Anda di halaman 1dari 8

Cryptosporodiasis

Nisa Fuziah

A. PENDAHULUAN
Cryptosporidium spp. pertama kali dikenali pada tahun 1907, dan
dianggap sebagai komensal hingga diketahui berhubungan dengan diare pada
kalkun muda (C. meleagridis) pada tahun 1950-an, dan terjadi wabah besar diare
pada anak sapi (C. parvum) pada tahun 1970-an. Cryptosporidium merupakan
penyebab umum dari gastroenteritis akut, terutama pada pasien
imunokompremise.
Laporan pertama kasus yang terjadi pada manusia terdapat pada tahun
1976, dan kini telah ditemukan di seluruh dunia. Wabah kriptosporidiosis telah
dilaporkan di beberapa negara, yang paling luar biasa menjadi wabah adalah yang
ditularkan melalui air di Milwaukee (Wisconsin) pada tahun 1993, yang
menginfeksi lebih dari 400.000 orang. Kini, di Amerika Serikat, diperkirakan
748.000 kasus kriptosporidiosis terjadi setiap tahun
Kriptosporidiosis disebabkan oleh parasit protozoa dari genus
Cryptosporidium (famili Cryptosporidiidae, ordo Eucoccidiorida, subklas
Coccidiasina, kelas Sporozoasida, filum Apicomplexa). Saat ini, telah dikenal 18
spesies, seperti yang tercantum pada tabel 1. Ancaman zoonosis yang paling
signifikan bagi manusia adalah dari C. parvum dan C. meleagridis.

1
Tabel 1. Perbedaan di antara spesies dalam genus Cryptosporidium

B. KRIPTOSPORIDIOSIS
Kriptosporidiosis adalah penyakit diare yang disebabkan oleh parasit
Cryptosporidium sp. Parasit protozoa tersebut dapat hidup di usus manusia dan
hewan dan dilewatkan dalam tinja orang atau hewan yang terinfeksi. Parasit
dilindungi oleh cangkang luar yang memungkinkan untuk bertahan hidup di luar
tubuh untuk jangka waktu yang lama dan sangat tahan terhadap desinfektan
berbasis klorin. Selama 2 dekade terakhir, Crypto telah menjadi diakui sebagai

2
salah satu penyebab paling umum dari penyakit yang ditularkan melalui air
(rekreasi berair dan air minum) pada manusia di Amerika Serikat. Parasit ini
ditemukan di setiap wilayah Amerika Serikat dan di seluruh dunia.
Pengeluaran Cryptosporidium sp. dalam tinja dimulai ketika gejala mulai
timbul dan dapat berlangsung selama berminggu-minggu setelah gejala berhenti.
Cryptosporidium dapat ditemukan di tanah, makanan, air, atau permukaan yang
telah terkontaminasi dengan tinja dari manusia atau hewan yang terinfeksi, namun
tidak menyebar melalui kontak dengan darah.
Penularan infeksi dapat terjadi setelah tidak sengaja menelan parasit
tersebut, misalnya melalui:
 Memakan makanan/minuman yang terkontaminasi tinja orang atau hewan
yang terinfeksi dengan Cryptosporidium sp.
 Menelan air tempat rekreasi berair (kolam renang, bak air panas, Jacuzzi,
air mancur, danau, sungai, mata air, kolam, atau sungai) yang
terkontaminasi.
 Menyentuh mulut dengan tangan yang terkontaminasi (melalui menyentuh
permukaan (misalnya, mainan, perlengkapan kamar mandi, ember popok),
mengganti popok, merawat orang yang terinfeksi, dan penanganan sapi
yang terinfeksi )
 Paparan kotoran manusia melalui kontak seksual.

C. SIKLUS HIDUP
Ookista sporulated, mengandung 4 sporozoit, diekskresikan oleh penjamu
yang terinfeksi melalui tinja. Transmisi zoonosis dan anthroponotic C. parvum
dan transmisi anthroponotic C. hominis terjadi melalui paparan hewan atau
paparan air yang terkontaminasi oleh kotoran hewan yang terinfeksi. Setelah
menelan (dan mungkin inhalasi) oleh penjamu yang cocok, ekskistasi terjadi.
Sporozoit dilepaskan dan menempel pada sel epitel saluran pencernaan atau
jaringan lain seperti saluran pernapasan. Dalam sel, parasit mengalami perkalian
aseksual (skizogoni atau merogony) alami dan kemudian perkalian seksual
(gametogony) memproduksi mikrogamet (jantan) dan makrogamet (betina).
Setelah pembuahan, berkembanglah ookista dan bersporulasi dalam inang

3
terinfeksi. Terdapat dua jenis ookista, yakni yang berdinding tebal (umumnya
diekskresikan dari host) dan ookista berdinding tipis (terutama terlibat dalam
autoinfection). Ookista yang infektif pada ekskresi, memungkinkan terjadi
transmisi fecal-oral langsung dan segera.

