Anda di halaman 1dari 102

BUKU PRAKTIKUM

ANATOMI DAN FISIOLOGI


MANUSIA II
PRODI SARJANA FARMASI (S1)

TIM PENYUSUN :
Dr. niken indriyanti, s.si.,m.si.,apt
HAJRAH, S.FARM.,M.SI.,APT
MUKTI PRIASTOMO, S.FARM.,M.SI.,APT
Erwin samsul, S.FARM.,M.SI.,APT

KBI BIOMEDIK & FARMAKOLOGI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2018

DATA PRIBADI

FOTO

NAMA :

NIM :

PRODI :

JURUSAN :

SEMESTER :

KELAS :

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami haturkan kepada Alloh SWT dengan segala
limpahan Rahmat yang diberikan sehingga penuntun ini dapat
terselesaikan.
Penuntun ini merupakan pedoman kerja praktikum Anatomi dan
Fisiologi Manusia II untuk Program Studi Sarjana (S1) Fakultas Farmasi
Universitas Mulawarman Angkatan 2017.
Penuntun ini juga berisi bagian dari laporan hasil sehingga segala hal
akan dicatatkan langsung pada buku ini.
Besar harapan kami, agar penuntun ini dapat digunakan dengan baik
dan dapat mengefisienskan pekerjaan mahasiswa dalam hal melaporkan
hasil praktikum di Laboratorium.
Kedepannya, perbaikan akan terus dilakukan sesuai dengan
perkembangan keilmuan dan semoga penuntun ini bermanfaat untuk
semua. Aamiin.

Samarinda, Januari 2018


Tim Penyusun KBI
Farmakologi & Biomedik

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul i

Biodata Diri ii

Kata pengantar iii

Daftar isi iv

Peraturan Praktikum v

Petunjuk Umum Praktikum vi

Percobaan 1 Urinalisis 1

Percobaan 2 Tekanan Darah dan Detak Jantung 20

Percobaan 3 Profil Darah 32

Percobaan 4 Pancaindera 47

Percobaan 5 Hormon Endokrin 65

iv
PERATURAN PRAKTIKUM
Praktikan
1. Praktikan adalah Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman
yang sedang memprogramkan Mata Kuliah / Praktikum Anatomi dan
Fisiologi Manusia II.

2. Praktikan wajib menggunakan pakaian seperti yang dicantumkan daam


Tata tertib berpakaian Fakultas Farmasi.

3. Praktikan wajib menggunakan jas Laboratorium, masker dan sarung


tangan (dalam kondisi tertentu) serta sandal jepit khusus di dalam
Laboratorium.

4. Praktikan wajib menjaga sikap dan sopan santun kepada seluruh


peserta praktikum (Mahasiswa, Dosen, Asisten dan Laboran).

Dosen Pembina Praktikum


1. Dosen Pembina praktikum adalah dosen Fakultas Farmasi
yang ditunjuk untuk bertanggung jawab terhadap materi dan
keberlangsungan proses praktikum

2. Dosen pembina praktikum memberi arahan pelaksanaan praktikum,


memberi soal responsi, memberikan kesimpulan akhir praktikum,
memeriksa hasil jawaban soal praktikum, membuat soal penilaian ujian
praktikum dan memberikan penilaian akhir terhadap kegiatan praktikum.

Asisten praktikum

1. Asisten praktikum adalah Mahasiswa Fakultas Farmasi yang telah


melewati Mata Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia II yang memiliki
keterampilan Laboratorium dan membantu proses praktikum secara
teknis serta aktivitas lainnya.

2. Asisten praktikum membantu mahasiswa selama


praktikum, membantu diskusi dan memberi nilai kehadiran, aktivitas dan
laporan harian di kartu kontrol. Nilai tersebut ditulis juga di buku
nilai dan diserahkan ke dosen pembina praktikum.

Kegiatan Praktikum

v
1. Praktikan diwajibkan melaksanakan seluruh kegiatan praktikum
(KEHADIRAN 100%)

2. Praktikan diwajibkan datang 15 menit sebelum praktikum dimulai


untuk mengikuti responsi dan mempersiapkan alat serta bahan yang
akan di praktikumkan dan yang terlambat tanpa alasan yang jelas
dianggap tidak masuk dan tidak diperbolehkan mengikuti praktikum
pada hari itu

3. Praktikan diwajibkan mengisi presensi setiap praktikum

4. Praktikan yang tidak mengikuti praktikum karena alasan misalnya


sedang menyelesaikan skripsi di luar Samarinda harus mendapat surat
pengantar dari dosen pembimbing skripsi.

5. Praktikan yang tidak hadir dikarenakan sakit, diWAJIBKAN UNTUK


MELAMPIRKAN BUKTI SURAT KETERANGAN SAKIT DARI DOKTER
sehingga Dosen Pembina Praktikum dapat mengizinkan yang
bersangkutan untuk mengganti praktikum di kelas lain dengan tema
yang sama.

6. Praktikan hanya diperbolehkan menggunakan alat dan bahan yang


diambil melalui bon alat & bahan dari laboran MINIMAL 3 HARI
SEBELUM PELAKSANAAN PRAKTIKUM

7. Ketika praktikum dimulai praktikan diwajibkan sudah mengetahui alur


kegiatan yang akan dilakukan dengan indikator telah memiliki bagan
kerja percobaan yang akan dicobakan pada hari itu.

8. Hasil praktikum, dilaporkan dan dituliskan LANGSUNG PADA SAAT


PRAKTIKUM, pembahasan dikerjakan selama 2 hari lalu
DISERAHKAN kepada Dosen Penanggung Jawab Praktikum atau
Asisten Praktikum. Laporan akan dikembalikan maksimal 3 hari
setelah laporan diserahkan oleh praktikan.

9. Penilaian proses praktikum adalah sebagai berikut :

a. Kelengkapan Praktikum, penuntun dan tugas (jika ada),


merupakan SYARAT MASUK praktikum.

b. Nilai Hasil Belajar Praktikum terdiri dari Pelaksanaan Praktikum


dengan persentasi nilai sebesar 70% dan Ujian Praktikum sebesar
30%

vi
c. Adapun Nilai Pelaksanaan praktikum dibagi menjadi beberapa
bagian penilaian, yaitu : Responsi (10%), Kehadiran (25%), Aktivitas
Praktikum (35%) dan Hasil Jawaban Soal Praktikum (30%)

vii
PETUNJUK UMUM

TUJUAN MELAKUKAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA II


1. Mahasiswa mengetahui mekanisme pembentukan urin, tekanan darah
serta detak jantung, mahasiswa dapat mengetahui profil darah dan
pengaruh hormon dalam mempertahankan homeostasis tubuh.
2. Setelah mengadakan observasi yang teliti dan mengumpulkan data,
kemudian mahasiswa menganalisis data sehingga mendapat
simpulan.
3. Mahasiswa dapat membandingkan hasil percobaan dengan pendapat
atau teori yang ada dan kemudian mengambil kesimpulan
4. Praktikum dapat membantu mahasiswa dalam mempelajari Anatomi
dan Fisiologi Manusia II.

PETUNJUK KERJA LABORATORIUM ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA


1. Diperlukan kerja yang serius dan mengetahui tentang anatomi dan
fisiologi manusia II. Sebelum memulai bekerja perlu mempelajari serta
memahami petunjuk dan prosedur setiap percobaan.
2. Tiga hal yang perlu diperhatikan selama bekerja di laboratorium
anatomi dan fisiologi manusia II:
a. Kebersihan
Selama bekerja, laboratorium selalu dijaga kebersihannya
dan pakailah jas praktikum yang bersih. Demikian pula alat-alat
yang dipakai untuk praktikum.
Setelah selesai melakukan percobaan, bersihkan dan
keringkan alat-alat, cuci wadah binatang dan kembalikan ketempat
semula, kertas-kertas atau benda-benda lain yang tidak berguna
dimasukkan kedalam keranjang sampah dan tinggalkan
laboratorium dalam keadaan bersih, rapi seperti pada waktu anda
memasukinya. Dalam beberapa hal mungkin perlu pembersihan
dengan desinfektansia. Sampah biologis seperti sisa jaringan,

viii
sampel darah, atau hewan mati, perlu dibungkus plastik untuk
selanjutnya di insinerasi (diabukan) atau di kubur.
b. Ketepatan
Ketepatan yang harus diperhatikan :
Ketepatan dalam
menimbang
Ketepatan dalam mengukur volume larutan, suspensi atau
sediaan obat lain yang akan diberikan.
Ketepatan dalam menentukan dosis obat yang akan
diberikan.
Ketepatan cara pemberian
obat. c. Pengamatan
Percobaan akan memberikan hasil yang baik jika pengamatan
dilakukan secara layak dan setiap perubahan yang terjadi harus
segera dicatat.

3. Praktikan harus datang tepat pada waktunya. Bagi yang


berhalangan hadir, wajib memberikan keterangan yang jelas.
4. Setiap kali praktikum, akan diadakan penjelasan singkat percobaan
oleh pembimbing praktikum (dosen) atau asisten dosen untuk
masing-masing pertemuan.
5. Praktikan harus menyiapkan cara kerja rinci sebelum memasuki
laboratorium. Dengan demikian waktu yang tersedia dapat
dimanfaatkan untuk melaksanakan eksperimen
6. Praktikan yang tidak dapat mengikuti praktikum bagi mahasiswa
dengan keterangan SAKIT sesuai dengan jam kelasnya,
diperkenankan mengikuti praktikum di kelas lain dengan terlebih
dahulu mendapat ijin dari dosen pembimbing, selama topik yang di
ujikan sama. Tidak dilakukan pengulangan praktikum.
7. Situasi kerja di laboratorium harus tenang tanpa keributan atau
menimbulkan suara gaduh atau nyaring yang dapat menyebabkan
depresi pada hewan coba serta mengganggu konsentrasi praktikan
lain.

ix
8. Hewan harus diperlakukan manusiawi, nyaman dan tidak depresi,
untuk itu maka jari tangan praktikan dilarang menggunakan kuku
panjang, yang menyulitkan cara memegang hewan serta
menghindari kontaminan kutu dan virus hewan bagi praktikan
9. Peserta praktikum tidak boleh meninggalkan laboratorium selama
praktikum berlangsung, kecuali dengan ijin khusus dari pembimbing
praktikum. Hanya seorang praktikan dari suatu kelompok yang
diperbolehkan meninggalkan laboratorium.
10. Rombongan praktikum akan dibagi menjadi kelompok-kelompok,
setiap kelompok bertanggung jawab atas peralatan yang dipakai,
dan percobaan yang dilakukan. Dalam semua percobaan, perlu
adanya pembagian tugas dalam suatu kelompok, misalnya:
sebagian, menyiapkan alat-alat dan obat-obatan, mencatat dosis
yang digunakan dan menetapkan kadar obat dalam sampel biologis.
Sebagian lain, menyiapkan binatang percobaan dan memberikan
obat pada binatang tersebut, sisanya melakukan pengamatan dan
mencatat hasil pengamat.
11. Praktikan diharuskan mencatat hasil percobaan dan di
tandatangani oleh masing-masing asisten pada setiap akhir
percobaan.
12. Beberapa percobaan hanya diperlukan hasil tiap kelompok, lainnya
memerlukan hasil-hasil dari kelompok lain untuk dihitung secara
statistik.
13. Setiap kerusakan atau gangguan harus dilaporkan secepatnya.
14. Sebelum mulai percobaan, alat-alat yang diperlukan dicek.
15. Binatang percobaan diperlakukan dengan kasih sayang. Hal ini akan
membantu praktikum dalam melakukan percobaan, dan
mengurangi pengaruh yang tidak dikehendaki yang disebabkan
karena takut dan sebagainya. Binatang jangan disakiti.
16. Pada awal atau akhir praktikum akan diadakan responsi dan adanya
responsi ulang atas dasar kebijakan dari pembimbing praktikum

x
atau asisten praktikum.

xi
PERCOBAAN I
HORMON ENDOKRIN

I. Uraian Umum Percobaan


Sistem endokrin (bahasa yunani: endo = dalam ; krinein = untuk
mensekresikan) terdiri dari banyak kelenjar yang bertugas mengeluarkan
hormon ke dalam aliran darah. Zat kimia ini diangkut ke seluruh tubuh
dalam darah dan berikatan dengan sel target yang memiliki reseptor
membran sel untuk hormon tertentu. Hormon akan menyebabkan
perubahan aktivitas di sel target dan secara langsung mempengaruhi
berbagai aktivitas selular untuk menjaga tubuh agar tetap dalam kondisi
homeostasis. Tubuh manusia memiliki sekitar 30 jenis hormon yang
mengatur aktvitas manusia seperti tidur, suhu tubuh, rasa lapar dan
manajemen lapar. Hormon dari sistem endokrin ini bekerjasama dengan
sistem saraf dalam mengkoordinasikan tubuh kita.
Beberapa organ endokrin akan menghasilkan satu hormon dan organ
yang lainnya dapat menghasilkan dua hingga beberapa jenis hormon.
Misalnya kelenjar hipofisis menghasilkan beberapa jenis hormon
yang mengendalikan kegiatan banyak organ; oleh karena itu kelenjar ini
sering dilukiskan sebagai kelenjar pimpinan tubuh.
Adapun organ-organ yang termasuk dalam sistem endokrin ini adalah
kelenjar pineal, hipotalamus, kelenjar pituitari, kelenjar tiroid, kelenajr
paratiroid, timus, kelenjar adrenal, pankreas, ovarium dan testis. Selain
organ-organ tersebut, terdapat beberapa organ yang tidak termasuk ke
dalam organ endokrin tetapi dapat memproduksi hormon yaitu ginjal,
jantung dan lambung. Gambar II.1 menunjukkan organ dan jaringan pada
sistem endokrin beserta hormon-hormon yang disekresikan masing-
masing organ.

52
Gambar II.1. Organ dan Jaringan pada Sistem Endokrin

Pankreas adalah kelenjar majemuk bertandan yang strukturnya


mirip dengan kelenjar ludah. Panjangnya kira-kira lima belas sentimeter
terletak di rongga perut, mulai dari duodenum hingga limpa. Pankreas
dianggap sebagai kelenjar heterokrin karena memiliki fungsi endokrin dan
eksokrin. Fungsi eksokrin dilaksanakan oleh sel sekretori lobulanya yang
membentuk getah pankreas dan yang berisi enzim serta elektrolit.
Organ endokrin pada pankreas terbentuk dari kelompok-kelompok
kecil sel epitelium yang terpisah dan tersebar diantara alveoli pankreas.
Kelompok-kelompok ini disebut kepulauan Langerhans dan hanya terdiri
1% dari keseluruhan sel pankreas. Namun demikian, pulau Langerhans ini

53
berjumlah sekitar 2 juta dan sekresinya sangat penting untuk kehidupan
kita. Anatomi dari pankreas dapat dilihat pada gambar II.2.

