerah di Pulau Lombok”.

3
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian adalah
1. Apakahpersilangan ayam kampung dengan menggunakan pejantan

dariLombok Timur akan menyebabkan perbedaan pertumbuhan pada periode

starter ?
2. Ayam kampung hasil persilangan dari daerah manakah yang memiliki

pertumbuhan tertinggi pada periode starter ?


1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian :

1. Untuk mengetahui pertambahan bobot badan priode stater ayam kampung

kulit kuning dari hasil persilangan beberapa daerah di Pulau Lombok.

2. Untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan hasil persilangan menggunakan

pejantan Lombok Timur.

1.4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan informasi pertumbuhan ayam kampung kulit kuning masa starter

hasil persilangan pejantan Lombok Timur dengan betina dari 3 daerah di pulau

Lombok.
2. Hasil persilangan yang memiliki efisiensi pakan tinggi dapat di kembangbiakan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

4
2.1. Ayam

Murtidjo (1992) menyatakan ayam yang dikenal sekarang merupakan ayam hutan

liar yang telah mangalami selaksi dan selanjutnya dijinakkan oleh manusia.Ayam hutan

spesies Galus mengalami seleksi ilmiah melalui penyebaran dengan imigrasi separti yang

dilakukan bangsa burung. Antara lain melalui perkawinan antara jenis ayam hutan

sehingga tercipta varietas-verietas yang baru. Adapun klasifikasi ilmiahnya :

Kerajan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves

Ordo : Galliformes
Family : Phasianidae
Genus : Gallus

Spesies : G. Gallus
Upaspesies : G.g. domesticus
Nama Trinomial : Gallus gallus domestikus
Murtidjo (1992) menyatakan ada empat Gallus yang dikenal, yakni :

1. Gallus bankiva atau Gallus ferrygineus, ciri khas ayam hutan ini berbulu merah dan

berjengger tunggal dangan bentuk gerigi. Ukuran badan dan telurnya lebih kecil jika

dibanding ayam hasil perjinakan yang kita kenal sekarang.

2. Gallus sonnerati, ciri khas ayam hutan ini selain berbulu kelabu, tidak jauh berbeda

dengan Gallus bankiva.

5
3. Gallus lafeyetti, ciri-ciri ayam hutan ini berbulu jingga dan merah, jengger warna kuning

yang dikelilingi warna merah pada pinggirnya. Warna merah jingga terdapat pada bulu

dada dan sebagian dibawahnya.

4. Gallus varius, ciri khas ayam hutan ini berbulu hitam agak kehijauan dan berjengger

tunggal dengan bentuk licin.

2.2.Ayam Kampung

Mansjoer (1985) menyatakan bahwa ayam kampung merupakan ayam asli Indonesia

yang masih memiliki gen asli sebanyak lebih kurang 50%.Adanya variasi genetik yang tinggi

dari ayam kampung menunjukkan adanya potensi untuk dilakukannya perbaikan mutu

genetik.Oleh karena itu diperlukan data dasar mengenai sifat-sifat kualitatif dan kuantitatif

ayam kampung untuk mempertahankan kemurnian serta pelestarian sumber daya genetik

ayam kampung.

Nawawi dan Nurrohmah (1996) mengungkapkan bahwa ayam kampung memiliki

kelebihan dibandingkan dengan ayam ras, antara lain dapat diusahakan dengan modal yang

sedikit maupun dengan modal yang banyak dan perawatannya tidak sulit karena ayam

kampung memiliki daya adaptasi yang baik.

Boer (1993) menyatakan ayam lokal Indonesia atau ayam kampung tidak jelas asal-

usulnya, tetapi diduga merupakan keturunan ayam hutan merah dan ayam hutan hijau.

Selanjutnya disebutkan bahwa evolusi yang berabad-abad menghasilkan ayam kampung yang

telah beradaptasi dengan iklim dan lingkungan.

Sarwono (1988) menyatakan bahwa ayam kampung tidak memiliki ciri-ciri khusus

dan tidak tergantung tujuan kegiatan dan arah usaha peternakannya, sering juga disebutkan

sebagai ayam buras atau ayam bukan ras untuk membedakan dengan ayam yang diternakkan

6
secara komersial yang khusus menghasilkan daging atau telur di perusahan peternakan ayam

ras.Ayam kampung kulit kuning mempunyai keunggulanyang terdapat pada tingkat

pertumbuhan, efisiensi pakan, komposisi bagian-bagian tubuh, produksi telur, reproduksi dan

daya hidup lebih tinggi.

Nesheim, 91979). Menyatakan bahwa ayam piaraan disebut sebagai Galus

domesticus. Nenek moyangnya berasal dari Asia Tenggara. Empat spesies unggas liar hidup

di hutan masih diketahui terdapat di daerah adalah :Gallus gallus(ayam hutan merah)Gallus

lafayetti ( ayam hutan sailan)Galus varius (ayam hutan hitam atau ayam hutan hijau) Gallus

sonnerati(ayam hutan kelabu) dari keempat spesies liar tersebut dan merupakan nenek

moyang utama dari ayam piaraan.

Hardjosubroto (1994) membedakan ayam lokal Indonesia menjadi ayam kampung,

ayam kedu, ayam pelung, dan ayam nunukan.warna bulu ayam kampung sangat beragam dan

bulu ayam jantan warnanya bagus, kulit berwarna kuning pucat. Bentuk jengger pada ayam

jantan maupun betina tidak seragam. Jengger pada betina lebih kecil dibanding jantan.Pial

ayam betina lebih kecil berwarna merah.

2.3. Persilangan

Peningkatan produktivitas ternak asli (native) dapat dilakukan melalui perbaikan

lingkungan (mutu pakan dan tatalaksana) serta program pemuliaan.Peningkatan mutu genetik

melalui program pemuliaan dapat dilakukan dengan perkawinan silang (persilangan) dan

program seleksi. Jadi secara sederhana pemuliaan ternak merupakan kombinasi antara

pengaruh faktor genetik dan tatalaksana pemeliharaan ( Anonim, 2011).

7
Hardjosubroto (1994), menyatakan bahwa persilangan merupakan proses

penggabungan dua sifat yang berbeda dari dua individu baru untuk mendapatkan hasil berupa

individu baru.

2.4. Pakan

Kebutuhan pakan ayam sebaiknya disesuaikan dengan setiap tehapan perkembangan

ayam kampung dan tujuan produksinya, Nawawi (2011) juga berpendapat pakan yang

diberikan kepada ayam jumlahnya berbeda-bada, tergantung pada umur, barat badan, serta

tujuan produksi. Kebutuhan pakan ayam kampung diklasifikasikan berdasarkan umur ayam

semakin bertambah umur, terjadi pertambahan berat badan, sehingga kebutuhan zat gizi

meningkat.