Sumber: http://www.cdc.gov/parasites/crypto

D. GEJALA dan TANDA KLINIS


Usus kecil adalah situs yang paling sering terkena, namun infeksi
Cryptosporidium sp. dapat pula mempengaruhi area lain pada saluran pencernaan

4
atau saluran pernapasan. Gejala kriptosporidiosis dapat terjadi pada 2 sampai 10
hari (rata-rata 7 hari) setelah terinfeksi parasit. Gejala yang paling umum dari
kriptosporidiosis adalah diare berair. Gejala lain yang dapat terjadi diantaranya
adalah:
 Kram atau sakit perut
 dehidrasi
 mual
 muntah
 demam
 penurunan berat badan
 Bahkan beberapa orang dapat tidak menunjukan gejala
Gejala biasanya berlangsung sekitar 1 sampai 2 minggu (dengan kisaran
beberapa hari sampai 4 minggu atau lebih) pada orang dengan sistem kekebalan
tubuh yang kompeten. Terkadang pasien mengalami kambuhnya gejala setelah
periode singkat pemulihan sebelum sakit berakhir. Gejala dapat datang dan pergi
selama 30 hari.
Pada pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, penyakit dapat
lebih berat, kronis, dan kadang fatal. Golongan orang dengan sistem kekebalan
yang lemah meliputi pasien AIDS, orang dengan penyakit keturunan yang
mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, kanker dan pasien yang minum obat
imunosupresif tertentu setelah transplantasi organ.
Pada pasien HIV, jika jumlah sel CD4 + di bawah 200/mm3, Crypto lebih
cenderung menyebabkan gejala yang parah dan berkomplikasi, termasuk diare
berkepanjangan, dehidrasi, dan mungkin kematian. Jika jumlah sel CD4 di atas
200/mm3, penyakit dapat terjadi selama 1 sampai 3 minggu, atau sedikit lebih
lama, namun pasien masih membawa infeksi, yang berarti bahwa parasit Crypto
hidup dalam ususnya, tetapi tidak menyebabkan penyakit (carrier), dimana jika
CD4 + kemudian turun di bawah 200/mm3, gejala dapat muncul kembali.

E. DIAGNOSIS
Penegakkan diagnosis melalui pemeriksaan sampel tinja. Oleh karena
deteksi Cryptosporidium bisa sulit, pasien mungkin diminta untuk mengirimkan

5
beberapa sampel tinja selama beberapa hari. Paling sering, spesimen tinja
diperiksa mikroskopis dengan menggunakan teknik yang berbeda (misalnya,
pewarnaan asam-cepat, antibodi fluoresen langsung [DFA], dan atau enzim
immunoassay untuk mendeteksi antigen Cryptosporidium sp.).
Metode molekuler (misalnya, polymerase chain reaction - PCR) dapat
digunakan, umumnya di laboratorium rujukan diagnostik, karena dapat digunakan
untuk mengidentifikasi spesies Cryptosporidium spp.

Sumber: http://www.cdc.gov/parasites/crypto/diagnosis.html

F. PENGOBATAN
Pada umumnya, penderita yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang
kompeten akan sembuh tanpa pengobatan. Diare dapat diatasi dengan minum
banyak cairan untuk mencegah dehidrasi. Penderita dengan keadaan kesehatan
yang buruk atau yang lemah sistem kekebalan tubuhnya berisiko tinggi terjadi
penyakit yang lebih berat dan berkepanjangan. Anak-anak dan wanita hamil
mungkin lebih rentan terhadap dehidrasi akibat diare dan hilangnya cairan dengan
cepat akibat diare ini dapat mengancam kehidupan bayi.
Obat anti-diare dapat membantu memperlambat diare. Nitazoxanide telah
disetujui FDA untuk pengobatan diare yang disebabkan oleh Cryptosporidium
pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kompeten, namun, efektivitasnya
pada individu imunosupresi tidak jelas. Bagi penderita AIDS, terapi anti-retroviral

6
yang meningkatkan status kekebalan juga akan mengurangi atau menghilangkan
gejala kriptosporidiosis. Namun, kriptosporidiosis sering kali tidak dapat
disembuhkan dan gejala dapat kembali jika status kekebalan pasien memburuk.

G. PENCEGAHAN dan PENGENDALIAN


Pencegahan dapat dilakukan melalui hal berikut:
 Hindari air yang terkontaminasi (Cryptosporidium tahan klorin dan dapat
hidup selama berhari-hari di dalam air ber klorin, namun dapat dilakukan
desinfeksi sekunder, misalnya dengan sinar ultraviolet & ozon)
 Hindari meminum atau tertelan air kolam renang
 Hindari makan makanan yang terkontaminasi
 Berhati-hati selama traveling
 Cegah kontak dan kontaminasi dengan feces pada hubungan seksual
Selain itu, juga direkomendasikan untuk mencuci tangan (menggosok tangan)
dengan sabun dan air untuk setidaknya 20 detik pada saat:
 Sebelum menyiapkan atau makan makanan
 Setelah menggunakan toilet
 Setelah mengganti popok atau membersihkan seorang anak yang telah
menggunakan toilet
 Sebelum dan sesudah merawat seseorang yang sakit dengan diare
 Setelah penanganan limbah hewan atau binatang
Pada fasilitas penitipan anak, untuk mengurangi risiko penularan penyakit
maka anak dengan diare harus dikeluarkan dari tempat perawatan anak sampai
diare berhenti. Pada tempat rekreasi air, untuk melindungi orang lain, maka
penderita diare janganlah berenang, dimana terutama pada penderita
kriptosporidiosis, tidak diperkenankan berenang selama minimal 2 minggu setelah
diare berhenti.
Pencegahan dapat pula dilakukan dengan meminimalkan kontak dengan
tinja semua hewan. Ketika membersihkan kotoran hewan, pakailah sarung tangan
sekali pakai, dan selalu mencuci tangan bila selesai.

7
H. REFERENSI
 http://www.cdc.gov/parasites/crypto/
 Wall, Teo. Cryptosporidiosis: Human, animal and environmental interface
in the Liffey and Lough Gill catchments. A National Development Plan
2007-2013.
 Anonym. Cryptosporidiosis. OIE Terrestrial Manual 2008.
 Salyer, J. Stephanie, Gillespie, R. Thomas, Rwego, B. Innocent, Chapman,
A. Colin, Goldberg, L. Tony. 2012. Epidemiology and Molecular
Relationships of Cryptosporidium spp. in People, Primates, and Livestock
from Western Uganda.

Anda mungkin juga menyukai