Gambar II.2. Anatomi Pankreas

Kepulauan Langerhans dikelilingi oleh jaringan pembuluh darah


kapiler yang membawa hormon pankreas ke dalam aliran darah. Setiap
pulau terdiri dari empat jenis sel, yaitu:
1. Sel α (alfa) menghasilkan hormon glukagon. Glukagon berfungsi
meningkatkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pemecahan
glikogen (glikogenolisis) menjadi glukosa di hati. Selain itu, glukagon
juga merangsang jaringan adiposa untuk memetabolisme lemak
menjadi asam lemak.
2. Sel β (beta) memproduksi hormon insulin yang berfungsi untuk
menurunkan kadar glukosa darah dengan cara meningkatkan laju
penyerapan glukosa oleh hati, otot dan jaringan adiposa. Insulin juga
memicu pembentukan glikogen (glikogenesis) di otot rangka dan hati.
Baru-baru ini ditemukan bahwa sel beta juga mensekresi amilin yang
fungsinya masih belum jelas.
3. Sel δ (delta) memproduksi hormon peptida yang identik dengan
growth hormone–inhibiting hormone (GH–IH), merupakan hormon
regulasi di hipotalamus. GH-IH menekan pelepasan glukagon dan
insulin oleh sel Langerhans lain dan memperlambat tingkat
penyerapan makanan serta sekresi enzim di sepanjang saluran
pencernaan.

54
4. Sel F menghasilkan hormon polipeptida pankreas (PP). PP
menghambat kontraksi kandung empedu dan mengatur produksi
beberapa enzim pankreas. Hal ini juga dapat membantu
mengendalikan tingkat penyerapan nutrisi oleh saluran pencernaan.

Ketika kadar glukosa darah meningkat, sel beta akan mensekresikan


insulin, yang kemudian merangsang pengangkutan glukosa melintasi
membran plasma dan ke sel target. Akan tetapi ketika kadar glukosa
darah menurun, sel alfa mensekresikan glukagon, yang merangsang
pemecahan glikogen dan glukosa.
Insulin adalah hormon peptida yang dikeluarkan oleh sel-sel beta
ketika konsentrasi glukosa melebihi tingkat normal (70-110 mg / dL).
Peningkatan kadar beberapa asam amino, termasuk arginin dan leusin,
juga merangsang sekresi insulin. Hormon ini mempengaruhi metabolisme
sel dalam serangkaian langkah-langkah yang dimulai ketika insulin
mengikat reseptor protein pada membran plasma dari sel target. Ikatan
tadi akan mengaktifkan reseptor sehingga menghasilkan efek peningkatan
absorpsi dan penggunaan glukosa. Reseptor insulin terdapat di sebagian
besar membran plasma yang disebut sel tergantung insulin. Namun, sel-
sel di otak, ginjal, lapisan saluran pencernaan, dan sel darah merah sangat
sedikit memiliki reseptor insulin. Sel-sel ini disebut sel independen insulin,
karena mereka dapat menyerap dan memanfaatkan glukosa tanpa
rangsangan insulin.
Efek insulin pada sel target adalah:
1. Mempercepat penyerapan glukosa. Efek ini merupakan hasil dari
peningkatan jumlah protein transport glukosa di membran plasma.
Protein ini memindahkan glukosa ke dalam sel dengan difasilitasi
difusi, yang mengikuti gradien konsentrasi dan tidak memerlukan ATP.
2. Meningkatkan pemanfaatan glukosa dan meningkatkan produksi ATP.
Efek ini terjadi arena: (1) Tingkat penggunaan glukosa sebanding
dengan yang ketersediaan, jadi ketika lebih banyak glukosa memasuki
sel, akan lebih banyak digunakan. (2) Second messengers akan

55
mengaktifkan enzim yang terlibat dalam glikolisis.
3. Menstimulasi formasi glikogen (otot rangka dan sel hati). Glukosa
yang berlebih akan memasuki sel-sel ini dan disimpan sebagai
glikogen.
4. Menstimulasi penyerapan asam amino dan sintesis protein.
5. Menstimulasi formasi trigliserida di jaringan adiposa. Insulin
merangsang penyerapan asam lemak dan gliserol oleh adiposit, yang
menyimpan senyawa ini sebagai trigliserida. Adiposit juga
meningkatkan penyerapan glukosa, dan kelebihan glukosa digunakan
dalam sintesis trigliserida tambahan.

Pankreas mengeluarkan insulin ketika glukosa berlimpah.


Penggunaan glukosa pada proses ini, segera akan menurunkan kadar
glukosa ke tingkat normal.
Ketika konsentrasi glukosa turun di bawah normal, sel alfa
melepaskan akan glukagon dan memobilisasi cadangan energi. Ketika
glukagon terikat pada reseptor di membran plasma target sel, hormon
mengaktifkan adenilat siklase, dimana cAMP ini dapat bertindak sebagai
utusan kedua yang mengaktifkan enzim sitoplasma.
Adapun efek utama glukagon adalah sebagai berikut:
1. Merangsang pemecahan glikogen di otot rangka dan hati. Molekul
glukosa dirilis sebagai energi (dalam serat otot rangka) atau
dilepaskan ke dalam aliran darah (oleh sel hati).
2. Merangsang pemecahan trigliserida di jaringan adiposa. Adiposit
kemudian melepaskan asam lemak ke aliran darah agar digunakan
oleh jaringan lain.
3. Merangsang produksi dan pelepasan glukosa oleh hati. Sel hati
menyerap asam amino dari aliran darah, mengkonversikannya
menjadi glukosa, dan melepaskannya ke dalam sirkulasi.
Adanya penurunan kadar glukosa dalam darah akan menyebabkan
pelepasan lebih banyak glukosa ke dalam aliran darah sehingga kadar
glukosa darah segera naik ke tingkat normal.

56
Sel alfa pankreas dan sel beta secara terus-menerus memonitor
kadar glukosa darah. Sel-sel ini akan mengeluarkan glukagon dan insulin
tanpa instruksi dari sistem endokrin atau sistem saraf. Namun karena sel
alfa dan sel beta sangat sensitif terhadap perubahan kadar glukosa darah,
hormon apapun yang dapat mempengaruhi kadar glukosa darah makaa
secara tidak langsung dapat mempengaruhi produksi insulin ataupun
glukagon. Aktivitas otonom juga mempengaruhi produksi insulin: stimulasi
parasimpatis meningkatkan pelepasan insulin, hal sebaliknya terjadi jika
saraf simpatik distimulasi.
Meningkatkan laju
transport glukosa ke
dalam sel target
Meningkatkan laju
penggunaan glukosa
dan pembangunan
Gambar II.3.Pengaturan Kadar Glukosa Darah
Meningkatkan
perubahan glukosa
menjadi glikogen
Meningkatkan
absorpsi asam amino
dan sintesis protein
Sel β Meningkatkan sintesis
Sekresi trigliserida di jaringan
Insulin adiposa

HOMEOSTASIS
PULIH
HOMEOSTASIS Kadar glukosa
TERGANGGU darah menurun
Kadar glukosa
darah naik

HOMEOSTASIS
Kadar glukosa
darah normal
(70 – 110
mg/dL)
HOMEOSTASIS
TERGANGGU
HOMEOSTASIS
Kadar glukosa
PULIH
darah turun
Kadar glukosa
darah meningkat

57
Sel β
Sekresi
glukagon
Meningkatkan
pemecahan glikogen
Nama : Nahwa Aulia Kartika Sari
Kelas : A2 S1 2017
Nim : 1713015117
Kelompok :2

II. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kelenjar endokrin pada alat
peraga
2. Mahasiswa mampu menjelaskan hormon-hormon yang dihasilkan
setiap kelenjar beserta kegunaannya.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh insulin endogen dalam
mengembalikan homeostasis tubuh terhadap glukosa

III. Hubungan Percobaan dalam Ilmu Kefarmasian


Kelainan sindrom metabolisme terutama metabolisme glukosa saat
ini menjadi salah satu penyakit yang tingkat morbiditas dan mortilitasnya
terus menigkat setiap tahunnya. Saat ini perkembangan dunia farmasi
sedang mencari obat-obat baru untuk mengatasi masalah tersebut. Oleh
karena itu dirasa perlu untuk mempelajari mekanisme fisiologis
metabolisme glukosa untuk lebih memahami kelainan sindrom
metabolisme tersebut.

IV. Alat dan Bahan


1. Torso manusia
2. Glukosa meter Accutrend GCT
3. Kit glukosa
4. Kapas
5. Alkohol 70%
6. Teh Kotak
V. Cara Kerja
A. Identifikasi Organ Endokrin
1. Dengan menggunakan Gambar V.1 pada hasil percobaan identifikasi
nama organ, jenis hormon yang dihasilkan beserta fungsinya.
2. Hasil pengamatan dihapalkan lalu dilakukan verifikasi pada model
torso manusia.
B. Pengaruh Insulin terhadap Homeostasis Tubuh Probandus yang
Berpuasa
1. Praktikan yang akan dijadikan probandus, diminta untuk
berpuasa selama 8 jam.

2. Pengambilan darah dilakukan untuk menentukan kadar


glukosa puasa

3. Jari probandus dibersihkan terlebih dahulu dengan alcohol


70% kemudian ditusuk dengan lancet. Tetesan darah pertama
dibersihkan, diambil tetes darah kedua.

4. Sampel darah diteteskan pada strip yang telah dipasang pada alat
glukosameter dan ditunggu selama 12 detik, hingga terbaca
kadar glukosa darah pada alat, darah diambil kembali untuk
menentukan kadar glukosa awal (t0)

5. Pengambilan darah dilakukan pada menit 15, 30, 45 dan 60, terhitung
dari awal pemberian glukosa.

8. Tentukan kadar glukosa darah menggunakan strip test


glukosa
C. Pengaruh Insulin terhadap Homeostasis Tubuh Probandus yang Tidak
Berpuasa

1. Praktikan yang akan dijadikan probandus.

2. Pengambilan darah dilakukan untuk menentukan kadar


glukosa puasa

3. Jari probandus dibersihkan terlebih dahulu dengan alcohol


70% kemudian ditusuk dengan lancet. Tetesan darah pertama
dibersihkan, diambil tetes darah kedua.
4. Sampel darah diteteskan pada strip yang telah dipasang pada alat
glukosameter dan ditunggu selama 12 detik, hingga terbaca
kadar glukosa darah pada alat.

5. Praktikan kemudian diminta untuk mengkonsumsi teh


kotak.

6. Setelah diinduksi, darah diambil kembali untuk menentukan kadar


glukosa awal (t0)

7. Pengambilan darah dilakukan pada menit 15, 30, 45 dan 60,


terhitung dari awal pemberian glukosa.

8. Tentukan kadar glukosa darah menggunakan strip test


glukosa
VI. Pengamatan Hasil Percobaan
A. Percobaan Identifikasi Organ Endokrin

Gambar V.1 Anatomi Organ Endokrin


Identifikasi Organ Endokrin dengan menuliskan pada tabel berikut :
Hormon yang
No Nama Organ Fungsi Hormon
Dihasilkan
Melatonin
1. Kelenjar pineal Mengatur pola tidur.
a. Tiroksin a. meregulasi
b. Kalsitokinin metabolisme tubuh
b. Menurunkan kadar
kalsium dalam darah
dengan cara seperti
2. Kelenjar tiroid meningkatkan
penimbunan kalsium
pada tulang keras
dan mengurangi
pengambilan
kalsium dari ginjal

a. Korteks (kortison) a. Terdiri dari


b. Medula mineralokortikoid
(adrenalin/epinefrin) yang berfungsi
untuk membantu
metabolisme garam
natrium dan kalium
serta menjaga
keseimbangan
hormon kelamin,
3. Kelenjar adrenal dan glukokortikoid
membantu
metabolisme
glukosa.
b. Mempengaruhi kerja
jantung, kecepatan
pernapasan, dan
menyempitkan
pembuluh darah.
a. Insulin a. Menurunkan kadar
b. Glukagon gukosa dalam darah.
4. Kelenjar pankreas b. Meningkatkan kadar
glukosa dalam
darah.
a. ADH a. Meningkatkan
b. CRH penyerapan air
c. GnRH kedalam ginjal.
d. Oksitosin b. Merangsang
e. PRH pelepasan hormon
adrenal oleh kelenjar
pituitari.
c. Merangsang
pelepasan hormon
5. Hipotalamus
LH dan FSH oleh
kelenjar hipofisis.
d. Mempengaruhi
siklus tidur,
pelepasan ASI pada
ibusui, dan lainnya.
e. Mempengaruhi kerja
hipotalamus dalam
pembuatan ASI.
a. Lobus anterior a. Mengatur
(prolaktin). pertumbuhan,
b. Lobus intermedia mempengaruhi suhu
(melanosit). tubuh, pematangan
c. Lobus posterior seksual dan
(antidiuretik). reproduksi.
b. Mengendalikan
6. Pituitari
pigmentasi warna
kulit.
c. Mencegah dehidrasi
dengan mengambil
kembali air dari
ginjal.

Meningkatkan
pengeluaran fosfor oleh
7. Kelenjar paratiroid Paratiroid gnjaldan meningkatkan
penyerapan kalsium
oleh tulang

Mempengaruhi sistem
imun tubuh dengan
8. Timus Thymosin merangsang limfosit
dalam tubuh dan
lainnya.
a. Esterogen a. Mempengaruhi
b. Progesteron tanda-tada kelamin
sekunder pada
wanita.
b. Mempersiapkan
uterus untuk proses
9. Ovarium pembuahan yang
mana hal ini juga
mempengaruhi
siklus haid/mens
saat tidak terjadi
pembuahan.
Mempengaruhi
timbulnya tanda-tanda
kelamin sekunder pria
10. Testis Testosteron
serta proses pembuatan
hingga pematangan
sperma.

