Putu Shandya Maharani 1506305117 Ni Made Dwi Prawitasari 1506305118
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana BALI 2017 PEMBAHASAN DAN ANALISIS KASUS Profil Perusahaan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) merupakan sebuah perusahaan yang menjadi penyedia utama gas bumi dan memiliki dua bidang usaha yaitu distribusi atau penjualan gas bumi dan transmisi atau transportasi gas bumi yang melalui jaringan pipa yang tersebar di seluruh wilayah usaha. Usaha distribusi meliputi pembelian gas bumi dari pemasok dan penjualan gas bumi melalui jaringan pipa pipa distribusi ke pelanggan rumah tangga, dan komersial. Sedangkan usaha transmisi merupakan kegiatan pengangkutan (transportasi) gas bumi melalui pipa transmisi dari sumber-sumber gas ke pengguna industri. Perusahaan ini dirintis sejak 1859 ketika masih bernama Firma LJN Enthoven & Co. Kemudian perusahaan tersebut diberi nama NZ Overzeese Gasen Electriciteit Maatschapij (NZ OGEM) oleh pemerintah Belanda pada tahun 1863. Pada tahun 1958, pemerintah Indonesia mengambil alih kepemilikan perusahaan dan mengubah namanya menjadi Penguasa Perusahaan Peralihan Listrik dan Gas (P3LG). Seiring dengan perkembangan pemerintahan Indonesia, pada tahun 1961 status perusahaan berubah menjadi BPU-PLN. Pada tanggal 13 Mei 1965, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19/1965, perusahaan ditetapkan sebagai perusahaan negara dan dikenal sebagai Perusahaan Gas Negara (PGN). Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1984, perseroan tersebut berubah status hukumnya dari Perusahaan Negara (PN) menjadi Perusahaan Umum (Perum). Setelah itu, status perusahaan berubah dari Perum menjadi Perseroan Terbatas yang dimiliki oleh negara beradasarkan Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 1994 dan Akta pendirian perusahaan No. 486 tanggal 30 Mei 1996. Seiring dengan perubahan status perseroan yang berubah menjadi perusahaan terbuka, anggaran dasar perusahaan diubah dengan Akta Notaris No. 5 tanggal 13 November 2003, yang antara lain berisi tentang perubahan struktur permodalan. Pada tanggal 5 Desember 2003, Perseroan memperoleh pernyataan efektif dari Badan Pengawas Pasar Modal untuk melakukan penawaran umum saham perdana kepada masyarakat sebanyak 1.296.296.000 saham, yang terdiri dari 475.309.000 dari divestasi saham Pemerintah Republik Indonesia, pemegang saham perseroan dan 820.987.000 saham baru. Sejak saat itu, nama resmi perseroan diganti menjadi PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Saham perusahaan telah tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tanggal 15 Desember 2003 dengan kode transaksi perdagangan ‘PGAS’. Kronologi Kasus Kasus bermula ketika terjadi penurunan harga saham PT. PGN yang signifikan dimana pada tanggal 8 Januari 2007 harga pembukaan perdagangan Rp.10.850,- per lembar saham, dan pada harga penutupan perdagangan jatuh ke harga Rp. 7.400,-per lembar sahamnya (31,8 %). Kemudian pada tanggal 11 Januari 2007 transaksi harga perdagangan dibuka pada Rp. 9.650,-per lembar saham dan pada harga penutupan perdagangan jatuh kembali ke posisi Rp. 7.400,- per lembar sahamnya atau terjadi lagi penurunan sebesar (23,36 %). Atas penurunan saham yang tidak wajar tersebut kemudian memicu adanya investigasi oleh pihak pengawas pasar modal. Kemudian ditemukan indikasi bahwa PT. PGN terlambat menyampaikan informasi yang material yakni koreksi atas rencana besarnya volume gas yang akan dialirkan, yaitu mulai dari (paling sedikit) 150 MMSCFD menjadi 30 MMSCFD. Selain itu, juga dinyatakan bahwa tertundanya gas in (dalam rangka komersialisasi) yang semula akan dilakukan pada akhir Desember 2006 tertunda menjadi Maret 2007. Permasalahan yang terjadi adalah karena informasi yang terlambat diungkap tersebut ternyata telah diketahui oleh pihak manajemen PT. PGN. Informasi tentang penurunan volume gas sudah diketahui oleh manajemen PGN sejak tanggal 12 September 2006 serta informasi tertundanya gas in sejak tanggal 18 Desember 2006. Namun baru diberitahukan pada 11 Januari 2007. Kedua informasi tersebut di atas dikategorikan sebagai informasi yang material dan dapat mempengaruhi harga saham dibursa efek. Hal tersebut tercermin dari penurunan harga saham pada tanggal 12 Januari 2007. Atas dugaan adanya transaksi yang tidak wajar maka pihak BEI memutuskan untuk menangguhkan saham PT. PGN pada tanggal 15 Januari 2007. Kemudian BEI meminta bantuan BAPEPAM untuk menindaklanjuti kasus tersebut. Bapepam pun mulai melakukan penyelidikan terkait dengan penurunan harga saham yang tidak wajar tersebut. Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan melalui review atas dokumen- dokumen dan terhadap jajaran direksi PT. PGN, akuntan publiknya, dan koordinator pelaksana proyek dan manajer proyek SSWJ. Bapepam-LK memperoleh bukti bahwa PGAS telah melakukan pelanggaran terhadap Ketentuan Undang-Undang Pasar Modal dan Peraturan Nomor X.K.1. tentang Keterbukaan Informasi Yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik dan Bapepam-LK juga melakukan pemeriksaan atas transaksi saham PGAS yang dilakukan oleh Perusahaan Efek Anggota Bursa. Atas pelanggaran tersebut PT. PGN dikenai sanksi sebesar Rp. 35.000.000,00 atas keterlambatan penyampaian keterbukaan informasi selama 35 hari atas pelanggaran Pasal 86 Undang-Undang Pasar Modal Jo. Peraturan Bapepam Nomor X.K.1. tentang Keterbukaan Informasi Yang Harus Segera Diumumkan Kepada publik. Dan juga memberikan sanksi denda sebesar Rp. 5.000.000.000,00 kepada direksi dan mantan direksi PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk yang menjabat pada periode Juli 2006 sampai dengan Maret 2007 atas pelanggaran tentang pemberian keterangan yang secara material tidak benar yang melanggar Pasal 93 Undang-Undang Pasar Modal. Selanjutnya Bapepam kembali melanjutkan pemeriksaan terhadap para jajaran direksi PT. PGN terkait dengan adanya dugaan kasus Insider Trading. Berdasarkan pemeriksaan tersebut telah terbukti adanya insider trading yang dilakukan oleh orang dalam PT. PGN yaitu Adil Abas (mantan direktur pengembangan), Nursubagjo Prijono, WMP Simanjuntak (mantan Direktur Utama dan sekarang Komisaris), Widyatmiko Bapang (mantan sekretaris perusahaan), Iwan Heriawan, Djoko Saputro, Hari Pratoyo, Rosichin, dan Thohir Nur Ilhami yang melakukan transaksi saham pada periode 12 September 2006 sampai dengan 11 Januari 2007. Atas pelanggaran tersebut para pelaku dikenai sanksi administratif dan denda total sebesar Rp. 2.800.000.000,00.