Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Perkembangan usaha budidaya ikan saat ini semakin meningkat. Hal ini
asupan gizi. Pemanfaatan hasil perikanan pada saat ini masih cenderung dari alam,
karena akan menunjang kelangsungan hidup benih ikan. Pada saat telur ikan baru
menetas maka setelah makanan cadangan habis, benih ikan membutuhkan pakan
yang sesuai dengan ukuran tubuhnya. Selama ini para pembudidaya ikan
melakukan pemberian pakan ke benih ikan yang baru menetas dengan kuning
telur matang dan susu bubuk. Pemberian pakan seperti ini berakibat kualitas air
media sangat rendah. Disamping air media cepat kotor dan berbau amis, berakibat
Moina sp merupakan makanan alami yang potensial bagi benih ikan air
tawar, karena nilai gizinya yang tinggi, mudah di cerna serta mempunyai daya
produksi yang tinggi, yaitu cepat berkembang biak dan mudah di kembangkan
serta memiliki ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut ikan (Johan dkk, 2002).
Masrizal dalam Johan dkk, (2002) mengatakan bahwa kandungan protein Moina
Berdasarkan tujuan di atas manfaat dari praktikum ini adalah antara lain:
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Crustacea
Class : Branchiopoda
Order : Cladocera
Family : Moinidae
Genus : Moina
zooplankton adalah semua organisme renik yang meliputi hewan yang umumnya
renik. Zooplankton, disebut juga plankton hewani, adalah hewan yang hidupnya
2005).
tawar karena pada sungai banyak terdapat makanan Moina sp. yaitu fitoplankton
dan juga terdapat banyak zat hara yang terbawa oleh arus (Juwana, 2001).
2.2 Morfologi Moina sp
Moina sp. merupakan kelompok udang renik yang termasuk dalam filum
Moina sp. berkisar antara 500-1.000 mikron (Mudjiman, 2008 dalam Bangulu,
2014). Ciri khas dari Moina sp. adalah bentuk tubuh pipih ke samping, dinding
tubuh bagian punggung membentuk suatu lipatan sehingga menutupi bagian tubuh
beserta anggota-anggota tubuh pada kedua sisinya. Bentuk tubuh Moina sp.
perkembangan telur.
Tubuh Moina sp. ditutupi oleh cangkang dari kutikula yang mengandung
khitin yang transparan, dibagian dorsal (punggung) bersatu tetapi dibagian ventral
(perut) berongga/terbuka dan terdapat lima pasang kaki yang tertutup oleh
cangkang. Ruang antara cangkang dan tubuh bagian dorsal merupakan tempat
pengeraman telur. Pada ujung post abdomen terdapat dua kuku yang berduri kecil-
menghasilkan telur istirahat yang akan segera menetas pada saat kondisi perairan
sudah baik kembali. Moina sp. mulai menghasilkan anak setelah berumur empat
hari dengan jumlah anak selama hidup sekitar 211 ekor. Setiap kali beranak rata-
rata berselang 1,25 hari, dengan rata-rata jumlah anak sekali keluar 32 ekor/hari,
sedangkan umur hidup Moina sp. adalah sekitar 13 hari (Anonim, 2012).
Moina sp. biasa hidup pada perairan yang tercemar bahan organik, seperti
pada kolam dan rawa. Pada perairan yang banyak terdapat kayu busuk dan
kotoran hewan, Moina sp. akan tumbuh dengan baik pada perairan yang
mempunyai kisaran suhu antara 14-30 °C dan pH antara 6,5 – 9. Jenis makanan
yang baik untuk pertumbuhan Moina sp. adalah bakteri. Untuk menangkap
mangsa, Moina sp. Akan menggerakan alat tambahan pada bagian mulut, yang
2012).
dari saluran pencernaan tanpa sempat dicerna atau belum diserap sepenuhnya.
Kandungan zat makanan dari tinja tergantung dari : 1. Kondisi fisiologi ayam, 2.
fisisk dipengaruhi oleh daya cerna, kandungan protein, kandungan serat kasar dan
1981). Menurut laporan Smith dan Whecler dalam Subagyo (1981) tergantung
diekskresikan lewat urine 75%, sedangkan lewat tinja hanya 25%. O’Dell dkk
dalam Subagyo (1981) menganalisa nitrogen dalam urine ayam dan melaporkan
hasil analisanya bahwa terdapat N-urea 4,5%, N-NH3 10%, N-Asam Amino
2,2%, N-Asam Urat 80,7%, dan N-lainnya ada 2,1%.Produk lainnya itu terdiri
dari base nitrogen, nitrogen, dan dikemukakan 90% nitrogen dalam tinja ayam
adalah N-protein sejati. Menurut Scaible dalam Subagyo (1981) tinja ayam
protein total akan menurun dengan semakin tingginya temperatur atau lamanya
2.5.1 Suhu
Kehidupan Moina sp. dipengaruhi oleh beberapa faktor ekologi perairan antara
lain temperatur, oksigen terlarut dan pH. Miona sp dapat tumbuh dengan baik
adalah netral, pH < 7 dikatakan kondisi perairan bersifat asam, sedangkan pH > 7
dikatakan kondisi perairan bersifat basa (Effendi, 2003). Moina sp dapat hidup
pada kondisi perairan dengan pH berkisar antara 6,5 – 9,0 (Mudjiman, 2008).