B. Percobaan Pengaruh Insulin terhadap Homeostasis Tubuh

Probandus Kadar glukosa (mg/dL)

(Inisial) Puasa t=0 t = 15 t = 30 t = 45 t = 60


I √ 61 89 87 87 69
S - 69 126 104 99 92
H √ 77 96 96 73 87
J - 70 51 148 136 119
VII. Pembahasan
Tuliskan pembahasan Anda pada tabel berikut :
Pada percobaan kali ini telah dilakukan pengamatan terhadap organ-
organ endokrin atau penghasil hormon pada tubuh manusia menggunakan
torso manusia, dan kerja dari hormon insulin dan glukagon terhadap kadar
glukosa dalam darah probandus. Sistem endokrin pada manusia sendiri
dipengaruhi oleh beberapa organ. Organ-organ tersebut menghasilkan hormon
yang berbeda-beda sekaligus memiliki perannya masing-masing dalam
mempertahankan kondisi homeostasis tubuh manusia.
Seperti yang dilakukan pada pengerjaan percobaan pertama, terdapat
beberapa organ endokrin yang berperan dalam menjaga keadaan homeostasis
tubuh manusia yang dapat ditemukan pada torso manusia. Organ-organ
tersebut adalah kelenjar pineal yang menghasilkan hormon melatonin yang
berperan dalam mengatur pola tidur. Kelenjar tiroid yang terdiri dari Tiroksin
yang meregulasi metabolisme tubuh dan kalsitokinin yang menurunkan kadar
kalsium dalam darah dengan cara seperti meningkatkan penimbunan kalsium
pada tulang keras dan mengurangi pengambilan kalsium dari ginjal. Kelenjar
adrenal terdiri dari korteks (kortison) yang didalamnya terdapat
mineralokortikoid yang berfungsi untuk membantu metabolisme garam
natrium dan kalium serta menjaga keseimbangan hormon kelamin serta
glukokortikoid yang membantu dalam proses metabolisme glukosa, dan
bagian medula (adrenalin/epinefrin) yang mempengaruhi kerja jantung,
kecepatan pernapasan, dan menyempitkan pembuluh darah. Kelenjar
pankreas, mensitesis Insulin yang berperan dalam nenurunkan kadar gukosa
dalam darah serta mengirimkan sinyal kepada glukosa untuk membuka kanal
glukosa transporter agar glukosa dapat masuk kedalam sel, serta glukagon
yang bekerja berlawanan dengan insulin yaitu meningkatkan kadar glukosa
didalam darah. Didalam Hipotalamus terdapat banyak sekali hormon yang
dihasilkan, hormon-hormon tersebut diantarana adalah ADH yang
meningkatkan penyerapan air kedalam ginjal, CRH yang merangsang
pelepasan hormon adrenal oleh kelenjar pituitari , GnRH yang Merangsang
pelepasan hormon LH dan FSH oleh kelenjar hipofisis, oksitosin yang
Mempengaruhi siklus tidur, pelepasan ASI pada ibusui, dan lainnya, serta
PRH yang mempengaruhi kerja hipotalamus dalam pembuatan ASI. Kelenjar
pituitari yang terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu pituitari lobus anterior
(prolaktin) yang berfungsi dalam mengatur pertumbuhan ,mempengaruhi
suhu tubuh dan pematangan seksual dan reproduksi, lobus intermedia
(melanosit) yang berfungsi dalam mengendalikan pigmentasi warna kulit,
lobus posterior (antidiuretik) yang berfungsi dalam mencegah dehidrasi
dengan mengambil kembali air dari ginjal. Kelenjar paratiroid yang
menghasilkan hormon paratiroid dan berperan dalam meningkatkan
pengeluaran fosfor oleh ginjal dan meningkatkan penyerapan kalsium oleh
tulang. Timus yang menghasilkan hormon Thymosin dan berperan dalam
mempengaruhi sistem imun tubuh dengan merangsang limfosit dalam tubuh
dan lainnya. Ovarium yang menghasilkan hormon esterogen yang
mempengaruhi tanda-tanda kelamin sekunder pada wanita, dan progesteron
yang mempersiapkan uterus untuk proses pembuahan (dimana hal ini juga
ikut terlibat dalam mempengaruhi siklus haid/mens saat tidak terjadi
pembuahan). Testis testosteron yang mempengaruhi timbulnya tanda-tanda
kelamin sekunder pria serta proses pembuatan hingga pematangan
sperma.(Pearce.2011).
Pada pengerjaan percobaan kedua, dilakukan pengamatan terhadap dua
jenis probandus dengan pemberian dua perlakuan berbeda kepada setiap
probandus, yaitu probandus I dan H dalam keadaan berpuasa, dan probandus
S dan J yang dalam keadaan tidak berpuasa, untuk mengamati efek kerja dari
hormon insulin dan glukagon terhadap kadar glukosa pada darah. Probandus
pertama diberlakukan wajib berpuasa selama minimal 8 jam sebelum
praktikum dilaksanakan, hal ini dilakukan untuk membandingkan pengaruh
kerja hormon insulin dan glukagon terhadap orang yang berpuasa dan tidak
berpuasa.
Proses pengambilan data perbandingan kadar glukosa probandus
dilakukan dengan menggunakan alat glukosameter. Glukosameter digunakan
dengan alasan alat ini adalah alat yang cukup sederhana dan mudah
digunakan, mudah dibawa kemana-mana, sedikitnya sampel yang
dibutuhkan, serta cukup akurat dalam membaca hasil datanya dalam waktu
yang cukup bisa dikatakan singkat. Glukosameter terdiri dari beberapa bagian,
bagian-bagian tersebut terdiri dari alat meter glukosa itu sendiri, strip test
glukosa, dan alat bantu lainnya seperti automatic lancet beserta jarum
lancetnya. Alat ini bekerja dengan prinsip amperometric detection dan
reflectance, yaitu mendeteksi kandungan elektrokimia yang dilapisi enzim
glukosa oksidase pada strip membran. (Kementrian Kesehatan.2010).
Cara kerja glukosameter dimulai ketika darah diteteskan keatas strip
gluosa yang telah dipasang pada glukosameter (dan sudah dipasangi chip
glukosa), kemudian reagen yang terdapat pada strip glukosa akan bereaksi
dengan bahan kimia dalam darah dan menghasilkan arus listrik yang setara
antara darah dan alat yang menghasilkan radiasi. Sementara itu, alat akan
membaca warna yang terbentuk akibat reaksi antara reagen pada strip alat
dan bahan kimia dalam darah, higga muncul angka yang emnunjukkan kadar
glukosa dalam darah tersebut. (Kementrian Kesehatan.2010).
Pada saat pengambilan darah probandus sebagai sampel uji kadar
glukosa dalam darah manusia, harus dilakukan beberapa perlakuan terhadap
probandus. Perlakuan tersebut yang pertama adalah pembersihan area sekitar
kulit jari telapak tangan probandus menggunakan alkohol 70% yang
diteteskan pada kapas, hal ini dilakukan sebagai upaya menjaga keadaan
higienitas darah maupun probandus itu sendiri, serta mencegah infeksi akibat
terpapar mikroba yang dikarenakan keadaan lingkungan yang kurang steril.
(Subari.2008). Sebelum itu, darah diarea jari tersebut dibendung dengan cara
diurut dan ditahan agar mencegah darah tidak keluar. Setelah itu, digunakan
jarum lancet untuk menusuk jaringan kulit jari probandus hingga melukai
pembuluh darah terdekat agar darah probandus keluar dan dapat dijadikan
sampel uji. Darah yang dapat digunakan sebagai sampel uji dan di teteskan
pada strip glukosa adalah darah tetesan kedua, hal ini disebabkan oleh
kekhawatiran alkohol akan tercampur dengan darah karena dapat
menyebabkan hemolisis darah tersebut. (Tonyukshina.2009). Sampel darah
yang diteteskan pada strip glukosa yang telah dipasang pada glukosameter
(pastikan chip yang terpasang pada glukosa meter adalah chip yang sesuai)
dan tunggu hingga alat secara otomatis membaca data yang kemudian akan
ditampilkan pada layar monitornya. Probandus yang tidak berpuasa setelah 15
menit pengambilan sampel darah pertama diberikan asupan glukosa yang
berasal dari teh kotak, hal ini dilakukan untuk mengamati aktivitas insulin
terhadap adanya asupan glukosa/makanan pada tubuh. Pengambilan sampel
darah pada probandus dilakukan pada kurun waktu yang berbeda-beda. Pada
percobaan kali ini, dilakukan pembagian waktu pengambilan sampel darah
probandus dengan selang waktu 15 menit dari t(0), yaitu t(0), menit ke-15,
menit ke-30, menit ke-45, dan menit ke 60. Selang waktu terhadap
pengambilan darah probandus dilakukan untuk memberikan dan membuktikan
kerja hormon insulin dan glukagon yang berkesinambungan dalam
menyeimbangkan kadar glukosa didalam tubuh manusia agar tetap dalam
keadaan homeostasis.
Berdasarkan data hasil pengamatan yang didapatkan pada percobaan kali
ini, dari probandus yang tidak melakukan kegiatan berpuasa didapatkan data
bahwa rata-rata kadar glukosa dalam darah probandus hampir seluruhnya
meningkat secara signifikan pada menit ke-15 setelah diberikan asupan
glukosa dari teh kotak, yang tadinya berada pada kadar normal yaitu pada
sekitar 70-130 mg/dl sebelum makan, kemudian naik dan kemudian turun
lagi ke batas normal yaitu dibawah 180 mg/dl. Hal ini membuktikan adanya
kerjasama antara hormon insulin dan glukagon untuk menjaga keadaan
homeostatis tubuh dengan menjaga kadar glukosa dalam darah tetap pada
batasan normal. Sedangkan pada probandus yang berpuasa, data kadar
glukosa yang didapatkan pada darahnya tidak pernah lebih dari 100 atau126
mg/dl sesuai denan batas normal kadar glukosa dalam darah orang yang
berpuasa.(American Diabetes Association.2011)
Namun, terjadi keadaan turun derastisnya kadar glukosa dalam darah
probandus J yang mendekati keadaan hipoglycemy (kadar glukosa didalam
tubuh berada dibawah batasan normal) dan 15 menit setelah diberikan asupan
glukosa meningkat secara derastis kepada keadaan hampir hiperglycemy
(keadaan kadar glukosa di dalam tubuh sangat tinggi), hal ini disebabkan oleh
keadaan psikologis probandus yang mengalami stres dan memicu otak untuk
menguras energi yang digunakan untuk berpikir (energinya berasal dari
aktivitas glukogen) dan kemudian meningkat secara drastis akibat tambahan
asupan glukosa yang dibarengi oleh tersintesisnya hormon kortisol sebagai
respon stimulus stres tubuh yang kerjanya sangat berlawanan dengan insulin
dan mengurangi sensitifitas insulin dalam membantu glukosa masuk kedalam
sel yang mengakibatkan tingginya kadar glukosa didalam darah probandus J.
(Pratiwi.2014)
VIII. Kesimpulan
Tuliskan kesimpulan pada tabel berikut ini:
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada percobaan kali ini,
dapat disimpulkan bahwa:
1. Organ-organ endokrin pada tubuh manusia adalah hipotalamus, kelenjar
pituitari, kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, pankreas, kelenjar pineal,
kelenjar paratiroid, ginjal, kelamin, dan lainnya.
2. Kelenjar-kelenjar tersebut menghasilkan hormon yang memiliki
fungsinya masing-masing. Organ-organ tersebut adalah kelenjar pineal
yang menghasilkan hormon melatonin yang berperan dalam mengatur
pola tidur. Kelenjar tiroid yang terdiri dari Tiroksin yang meregulasi
metabolisme tubuh dan kalsitokinin yang menurunkan kadar kalsium
dalam darah dengan cara seperti meningkatkan penimbunan kalsium pada
tulang keras dan mengurangi pengambilan kalsium dari ginjal. Kelenjar
adrenal terdiri dari korteks (kortison) yang didalamnya terdapat
mineralokortikoid yang berfungsi untuk membantu metabolisme garam
natrium dan kalium serta menjaga keseimbangan hormon kelamin serta
glukokortikoid yang membantu dalam proses metabolisme glukosa, dan
bagian medula (adrenalin/epinefrin) yang mempengaruhi kerja jantung,
kecepatan pernapasan, dan menyempitkan pembuluh darah. Kelenjar
pankreas, mensitesis Insulin yang berperan dalam nenurunkan kadar
gukosa dalam darah serta mengirimkan sinyal kepada glukosa untuk
membuka kanal glukosa transporter agar glukosa dapat masuk kedalam
sel, serta glukagon yang bekerja berlawanan dengan insulin yaitu
meningkatkan kadar glukosa didalam darah. Didalam Hipotalamus
terdapat banyak sekali hormon yang dihasilkan, hormon-hormon tersebut
diantarana adalah ADH yang meningkatkan penyerapan air kedalam
ginjal, CRH yang merangsang pelepasan hormon adrenal oleh kelenjar
pituitari , GnRH yang Merangsang pelepasan hormon LH dan FSH oleh
kelenjar hipofisis, oksitosin yang Mempengaruhi siklus tidur, pelepasan
ASI pada ibusui, dan lainnya, serta PRH yang mempengaruhi kerja
hipotalamus dalam pembuatan ASI. Kelenjar pituitari yang terbagi
menjadi beberapa bagian, yaitu pituitari lobus anterior (prolaktin) yang
berfungsi dalam mengatur pertumbuhan ,mempengaruhi suhu tubuh dan
pematangan seksual dan reproduksi, lobus intermedia (melanosit) yang
berfungsi dalam mengendalikan pigmentasi warna kulit, lobus posterior
(antidiuretik) yang berfungsi dalam mencegah dehidrasi dengan
mengambil kembali air dari ginjal. Kelenjar paratiroid yang menghasilkan
hormon paratiroid dan berperan dalam meningkatkan pengeluaran fosfor
oleh ginjal dan meningkatkan penyerapan kalsium oleh tulang. Timus
yang menghasilkan hormon Thymosin dan berperan dalam
mempengaruhi sistem imun tubuh dengan merangsang limfosit dalam
tubuh dan lainnya. Ovarium yang menghasilkan hormon esterogen yang
mempengaruhi tanda-tanda kelamin sekunder pada wanita, dan
progesteron yang mempersiapkan uterus untuk proses pembuahan
(dimana hal ini juga ikut terlibat dalam mempengaruhi siklus haid/mens
saat tidak terjadi pembuahan). Testis testosteron yang mempengaruhi
timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder pria serta proses pembuatan
hingga pematangan sperma.
3. Insulin dalam tubuh memiliki dua fungsi utama dalam tubuh. Fumgsi
yamg pertama adalah mengontrol kadar glukosa dalam darah dengan
menurunkannya melalui perombakan glukosa kedalam bentuk lain
menjadi ATP melalui proses glikolisis, glukagon melalui glukagogenesis,
dan lipid melalui lipogenesis. Sedangkan fungsi utama kedua dari insulin
adalah berikatan dengan reseptornya pada sel, yang kemudian
mengirimkan sinyal kepada glukosa yang telah dirombak untuk dapat
melewati kanal glukosa transport untuk dapat masuk ke dalam sel.

Daftar Pustaka
Pearce, E.C., 2011, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, PT.
Gramedia Pustaka Utama; Jakarta.

Pratiwi, Pebi.,dkk. 2014. Pengaruh Stress terhadap Kadar Gula


Darah Sewaktu pada Pasien Diabetes Melitus yang
Menjalani Hemodialisa. 12 Jurnal kesehatan. Vol. 5. No.1;
Tanjungkarang.
Allen, C. and Harper, V., 2009, Laboratory Manual for Anatomy and
Physiology Third Edition, Wiley, Inc; USA.
Kelly, Laurie, 2005, Essential of Human Physiology for Pharmacy, CRC
Press; USA.
Kementrian Kesehatan RI. 2010. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan
Tahun 2010-2014; Jakarta.
Martini, F.H., Michael, J.T., and Robert, B.T., 2014, Human Anatomy
8th edition, Pearson; USA.
Subarni, N. D. 2008. Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Keaktifan
Penderita Diabetes Melitus RS dr. Oen Solo Baru. Jurnal Fakultas
Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiah Surakarta.
Tonyushkina, K., dan Nichole J. H. 2009. Glucose meter: a Review of
Technical Challenges to Obtaining Accurate Result. Jurnal of
Diabetes Science and Technology. Vol.3.No.4.
Pertanyaan :
1. Apakah yang dimaksud dengan sistem endokrin ?
Jawab:
Sistem endokrin adalah sistem yang terdiri dari organ-organ
penghasil hormon di dalam tubuh yang kemudian masuk kedalam
peredaran darah melalui regulasi dan sirkulasi darah.
Kelenjar endokrin juga merupakan kelenjaryang tidak memiliki
saluran (dutcless) namun dapat langsung menyebarkannya ke peredaran
darah.
(Manurung.2017)
Referensi:
Manurung, Nixon., dkk. 2017. Asuhan Keperawatan Sistem Endokrin
dilengkapi Mind Mapping dan Asuhan Keperawatan Nanda
Nic Noc. Yogyakarta: Deepublish Publisher.