Anonim (1979) mengemukakan bahwa pakan merupakan salah satu faktor penting

yang menentukan tinggi rendahnya produksi. Hal ini bisa dibuktikan pada kelompok ayam

yang diberi pakan baik, produksinya akan lebih tinggi dari pada yang pakannya kurang baik,

tetapi bukan berarti bahwa pakan yang baik itu akan menbantuk seekor ayam yang

produktivitasnya rendah menjadi tinggi, melainkan kesalahan dalam pemberian pakan ini

akan mengakibatkan ternak yang produksinya tinggi tidak sanggup berproduksi sesuai

dangan kemampuan dan bahkan menganggu kesehatannya. Pakan yangsempurna adalah

pakan yang mengandung semua zat yang diberikan tubuh ternak, disusun dalam bentuk

pakan dengan keseimbangan yang tepat untuk kebutuhan ternak selama 24 jam.Rasyaf

(2002) berpandapat secara garis besar nuterien yang dibutuhkan ayam terdiri dari protein,

karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air.

2.5. Pertambahan Berat Badan

8
Rasyaf (1987) pertambahan berat badan ini sering dijadikan pegangan bagi

berproduksi peternakan maupun para ahli, kemudian pertambahan barat badan yaitu

dengan mengunakan berat badan pada waktu tertentu dengan berat badan pada waktu

lalu.Hal ini dapat dilakukan untuk mempermudah dalam pelaksanaan sehari-hari,

sehinggga untuk mendapatkan pertumbuhan berat badan perlu diartikan dengan konsumsi

pakan karena ada bibit yang menambah berat badannya cepat tetapi pada pakan yang

dihabiskan juga banyak.

Yaman (2011) berpendapat bahwa berdasarkan sistem manajemen

pemeliharaandansifat tubuhnya ayam kampung super memiliki tahap pertumbuhan yang

terdiri dari fase awal, fase pertumbuhan, dan komersial dengan pertambahan umur. Barat

badan ayam kampung super dan ayam kampung umur tetas sampai pada minggu ke 16 di

sajikan padaTabel 1.

Yaman (2011) menyatakan bahwa penyebab lamanya masa pemeliharan ayam kampung

yang dilakuan peternak pada umumnya disebabkan dari faktor genetik yang berupa

penggunaan bibit yang kurang baik dan tidak adanya pelaksanan program seleksi,

sedangkan dari faktor lingkungan yang berupa penetapan manajeman pemeliharan belum

terpadu dan juga belum sepenuhnya menetapkan teknologi pakan serta lemahnya

pengendalian penyakit.Berikut merupakan hasil dari analisis antara ayam kampung super

dan ayam kampung.

Tabel 1.Perbandingan berat badan ayam kampung super dan ayam kampung.

9
Barat jantan
Umur Barat ayam jantan
kampung super Fase
(minggu) kampung (gram)
(gram)
Tetas 39,5 31
1 110 87
Fase Awal
2 278 172
3 417 351
4 610 478
Fase Pertumbuhan
5 653 601
6 780 667
7 853 Fase Komersial I 789
8 1.100 836
9 1.230 983
10 1.279 1.153
Fase Komersial II
11 1.373 1.204
12 1.445 1.302
13 1.561 1.398
14 1.575 1.414
Fase Komersial III
15 1.587 1.477
16 1.596 1.487
Sumber : Aman Yaman (2011)

10
BAB III

MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1. Materi Penelitian

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah DOC F1 anak ayam kampung

kulit kuning hasil persilangan pejantan dari Lombok Timur dengan induk dari Lombok

Barat sebanyak 21 ekor, Lombok Tengah 21 ekor, Kota Mataram 21 ekor, Lombok Timur

21 ekor.

3.2. Kandang

Pemeliharaan dilakukan secara intensif dengan menggunakan kandang baterai tiga

lantai dengan panjang 2,5 meter dan tinggi 2 meter. Kandang di bagi menjadi 4 untuk

perlakuan,setiap kandang perlakuan di bagi menjadi 3 kandang ulangan. Setiap ulangan

terdiri dari 7 ekor. Kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan minum.

3.3. Pakan dan air minum

Pakan yang digunakan dalam penelitian ini berupa pakan komersil, jagung dan

dedak dengan perbandingan 2:2:1 pemberian pakan dan minum secara ad libitum.

3.4. Peralatan

Beberapa alat yang akan digunakan selama penelitian, diantaranya:

1.Timbangan digital merek Compact Scale (kepekaan 1 gram)

2. Tempat pakan dan minum

3.Indukan

4.Wing band

11
3.5. Metode penelitian

a. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, bertempat di Jalan Bung Karno

No. 64 Pagutan Mataram.


b. Prosedur penelitian

DOCdipelihara dalam kandang selama 2 bulan dengan pemberian pakan dan

minum secara adlibitum. Penimbangan bobot badan dan konsumsi pakan

dilakukan setiap minggu.

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah :

1. Pertambahan Bobot badan , diperoleh melalui penimbangan anak ayam

setiapminggu.

2. Konsumsi pakan, merupakan selisih jumlah pakan yang diberikan dengan sisa

pakan yang di timbang setiap seminggu satu kali.

3. Konversi pakan, diperoleh melalui perbandingan jumlah konsumsi pakan dengan

pertambahan bobot badan.

Anonim (2004), menjelaskan bahwa :

Rumus PBB (g) = berat badan akhir (g) – berat badan awal (g)

konsumsi pakan(g)
Rumus Konversi Pakan ¿ x 100
pertamba h an berat badan(g)

3.6. Analisa data

Data yang diperoleh ditabulasikan berdasarkan perlakuan kemudian di cari rata-

ratanya,dianalisis menggunakan analisis variansi rancangan acak lengkap (RAL). Apabila

terdapat perbedaan di antara rata-rata diuji dengan uji Duncant.

12
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Konsumsi pakan

Rataan konsumsi pakan ayam kampung kulit kuning hasil persilangan ayam

pejantan Lombok Timur dengan induk dari Lombok Timur, Lombok Barat, Lombok

Tengah dan Kota Mataram disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan konsumsi pakan ayam kampung kulit kuning F1 hasil persilangan
pejantan Lombok Timur dengan induk dari empat daerah di Pulau Lombok
(g/ekor/mgg)
Perlakuan
Ulangan
LT×LT LT×LB LT×LTG LT×KT
I 326.91 323.91 319.96 325.66
II 326.04 325.05 322.93 321.63
III 322.32 322.66 320.27 321.63
325.09±2.44
Rataan NS
323.87±1.20 NS 321.05±1.63 NS 322.97±2.33 NS
Keterangan :
NS: Non Significant/ tidak berbeda nyata (P>0.05)
LT×LT: ♂ Lombok Timur X ♀ Lombok Timur LT×LB:♂ Lombok Timur X ♀ Lombok Barat
LT×LTG:♂ Lombok Timur X ♀ Lombok Tengah LT×KT:♂ Lombok Timur X ♀ Kota Mataram

Rataan konsumsi pakan antar perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05).Tidak

adanya perbedaan yang nyata untuk konsumsi pakan antar perlakuan disebabkan oleh

genetic dan lingkungan.Hal ini sesuai dengan pendapat Sutardi (1995), bahwa ayam

kampung akan tumbuh secara optimal sesuai dengan potensi genetiknya. Pakan

merupakan salah satu faktor lingkungan yang memiliki pengaruh sangat penting terhadap

pertumbuhan.Kebutuhan gizi tertinggi untuk ayam berada dimasa starter, sehingga

pemberian ransumnya harus dengan memperhatikan kelengkapan nutrisi yang

13
dibutuhkan yakni energi, protein, mineral serrta vitamin. Selain perbaikan nutrisi pakan,

dalam upaya perbaikan mutu genetik juga harus didukung dengan peningkatan

manajemen pemeliharaan yang baik (Setioko dan Iskandar, 2005).