Kehidupan Moina sp. menurut Ivleva dalam Ansaka (2002), Moina sp dan
Daphnia sp hidup di dalam air yang kadar oksigennya bervariasi dari hampir nol
sampai dengan lewat jenuh. Umumnya Moina sp. dapat hidup dapa konsentrasi
METODOLOGI
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan (loyang hitam, waring,
tali rafia, patok, termometer, water check quality, kotoran ayam pedaging,
manual.
ln 𝑁𝑡−ln 𝑁0
K= 𝑡
Dimana:
t = Waktu pengamatan
BAB IV
4.1 Hasil
(Hari ke-)
0 2.4
4 2360
8 740
12 160
16 480
(Hari ke-)
0 24.26
4 23600
8 7400
12 1600
16 4800
4.1.3 Jumlah Individu per 34 L
(Hari ke-)
0 825
4 802400
8 251600
12 54400
16 163200
(Hari ke-)
0 0,825
4 1,72
8 0,715
12 0,349
16 0,330
Total 3,939
Rata-rata 0,788
4.1.5 Kualitas Air
pH 7 6,52 6,55
DO 1,31 1,64
4.2 Pembahasan
2000
1500
1000 740
480
500
160
0
0
Hari ke-0 Hari ke-4 Hari ke-8 Hari ke-12 Hari ke-16
konversi individu per 100 ml di peroleh hasil pada pengamatan pertama yaitu
pada hari ke-0 2,4 individu, pengamatan kedua pada hari ke-4 yaitu 2360
individu, pengamatan ketiga pada hari ke-8 yaitu 740 individu, pengamatan
keempat pada hari ke-12 yaitu 160 individu, dan pengamatan kelima pada hari ke-
20000
15000
10000 7400
4800
5000 1600
0
0
Hari ke-0 Hari ke-4 Hari ke-8 hari ke-12 Hari ke-16
konversi individu per 1 liter di peroleh hasil tertinggi yaitu pada pengamatan
kedua dengan jumlah 23600 individu, selanjutnya diikuti oleh pengamatan ketiga
dengan jumlah 7400 individu, pengamatan kelima dengan jumlah 4800 individu,
100000 54400
825
0
Hari ke-0 Hari ke-4 Hari ke-8 Hari ke-12
Pengamatan hasil kepadatan Moina sp yang dikonversi ke dalam 34 liter
air diperoleh kepadatan tertinggi yaitu pada pengamatan kedua pada hari ke-4
yaitu 802.400 individu, kemudian diikuti pada pengamatan ketiga yaitu pada hari
ke-8 yaitu 251.600 individu, pengamatan kelima pada hari ke-16 yaitu 163.200
individu, pengamatan keempat pada hari ke-12 yaitu 54.400 individu, dan
Laju Pertumbuhan
2
1.72
1.5
1
0.825
0.715
0.5
0.349 0.33
0
Hari ke-0 Hari ke-4 Hari ke-8 Hari ke-12 Hari ke-16
hari ke-0 yaitu 0,825, pada hari ke-4 1,72, pada hari ke-8 yaitu 0,715, pada hari
ke-12 yaitu 0,349 dan pada hari ke-16 yaitu 0,330. Dimana laju pertumbuhan
tertinggi terdapat pada hari ke-4, di ikuti pada pengamatan ketiga yaitu pada hari
ke-8, pengamatan keempat pada yaitu hari ke-12, pengamatan kelima yaitupada
hari ke-16, dan pengamatan pertama pada hari ke-0, dengan rata-rata laju
Pada kultur Moina sp pengukuran kualitas air pada media kultur hanya
dilakukan 3 kali pengukuran yaitu pada hari ke-0 dengan suhu 29oC, pH 7, dan
DO, pada hari ke-8 dengan suhu 29,0oC, pH 6,52, dan DO 1,36 mg/l, sedangkan
pada hari ke-16 diperoleh suhu 29,2oC, pH 6,55 dan DO 1,64 mg/l.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
dosis 1,5 gram menunjukan hasil kepadatan tertinggi yaitu pada pengamatan
kedua pada hari ke-4 yaitu mencapai 802.400 ind /34 liter, kemudian diikuti
pengamatan ketiga pada hari ke-8 yaitu 251.600 ind/34 liter, pengamatan kelima
pada hari ke-16 yaitu 163.200 ind/34 liter, pengamatan keempat pada hari ke-12
yaitu 54.400 ind/34 liter, dan pengamatan pertama yaitu 825 ind/34 liter.
5.2 Saran
Ansaka, D. 2002. Pemanfaatan ampas sagu metroxylan sagu rottb dan eceng
gondok eihhornia crassipes dalam kultur dapnia sp. Fakultas perikanan dan
ilmu kelautan. Institut pertanian bogor. Bogor
Effendi, H. 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumber daya dan
liungkungan perairan. Yogyakarta: Kanisius
Johan,I dan Rosyadi. 2002. Uji Penggunaan Bokashi Pupuk Kandang Terhadap
Perkembanganbiakan Moina sp di Desa Pulau Gadang Kampar. Hasil
Penelitian. Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau.Pekanbaru. 33 hal
(tidak diterbitkan)
Mudjiman, A. 2008. Makanan Ikan Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. 192
hal