2. Apakah fungsi hormon di dalam tubuh ?


Jawab:
Hormon merupakan zat kimia aktifyang dihasilkan oleh kelenjar-
kelenjar endokrin yang kemudian bertindak sebagai “pembawa pesan” dan
dibawa ke regulasi peredara darah sampai mencapai reseptor target yang
kemudian meberikan sebuah bentuk tindakan yang spesifik.
(Manurung.2017)
Referensi:
Manurung, Nixon., dkk. 2017. Asuhan Keperawatan Sistem Endokrin
dilengkapi Mind Mapping dan Asuhan Keperawatan Nanda
Nic Noc. Yogyakarta: Deepublish Publisher.

3. Apakah perbedaan antara hormon insulin dan glukagon ?


Jawab:
1. Sekresi insulin menyebabkan turunnya kadar glukosa di dalam darah
dan sebaliknya glukagon meningkatkan kadar glukosa di dalam darah.
2. Hormon stress atau hormon kortisol menghambat kerja insulin
sedangkan meningkatkan kerja glukagon.
3. Insulin dihasilkan oleh sel beta pankreas sedangkan glukagon
dihasilkan oleh sel alfa pankreas.

(Manurung.2017)
Referensi:
Manurung, Nixon., dkk. 2017. Asuhan Keperawatan Sistem Endokrin
dilengkapi Mind Mapping dan Asuhan Keperawatan Nanda
Nic Noc. Yogyakarta: Deepublish Publisher.

4. Bagaimana mekanisme kerja hormon insulin dan glukagon ?


Jawab:
A. Insulin
Ketika kadar glukosa dalam darah sangat tingi/melebihi kadar
normal glukosa dalam darah, sel beta pankreas akan mensekresi
insulin yang akan langsung bekerja menurunkan kadar glukosa
dalam darah dengan merombaknya menjadi bentuk lain atau dengan
memberina seinyal kepada sel agar membuka glukosa transportes
agar glukosa dapat terserap maksimal menjadi energi.
B. Glukagon
Ketika kadar glukosa dalam darah mulai rendah, sel alfa
pankreas akan mensekresi hormon glukogen yang akan membentuk
glukosa yang berasal dari cadangan makanan tubuh.
(Indriyanti.2018)
Referensi:
Indriyanti, Niken., dkk. 2018. Buku Panduan Anatomi dan Fisiologi
Manusia II Prodi Farmasi Sarjana 1. Samarinda: KBI
Biomedik dan Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas
Mulawarman.

5. Apakah yang terjadi apabila tubuh mengalami defisiensi hormon


insulin dan defisiensi glucagon ?
Jawab:
Dengan tidak adanya maupun kekurangan insulin, tubuh tidak mampu
memanfaatkan glukosa sebagai energi di dalam sel. Akibatnya, glukosa
tetap dalam aliran darah dan dapat menyebabkan gula darah tinggi, yang
dikenal sebagai hiperglikemia. Hiperglikemia kronik adalah tingginya kadar
gula darah yang berlangsung lama, dan ini merupakan karakteristik dari
diabetes mellitus. Apabila kondisi ini tidak diobati, maka bisa menyebabkan
komplikasi berat, seperti kerusakan sistem saraf, mata, ginjal dan anggota
gerak. Dalam kasus yang parah, kekurangan insulin dan penurunan
kemampuan untuk menggunakan glukosa sebagai sumber energi dapat
menyebabkan ketergantungan terhadap lemak sebagai satu-satunya sumber
energi. Pemecahan lemak ini dapat melepaskan keton ke dalam aliran darah,
yang dapat menyebabkan kondisi serius yang disebut ketoasidosis.
Sedangkan pada Glukagon defisiensi pada tubuh dapat menyebabkan
mengendapnya protein dalam tubuh.
(Manurung.2013)
Referensi:
Manurung, Nixon., dkk. 2017. Asuhan Keperawatan Sistem Endokrin
dilengkapi Mind Mapping dan Asuhan Keperawatan Nanda
Nic Noc. Yogyakarta: Deepublish Publisher.
LEMBAR PENILAIAN
TANGGAL PRAKTIKUM :

TANGGAL PENYERAHAN LAPORAN :

TOTAL NILAI
NILAI RESPONSI

NILAI KEHADIRAN

NILAI AKTIVITAS

NILAI HJSP

CATATAN :

TANDA TANGAN
MAHASISWA ASISTEN DOSEN

PERCOBAAN II

48
DETAK JANTUNG DAN TEKANAN DARAH

I. Uraian Umum Percobaan


Jantung manusia terletak di dalam rongga dada, belakang sternum,
diatas diafragma dengan posisi condong ke kiri. Jantung manusia terdiri
dari empat ruang, dua ruang berdinding tipis yang disebut atrium dan dua
ruang berdinding tebal atau ventrikel. Ventrikel berfungsi menerima darah
dari atrium dan memompanya ke seluruh tubuh. Atrium kanan berfungsi
menerima darah dari seluruh tubuh kemudian memompanya ke ventrikel
kanan. Dari ventrikel kanan darah lalu dipompa melalui pembuluh darah
arteri pulmonalis menuju paru-paru (peredaran darah pulmonar). Adapun
atrium kiri berfungsi menerima daah dari paru-paru. Jadi, darah mengalir
dari pembuluh darah vena menuju atrium kanan lalu dipompa ke ventrikel
kanan dan dibawa keluar dari jantung menuju paru-paru dengan bantuan
pembuluh darah arteri pulmonalis. Darah kemudian dikembalikan ke
jantung melalui pembuluh darah vena pulmonalis menuju atrium kiri lalu
dipompa ke ventrikel kiri dan selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh.

Gambar II.1 Struktur Jantung

49
Gambar II.2 Struktur katup jantung

Jantung memiliki katup-katup diantara ruangnya yang berfungsi agar


darah mengalir satu arah di jantung. Adapun katup-katup jantung terdiri
dari yaitu atrioventikuler (AV) yang terletak diantara atrium dan ventrikel.
Katup yang terletak disebelah kanan disebut katup trikuspidalis dan katup
yang terletak disebelah kiri disebut katup bikuspidalis/katup mitral. Katup
AV memungkinkan darah mengalir dari masing-masing atrium ke ventrikel
pada saat diastolik. Adapun dua katup semilunaris terdiri dari katup
pulmonalis terletak pada arteri pulmonalis, memisahkan pembulu darah ini
dengan ventrikel kanan dan katup aortik yang terletak antara ventrikel kiri
dan pembuluh darah aorta. Kedua katup ini berfungsi untuk mengalirkan
darah dari ventrikel ke masing-masing arteri pada saat sistolik.

I.1. Detak jantung atau Heart Rate


I.1.1 Siklus Jantung
Detak jantung adalah jumlah detak jantung per satuan waktu yang
biasa dinyatakan per menit/ beats per minutes (bpm). Setiap detak
jantung menggambarkan satu siklus jantung yang mana terdiri dari sistol

50
(kontraksi) atrial serta ventrikular dan diastol (relaksasi) atrial serta
ventrikular. Denyut nadi adalah getaran/denyut darah di dalam pembuluh
darah arteri akibat kontraksi ventrikel. Denyut nadi umumnya dapat
diraba/dirasakan pada arteri radialis atau arteri karotis. Nilai antara detak
jantung dan denyut nadi tidaklah selalu sama tetapi mendekati.
Satu siklus jantung terdiri dari satu periode sistol (kontraksi dan
pengosongan isi) dan diastol (relaksasi dan pengisian jantung). Lama
waktu satu siklus jantung dapat dihitung dengan cara membagi detak
jantung (detak jantung/menit) dengan 60 detik. Meskipun siklus jantung
bervariasi tergantung detak jantung, lama waktu sistol tetap sama (0,4
detik), hanya lama diastol saja yang bisa berubah.

I.1.2 Pembukaan dan Penutupan Katup Jantung


Pembukaan katup AV terjadi saat tekanan darah pada atrium melebihi
tekanan darah di ventrikel. Hal ini terjadi saat diastol atrium dan ventrikel.
Katup semilunar terbuka saat diastol ventrikel dimana saat itu tekanan
darah di ventrikel melebihi tekanan darah di pembuluh darah pulmonar dan
aorta.
Adapun penutupan katup AV karena darah mengalir kembali ke atrium
yang terjadi saat permulaan sistol ventrikel. Penutupn katup semilunar
karena darah mengalir kembali ke ventrikel yang terjadi saat permulaan
diastol ventrikel.
Penutupan katup AV dan semilunar menyebabkan terjadinya bunyi
jantung yang dapat didengar dengan metode auskultasi (mendengar)
menggunakan stestoskop. Jantung memiliki dua bunyi khusus yang dapat
didengar saat jantung berdetak. Bunyi ini terjadi saat katup jantung
tertutup diam-diam dan darah menghantam katup yang tertutup tersebut,
sehingga menyebabkan terjadinya turbulensi yang dapat kita dengar
menggunakan stestoskop. Meskipun ada empat bunyi yang dapat terjadi
saat jantung berdenyut, hanya bunyi pertama dan kedua saja yang dapat
kita dengar dengan mudah tanpa perlu diamplifikasi. Bunyi pertama yaitu

51
LUBB, bunyinya lebih lama dan keras dibandingkan bunyi kedua DUBB
yang terdengar segera setelah bunyi pertama. Bunyi pertama (S1)
disebabkan turbulensi darah karena penutupan kedua katup AV saat sistol
ventrikel. Bunyi kedua (S2) terjadi saat diastol ventrikel dimana kedua
katup semilunar sedang tertutup. Bunyi yang akan anda dengar seperti ini
‘LUBB-DUBB, berhenti…. LUBB-DUBB, berhenti. Perlu diingat bahwa dua
bunyi ini setara dengan satu detak jantung.

Gambar II.3 Lokasi untuk Auskultasi Jantung

I.2. Tekanan Darah


Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke dinding arteri
saat darah dipompa keluar dari jantung keseluruh tubuh. Pengertian lain
tekanan darah adalah tenaga yang terdapat pada dinding arteri saat darah
dialirkan. Tenaga ini mempertahankan aliran darah dalam arteri agar tetap
lancar. Tekanan darah paling tinggi di aorta dan arteri besar dan semakin
jauh dari dari jantung, tekanan darah akan berkurang. Tekanan darah
menurun secara signifikan pada arterioles dan secara kontan menurun
pada pembuluh darah kapiler dan vena dan hilang pada atrium. Perbedaan
tekanan darah diantara dua area pada sistem sirkulasi disebut gradien
tekanan darah. Gradien tekanan antara aorta dan atrium kanan
menyebabkan darah mengalir melalui sirkulasi sistemik dan gradien

52
tekanan darah antara pembuluh darah pulmonalis dan atrium kiri
menyebabkan darah mengalir melalui sirkulasi pulmonar.
Dengan terjadinnya kontraksi pada setiap ventrikel, tekanan darah
berfluktuasi di pembuluh darah arteri besar (contoh : aorta, arteri
pulmonalis dan arteri otot). Tekanan darah saat sistol ventrikel/Tekanan
Darah Sistol tekanannya lebih tinggi jika dibandingkan dengan tekanan
darah saat diastol ventrikel/Tekanan Darah Diastol. Fluktuasi tekanan
darah ini hilang pada arterioles dan terjadi fluktuasi yang kecil atau tidak
sama sekali pada pembuluh darah kapiler dan vena.Gradien tekanan darah
antara vena dan atrium kanan sangat rendah dan membuat aliran darah di
pembuluh vena sulit untuk mengatasi gravitasi.
Satuan dari tekanan darah arteri adalah milimeter merkuri (mmHg)
dan dapat dihitung dengan menggunakan spigmomanometer, atau
tensimeter yang dapat digunkan untuk mengukur tekanan darah sistolik
serta diastolik di pembuluh darah arteri besar. Secara klinik, arteri brakial
umumnya digunakan untuk pengukuran ini.
Alat ini dalam penggunaannya digabung dengan manset pneumatic.
Bagian manset dapat dipompa dengan pompa tangan kecil dengan cara
ditekan, di dalam sistem ditunjukan oleh pengukur tekanan gauge. Manset
dipompa dengan tekanan yang lebih besar dari tekanan darah dalam
pembuluh darah yang berhubungan dengan tangan. Tekanan ini
melemahkan arteri dan menghentikan aliran darah ke lengan. Tekanan di
dalam manset perlahan-lahan diturunkan dengan menggunakan katub
buang aliran pada pompa tangan, suatu angka akan diperoleh yakni saat
tekanan manset dan tekanan tertinggi (tekanan pembuluh darah systilic)
adalah sama. Pada tekanan sedikit lebih rendah di bawah ukuran ini
tekanan pembuluh darah tertinggi melebihi tekanan manset dan darah
dapat menyembur melalui bagian pembuluh darah tangan yang ditekan.
Penyemburan darah ini menghasilkan gerak putar dan arteri menimbulkan
bunyi yang dikenal sebagai suara “korotkoff” bunyi ini biasanya dideteksi
dengan stetoskop yang ditempatkan diatas pembuluh darah tangan.

53
Tekanan didalam manset selanjutnya menurun, suara korotkoff masih
berlanjut hingga tercapai suatu angka hal mana tidak dihasilkan lagi gerak
putar lanjutan yakni tidak adaa penyempitan dalam pembuluh darah.
Meskipun terdapat nilai rentang normal tekanan darah, namun
umumnya nilai tekanan darah sistolik normal dinyatakan sebesar 120 mm
Hg dan tekanan darah diastolic normal adalah 80 mm Hg atau biasa ditulis
dengan angka 120/80 mm Hg.
Tekanan darah vena juga dapat diukur secara langsung
menggunakan pressure transducer yang dimasukkan ke dalam pembuluh
darah vena. Rata-rata tekanan darah vena sebesar 16 mm Hg.

Gambar II.4 Cara Penggunaan Spigmomanometer

II. Tujuan
1. Mengetahui gambaran jantung normal dan otot jantung yang
merupakan pusat pengendali aktivitas jantung
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh latihan pada siklus jantung.
3. Mahasiswa mampu menggambarkan hubungan antara bunyi jantung,
denyut nadi detak jantung menggunakan metode auskultasi.
4. Mahasiswa mampu menghitung tekanan darah pada saat istirahat dan

54
latihan.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana latihan dan posisi tubuh
dapat mempengaruhi tekanan darah.

III. Hubungan Percobaan dalam Ilmu Kefarmasian


Obat-obat antiaritmia, diuretik dan antihipertensi merupakan obat-
obatan yang dapat mempengaruhi kerja jantung. Oleh karena itu
pengetahuan mengenai bagaimana kerja jantung dan bagaimana proses
terjadinya tekanan darah perlu diketahui oleh mahasiswa farmasi agar
mereka lebih dapat memahami mekanisme kerja obat-obatan tersebut.