Meskipun demikian, ayam hasil persilangan pejantan Lombok Timur dengan

induk dari Lombok Timur konsumsi pakannya paling tinggi yaitu 325,09±2,44

g/ekor/mgg, kemudian diikuti oleh tiga lainnya yaitu persilangan pejantan Lombok

Timur dengan induk dari Lombok Barat 323,87±1,20 g/ekor/mgg, pejantan Lombok

Timur dengan induk dari Kota Mataram 322,97±2,33 g/ekor/mgg, dan pejantan Lombok

Timur dengan induk dari Lombok Tengah 321,05±1,63 g/ekor/mgg. Menurut Anonim

(2010), konsumsi pakan standar untuk ayam kampung sampai umur delapan minggu

adalah 390 gr/ek/mgg.

4.2. Pertambahan bobot badan

Bobot badan adalah patokan yang harus dicapai dalam menciptakan hasil yang

optimal. Berat badan yang kurang atau tidak ideal akan mempengaruhi produksi

(Anonim, 2010). Pertumbuhan pada ternak ditentukan oleh dua faktor utama yaitu

genetik dan lingkungan.Rataan pertambahan bobot badan ayam kampung kulit kuning

hasil persilangan ayam pejantan Lombok Timur dengan induk dari Lombok Timur,

Lombok Barat, Lombok Tengah dan Kota Mataram disajikan pada Tabel 3.

14
Tabel 3. Rataan pertambahan bobot badan pakan ayam kampung kulit kuning F1 hasil
persilangan pejantan Lombok Timur dengan induk dari empat daerah di Pulau
Lombok (g/ekor/mgg)
Perlakuan
Ulangan
LT×LT LT×LB LT×LTG LT×KT
I 42.56 41.03 36.38 41.63
II 44.27 43.77 39.40 36.81
III 40.25 41.81 39.04 42.34
NS NS NS
Rataan 42.36±2.02 42.20±1.41 38.27±1.65 40.26±3.01 NS
Keterangan :
NS: Non Significant/ tidak berbeda nyata (P>0.05)
LT×LT: ♂ Lombok Timur X ♀ Lombok Timur LT×LB:♂ Lombok Timur X ♀ Lombok Barat
LT×LTG:♂ Lombok Timur X ♀ Lombok Tengah LT×KT:♂ Lombok Timur X ♀ Kota Mataram

Rataan pertambahan bobot badan pada penelitian ini tidak berbeda nyata (P>0,05)

antar perlakuan. Tidak adanya perbedaan antar perlakuan.diduga pengaturan sistem

perkawinan belum berpengaruh terhadap perubahan susunan gen aditif. Gen aditif yaitu

gen-gen yang mempunyai efek menambah atau mengurangi keragaman total dari suatu

sifat yang disebabkan oleh pengaruh keturunan termasuk semua pengaruh gen

(Hardjosubroto, 1994). Sutardi, (1995) menyatakan bahwa bila ayam kampung diberikan

asupan pakan yang mengandung zat-zat makanan sesuai dengan kebutuhannya, maka

ayam tersebut akan tumbuh optimal sesuai dengan potensi genetiknya.

Pertambahan bobot badan paling tinggi ditemukan pada ayam hasil persilangan

pejantan Lombok Timur dengan induk dari Lombok Timur yaitu 42,36±2,02 g/ekor/mgg,

selanjutnya hasil persilangan pejantan Lombok Timur dengan induk dari Lombok Barat

42,20±1,41 g/ekor/mgg), pejantan Lombok Timur dengan induk dari Kota Mataram

40,26±3,01 g/ekor/mgg), dan hasil persilangan pejantan Lombok Timur dengan induk

dari Lombok Tengah sebanyak 38,27±1,65 g/ekor/mgg). (Sarunggalo, dkk.,

2010),menyatakan bahwa bobot badan ayam kampung kulit kuning umur delapan minggu

15
adalah 600 g sedangkan rata-rata pertambahan bobot badannya adalah 66,6 g.

Berdasarkan pertambahan bobot badan tersebut maka ayam hasil penelitian memiliki

pertambahan bobot badan yang tinggi. Hal ini disebabkan karena yang sudah melalui

seleksi dan pemeliharaan secara intensif.

4.3. Konversi pakan atau feed conversion ratio (FCR)

Konversi pakan didefinisikan sebagai jumlah pakan yang dikonsumsi untuk

menghasilkan 1 kg bobot badan. Konversi pakan atau feed conversion ratio (FCR)

merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan

bobot badan. Rataan pertambahan bobot badan ayam kampung kulit kuning hasil

persilangan ayam pejantan Lombok Timur dengan induk dari Lombok Timur, Lombok

Barat, Lombok Tengah dan Kota Mataram disajikan pada Tabel 4.

Tabel 5. Rataan konversi pakan ayam kampung kulit kuning F1 hasil persilangan pejantan
Lombok Timur dengan induk dari berbagai daerah di Pulau Lombok
(g/ekor/mgg)
Perlakuan
Ulangan
LT×LT LT×LB LT×LTG LT×KT
I 7.68 7.89 8.79 7.82
II 7.36 7.43 8.20 8.74
III 8.01 7.72 8.20 7.60
N
7.68±0.32 8.05±0.60N
Rataan S
7.68±0.24 NS 8.40±0.34 NS S

Keterangan :
NS: Non Significant/ tidak berbeda nyata (P>0.05)
LT×LT: ♂ Lombok Timur X ♀ Lombok Timur LT×LB:♂ Lombok Timur X ♀ Lombok Barat
LT×LTG:♂ Lombok Timur X ♀ Lombok Tengah LT×KT:♂ Lombok Timur X ♀ Kota Mataram

Nilai konversi pakan untuk ayam hasil persilangan pejantan Lombok Timur

dengan induk dari Lombok Timur, Lombok Barat, Lombok Tengah dan Kota Mataram

adalah 7,68±0,32,7,68±0,24, 8,40±0,34 dan 8,05±0,60. Berdasarkan analisis statistik, di

antara perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05). Nilai konversi pakan sangat bergantung

16
pada tinggi rendahnya angka pertambahan bobot badan. Sama halnya dengan konversi

pakan, pertambahan bobot badan yang diperoleh pada penelitian ini tidak berbeda nyata

(P>0,05).Dalam hal ini, pertambahan bobot badan ayam kampung kulit kuning hasil

persilangan pejantan Lombok Timur dengan induk dari beberapa daerah di Pulau Lombok

Nilai konversi pakan yang diperoleh tinggi sehingga tingkat efisiensi pakannya

rendah.Tolak ukur untuk menilai tingkat efisiensi penggunaan pakan adalah dengan

menentukan nilai dari konversi pakan, dimana antara nilai konversi pakan dengan

efisiensi pakan berbanding terbalik. Semakin rendah nilai konversi pakan, semakin tinggi

efisiensi penggunaan pakan, dan begitu pula sebaliknya. Suryana dan Hasbianto (2008),

menyatakan bahwa konversi ayam kampung yang dipelihara secara intensif berkisar

antara 4,90 – 6,90. Haryadi (2014), konversi pakan untuk ayam kampung kulit kuning

pada masa grower yaitu antara 6,24-10,53, sedangkan Purniawati (2014), pada

penelitiannya mendapatkan nilai konversi pakan ayam kampung kulit kuning pada fase

starter berkisar antara 4,69 – 6,00. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai konversi pakan

seperti stress, penyakit, lingkungan, pakan, dan lain sebagainya (Anonim, 2010).

17
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Rataan konsumsi pakan LTxLT 325,09±2,44g/ekor/mgg, LTxLB

323,87±1,20g/ekor/mgg, LTxKT 322,97±2,33 g/ekor/mgg,LTxLTG 321,05±1,63

g/ekor/mgg. Pertambahan bobot badan LTxLT 42,36±2,02 g/ekor/mgg, LTxLB

42,20±1,41 g/ekor/mgg), LTxKT 40,26±3,01 g/ekor/mgg), LTxLG 38,27±1,65

g/ekor/mgg). Dan Konversi pakan LTxLT 7,68±0,32 g/ekor/mgg), LTxLB

7,68±0,24 g/ekor/mgg), LTxLTG 8,40±0,34 g/ekor/mgg), LTxKT 8,05±0,60

g/ekor/mgg).

2. konsumsi pakan,pertambahan bobot badan (PBB),konversi pakanantar

perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05).

3. Pengaturan sistem perkawinan belum berpengaruh terhadap pertambahan

bobot badan.

5.2. Saran

1. Perlu dicoba sistem perkawinanlain untuk mendapatkan keturunan yang

memilikikonversi pakan rendah.

2. Perlu diperbaiki cara pemberian pakan supaya tidak banyak pakan yang

terbuang.

18
RINGKASAN

Populasi ayam kampung di Pulau Lombok tersebar secara merata dari pedesaan

hingga ke perkotaan.Ayam kampung merupakan salah satu jenis ayam buras (bukan

ras).Jenis ayam ini dibedakan dari ayam ras berdasrkan variasi warna bulunya yakni

putih, kuning, kemerahan, hitam, abu-abu ataupun kombinasi dari warna-warna tersebut.

Rasyaf, M. (1998), menyatakan bahwa ada dua warna kulit yang terdapat pada

yam kampung yakni putih dan kuning.Kemudian Lestari (1998) menambahkan bahwa

warna kuning pada kulit ayam kampung disebabkan karna adanya zat Fe pada

jaringan.Hemoglobin berperan dalam mengikat oksigen dalam darah. Tingkatan

kandungan hemoglobin dalam darah berbanding lurus dengan tingkat produksi serta

reproduksi ayam kampung tersebut. Jika Hb tinggi maka produksi serta reproduksi

manjdi tinggi, begitu juga sebaliknya jika Hb renah menyebabkan rendahnya produksi

serta reproduksinya.

Lestari, (2007) juga menyatakan bahwa ayam kampung yang memiliki kulit

berwarna kuning juga memiliki cirri berleher gundul.Beberapa keunggulan dari ayam

leher gundul terdapat pada tingkat pertumbuhan, efisiensi pakan, komposisi bagian-

bagian tubuh, produksi telur, reproduksi dan daya hidup lebih tinggi bila dibandingkan

dengan ayam berbulu normal.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan dan

pertambahan bobot badan pada periode starter untuk F1 ayam kampung kulit kuning

19
hasil persilangan induk yang berasal dari berbagai daerah di Pulau Lombok dengan

pejantan Lombok Timur.

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah F1 anak ayam kampung kulit

kuning hasil persilangan pejantan dari Lombok Timur dengan induk dari Lombok Barat,

Lombok Tengah, Kota Mataram dan Lombok Timur masing-masing sebanyak 21 ekor

sebagai perlakuan. Setiap perlakuan dibagi menjadi 3 kandang sebagai ulangan dan setiap

ulangan terdiri dari 7 ekor ayam.

Adapun metode yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu pemeliharaan ayam

dari umur sehari sampai umur 2 bulan (masa starter), pemberian pakan dan minum secara

adlibitum, penimbangan bobot badan dilakukan sekali seminggu, serta mengamati

morfologi pada umur 2 bulan. Hasil penelitian selanjutnya dianalisis menggunakan varian

berdasarkan Rancangan Acak Lengkap.

Rataan konsumsi pakan, pertambahan bobot badan (PBB) dan konversi pakan

(FCR) pada F1 ayam kampung hasil persilangan pejantan Lombok Timur dengan induk

dari empat daerah di Pulau Lombok yaitu Lombok Barat, Kota Mataram, Lombok Tengah

serta Lombok Timur tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05). Diduga

pengaturan sistem perkawinan tersebut belum berpengaruh terhadap gen-gen aditif. Gen

aditif merupakan gen-gen yang mempunyai efek menambah atau mengurangi keragaman

total dari suatu sifat yang disebabkan oleh pengaruh keturunan termasuk semua pengaruh

gen (Hardjosubroto, 1994).

20
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Pengaruh Faktor Makanan terhadap Tinggi Rendah Produksi.


Yogyakarta.

Anonim. 2004. Cara Menghitung Berat Rata-rata Badan Ayam. http://memelihara-


ayam.blogspot.com/2004/11/cara-menghitung-berat-rata-rata-badan-ayam.html.
Diakses tanggal 09 Februaari 2015.

------------2010. Beternak Ayam Kampung. http://jalinukm.wordpress.com/tag/ayam-


kampung.html. Diakses tanggal 09 Februari 2015.

------------2010.http://jalinukm.wordpress.com/tag/ayam-kampung/page/2/

-----------2011 .Pengantar Ilmu Pemuliaan. http://ilmuternak.wordpress.com.


materikuliah/pengantar-ilmu-pemuliaan/.Diakses tanggal 14 April 2014.Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah.

Boer, M. 1993 .Berternak Ayam Kampung. Tarsito, Bandung

Hardjosubroto, W., 1994.Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. Gramedia


Widiasarana Indonesia.

Haryadi. 2014. Perbedaan Pertumbuhan Ayam Kampung Kulit Kuning pada Empat
Kabupaten di Pulau Lombok.Skripsi.Fakultas Peternakan, UNRAM. Unram.

Husmaini, 1994. Pengaruh Cara Pembatasan Pemberian Ransum pada Ayam kampung
periode kutuk terhadap penampilan ayam kampung. Prosiding Seminar Hasil
Penelitian Fakultas Peternakan UNAND. Padang.