IV. Alat dan Bahan


1. Spigmomanometer 14. 2 Mm EGTA
2. Stestoskop 15. 7 mM dapar fosfat pH 6,8
3. Torso jantung 16. n-p-tosyl-L-phenylalanine
4. Stopwatch chloromethyl ketone (TPCK)
5. Alkohol 70% 17. Leupeptin
6. Cawan petri 18. Aprotinin
7. Mikroskop 19. Pepstatin A
8. Kulkas 20. Inhibitor tripsin
9. Stirer 21. Bahan pewarnaan negatif: 50
10. Sentrifuge mikro mM KAc, 1 mM MgAc, 1 mM
11. Zebrafish EGTA, 1 mM ATP, 1 mM
12. 0,1 mM NaCl 22. DTT, and 2 mM imidazole
13. 5mM MgAc buffer, pH 6.8

V. Cara Kerja
A. Siklus Jantung
1. Ditentukan denyut nadi mana yang akan digunakan dalam percobaan

55
ini (Gunakan jari telunjuk dan jari tengah untuk meraba denyutnya).

a. Denyut nadi radial : denyut nadi dibagian pergelangan tangan.

b. Denyut nadi karotis : denyut nadi dibagian leher.

2. Dengarkanlah dan hitung detak jantung dan denyut nadi sukarelawan


dalam waktu 15 detik, kemudian catat datanya pada Tabel II.1.

3. Sukarelawan selanjutnya diminta untuk berlari selama 2 menit dan


dengan segera dihitung detak jantung serta denyut nadinya selama 15
detik. Catat hasilnya pada Tabel II.1.

4. Ulangi perhitungan denyut nadi setiap satu menit hingga nadi kembali
berdenyut seperti kondisi semula. Catat waktu pemulihan denyut nadi :

menit.

5. Hitunglah detak jantung dan nadi per menitnya dengan cara


mengalikan detak jantung serta nadi 15 detik dikalikan 4. Catatlah
pada Tabel II.1.

6. Hitunglah detak jantung dan nadi per menitnya pada saat berlari
dengan cara mengalikan detak jantung serta nadi 15 detik dikalikan 4.
Catatlah pada Tabel II.1.

7. Hitunglah lama siklus jantung (detik) dengan membagi nilai 60 detik


dengan nilai detak jantung/menit. Hal yang sama dilakukan untuk
detak jantung saat berlari. Catatlah hasil yang anda peroleh pada
Tabel II.2.

60 detik
= lama 1 siklus jantung dalam detik
detak jantung/menit

8. Hitunglah lama waktu terjadinya diastol dengan cara mengurangkan


nilai 1 siklus jantung dengn 0,4 detik (lama sistol). Lakukanlah hal
yang sama pada kondisi saat berlari.

9. Bersihkan dan rapikan kembali alat dan bahan yang telah digunakan.

40
B. Bunyi Jantung
1. Disiapkan stestoskop dan dibersihkan bagian bell serta earpieces
menggunakan alkohol 70%, lalu biarkan mengering.
2. Diletakkan earpieces di telinga dan secara lembut ketuk bagian bell
untuk memastikan bahwa anda dapat mendengar suaranya.
3. Dilakukan auskultasi pada katup mitral (lihat Gambar II.3) untuk
mendengar bunyi jantung pertama (S1/LUBB) dan pada katup aorta
(lihat Gambar II.3) untuk mendengar bunyi jantung kedua (S2/DUBB).

C. Tekanan Darah
1. Disiapkan stestoskop dan spigmomanometer.
2. Sukarelawan diminta untuk duduk dan beristirahat selama 5 menit
sebelum dilakukan pengukuran tekanan darah.
3. Diukur tekanan darah sukarelawan (cara penggunaan
spigmomanometer akan diperagakan oleh dosen/asisten
laboratorium).
4. Catat tekanan darah yang diperoleh pada Tabel II.3
5. Manset dikempiskan dan sukarelawan diminta untuk beristarahat
selama 2 menit lalu diukur kembali tekanan darahnya. Data yang
diperoleh dicatat pada Tabel II.3
6. Hitunglah tekanan nadi dan rata-rata tekanan arteri. Tekanan nadi
adalah nilai perbedaan antara tekanan darah sistol dan diastol.
Semakin besar nilai tekanan nadi menandakan bahwa semakin besar
volume darah yang dikeluarkan oleh ventrikel. Adapun Rata-rata
tekanan arteri (RTA) adalah tekanan darah rata-rata selama satu siklus
jantung. Tekanan nadi = tekanan sistolik – tekanan diastolik. Hasil
dicatat pada Tabel II.3

41
Tekanan nadi
RTA = tekanan darah diastol +
3
7. Diamati efek posisi tubuh terhadap tekanan darah dan detak jantung.
Hasil dicatat pada Tabel II.4.
8. Diamati efek aktivitas (berlari) terhadap tekanan darah. Sukarelawan
diminta untuk berdiri dan beristirahat selama 2 menit lalu diukur
tekanan darahnya. Selanjutnya sukarelawan diminta untuk berlari
selama 5 menit dan setelah itu segera diperiksa tekanan darahnya.
Hasil dicatat pada Tabel II.5.

D. Isolasi Otot Jantung


1. Isolasi thick filament
a. Zebrafish dewasa (Danio rerio) dieutanasia di dalam es. Sebanyak 10
ikan diambil jantungnya (rata-rata berat jantung sekitar 2,75 mg,
panjang 0,3 mm, dan lebar 0,1 mm.
b. Area di antara mata dan sirip dibuang dengan gunting kecil, kemudian
diletakkan di dalam cawan petri berisi 50 mL larutan Na mincing
solution.
c. Larutan Na mincing solution merupakan larutan yang dibuat dengan
komposisi 0,1 mM NaCl, 5mM MgAc, 2 Mm EGTA, dan 7 mM dapar
fosfat pH 6,8 yang dibuat r.p.
d. Organ jantung diambil dibawah mikroskop, kemudian dimasukkan ke
dalam cawan petri berisi 50 mL larutan Na. Karena jantung zebrafish
sangat kecil, tidak perlu memisahkan per bagian jantung.
e. Jantung dicuci 4 kali (1 kali per jam) dalam larutan mincing solution
plus kemudian dibiarkan overnight pada 4oC (kulkas bagian bawah)
f. Jantung ditempatkan di dalam larutan mincing solution plus
(ditambah 10 Mm kreatin fosfat, 2,5 mM ATP, dan inhibitor proteolitik.
Inhibitor proteolitik terdiri dari 4 komponen yakni n-p-tosyl-L-
phenylalanine chloromethyl ketone (TPCK), Leupeptin, Aprotinin, dan
Pepstatin A

42
g. Masing-masing dengan konsentrasi 0,004 mg/mL. Pada volume akhir
(campuran) pH nya 6,8.
h. Jaringan di-stir selama 45 menit pada suhu ruangan ± 20oC untuk
menghasilkan relaksasi otot jantung secara maksimal.
i. Pemisahan thick filament dilakukan dengan cara:
1.) Mengambil jaringan jantung
2.) Diinkubasi di dalam droplet elastase murni dari larutan stok dengan
konsentrasi 2 mg/mL

Larutan tersebut dibuat dengan cara:


20 mL tripsin inhibitor dari larutan stok pada konsentrasi 2 mg/mL, dan 50
mL relaxing solution ditambah inhibitor proteolitik. Konsentrasi akhir
elastase dan inhibitor tripsin pada pada campuran ini adalah masing-
masing 0,44 mg/mL.
Sampel otot kemudian dicuci dalam 2 tetes relaxing solution dan
dipindahkan ke dalam tube eppendorf yang berisi 500 mL relaxing solution.
Tube dikocok menggunakan tangan kemudian disentrifuge dengan
kecepatan 3000 rpm selama 3 menit. Supernatan yang mengandung thick
filament digunakan untuk pengamatan preparat mikroskop elektron.

2. Pewarnaan negatif
Sebanyak 5 mL alikuot suspense filament diinkubasi selama 30 detik
dalam carbon film (ketebalan 5-7 nm) didukung dengan copper grids 600
mesh. Grids dicuci dengan 5 tetes rinsing solution (50 mM KAc, 1 mM
MgAc, 1 mM EGTA, 1 mM ATP, 1 mM
DTT, and 2 mM imidazole buffer, pH 6.8). Kemudian, dilakukan pewarnaan
negatif dengan uranil asetat 1% yang mengandung gliserol 0,025% selama
30 detik, selanjutnya di blow dried. Gliserol membantu menyebarkan
spesimen.
Selanjutnya, thick filament diamati dengan perbesaran 50.000-120.000
menggunakan mikroskop elektron. Tampilan yang akan didapat adalah:

43
VI. Pengamatan Hasil Percobaan
A. Percobaan Detak Jantung
Tabel II.1 Detak jantung dan denyut nadi
Nama sukarelawan :
Jenis kelamin :
Denyut dalam
Aktivitas Denyut/menit
15 detik

Detak jantung istirahat

Denyut nadi istirahat

Detak jantung setelah berlari

Denyut nadi setelah berlari

Tabel II.2 Siklus jantung


Waktu/lama (detik)
Keterangan
Saat istirahat Setelah berlari

Siklus jantung

Sistol

44
Diastol

B. Percobaan Tekanan Darah


Tabel II.3 Tekanan darah istirahat
Sukarelawan TD Sistolik TD Diastolik Tekanan Nadi RTA

Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata

Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata

Tabel II.4 Pengaruh posisi tubuh terhadap tekanan darah


Posisi sukarelawan Tekanan darah (mm Hg) Detak Jantung

Berbaring

Posisi segera setelah


berdiri

Posisi setelah 2 menit


berdiri

Tabel II.5 Pengaruh aktivitas terhadap tekanan darah


Sukarelawan TD Sistolik TD Diastolik Tekanan Nadi RTA

Saat istirahat

45
Setelah
beraktivitas
(berlari)

Nilai rata-rata
kelas saat
istirahat

Nilai rata-rata
kelas Setelah
beraktivitas
(berlari)

C. Percobaan Isolasi Otot Jantung


Masukkan gambar hasil pengamatan pada tabel berikut :

46
VII. Pembahasan
Tuliskan pembahasan Anda pada tabel berikut :

47
Dapat dilanjutkan ke halaman berikutnya

VIII. Kesimpulan
Tuliskan kesimpulan pada tabel berikut :

1. –

Lanjutkan

Daftar Pustaka
Pearce, E.C., 2011, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, PT.
Gramedia Pustaka Utama; Jakarta.
Allen, C. and Harper, V., 2009, Laboratory Manual for Anatomy and
Physiology Third Edition, Wiley, Inc; USA.
Kelly, Laurie, 2005, Essential of Human Physiology for Pharmacy, CRC
Press; USA.
Martini, F.H., Michael, J.T., and Robert, B.T., 2014, Human Anatomy
8th edition, Pearson; USA.

48
Pertanyaan :
1. Pada kondisi istirahat, bunyi jantung manakah yang lebih keras, LUBB
atau DUBB ? Jelaskan !
Jawab :

Referensi :

2. Apakah terjadi penurunan atau peningkatan detak jantung serta denyut


nadi segera setelah berlari ?
Jawab :

Referensi :

3. Apakah detak jantung dan denyut nadi sama nilainya saat istirahat dan
setelah berlari ?
Jawab :

Referensi :

4. Berapa lamakah waktu yang dibutuhkan untuk denyut nadi kembali

49
berdenyut seperti saat kondisi istirahat ?
Jawab :

Referensi :

5. Apakah lama siklus jantung mengalami peningkatan atau penurunan


segera setelah berlari ?
Jawab :

Referensi :

6. Mengapa nilai detak jantung dan denyut nadi berubah sesaat setelah
berlari ?
Jawab :

Referensi :

7. Mengapa nilai detak jantung sama dengan nilai denyut nadi, baik saat
kondisi istirahat dan setelah berlari ?

50
Jawab :

Referensi :

8. Faktor-faktor apakah yang dapat mempengaruhi waktu pemulihan


denyut nadi ?
Jawab :

Referensi :

9. Apakah terjadi perubahan nilai tekanan darah terhadap sukarelawan


saat dilakukan perubahan posisi ?
Jawab :

Referensi :

10. Apakah terjadi perubahan nilai detak jantung terhadap sukarelawan


saat dilakukan perubahan posisi ?
Jawab :

51
Referensi :

11. Jelaskan apa yang terjadi terhadap tekanan darah sukarelawan saat
dilakukan perubahan dari posisi berbaring menjadi berdiri. Mengapa hal
tersebut dapat terjadi ?
Jawab :

Referensi :

12. Apakah tekanan darah, tekanan nadi dan RTA mengalami penurunan
atau peningkatan nilai setelah beraktivitas ?
Jawab :

Referensi :

13. Jelaskan bagaimana tubuh mengubah tekanan darah saat kita


beraktivitas ?
Jawab :

52
Referensi :

14. Jelaskan mengapa tubuh mengubah tekanan darah saat kita


beraktivitas ?
Jawab :

Referensi :

LEMBAR PENILAIAN
TANGGAL PRAKTIKUM :

TANGGAL PENYERAHAN LAPORAN :

TOTAL NILAI
NILAI RESPONSI

NILAI KEHADIRAN

53
NILAI AKTIVITAS

NILAI HJSP

CATATAN :

TANDA TANGAN

MAHASISWA ASISTEN DOSEN

PERCOBAAN III

54
PANCAINDERA

I. Uraian Umum Percobaan


Pancaindra adalah organ-organ yang dikhususkan untuk menerima
rangsangan tertentu. Serabut saraf yang melayaninya merupakan alat
perantara yang membawa kesan rasa dari organ indra menuju otak,
tempat perasaan itu ditafsirkan. Beberapa kesan rasa timbul dari luar
seperti sentuhan, pengecapan, penglihatan, penciuman dan suara. Lainnya
timbul dari dalam, antara lain rasa lapar, haus dan sakit.

I.1 Indra Pengecap


Indera pengecap memberikan informasi kepada kita mengenai
makanan dan minuman yang kita konsumsi. Reseptor pengecap terletak
pada permukaan atas lidah dan bagian faring dan laring yang terletak
didekatnya. Reseptor pengecap dan sel-sel epitel yang khas membentuk
struktur sensoris yang dikenal sebagai kuncup kecap (taste bud).
Kuncup kecap merupakan organ sensoris intraepitel yang berfungsi
dalam persepsi rasa. Permukaan lidah dan bagian belakang rongga mulut
mengandung kira-kira 3000 kuncup kecap. Kuncup kecap merupakan
organ berbentuk bulat, lebih pucat dibandingkan dengan epitel
disekitarnya. Setiap kuncup kecap terdiri atas 40 reseptor pengecap
berbentuk silindris yang dikenal sebagai sel pengecap (gustatory cells)
dan sel-sel penyokong. Pada bagian ujung sel kecap yang menyempit
terdapat mikrovili, yang dikenal sebagai rambut pengecap (taste hairs)
yang berjalan menuju permukaan lidah melalui lubang pengecap (taste
pore).
Untuk tujuan analisis praktis pada indra indera
pengecap, berdasarkan kapabilitas reseptor maka dikategorikan sensasi
primer rasa, yaitu asam, asin, manis, pahit dan umami. Seseorang dapat
merasakan ratusan rasa yang berbeda.
Rasa asam, intensitas rasa asam setara dengan log konsentrasi ion

55
hidrogen. Semakin asam suatu makanan, rasa asam semakin kuat. Rasa
asin, asin didapat dari garam yang terionisasi, terutama konsentrasi kation
natrium. Rasa manis, tidak disebabkan oleh satu golongan senyawa kimia.
Beberapa jenis senyawa kimia yang menimbulkan rasa ini adalah gula,
glikol, alkohol, aldehid, keton, amida, ester, some amino acid, some small
proteins, asam sulfonat, asam terhalogenasi, dan garam anorganik, serta
berilium. Rasa pahit, seperti rasa yang lain, tidak disebabkan oleh satu
jenis senyawa kimia. Ada dua jenis substansi yang menimbulkan
rasa pahit yaitu senyawa organik rantai panjang yang mengandung
nitrogen serta alkaloid, misalnya obat-obat kuinin, kafein, strichnin dan
nikotin. Rasa umami berasal dari bahasa Jepang (artinya enak)
merupakan rasa yang disukai yang merupakan gabungan rasa asam, asin,
manis atau pahit. Umami merupakan rasa yang dominan pada makanan
yang mengandung L-glutamate, misalnya kaldu daging dan keju.