Lestari.1998. Pengkajian Kekerabatan Ayam Kampung dan Ayam Ras Berdasarkan


Analisis Elektroforesis Protein Darah.Thesis. Program Pasca Sarjana Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.

21
---------,2007. Kontribusi Gen Na terhadap Kualitas Daging Ayam Taliwang.Laporan
Penelitian. Fakultas Peternakan, UNRAM. Mataram.

Lestari., P. Soegeng dan N. K. D. Dewi H. 2013. Mengangakat Potensi Genetik dan


Produktitivitas Ayam Kampung yang Memiliki Gen Na di Pulau
Lombok.Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan. Universitas Mataram.
Mataram.

Margawati, E.T. 1989. Efisiensi penggunaan ransum oleh ayam kampung jantandan
betina pada periode pertumbuhan. Prosiding Seminar Nasional tentangUnggas
Lokal. 28 Sept. Fakultas Peternakan UNDIP. Semarang. Hal.127- 132.

Mansjoer, S.S. 1985. Pengkajian Sifat-sifat Produksi Ayam Kampung serta


Persilangannya dengan ayam

Murtidjo, B. A 1992. Mengelola Ayam Buras. Kanisius. Yogyakarta.

Nawawi dan Nurrohmah , 1996 Kelebihan Ayam Kampung Dengan Ayam Ras.
Jakarta.

Nesheim, M. C., R. E. Austic dan L. E. Card, 1979. Poultry Production.12th ed. Lea and
Febiger, Philadelphia.

Nugroho,E.,I.Whendrato dan I.M.Medyana.1992. Budidaya Ayam Buras(Intensifikasi


Pemeliharaan Ayam Buras secara Optimal Sebagai Sumber Pendapatan
Tambahan. Eka Offset. Semarang.

Prilajuarti,A.199. Produksi dan Kualitas Telur Ayam Kampung, Ayam Pelung dan
Bangkok. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor

Purniawati. 2014. Hasil Persilangan Pejantan Lobar dengan Induk dari Lombok Timur,
Lombok Barat, Lombok Tengah, Kota Mataram. Skripsi Fakultas Peternakan
Universitas Mataram.

Rasyaf. 2002. Nutrien yang Di Butuhkan Pada Ayam. Jakarta.

Rasyaf. 1987. Panduan Penambahan Bobot Badan Aysm. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rasidi. 2000. Pakan Lokal Alternatif Untuk Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta

Sarunggalo, dkk.2010. Penampilan Pertumbuhan Ayam Persilangan Kampung dan


Bangkok, Jurnal Ilmu Peternakan. Vol.5 No.2

Sularno, 2013. Buku petunjuk Praktikum. APB University. Yogyakarta.

22
Suryana dan A. Hasbianto. 2008. Usaha Tani Ayam Buras di Indonesia: Permasalahan dan
Tantangan. Jurnal Litbang Pertamina. 27 (3):75-83.

Sutardi,T. 1995. Landasan Ilmu Nutrisi, Jilid I. Departemen Ilmu Makanan Ternak,
Fakultas Peternakan , Institut Pertanian Bogor.

Sarwono. 1988. Perbedaan Ayam Ras Dengan Ayam Lainnya. Yogyakarta.

Wibowo, S. 1996. Pentunjuk Berternak Ayam Buras. Gita Media Press, Surabaya.

Yaman, A. 2011. Manajemen Pemeliharaan Ayam Kampung Super. Surabaya.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Bobot badan F1 ayam kampung kulit kuning hasil persilangan pejantan
Lombok Timur dengan induk dari Lombok Timur (g/ek/mgg)

BOBOT BADAN MINGGU KE-


No. Rataan
DOC I II III IV V VI VII VIII
1 21 24 33 80 125 150 227 281 383 162.88
2 18 23 44 78 137 174 275 332 402 183.13
3 24 29 52 89 149 178 246 312 391 180.75
4 25 28 54 105 170 207 313 384 468 216.13
5 19 23 54 93 156 177 268 282 362 176.88
6 21 25 43 55 90 117 179 219 299 128.38
7 18 20 35 62 90 113 138 195 224 109.63
8 16 19 32 44 101 201 307 404 519 203.38
9 20 24 36 46 62 106 168 224 286 119.00
10 23 28 35 42 103 145 214 283 330 147.50
11 27 31 48 62 136 151 231 317 397 171.63
12 21 25 39 48 79 129 194 248 296 132.25
13 22 25 36 43 71 123 187 261 344 136.25
14 29 39 70 75 155 216 294 373 465 210.88
15 33 43 54 81 136 196 254 337 413 189.25
16 35 52 64 90 130 214 281 386 496 214.13
17 33 49 64 84 132 198 230 291 352 175.00
18 39 52 63 70 118 175 215 274 336 162.88

23
19 21 24 31 43 132 194 226 293 367 163.75
20 31 41 51 72 89 109 139 183 257 117.63
21 23 29 37 47 85 115 179 210 248 118.75
Total 519 653 975 1409 2446 3388 4765 6089 7635 3420.00
161.3 226.9 363.5
Rataan 24.71 31.10 46.43 67.10 116.48 3 0 289.95 7 162.86

Lampiran 2. Pertambahan bobot badan F1 ayam kampung kulit kuning hasil persilangan
pejantan Lombok Timur dengan induk dari Lombok Timur (g/ek/mgg)

Rataa
No. PBB MINGGU KE- n
I II III IV V VI VII VIII
1 3 9 47 45 25 77 54 102 45.25
2 5 21 34 59 37 101 57 70 48.00
3 5 23 37 60 29 68 66 79 45.88
4 3 26 51 65 37 106 71 84 55.38
5 4 31 39 63 21 91 14 80 42.88
6 4 18 12 35 27 62 40 80 34.75
7 2 15 27 28 23 25 57 29 25.75
8 3 13 12 57 100 106 97 115 62.88
9 4 12 10 16 44 62 56 62 33.25
10 5 7 7 61 42 69 69 47 38.38
11 4 17 14 74 15 80 86 80 46.25
12 4 14 9 31 50 65 54 48 34.38
13 3 11 7 28 52 64 74 83 40.25
14 10 31 5 80 61 78 79 92 54.50
15 10 11 27 55 60 58 83 76 47.50
16 17 12 26 40 84 67 105 110 57.63

24
17 16 15 20 48 66 32 61 61 39.88
18 13 11 7 48 57 40 59 62 37.13
19 3 7 12 89 62 32 67 74 43.25
20 10 10 21 17 20 30 44 74 28.25
21 6 8 10 38 30 64 31 38 28.13
Total 134 322 434 1037 942 1377 1324 1546 889.50
Rataa 6.3
n 8 15.33 20.67 49.38 44.86 65.57 63.05 73.62 42.36

Lampiaran 3. Bobot badan F1 ayam kampung kulit kuning hasil persilangan pejantan
Lombok Timur dengan induk dari Lombok Barat (g/ek/mgg)

BOBOT BADAN MINGGU KE-


Rataa
DO
I n
No. C II III IV V VI VII VIII
1 18 23 33 70 120 182 245 326 376 171.88
2 17 20 25 59 110 149 251 265 324 150.38
3 18 21 24 53 92 132 178 234 236 121.25
4 19 23 25 60 105 159 214 262 317 145.63
5 20 32 39 85 158 244 336 414 495 225.38
6 20 25 30 67 117 175 208 319 361 162.75
7 18 23 28 62 106 162 211 270 318 147.50
8 19 34 57 100 118 175 226 286 335 166.38
9 18 32 56 80 139 195 262 378 382 190.50
10 20 32 51 72 164 227 302 394 450 211.50
11 21 36 59 75 129 204 263 336 383 185.63
12 26 46 71 92 146 225 287 331 438 204.50
13 20 37 57 76 131 200 260 270 316 168.38
14 19 24 39 57 93 139 197 245 290 135.50

25
15 18 24 32 81 119 168 228 296 362 163.75
16 19 24 30 55 84 115 147 171 205 103.88
17 20 30 46 76 125 178 235 278 314 160.25
18 18 23 36 102 171 254 343 432 510 233.88
19 18 24 34 60 117 152 186 236 303 139.00
20 20 26 36 73 140 201 270 334 417 187.13
21 19 23 35 76 135 178 248 307 362 170.50
Total 405 582 843 1531 2619 3814 5097 6384 7494 3545.5
Rataa 19.2 27.7 40.1 72.9 124.7 181.6 242.7 304.0 356.8
n 9 1 4 0 1 2 1 0 6 168.83

26
Lampiran 4. Pertambahan bobot badan F1 ayam kampung kulit kuning hasil persilangan
pejantan Lombok Timur dengan induk dari Lombok Barat (g/ek/mgg)

Rataa
No. PBB MINGGU KE- n
I II III IV V VI VII VIII
1 5 10 37 50 62 63 81 50 44.75
2 3 5 34 51 39 102 14 59 38.38
3 3 3 29 39 40 46 56 2 27.25
4 4 2 35 45 54 55 48 55 37.25
5 12 7 46 73 86 92 78 81 59.38
6 5 5 37 50 58 33 111 42 42.63
7 5 5 34 44 56 49 59 48 37.50
8 15 23 43 18 57 51 60 49 39.50
9 14 24 24 59 56 67 116 4 45.50
10 12 19 21 92 63 75 92 56 53.75
11 15 23 16 54 75 59 73 47 45.25
12 20 25 21 54 79 62 44 107 51.50
13 17 20 19 55 69 60 10 46 37.00
14 5 15 18 36 46 58 48 45 33.88
15 6 8 49 38 49 60 68 66 43.00
16 5 6 25 29 31 32 24 34 23.25
17 10 16 30 49 53 57 43 36 36.75
18 5 13 66 69 83 89 89 78 61.50
19 6 10 26 57 35 34 50 67 35.63
20 6 10 37 67 61 69 64 83 49.63
21 4 12 41 59 43 70 59 55 42.88
Total 177 261 688 1088 1195 1283 1287 1088 1195
Rataa 8.4 12.4 32.7 51.8 56.9 61.1 61.2 51.8
n 3 3 6 1 0 0 9 1 56.90

27
Lampiran 5. Bobot badan F1 ayam kampung kulit kuning hasil persilangan pejantan
Lombok Timur dengan induk dari Lombok Tengah (g/ek/mgg)

BOBOT BADAN MINGGU KE-


No. DO Rataan
I
C II III IV V VI VII VIII
1 19 22 40 68 118 136 159 260 340 142.88
2 20 23 37 65 120 170 200 214 272 137.63
3 18 21 29 44 84 112 129 188 206 101.63
4 21 24 52 84 131 167 202 238 309 150.88
5 17 20 39 68 117 153 184 268 339 148.50
6 18 20 36 56 96 122 138 184 202 106.75
7 22 24 39 42 132 178 227 323 382 168.38
8 18 20 32 40 49 86 135 177 195 91.75
9 28 34 80 104 126 190 274 330 358 187.00
10 18 20 53 78 95 136 202 255 298 142.13
11 21 23 51 82 110 166 235 282 335 160.50
12 23 26 55 75 94 144 221 269 347 153.88
13 21 23 38 62 77 128 193 230 293 130.50
14 21 25 38 70 109 209 262 322 390 178.13
15 20 24 34 46 80 122 155 217 278 119.50
16 26 30 65 90 151 200 270 345 426 197.13
17 19 21 32 43 73 96 115 163 166 88.63
18 22 23 33 46 85 137 173 256 304 132.13
19 24 26 47 63 100 138 167 233 295 133.63
20 19 23 33 61 92 171 226 278 373 157.13
21 25 30 56 98 115 152 190 270 360 158.88
2987.5
Total 440 502 919 1385 2154 3113 4057 5302 6468 0
Rataa 20.9 23.9 43.7 65.9 102.5 148.2 193.1 252.4 308.0
n 5 0 6 5 7 4 9 8 0 142.26

28
Lampiaran 6. Pertambahan bobot badan F1 ayam kampung kulit kuning hasil
persilangan pejantan Lombok Timur dengan induk dari Lombok Tengah
(g/ek/mgg)

Rataa
PBB MINGGU KE-
No. n
I II III IV V VI VII VIII
1 3 18 28 50 18 23 101 80 40.13
2 3 14 28 55 50 30 14 58 31.50
3 3 8 15 40 28 17 59 18 23.50
4 3 28 32 47 36 35 36 71 36.00
5 3 19 29 49 36 31 84 71 40.25
6 2 16 20 40 26 16 46 18 23.00
7 2 15 3 90 46 49 96 59 45.00
8 2 12 8 9 37 49 42 18 22.13
9 6 46 24 22 64 84 56 28 41.25
10 2 33 25 17 41 66 53 43 35.00
11 2 28 31 28 56 69 47 53 39.25
12 3 29 20 19 50 77 48 78 40.50
13 2 15 24 15 51 65 37 63 34.00
14 4 13 32 39 100 53 60 68 46.13
15 4 10 12 34 42 33 62 61 32.25
16 4 35 25 61 49 70 75 81 50.00
17 2 11 11 30 23 19 48 3 18.38
18 1 10 13 39 52 36 83 48 35.25
19 2 21 16 37 38 29 66 62 33.88
20 4 10 28 31 79 55 52 95 44.25
21 5 26 42 17 37 38 80 90 41.88
Total 62 417 466 769 959 944 1245 1166 753.50
Rataa 2.9 19.8 22.1 36.6 45.6 44.9 59.2 55.5
n 5 6 9 2 7 5 9 2 35.88

29
Lampiran 7. Bobot badan F1 ayam kampung kulit kuning hasil persilangan pejantan
Lombok Timur dengan induk dari Kota Mataram (g/ek/mgg)