I.2 Indra Penciuman


Nervus olfaktorius atau saraf kranial pertama melayani ujung organ
penciuman. Serabut-serabut saraf ini timbul pada bagian atas selaput
lendir hidung yang dikenal sebagai bagian olfaktorik hidung.
Sel olfactory adalah sel reseptor untuk sensasi bau, yang merupakan
sel saraf bipolar dari sistem saraf pusat. Ada sekitar 100 juta sel olfactory
di epitel olfactory yang berselang seling diantara sustentacular cells.
Bagian akhir mukosa sel olfactory membentuk knob yang terdiri dari 4-25
olfactory hairs atau olfactory cilia dengan diameter 0,3 µm dan panjang
sampai 200 µm, menghasilkan mukus (disekresikan oleh kelenjar
Bowman’s) yang melapisi permukaan dalam rongga hidung.
Bagian sel olfactory yang merespon stimulus kimia adalah olfactory
cilia. Substansi berbau yang kontak dengan permukaan membran
olfactory menyebar ke mukus yang melapisi cilia. Kemudian berikatan
dengan protein reseptor dalam membran tiap cilia. Setiap protein reseptor
memiliki molekul panjang yang memiliki jalan melalui membran sekitar 7

56
kali, masuk dan keluar. Senyawa berbau berikatan dengan bagian protein
reseptor yang terlipat keluar. Bagian dalam lipatan protein bergabung
dengan socalled G-protein, yang merupakan kombinasi tiga subunit.
Saat terjadi eksitasi protein reseptor, subunit alfa lepas dari protein G
segera mengaktifkan adenylyl cyclase, yang disisipkan kedalam membran
siliar dekat sel reseptor. Siklase yang telah diaktifkan selanjutnya
mengkonversi banyak molekul adenosine triphosphate (ATP) intraseluler
menjadi cyclic adenosine monophosphate (cAMP). Akhirnya, cAMP ini
mengaktifkan membran protein lain yang paling dekat, kanal ion Ca, yang
membuka celah dan membiarkan sejumlah besar natrium mengalir
melalui membran masuk ke sitoplasma sel reseptor. Ion natrium
meningkatkan potensial elektrik kearah positif didalam membran sel, yang
menarik neuroan olfactory dan meneruskan potensial aksi ke sistem saraf
pusat melalui saraf olfactory

I.3 Indra Pendengaran


Telinga merupakan organ pendengaran sekaligus juga organ
keseimbangan. Telinga terdiri atas 3 bagian yaitu telinga luar, tengah dan
dalam. Secara histologi telinga merupakan struktur yang rumit dan halus
terdiri atas bagian tulang dan membran. Telinga terletak pada pars
perosus tulang timpani
Gelombang suara yang diterima oleh telinga luar di ubah menjadi
getaran mekanis oleh membran timpani. Getaran-getaran tersebut
selanjutnya diteruskan menuju inkus dan stapes, melalui malleus yang
terkait pada membrane itu. Karena gerakan-gerakan yang timbul pada
setiap tulang ini sendiri, maka tulang-tulang itu memperbesar getaran,
yang kemudian disalurkan melalui fenestra vestibuler menuju perilimfe.
Getaran perilimfe dialihkan melalui membrane menuju endolimfe dalam
saluran kokhlea, dan rangsangan mencapai ujung-ujung akhir saraf dalam
organ Corti, untuk kemudian diantarkan menuju otak oleh nervus
auditorius.
Nervus vestibularis yang tersebar hingga kanalis semisirkuleris,

57
mengantarkan impuls-impuls menuju otak. Impuls-impuls itu dibangkitkan
dalam kanal-kanal tadi, karena adanya perubahan kedudukan cairan dalam
kanal atau saluran-saluran itu. Hal ini mempunyai hubungan erat dengan
kesadaran kedudukan kepala terhadap badan. Apabila seseorang
sekonyong-konyong di sorong kea rah satu sisi, maka kepala itu
cenderung untuk miring kearah lain (berlawanan dengan arah badan yang
didorong) guna mempertahankan keseimbangan, berat badan diatur,
posisi berdiri dipertahankan, dan jatuhnya badan dapat dihindarkan.
Perubahan kedudukan cairan dalam saluran semisirkuler inilah yang
merangsang impuls, yang segera dijawab badan berupa gerak reflex, guna
memindahkan berat badan serta mempertahakan keseimbangan.

I.4 Indra Penglihatan


Mata merupakan organ fotosensoris yaitu organ yang menerima
rangsangan cahaya yang dilakukan mata yang paling sederhana tak lain
hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya adalah terang atau gelap.
Mata yang lebih kompleks dipergunakan untuk memberikan pengertian
visual. Fungsi mata adalah sebagai indera penglihatan yaitu untuk
nengatur cahaya yang masuk kedalam mata lalu dibiaskan sehingga dapat
melihat.
Organ mata manusia dibagi 2 yaitu organ dalam dan organ luar. Organ
luar terdiri dari bulu mata, alis mata dan kelopak mata. Adapun organ
dalam terdiri dari kornea, pupil, iris, lensa mata, retina dan saraf optic.
Mekanisme penglihatan yaitu cahaya masuk melintasi kornea, lensa,
dan beberapa struktur refraksi di dalam orbita. Cahaya kemudian
difokuskan oleh lensa ke bagian saraf mata yang sensitif terhadap cahaya
yaitu retina. Retina mengandung sel-sel batang dan kerucut yang akan
mengubah impuls cahaya menjadi impuls saraf. Setelah melintasi suatu
rangkaian lapisan sel saraf dan sel-sel penyokong informasi penglihatan
diteruskan oleh saraf optik ke otak untuk diproses.

I.5 Indra Peraba

58
Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari
pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan
terluas ukurannya, yaitu 15% dari berat tubuh dan luasnya 1,50 – 1,75 m².
Rata-rata tebal kulit 1–2 mm.
a. Ujung Saraf Bebas: Serat saraf sensorik aferen berakhir sebagai ujung
akhir saraf bebas pada banyak jaringan tubuh dan merupakan reseptor
sensorik utama dalam kulit.
Beberapa saraf berhubungan dengan jaringan epitel khusus. Pada
epidermis berhubungan dengan sel folikel rambut dan mukosa oral,
akhir saraf membentuk badan akhir seperti lempengan (diskus atau
korpuskel merkel). Telah dibuktikan bahwa beberapa diskus merkel
merespon rangsangan getaran dan juga resepor terhadap dingin.
b. bKorpuskulus Peraba (Meissner) terletak pada papila
dermis, khususnya pada ujung jari, bibir, puting dan genetalia.
Korpuskulus ini peka terhadap sentuhan dan memungkinkan
diskriminasi/ pembedaan dua titik (mampu membedakan rangsang
dua titik yang letaknya berdekatan).
c. Korpuskulus Berlamel (Vater Pacini): Korpuskulus berlamel (vater
pacini) ditemukan di jaringan subkutan pada telapak tangan, telapak
kaki, jari, puting, periosteum, mesenterium, tendo, ligamen dan
genetalia eksterna. Korpuskulus ini berfungsi untuk menerima
rangsangan tekanan yang dalam.
d. Korpuskulus Gelembung (Krause): Korpuskulus gelembung (krause)
ditemukan di daerah mukokutis (bibir dan genetalia eksterna), pada
dermis dan berhubungan dengan rambut. Korpuskel ini berguna
sebagai mekanoreseptor yang peka terhadap dingin.
e. Korpuskulus Ruffini: Korpuskulus ini ditemukan pada jaringan ikat
termasuk dermis dan kapsula sendi. Korpuskulus ini merupakan
mekanoreseptor, karena mirip dengan organ tendo golgi.\
f. Korpuskulus ini terdiri dari berkas kecil serat tendo (fasikuli intrafusal)
yang terbungkus dalam kapsula berlamela. Korpuskulus ini terangsang

59
oleh regangan atau kontraksi otot yang bersangkutan juga untuk
menerima rangsangan panas.

II. Daftar Pustaka


Pearce, E.C., 2011, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, PT.
Gramedia Pustaka Utama; Jakarta.
Allen, C. and Harper, V., 2009, Laboratory Manual for Anatomy and
Physiology Third Edition, Wiley, Inc; USA.
Kelly, Laurie, 2005, Essential of Human Physiology for Pharmacy, CRC
Press; USA.
Guyton, CA, 2006, Fisiologi Kedokteran Edisi 11, ECG; Jakarta
III. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi struktur anatomi dari lidah,
hidung, telinga, mata dan kulit.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi dari bagian-bagian organ
pada pancaindra.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh bau dan tekstur pada rasa.
4. Mahasiswa mampu menentukan waktu adaptasi dari reseptor
olfaktori.
5. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan untuk mengetahui
terjadinya ketulian.
6. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan visus dan buta warna.

IV. Alat dan Bahan


1. Penala berfrekuensi 256
2. Kapas untuk menyumbat telinga
3. Stopwatch
4. Cotton bud
5. Senter
6. Snellen chart
7. Ishihara’s Colour Blindness Test

60
8. Sarung tangan/alat penutup mata
9. Potongan wortel, pisang, apel, mentega, tomat dan keju
10. Minyak mawar
11. Minyak kayu putih
12. Minyak pepermint

26
V. Cara Kerja
A. Indra Pengecap
1. Jodohkanlah istilah pada Tabel IV.1 dengan bagian yang ditunjuk pada
Gambar IV.1
2. Subjek ditentukan untuk percobaan ini.
3. Potongan wortel, pisang, apel, mentega, tomat dan keju.
4. Sukarelawan diminta untuk menutup mata dan menutup hidung lalu
letakkan bahan uji ke lidah sukarelawan.
5. Sukarelawan diminta untuk mengidentifikasi makanan apa ada berada
dalam mulutnya dengan cara meraba makanan tersebut dengan lidah.
Jika jawaban benar, maka diberi tanda checklist pada Tabel IV.2 di
kolom tekstur.
6. Selanjutnya sukarelawan diminta untuk mengunyah makanan tersebut
guna mengidentifikasi apa yang ia makan. Jika jawaban benar, maka
diberi tanda checklist pada Tabel IV.2 di kolom tekstur dan rasa.
7. Selanjutnya sukarelawan diminta untuk membuka hidungnya dan
mengidentifikasi makanan dari baunya. Jika jawaban benar, maka diberi
tanda checklist pada Tabel IV.2 di kolom tekstur, rasa dan bau.
8. Diulangi percobaan ini pada bahan makanan yang lain.

B. Indra Penciuman
1. Jodohkanlah istilah pada Tabel IV.3 dengan bagian yang ditunjuk pada
Gambar IV.2
2. Sukarelawan ditutup matanya
3. Sukarelawan diminta membaui sampel, dan menyebutkan nama sampel
tersebut
4. Stopwatch dihidupkan bersamaan dengan sampel didekatkan ke hidung,
sampai sukarelawan tidak dapat membaui sampel tersebut.
5. Lima belas menit kemudian, sukarelawan tersebut mengulangi
percobaan diatas untuk mengetahui penurunan kepekaan

27
pembauannya.
6. Dicatat hasilnya pada Tabel IV.4

C. Indra Pendengaran
1. Jodohkanlah istilah pada Tabel IV.5 dengan bagian yang ditunjuk pada
Gambar IV.3
2. Pemeriksaan Cara Weber
a. Sukarelawan diminta duduk dengan posisi kepala tegak menghadap
ke depan.
b. Getarkan penala lalu diletakkan dibagian tengah jidat sukarelawan.
c. Sukarelawan ditanyakan apakah ia mendengar bunyi sama kerasnya di
dua telingnya.
d. Hasil dituliskan pada Tabel IV.6
e. Jika sukarelawan mendengar dengan keras di salah satu telinga saja,
maka kemungkinan ia mengalami ketulian unilateral. Perlu dilakukan
uji Rinne untuk mengetahui apakah kehilangan pendengarannya
termasuk tuli konduksi.
3. Pemeriksaan Cara Rinne
a. Getarkanlah penala (frekuensi 256) dengan cara memukulkan salah
satu ujung jarinya ke telapak tangan. Jangan sekali-kali
memukulkannya pada benda yang keras.
b. Tekanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah
satu telinga sukarelawan
c. Tanyakanlah kepada sukarelawan apakah ia mendengar bunyi penala
mendengung di telinga yang diperiksa, bila demikian sukarelawan
harus segera memberi tanda bila dengungan bunyi itu menghilang.
d. Pada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari processus
mastoideus sukarelawan dan kemudian ujung jari penala
ditempatkan sedekat-dekatnya di depan liang telinga yang sedang
diperiksa itu.
e. Catatlah hasil pemeriksaan Rinne sebagai berikut :

28
Positif : Bila sukarelawan masih mendengar dengungan secara
hantaran aerotimpanal.

D. Indra Penglihatan
1. Jodohkanlah istilah pada Tabel IV.8 dengan bagian yang ditunjuk pada
Gambar IV.5
2. Pemeriksaan visus
a. Menggunakan kartu Snellen dan penerangan cukup. Pasien didudukkan
jarak 6 meter, paling sedikit jarak 5 meter dari kartu Snellen. Kartu
Snellen di digantungkan sejajar setinggi / lebih tinggi dari mata pasien.
Pemeriksaan dimulai pada mata kanan terlebih dahulu, mata kiri ditutup.
Pasien disuruh membaca huruf SNELLEN dari baris paling atas ke
bawah. Hasil pemeriksaan dicatat, kemudian diulangi untuk mata
sebelahnya.
b. Hasil dapat sebagai berikut misal :
VOD (Visus oculuc dexter) 6/6
VOS (Visus oculuc sinister) 6/6
6/6 pasien dapat membaca seluruh huruf dideretan 6/6 pada snellen
chart
6/12 pasien bisa membaca sampai baris 6/12 pada snellen chart
6/30 pasien bisa membaca sampai baris 6/30 pada snellen chart
6/60 pasien bisa membaca barisan huruf 6/60 biasanya huruf yang
paling atas.
c. Visus yang tidak 5/5 atau yang tidak 6/6 dilakukan pemeriksaan
lanjutan dengan memakai try lens
Apabila tidak bisa membaca huruf Snellen pasien diminta menghitung
jari pemeriksa.
5/60 pasien bisa hitung jari pada jarak 5 meter
1/60 pasien bisa hitung jari pada jarak 1 meter.
d. Apabila pasien tidak bisa juga hitung jari, maka dilakukan pemeriksaan
selanjutnya dengan menilai gerakkan tangan didepan pasien dengan
latar belakang terang. Jika pasien dapat menentukan arah gerakan
tangan pada jarak 1 m, maka tajam penglihatan dicatat. VISUS 1/300

29
(Hand Movement/HM) kadang kala sudah perlu menentukan arah
proyeksinya. Jika tidak bisa melihat gerakan tangan dilakukan
penyinaran dengan penlight ke arah mata pasien. Apabila pasien dapat
mengenali saat disinari dan tidak disinari dari segala posisi
(nasal,temporal,atas,bawah) maka tajam penglihatan V = 1/ ~ proyeksi
baik (Light Perception/LP).
e. Jika tidak bisa menentukan arah sinar maka penilai an V = 1/ ~ (LP,
proyeksi salah) .
f. Jika sinar tidak bisa dikenali maka tajam penglihatan dinilai V= 0 (NLP).

3. Pemeriksaan buta warna menggunakan ishihara’s colour blindness


test
Petunjuk Pemakaian Buku Ishihara’s Colour Blindness Test 14 Plate
Plate No. Hasil
1 Subyek normal dan orang dengan kelemahan penglihatan
bisa mambacanya sebagai angka 12
2 Subyek normal akan membaca “8” dan subyek dengan
defisiensi merah-hijau akan membaca “3”
3 Subyek normal akan membaca “5” dan subyek dengan
defisiensi merah-hijau akan membaca “2”
4 Subyek normal akan membaca “29” dan subyek dengan
defisiensi merah-hijau akan membaca “70”
5 Subyek normal akan membaca “74” dan subyek dengan
defisiensi merah-hijau akan membaca “21”
6-7 Dapat diuraikan dengan benar oleh subyek normal, tetapi
tidak terbaca atau susah terbaca oleh subyek yang
defisiensi merah-hijau
8 Subyek normal membacanya sebagai angka “2” dengan
jelas. Subyek dengan defisiensi merah-hijau tidak bisa
membacanya dengan jelas/kabur.
9 Subyek normal dapat membacanya tetapi susah. Subyek
dengan defisiensi merah-hijau mudah membacanya sebagai
angka “2”
10 Subyek normal membacanya sebagai angka “16” tetapi

30
subyek defisiensi merah-hijau tidak bisa membacanya
11 Menelusuri garis bergelombang diantara 2 tanda X. Subyek
normal menelusuri garis hijau kebiruan. Subyek dengan
defisiensi merah-hijau tidak dapat menelusuri, atau
menelusuri garis yang berbeda dengan orang normal
12 Subyek normal dan subyek dengan defisiensi merah-hijau
dengan keparahan ringan membacanya sebagai angka “35”,
tetapi subyek dengan protanopia dan protanomalia hanya
bisa membaca “5” saja. Subyek deutranopia hanya bisa
membaca “3” saja
13 Subyek normal dan orang dengan defisiensi warna merah-
hijau ringan membacanya sebagai angka “96” tetapi subyek
protanopia dan protanomalia parah hanya dapat membaca
“6” saja. Subyek deutranopia dan deutranomalia berat hanya
dapat membaca angka “9”
14 Menelusuri garis bergelombang diantara 2 X. Subyek normal
menelusuri garis ungu dan merah.
Subyek protanomalia parah dan protanopia lebih mudah
menelusuri garis ungu
Subyek deutranopia dan deutranomalia hanya menelusuri
garis merah. Subyek dengan deutranomalia ringan dapat
menelusuri 2 garis tersebut, tetai garis merah lebih mudah
diikuti
ANALISIS Plate 1-11 : menilai normalitas atau kecacatan melihat
HASIL warna. Jika hanya 7 atau kurang dari 7 plate yang terbaca
normal maka terjadi defisiensi terhadap warna.
Berdasarkan hasil plate 9, hanya orang yang membaca
angka “2” dan membacanya lebih mudah daripada plate 8
dikatakan abnormal. Jika itu terjadi, tes dilanjutkan dengan
uji buta warna yang lain, misalnya anomaloskop
Buku Ishihara’s colour blind test disimpan di tempat tertutup, kecuali saat
dipakai, karena paparan cahaya matahari dapat mengaburkan warnanya.

VI. Hasil Pengamatan


A. Indra Pengecap

31
Gambar IV.1 Anatomi Lidah
Tabel IV.1 Anatomi Lidah
No Bagian Lidah
Papila Filiform
Papila Foliate
Papila Fungiform
Papila Valate

Tabel IV.2 Hubungan Tekstur dan Bau terhadap Rasa


Tekstur & Tekstur,
Makanan Tekstur
Rasa Rasa & Bau

Wortel

Pisang

32
Apel

Mentega

Tomat

Keju

B. Indra Penciuman

Gambar IV.2 Anatomi Hidung

Tabel IV.3 Anatomi Hidung


No Anatomi Hidung
Cribriform plate
Bulbus olfaktori/olfactory bulb
Olfactory tract
Rambut olfaktori/olfactory cilia
Saraf olfaktori
Sel reseptor olfaktori

33
Tabel IV.4 Hasil Percobaan Adaptasi Olfaktori
Waktu adaptasi I
Bau Waktu adaptasi II (detik)
(detik)

Minyak mawar

Minyak
peppermint

Minyak kayu
putih

C. Indra Pendengaran
Gambar IV.3 Anatomi Telinga

Tabel IV.5 Anatomi Telinga


No Anatomi Telinga
Tabung auditori
Aurikel
Kanal auditori eksternal
Telingan luar

34
Heliks
Inkus
Telinga tengah
Lobula
Telinga dalam
Maleus
Stapes
Timpani

Tabel IV.6 Hasil Percobaan dengan Metode Rinne


Metode Uji Hasil (Lingakri jawaban anda)

Uji Weber Bunyinya terdengar sama di kedua telinga =


pendengaran normal / kehilangan pendengaran yang
sama di kedua telinga.

Bunyi lebih keras di telinga kanan = tuli konduksi di


telinga kanan atau tuli sensorineural di telinga kiri

Bunyi lebih keras di telinga kiri = tuli konduksi di


telinga kiri atau tuli sensorineural di telinga kanan

Uji Rinne Tuli konduksi

Bukan tuli konduksi

35
D. Indra Penglihatan

Gambar IV.4 Anatomi Mata

(c) Struktur bola

Tabel IV.7 Anatomi Mata


No Anatomi Telinga
Gambar a dan b

36
Konjungtiva bulbar
Lipatan konjungtiva/conjungtiva fold
Konjungtiva palpebral
Kanal lakrimal
Kelenjar lakrimal
Kantung lakrimal
Duktus lakrimal
Gambar c
Koroid
Badan siliaris
Otot siliaris
Prosesus siliaris
Kornea
Iris
Ora serrata
Pupil
Retina
Sklera
sinus venosus sclera
Ligament suspensori

Tabel IV.8 Hasil Tes Visus dan Buta Warna


a. Visus
VOD VOS Hitung Jari HM

b. Tes buta warna

37
No. halaman No. No. No. halaman
yang terbaca halaman halaman tidak terbaca
jelas yang tidak salah baca
terbaca
jelas

38
VII. Pembahasan
Tuliskan pembahasan Anda pada tabel berikut :

39
Dapat dilanjutkan ke halaman berikutnya

VIII. Kesimpulan
Tuliskan kesimpulan pada tabel berikut :

1. –

Lanjutkan

Daftar Pustaka
Pearce, E.C., 2011, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, PT. Gramedia
Pustaka Utama; Jakarta.
Allen, C. and Harper, V., 2009, Laboratory Manual for Anatomy and
Physiology Third Edition, Wiley, Inc; USA.
Kelly, Laurie, 2005, Essential of Human Physiology for Pharmacy, CRC
Press; USA.
Martini, F.H., Michael, J.T., and Robert, B.T., 2014, Human Anatomy 8th
edition, Pearson; USA.

40
Pertanyaan :
1. Bagaimanakah hasil percobaan untuk indra penglihatan anda? Apakah
hasilnya normal? Jika tidak, jelaskan mengapa!
Jawab :

Referensi :

2. Mengapa saat pengujian mengunnakan metode Snellen anda harus


diberi jarak 6 meter dari kartunya?
Jawab :

Referensi :

3. Bandingkan berapa banyak yang bisa ditebak hanya dengan tekstur;


tekstur & rasa; tekstur, rasa & bau !
Jawab :

Referensi :

4. Jelaskan mengapa hal diatas bisa terjadi dan hubungannya!

41
Jawab :

Referensi :

5. Apakah sama waktu adaptasi pada masing-masing bau ? Mengapa ?


Jawab :

Referensi :

6. Apakah terjadi perbedaan waktu adaptasi antara percobaan pertama


dengan kedua ? Mengapa ? Jelaskan !
Jawab :

Referensi :

7. Bagaimanakah hasil pemeriksaan anda pada percobaan indra


pendengar ? Apaka hasilnya normal ? Jika tidak normal, jelaskan
mengapa ?
Jawab :

42
Referensi :

8. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tuli konduksi dan tuli


sensorineural ?
Jawab :

Referensi :

43
LEMBAR PENILAIAN
TANGGAL PRAKTIKUM :

TANGGAL PENYERAHAN LAPORAN :

TOTAL NILAI
NILAI RESPONSI

NILAI KEHADIRAN

NILAI AKTIVITAS

NILAI HJSP

CATATAN :

TANDA TANGAN

MAHASISWA ASISTEN DOSEN

44
PERCOBAAN IV
PEMBENTUKAN URIN & URINALISIS

I. Uraian Umum Percobaan


I.1. Proses Pembentukan Urin
Organ-organ yang terlibat dalam sistem urinari terdiri atas ginjal,
ureter, kandung kemih dan uretra. Urin akan dibentuk diginjal kemudian
akan dialirkan ke kandung kemih melalui ureter. Urin akan ditampung di
dalam kandung kemih hingga saatnya dieliminasi dai tubuh melalui uretra.
Urin diproduksi oleh 1.000.000 nefron disetiap ginjal sehingga
memungkinkan tubuh untuk menyingkirkan limbah metabolisme dari
darah dan mempertahankan homeostasis tubuh dengan cara mengatur
volume air, konsentrasi ion di darah dan pH darah.
Proses pembentukan urin dimulai dari filtrasi plasma di glomerulus.
Plasma yang berisi semua garam, glukosa, dan benda halus lainnya
disaring. Sel dan protein plasma terlalu besar untuk dapat menembus pori
saringan sehingga tetap tinggal dalam aliran darah.
Cairan yang tersaring disebut filtrat glomerulus lalu mengalir melalui

45
tubula renalis dan menyerap kembali bahan-bahan yang diperlukan tubuh
dan meningggalkan zat-zat yang tidak diperlukan. Proses reabsorpsi
kembali ini, sel dapat mengatur susunan urin di satu sisi dan susunan
darah di sisi sebaliknya. Dalam keadaan normal semua glukosa diabsorpsi
kembali; air sebagian besar
diabsorpsi kembali.
2. Fungsi korpus renal

Pada ginjal, darah disaring


melewati membran filtrasi ke
dalam rongga glomerulus. Filtrat
yang tersaring dari glomerulus
berisi semua komponen dari
plasma kecuali bahan-bahan
yang terlalu besar untuk melewati
pori-pori membran filtasi, seperti
sel darah, platelet dan sebagian
besar protein plasma. Tingkat
filtrasi di glomerulus ditentukan
oleh tekanan darah (tekanan
hidrostatik). Semakin besar
tekanan darah maka semakin
besar laju filtrasinya dan juga filtrat bergerak dengan tekanan
hidrostatik ke bagian awal tubulus renal yaitu tubulus konvulata
proksimal.

3. Fungsi tubulus konvulata proksimal

Tubulus konvulata proksimal merupakan situs utama reabsorpsi air


dan zat terlarut dari filtrat. Disini, zat-zat organik terlarut dan nutrient
(glukosa, asam amino, asam laktat, vitamin larut air) 100% akan
diserap kembali ; air, ion natrium, kalium 65% ; ion klorida 50% ; ion
bikarbonat 80-90%. Air mengikuti zat terlarut melalui mekanisme

46
osmosis.

Tubulus konvulata proksimal juga mengeluarkan ion hidrogen dan urea


(limbah nitrogen) ke dalam cairan tubular. Ion hidrogen ini membantu
dalam reabsorpsi ion bikarbonat. Karena jumlah air yang diserap
kembali sama dengan jumlah zat terlarut diserap (minus zat terlarut
yang disekresikan oleh tubulus).

4. Fungsi lengkung Henle

Filtrat yang tersisa kemudian berjalan melalui tubulus ginjal menuju


lengkung Henle descending yang mana permiabel terhadap air tapi
Gambar
tidak zat terlarut. Saat filtr at mengalir I.1 Struktur
melalui dan Fungsi
lengkung Henle
Nefron
descending menuju medula ginjal, kandungan zat terlarut yang tinggi
pada cairan interstitial di medula menyebabkan 15% air yang ikut
terfiltrasi akan direabsorpsi melalui osmosis. Hal ini menyebabkan
osmolaritas filtrat meningkat. Lengkung Henle ascending kedap
terhadap air tetapi permiabel terhadap zat terlarut. Oleh karena itu yang
terjadi sebaliknya pada bagian ini. Saat filtrat mengalir menuju korteks,
penurunan zat terlarut pada cairan interstitial menyebabkan reabsorpsi
dari Na+ dan Cl-. Osmolaritas filtrat menurun dan menjadi lebih encer
dibandingkan saat berada di tubulus konvulata proksimal

5. Fungsi tubulus konvulata distal

Saat filtrat memasuki tubulus konvulata distal yang terletak di korteks


ginjal, total 80% air telah diserap kembali ke dalam darah. Pada daerah
tubulus ini Na+ dan Cl akan diserap kembali ke dalam darah dan
sejumlah kecil air akan ikut terlarut dengan proses osmosis. Filtrat
pada tubulus ini lebih encer dibandingkan filtrat di tubulus konvulata
proksimal.

6. Fungsi tubulus distal akhir dan kandung kemih

Saat filtrat mencapai kandung kemih, 90-95% dari air dan zat terlarut

47
yang awalnya hadir dalam filtrat sebelumnya telah dihilangkan. Pada
bagian tubulus distal akhir dan kandung kemih, terjadi proses
tambahan yaitu reabsorpsi Na+ dan Cl- serta sekresi dari ion K+.
Reabsorpsi dan sekresi ini dipengaruhi oleh hormon ADH (anti diuretic
hormone) yang menentukan apakah urin yang diproduksi pekat atau
encer. Tingginya kadar ADH akan meningkatkan reabsorpsi air
sehingga menghasilkan urin yang pekat. Saat kadar ADH rendah, maka
urin yang dihasilkan akan lebih encer.

I.2. Urinalisis
Urinalisis adalah pengujian untuk menganalisis karakteristik fisik,
kimia dan mikroskopik dari urin, serta untuk menilai volume urin.
Karakteristik urin normal dapat dilihat pada tabel I.1 volume urin
bergantung pada kandungan air dalam tubuh dan berkurang saat volume
cairan tubuh rendah. ADH (anti diabetes hormone) disekresi oleh kelenjar
pituitari yang bekerja pada saluran pengumpul (collecting duct) untuk
merangsang reabsorpsi air dari filtrat. Jika volume cairan tubuh tinggi,
sekresi ADH dihambat sehingga saluran pengumpul tidak mereabsorpsi
air dari filtrat dan menyebabkan urin yang disekresikan menjadi lebih encer.
Berat jenis urin diperoleh dari berat volume urin dibagi dengan berat
volume yang sama dari akuades. Air seni atau urin akan memiliki berat per
volume yang lebih tinggi dibandingkan dengan akuades karena kehadiran
zat terlarut dalam urin. Semakin banyak zat terlarut dalam urin maka akan
semakin tinggi berat jenisnya.