BOBOT BADAN MINGGU KE-


No. DO Rataan
I
C II III IV V VI VII VIII
1 24 29 46 86 122 178 254 317 401 179.13
2 33 41 62 78 143 161 238 293 341 169.63
3 35 55 59 78 121 160 250 323 384 178.75
4 36 49 69 85 133 201 250 260 292 167.38
5 33 49 70 85 145 187 233 296 350 176.88
6 37 52 63 86 151 215 261 302 416 193.25
7 22 25 51 80 109 168 239 288 367 165.88
8 16 18 30 39 75 131 184 251 297 128.13
9 18 22 31 48 105 158 204 275 327 146.25
10 19 23 28 47 72 129 178 196 251 115.50
11 16 18 25 43 85 146 168 278 340 137.88
12 17 19 28 38 76 125 177 237 287 123.38
13 23 29 32 62 89 132 187 264 326 140.13
14 19 21 30 40 72 116 160 216 361 127.00
15 18 20 38 73 102 175 218 282 306 151.75
16 21 24 30 60 100 164 206 281 350 151.88
17 18 20 27 64 114 169 242 289 379 163.00
18 16 18 29 47 101 158 233 274 363 152.88
19 23 26 43 72 121 180 252 291 386 171.38
20 26 35 63 108 133 177 239 282 356 174.13
21 18 20 35 68 120 166 240 290 371 163.75
3277.8
Total 488 613 889 1387 2289 3396 4613 5785 7251 8
Rataa 23.2 29.1 42.3 66.0 109.0 161.7 219.6 275.4 345.2
n 4 9 3 5 0 1 7 8 9 156.09

30
Lampiran 8. Pertambahan bobot badan F1 ayam kampung kulit kuning hasil persilangan
pejantan Lombok Timur dengan induk dari Kota Mataram (g/ek/mgg)

Rataa
No. PBB MINGGU KE- n
I II III IV V VI VII VIII
1 5 17 40 36 56 76 63 84 47.13
2 8 21 16 65 18 77 55 48 38.50
3 20 4 19 43 39 90 73 61 43.63
4 13 20 16 48 68 49 10 32 32.00
5 16 21 15 60 42 46 63 54 39.63
6 15 11 23 65 64 46 41 114 47.38
7 3 26 29 29 59 71 49 79 43.13
8 2 12 9 36 56 53 67 46 35.13
9 4 9 17 57 53 46 71 52 38.63
10 4 5 19 25 57 49 18 55 29.00
11 2 7 18 42 61 22 110 62 40.50
12 2 9 10 38 49 52 60 50 33.75
13 6 3 30 27 43 55 77 62 37.88
14 2 9 10 32 44 44 56 145 42.75
15 2 18 35 29 73 43 64 24 36.00
16 3 6 30 40 64 42 75 69 41.13
17 2 7 37 50 55 73 47 90 45.13
18 2 11 18 54 57 75 41 89 43.38
19 3 17 29 49 59 72 39 95 45.38
20 9 28 45 25 44 62 43 74 41.25
21 2 15 33 52 46 74 50 81 44.13
Total 125 276 498 902 1107 1217 1172 1466 845.38
Rataa 5.9
n 5 13.14 23.71 42.95 52.71 57.95 55.81 69.81 40.26

31
Lampiran 9.Rata-rata pertambahan bobot badan dan sidik ragam F1 ayam kampung
kulit kuning hasil persilangan pejantan Lombok Timur dengan induk dari
berbagai daerah di Pulau Lombok (g/ek/mgg)

LT×LT
r/t LT×LT LT×LB G LT×KT
I 42.56 41.03 36.38 41.63
II 44.27 43.77 39.40 36.81
III 40.25 41.81 39.04 42.34
42.36±2. 42.20±1. 38.27±1. 40.26±3.
Rataan 02 41 65 01
Keterangan :
NS: Non Significant/ tidak berbeda nyata (P>0.05)
LT×LT: ♂ Lombok Timur X ♀ Lombok Timur LT×LB:♂ Lombok Timur X ♀ Lombok Barat
LT×LTG:♂ Lombok Timur X ♀ Lombok Tengah LT×KT:♂ Lombok Timur X ♀ Kota Mataram

Ftab
SK db JK KT Fhit
0.05
t 3 1628.98 542.99 0.17 3.16
G 8 25770.06 3221.26
T 11 27399.04

Kesimpulan:
Fhit< Ftab, maka dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata P>0,05) antar
masing-masing perlakuan

32
Lampiran 10.konsumsi ayam kampung kulit kuning F1 hasil persilangan pejantan
Lombok Timur dengan induk dari Lombok Barat (g/ek/mgg)

Ulangan Uraian M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 Total Rataan


Pakan Awal (g) 420 1000 1750 2500 3000 3500 3700 4000
Sisa pakan (g) 69 75 41 269 269 371 229 408
konsumsi pakan 351 925 1709 2231 2731 3129 3471 3592 18139.00
I
(g/klmpk/minggu)
konsumsi pakan 50.14 132.14 244.14 318.71 390.14 447.00 495.86 513.14 2591.29 323.911
(g/ekor/minggu

Pakan Awal (g) 420 1000 1750 2500 3000 3500 3700 4000
Sisa pakan (g) 51 43 39 176 289 385 252 432
konsumsi pakan 369 957 1711 2324 2711 3115 3448 3568 18203.00
II
(g/klmpk/minggu)
konsumsi pakan 52.71 136.71 244.43 332.00 387.29 445.00 492.57 509.71 2600.43 325.05
(g/ekor/minggu

Pakan Awal (g) 420 1000 1750 2500 3000 3500 3700 4000
Sisa pakan (g) 73 28 39 141 431 383 273 433
konsumsi pakan 347 972 1711 2359 2569 3117 3427 3567 18069.00
III
(g/klmpk/minggu)
konsumsi pakan 49.57 138.86 244.43 337.00 367.00 445.29 489.57 509.57 2581.29 322.66
(g/ekor/minggu
Rata2 kon.
(g/ek/minggu) 50.81 135.90 244.33 329.24 381.48 445.76 492.67 510.81

33
Lampiran 11.konsumsi ayam kampung kulit kuning F1 hasil persilangan pejantan
Lombok Timur dengan induk dari Lombok Timur (g/ek/mgg)

Ulangan Uraian M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 Total Rataan


Pakan Awal (g) 420 1000 1750 2500 3000 3500 3700 4000
Sisa pakan (g) 79 74 69 148 335 320 219 366
konsumsi pakan 341 926 1681 2352 2665 3180 3481 3634 18260 2282.50
I
(g/klmpk/minggu)
konsumsi pakan 48.71 132.29 240.14 336.00 380.71 454.29 497.29 519.14 2608.57 326.07
(g/ekor/minggu

Pakan Awal (g) 420 1000 1750 2500 3000 3500 3700 4000
Sisa pakan (g) 70 54 15 161 338 383 203 388
konsumsi pakan 350 946 1735 2339 2662 3117 3497 3612 18258 2282.25
II
(g/klmpk/minggu)
konsumsi pakan 50.00 135.14 247.86 334.14 380.29 445.29 499.57 516.00 2608.29 326.04
(g/ekor/minggu

Pakan Awal (g) 420 1000 1750 2500 3000 3500 3700 4000
Sisa pakan (g) 63 49 49 259 330 409 262 399
konsumsi pakan 357 951 1701 2241 2670 3091 3438 3601 18050 2256.25
III
(g/klmpk/minggu)
konsumsi pakan 51.00 135.86 243.00 320.14 381.43 441.57 491.14 514.43 2578.57 322.32
(g/ekor/minggu
Rataan Kon.(g/ekor/minggu) 49.90 134.43 243.67 330.10 380.81 447.05 496.00 516.52

34
Lampiran 12.konsumsi ayam kampung kulit kuning F1 hasil persilangan pejantan
Lombok Timur dengan induk dari Lombok Tengah (g/ek/mgg)

Ulangan Uraian M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 Total Rataan


Pakan Awal (g) 420 1000 1750 2500 3000 3500 3700 4000
Sisa pakan (g) 83 73 53 384 345 394 231 389
konsumsi pakan 337 927 1697 2116 2655 3106 3469 3611 17918 2239.8
I (g/klmpk/minggu)
242.4 379.2 495.5 2559.7
konsumsi pakan 48.14 132.43 3 302.29 9 443.71 7 515.86 1 319.96
(g/ekor/minggu

Pakan Awal (g) 420 1000 1750 2500 3000 3500 3700 4000
Sisa pakan (g) 73 77 23 247 327 379 259 401
konsumsi pakan 347 923 1727 2253 2673 3121 3441 3599 18084 2260.5
II (g/klmpk/minggu)
246.7 381.8 491.5 2583.4
konsumsi pakan 49.57 131.86 1 321.86 6 445.86 7 514.14 3 322.93
(g/ekor/minggu

Pakan Awal (g) 420 1000 1750 2500 3000 3500 3700 4000
Sisa pakan (g) 82 70 32 335 343 389 269 388
konsumsi pakan 338 930 1718 2165 2657 3111 3431 3612 17962 2245.3
III (g/klmpk/minggu)
245.4 379.5 490.1 2566.0
konsumsi pakan 48.29 132.86 3 309.29 7 444.43 4 516.00 0 320.75
(g/ekor/minggu
Rata2 kon. 244.8 380.2 492.4
(g/ek/minggu) 48.67 132.38 6 311.14 4 444.67 3 515.33

35
Lampiran 13.konsumsi ayam kampung kulit kuning F1 hasil persilangan pejantan
Lombok Timur dengan induk dari Kota Mataram (g/ek/mgg)

Ulangan Uraian M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 Total Rataan


Pakan Awal (g) 420 1000 1750 2500 3000 3500 3700 4000
Sisa pakan (g) 63 41 45 73 342 397 277 395
konsumsi pakan 357 959 1705 2427 2658 3103 3423 3605 18237
I
(g/klmpk/minggu)
konsumsi pakan 51.00 137.00 243.57 346.71 379.71 443.29 489.00 515.00 2605.29 325.66
(g/ekor/minggu

Pakan Awal (g) 420 1000 1750 2500 3000 3500 3700 4000
Sisa pakan (g) 72 69 28 287 339 381 275 408
konsumsi pakan 348 931 1722 2213 2661 3119 3425 3592 18011
II
(g/klmpk/minggu)
konsumsi pakan 49.71 133.00 246.00 316.14 380.14 445.57 489.29 513.14 2573.00 321.63
(g/ekor/minggu

Pakan Awal (g) 420 1000 1750 2500 3000 3500 3700 4000
Sisa pakan (g) 79 56 19 373 306 377 262 387
konsumsi pakan 341 944 1731 2127 2694 3123 3438 3613 18011
III
(g/klmpk/minggu)
konsumsi pakan 48.71 134.86 247.29 303.86 384.86 446.14 491.14 516.14 2573.00 321.63
(g/ekor/minggu
Rata2 kon. (g/ek/mggu) 49.81 134.95 245.62 322.24 381.57 445.00 489.81 514.76

36
Lampiran 14.Rata-rata konsumsi pakan dan sidik ragam F1 ayam kampung kulit
kuning hasil persilangan pejantan Lombok Timur dengan induk dari
berbagai daerah di Pulau Lombok (g/ek/mgg)

r/t LT×LT LT×LB LT×LTG LT×KT


I 326.91 323.91 319.96 325.66
II 326.04 325.05 322.93 321.63
III 322.32 322.66 320.27 321.63
325.09±2. 323.87±1.2 321.05±1. 322.97±2.
Rataan 44 0 63 33
Keterangan :
NS: Non Significant/ tidak berbeda nyata (P>0.05)
LT×LT: ♂ Lombok Timur X ♀ Lombok Timur LT×LB:♂ Lombok Timur X ♀ Lombok Barat
LT×LTG:♂ Lombok Timur X ♀ Lombok Tengah LT×KT:♂ Lombok Timur X ♀ Kota Mataram

Ftab
SK db J.K K.T Fhit
0.05
T 3 21.13 7.04 1.5 3.4
G 8 3760994.98 470124.37
T 11 3761016.11
Kesimpulan:
Fhit< Ftab, maka dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata P>0,05) antar masing-
masing perlakuan

37
Lampiran 15. Rata-rata konversi pakan dan sidik ragam F1 ayam kampung kulit
kuning hasil persilangan pejantan Lombok Timur dengan induk dari berbagai
daerah di Pulau Lombok

LT×LT
r/t
LT×LT LT×LB G LT×KT
I 7.68 7.89 8.79 7.82
II 7.36 7.43 8.20 8.74
III 8.01 7.72 8.20 7.60
8.40±0.3 8.05±0.6
Rataan 7.68±0.32 7.68±0.24 4 0
Keterangan :
NS: Non Significant/ tidak berbeda nyata (P>0.05)
LT×LT: ♂ Lombok Timur X ♀ Lombok Timur LT×LB:♂ Lombok Timur X ♀ Lombok Barat
LT×LTG:♂ Lombok Timur X ♀ Lombok Tengah LT×KT:♂ Lombok Timur X ♀ Kota Mataram
Ftab
SK db J.K K.T Fhit
0.05
T 3 1.06 0.35 2.21 3.4
G 8 1.28 0.16
T 11 2.35

Kesimpulan:
Fhit< Ftab, maka dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata P>0,05) antar
masing-masing perlakuan

38
RIWAYAT HIDUP

M. REZA FAHLEVI lahir tanggal 05 Juli 1990 di Kabupaten Sumbawa Besar.

Penulis menamatkan SD di SDN 7 Sumbawa Besar pada tahun 2003, kemudian

menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMPN 3 Sumbawa Besar pada

tahun 2006, kemudian melanjutkan di SMAN 2 Sumbawa Besar sampai tahun 2009.

Penulis melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi di Fakultas Peternakan Universitas

Mataram pada tahun 2010 sampai tahun 2015.

Berikut beberapa pengalaman organisasi yang pernah penulis ikuti selama

menempuh jenjang pendidikan :

 Sebagai anggota Organisasi Intra Sekolah (OSIS) SMAN 2 Sumbawa

Besar periode 2006-2009


 Sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Fakultas

Peternakan Universitas Mataram sampai saat ini.

39

Anda mungkin juga menyukai