Tabel I.1 Karakteristik Urin Normal


Karakteristik Keterangan

Volume 1 - 2 liter/24 jam

Warna Berwarna kuning atau amber; warna urin akan


terlihat lebih gelap pada urin terkonsentrasi

48
Turbiditas Transparan pada urin yang baru dikeluarkan, akan
berubah sedikit lebih keruh setelah dibiarkan
beberapa lama. Mikroba, nanah, sel-sel epitel dan
nanah dapat menyebabkan kekeruhan pada urin
segar.

Bau Aromatik saat masih baru ; berbau seperti amonia


setelah dibiarkan beberapa lama yang dikarenakan
pemecahan urea menjadi amonia oleh bakteri

Ph Rentang normal 4,6-8,0 dengan rata-rata 6,0; diet


tinggi protein akan menghasilkan urin dengan pH
asam ; diet vegetarian akan menghasilkan urin
dengan pH basa.

Berat jenis Rentang normal 1.001-1.035 ; berat jenis rendah


menandakan urin encer ; pada nilai yang lebih tinggi
menandakan urin pekat.

Glukosa ≤ 130 mg/dL

Keton negatif
Nitrit negatif
Leukosit esterase negatif
Bilirubin negatif
Urobilirubin 0,5-1 mg/dL
Protein ≤150 mg/dL
Sel darah putih 2-5 sel/lapang pandang
Sel darah merah ≤3 sel/lapang pandang
Sel epitel 15-20 sel/lapang pandang
skuamosa
Bakteri/jamur negatif

49
Urin normal mengandung 95% air dan 5% zat terlarut. Zat-zat terlarut
yang biasa ditemukan dalam urin normal antara lain elektrolit (natrium,
kalium, klorida dan ion-ion lain), urea (terbentuk dari pemecahan asam
amino), kreatinin (terbentuk dari pemecahan kreatinin fosfat), asam urat
(terbentuk dari pemecahan asam nukleat), produk akhir metabolisme
hormon dan zat lain. Meskipun obat tidak umum berada di urin, tetapi obat
bisa dieksresikan dalam urin jika hadir dalam aliran darah. Pada tabel I.2
memperlihatkan kandungan abnormal pada urin. Kehadiran zat-zat
tersebut dalam urin dapat menunjukkan adanya kelainan metabolisme
atau kelainan fungsi ginjal.

Tabel I.2 Karakteristik Urin Abnormal


Kandungan abnormal Penyakit dan penyebab

Glukosa Glukosuria dapat disebabkan karena penyakit


diabetes mellitus atau stres

Sel darah merah Hematuria disebabkan karena inflamasi, luka atau


tumor pada sistem urin

Sel darah putih Piuria disebabkan karena infeksi pada saluran kemih
atau ginjal

Albumin Albuminuria disebabkan meningkatnya permiabilitas


membran filtrasi karena tekanan darah tinggi, luka di
ginjal atau inflamasi.

Keton Ketonuria disebabkan karena ketosis, dimana


ketosis terjadi karena sel tidak memiliki cukup
glukosa untuk memecah asam lemak.

Mikroba Infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri atau


jamur yang menginfeksi saluran kemih

50
II. Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan selektifitas membran filtrasi pada
ginjal.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan efek tekanan hidrostatik pada laju
filtrasi.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan komposisi dan sifat urin normal.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan membandingkan dan
mengkarakterisasi antara urin yang normal dan abnormal.
5. Mahasiswa mampu menentukan nilai parameter urin sampel uji
kemudian menyimpulkan nilai tersebut normal atau tidak.

III. Hubungan Percobaan dalam Ilmu Kefarmasian


Obat-obatan diuretik dapat menyebabkan peningkatan pengeluaran
urin dan sangat berguna dalam pengobatan hipertensi. Perlu diketahui
bahwa hampir semua obat diuretik dapat meningkatkan eksresi air dan zat
-zat terlarut kecuali diuretik osmotik. Oleh karena itu pengetahuan
mengenai proses pembentukan urin dan urinalisis sangat diperlukan agar
mahasiwa lebih mudah memahami mekanisme obat-obat tersebut.

IV. Alat dan Bahan


a. Corong i. Stopwatch
b. Gelas kimia j. Label
c. Statis penjepit k. Urin praktikan
d. Tabung reaksi l. Kertas saring
e. Penjepit tabung m. Aquades
f. Rak tabung reaksi n. Tembaga sulfat
g. Lumpang dan alu o. Bubuk arang aktif
h. Batang pengaduk p. Urin tes strip 10 parameter

51
q. Urin pagi (1 kelompok 1 wadah golongan benzodiazepine (3/5
sekitar 100 ml) parameter)
r. Verify reagent strips for x. Piknometer
urinalysis 10 parameter y. Sentrifuge
s. Kertas lakmus
z. Obyekglass dan coverglass
t. Media agar untuk biakan bakteri
u. Media agar untuk biakan jamur aa. Mikroskop biasa

v. Tabung sentrifuge plastic ab. Timbangan digital


w. Reagent strips untuk obat

V. Cara Kerja
A. Pembentukan Urin

1. Lipat kertas saring hingga membentuk kerucut.

2. Tempatkan kertas saring di dalam corong dan tempatkan corong di


statis penjepit

3. Tempatkan gelas kimia di bawah corong

4. Aduk campuran larutan yang terdiri dari air, tembaga sulfat dan bubuk
arang.

5. Tuangkan campuran tadi ke dalam corong dan perhatikan zat apa saja
yang dapat melewati kertas saring

6. Saat laju cairan telah melambat dan tetesannya dapat dihitung, hitung
jumlah tetesan pada detik ke 15, 30, 45, 60, 90

7. Catatlah hasil pengamatan

B. Pemeriksaan 10 Parameter Urin

1. Praktikan yang dijadikan probandus, diminta untuk berpuasa selama 8


jam.

52
2. Stick untuk pemeriksaan diambil dari wadah, kemudian segera
dimasukkan ke sampel urin yang sudah dibawa

3. Siapkan tissue di meja

4. Stick yang masih basah diletakkan di atas tisu

5. Tunggu selama 60-120 detik

6. Baca hasil semikuantitatifnya menggunakan standar warna yang


tersedia di botol reagent strip

Parameter Prinsip pengujian


Glukosa Glukosa + O2 ----(glukosa peroksidase)-> asam
glukonat + H2O2
H2O2 + kromogen ----(peroksidase)--> kromogen
teroksidasi + H2O

Protein Protein + tetrabromfenol biru didapar dengan


asam pH 3 atau tetraklorofenol
tetrabromosulfoftalein hijau/biru tergantung
kadar proteinnya. Jika negatif kuning
Bilirubin Bilirubin + garam diazonium (suasana asam)
warna azobilirubin
Urobilinogen Mirip prinsip reaksi bilirubin. Timbul warna
merah azo dari senyawa diazonium
Ph Indikator mengandung metal merah dan
bromtimol biru sehingga memungkinkan
perubahan warna dari jingga, hijau, sampai biru
pada daerah 5-9.
Berat jenis Konsentrasi ion dalam urin akan mengubah
warna reagen dari biru ke hijau kekuningan
Darah Berdasarkan aktivitas pseudoperoksidatif
hemoglobin yang mengkatalisis reaksi dari
dispropil benzene dihidroperoksid dan 3,3’,5,5’-
tetrabenzilbenzidin sehingga muncul warna
jingga sampai hijau
Keton Pemeriksaan keton dengan pereaksi

26
nitroprussida berdasarkan prinsip tes lugol, yaitu
dalam suasana basa, asam asetoasetat akan
bereaksi dengan Na nitroprussida menghasilkan
warna ungu
Nitrit Nitrit bereaksi dengan benzokinolin pada pH
asam menghasilkan warna merah azo
Leukosit Leukosit esterase dalam urin dapat
menghidrolisa indoxyl ester. Cincin aromatik
dalam alkohol (indoxyl) akan berpasangan
dengan haram diazonium membentuk zat warna
diazo

C. Percobaan Sedimen Urin


Urin terdiri dari 95% air dan sekitar 5% zat terlarut. Zat terlarut terdiri dari
sel-sel darah, sel-sel mati, sel-sel epitel, silinder, kristal, jamur, dan bakteri.
Zat-zat terlarut tercampur sempurna dalam urin sehingga hanya terlihat
keruh saja. Untuk memisahkan sedimen, diperlukan sentrifugasi dengan
kecepatan tinggi. Cara kerjanya adalah sebagai berikut :
1. Sampel urin (±20 mL) dimasukkan ke dalam pot urin
2. Periksa kejernihan dan warna spesimen urin
3. Urin dikocok di dalam pot urin supaya bila ada sedimen akan tercampur
rata
4. Sebanyak 10 mL urin dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge dan
disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 2000 rpm
5. Bagian cair dibuang, kemudian bagian sedimen dikocok kembali agar
sedimen tercampur rata
6. Sebanyak satu tetes sedimen ditaruh di sebelah kanan dan satu tetes
lagi di sebelah kiri kaca obyek. Masing-masing ditutup dengan kaca
penutup
7. Sediaan diamati di bawah mikroskop, mula-mula dengan perbesaran
obyektif 10X, kemudian dengan pembesaran obyektif 20 atau 40x
8. Hasil pemeriksaan yang dilaporkan:

27
a. Makroskopis: Warna (Normal kuning muda sampai kuning
jernih/keruh)
b. Mikroskopis: Tulis sesuai sedimen urin yang ditemukan (sel epitel,
eritrosit, leukosit, silinder, kristal, jamur, trikomonas)

D. Pemeriksaan Bakteri dan Jamur pada Urin


1. Disiapkan media agar pertumbuhan bakteri dan jamur. Metode yang
digunakan adalah metode sumuran agar. Satu sampel diuji triplo
dalam satu cawan petri. Satu cawan petri bisa digunakan untuk
maksimal 6 sumuran. Satu sumuran diisi 50 mikroliter urin.
2. Untuk media bakteri, selanjutnya diinkubasi dalam inkubator dengan
suhu 37oC selama 24 jam
3. Untuk media jamur, diinkubasi di suhu ruangan selama 48 jam
4. Diamati ada atau tidaknya pertumbuhan bakteri/jamur

E. Percobaan Pengukuran pH Urin


Kertas lakmus merah dicelupkan ke dalam urin. Selanjutnya
dilakukan pengamatan perubahan warna, dan selanjutnya
dibandingkan dengan warna standar yang ada pada kemasan kertas
lakmus.

F. Pengukuran Bobot Jenis


1. Timbang piknometer kosong
2. Isi dengan aquadest, kemudian ditimbang
3. Timbang piknometer kosong
4. Isi dengan urin, kemudian ditimbang
5. Hitung bobot jenis urin dengan membandingkan berat urin:berat
aquadest

Data yang didapat dibandingkan dengan nilai parameter normal, kemudian


disimpulkan urin sampel normal atau tidak.

28
G. Percobaan Deteksi Obat di Dalam Urin
1. Urin ditaruh didalam pot urin
2. Reagent strip dicelupkan kedalam urin sampai semua indikator
terbasahi
3. Keringkan di atas tissue
4. Amati perubahan warna indicator
5. Hasil dibaca menggunakan standar warna yang ada pada kemasan
reagent strip

VI. Pengamatan Hasil Percobaan


A. Percobaan Pembentukan urin
Hasil Pengamatan Filtrasi Urin
Dari hasil percobaan filtrasi urin terlihat bahwa :
dapat melewati kertas saring

tidak dapat melewati kertas saring

Tabel I.1 hasil pengamatan filtrasi urin


Waktu (detik) Jumlah Tetesan

15

30

45

60

90

B. Hasil Percobaan Urinalisis


Tabel I.2 Hasil Pengamatan Urinalisis
Pengujian Uji 1 Uji 2 Uji 3 Uji 4 Uji 5 Uji 6

29
Warna
Turbiditas
pH
Glukosa
Protein
Nitrit
Leukosit
Keton
Urobilinogen
Bilirubin
Darah
*Beri tanda (stabilo) pada hasil yang abnormal

C. Hasil Percobaan Sedimentasi Urin

Pengamatan Makroskopik

Tempelkan foto pada kolom ini dan

beri keterangan

Pengamatan Mikroskopik

Tempelkan foto pada kolom ini dan

beri keterangan

D. Hasil Percobaan Pemeriksan Bakteri dan Jamur

Pengamatan Bakter

30
Tempelkan foto pada kolom ini dan

beri keterangan

Pengamatan Jamur

Tempelkan foto pada kolom ini dan

beri keterangan

E. Hasil Pengamatan Pengukuran Bobot Jenis

Nomor Sampel Uji Kontrol (Aquadest)

F. Hasil Pengamatan Deteksi Obat

Nomor Sampel Uji Kontrol (Aquadest)

31
32
VII. Pembahasan
Tuliskan pembahasan Anda pada tabel berikut :

33
Dapat dilanjutkan ke halaman berikutnya

VIII. Kesimpulan
Tuliskan kesimpulan pada tabel berikut :

2. –

Lanjutkan

Daftar Pustaka
Pearce, E.C., 2011, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, PT. Gramedia
Pustaka Utama; Jakarta.
Allen, C. and Harper, V., 2009, Laboratory Manual for Anatomy and
Physiology Third Edition, Wiley, Inc; USA.
Kelly, Laurie, 2005, Essential of Human Physiology for Pharmacy, CRC
Press; USA.
Martini, F.H., Michael, J.T., and Robert, B.T., 2014, Human Anatomy 8th
edition, Pearson; USA.

34
Pertanyaan :
1. Saat melakukan pengamatan apakah terjadi perubahan laju filtrasi
seiring berjalannya waktu? Mengapa hal tersebut dapat terjadi?
Jawab :

Referensi :

2. Apakah yang dapat mempengaruhi laju filtrasi!


Jawab :

Referensi :

3. Struktur sel apakah yang diwakili oleh kertas saring!


Jawab :

Referensi :

4. Identifikasi dan bandingkan subtansi-subtansi yang tidak terfiltrasi pada


percobaan ini dengan subtansi yang tidak terfiltrasi pada ginjal!
Jawab :

35
Referensi :

5. Mengapa ada subtansi yang dapat terfiltrasi dan ada yang tidak?
Jawab :

Referensi :

6. Apa saja zat-zat terlarut yang ada dalam urin dan bagaimana proses
keluarnya zat terlarut tersebut?
Jawab :

Referensi :

7. Jika ada gula dan protein yang terdeteksi dalam urin, apa yang mungkin
terjadi pada orang tersebut?
Jawab :

36
Referensi :

8. Jika ada pertumbuhan bakteri dan jamur pada urin, kondisi apa yang
mungkin terjadi?
Jawab :

Referensi :

37
LEMBAR PENILAIAN
TANGGAL PRAKTIKUM :

TANGGAL PENYERAHAN LAPORAN :

TOTAL NILAI
NILAI RESPONSI

NILAI KEHADIRAN

NILAI AKTIVITAS

NILAI HJSP

CATATAN :

TANDA TANGAN

MAHASISWA ASISTEN DOSEN

38
39

Anda mungkin juga menyukai