Penuntun FAAL 2 (2017)
Penuntun FAAL 2 (2017)
TIM PENYUSUN :
Dr. niken indriyanti, s.si.,m.si.,apt
HAJRAH, S.FARM.,M.SI.,APT
MUKTI PRIASTOMO, S.FARM.,M.SI.,APT
Erwin samsul, S.FARM.,M.SI.,APT
DATA PRIBADI
FOTO
NAMA :
NIM :
PRODI :
JURUSAN :
SEMESTER :
KELAS :
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami haturkan kepada Alloh SWT dengan segala
limpahan Rahmat yang diberikan sehingga penuntun ini dapat
terselesaikan.
Penuntun ini merupakan pedoman kerja praktikum Anatomi dan
Fisiologi Manusia II untuk Program Studi Sarjana (S1) Fakultas Farmasi
Universitas Mulawarman Angkatan 2017.
Penuntun ini juga berisi bagian dari laporan hasil sehingga segala hal
akan dicatatkan langsung pada buku ini.
Besar harapan kami, agar penuntun ini dapat digunakan dengan baik
dan dapat mengefisienskan pekerjaan mahasiswa dalam hal melaporkan
hasil praktikum di Laboratorium.
Kedepannya, perbaikan akan terus dilakukan sesuai dengan
perkembangan keilmuan dan semoga penuntun ini bermanfaat untuk
semua. Aamiin.
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Biodata Diri ii
Daftar isi iv
Peraturan Praktikum v
Percobaan 1 Urinalisis 1
Percobaan 4 Pancaindera 47
iv
PERATURAN PRAKTIKUM
Praktikan
1. Praktikan adalah Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman
yang sedang memprogramkan Mata Kuliah / Praktikum Anatomi dan
Fisiologi Manusia II.
Asisten praktikum
Kegiatan Praktikum
v
1. Praktikan diwajibkan melaksanakan seluruh kegiatan praktikum
(KEHADIRAN 100%)
vi
c. Adapun Nilai Pelaksanaan praktikum dibagi menjadi beberapa
bagian penilaian, yaitu : Responsi (10%), Kehadiran (25%), Aktivitas
Praktikum (35%) dan Hasil Jawaban Soal Praktikum (30%)
vii
PETUNJUK UMUM
viii
sampel darah, atau hewan mati, perlu dibungkus plastik untuk
selanjutnya di insinerasi (diabukan) atau di kubur.
b. Ketepatan
Ketepatan yang harus diperhatikan :
Ketepatan dalam
menimbang
Ketepatan dalam mengukur volume larutan, suspensi atau
sediaan obat lain yang akan diberikan.
Ketepatan dalam menentukan dosis obat yang akan
diberikan.
Ketepatan cara pemberian
obat. c. Pengamatan
Percobaan akan memberikan hasil yang baik jika pengamatan
dilakukan secara layak dan setiap perubahan yang terjadi harus
segera dicatat.
ix
8. Hewan harus diperlakukan manusiawi, nyaman dan tidak depresi,
untuk itu maka jari tangan praktikan dilarang menggunakan kuku
panjang, yang menyulitkan cara memegang hewan serta
menghindari kontaminan kutu dan virus hewan bagi praktikan
9. Peserta praktikum tidak boleh meninggalkan laboratorium selama
praktikum berlangsung, kecuali dengan ijin khusus dari pembimbing
praktikum. Hanya seorang praktikan dari suatu kelompok yang
diperbolehkan meninggalkan laboratorium.
10. Rombongan praktikum akan dibagi menjadi kelompok-kelompok,
setiap kelompok bertanggung jawab atas peralatan yang dipakai,
dan percobaan yang dilakukan. Dalam semua percobaan, perlu
adanya pembagian tugas dalam suatu kelompok, misalnya:
sebagian, menyiapkan alat-alat dan obat-obatan, mencatat dosis
yang digunakan dan menetapkan kadar obat dalam sampel biologis.
Sebagian lain, menyiapkan binatang percobaan dan memberikan
obat pada binatang tersebut, sisanya melakukan pengamatan dan
mencatat hasil pengamat.
11. Praktikan diharuskan mencatat hasil percobaan dan di
tandatangani oleh masing-masing asisten pada setiap akhir
percobaan.
12. Beberapa percobaan hanya diperlukan hasil tiap kelompok, lainnya
memerlukan hasil-hasil dari kelompok lain untuk dihitung secara
statistik.
13. Setiap kerusakan atau gangguan harus dilaporkan secepatnya.
14. Sebelum mulai percobaan, alat-alat yang diperlukan dicek.
15. Binatang percobaan diperlakukan dengan kasih sayang. Hal ini akan
membantu praktikum dalam melakukan percobaan, dan
mengurangi pengaruh yang tidak dikehendaki yang disebabkan
karena takut dan sebagainya. Binatang jangan disakiti.
16. Pada awal atau akhir praktikum akan diadakan responsi dan adanya
responsi ulang atas dasar kebijakan dari pembimbing praktikum
x
atau asisten praktikum.
xi
PERCOBAAN I
HORMON ENDOKRIN
52
Gambar II.1. Organ dan Jaringan pada Sistem Endokrin
53
berjumlah sekitar 2 juta dan sekresinya sangat penting untuk kehidupan
kita. Anatomi dari pankreas dapat dilihat pada gambar II.2.
54
4. Sel F menghasilkan hormon polipeptida pankreas (PP). PP
menghambat kontraksi kandung empedu dan mengatur produksi
beberapa enzim pankreas. Hal ini juga dapat membantu
mengendalikan tingkat penyerapan nutrisi oleh saluran pencernaan.
55
mengaktifkan enzim yang terlibat dalam glikolisis.
3. Menstimulasi formasi glikogen (otot rangka dan sel hati). Glukosa
yang berlebih akan memasuki sel-sel ini dan disimpan sebagai
glikogen.
4. Menstimulasi penyerapan asam amino dan sintesis protein.
5. Menstimulasi formasi trigliserida di jaringan adiposa. Insulin
merangsang penyerapan asam lemak dan gliserol oleh adiposit, yang
menyimpan senyawa ini sebagai trigliserida. Adiposit juga
meningkatkan penyerapan glukosa, dan kelebihan glukosa digunakan
dalam sintesis trigliserida tambahan.
56
Sel alfa pankreas dan sel beta secara terus-menerus memonitor
kadar glukosa darah. Sel-sel ini akan mengeluarkan glukagon dan insulin
tanpa instruksi dari sistem endokrin atau sistem saraf. Namun karena sel
alfa dan sel beta sangat sensitif terhadap perubahan kadar glukosa darah,
hormon apapun yang dapat mempengaruhi kadar glukosa darah makaa
secara tidak langsung dapat mempengaruhi produksi insulin ataupun
glukagon. Aktivitas otonom juga mempengaruhi produksi insulin: stimulasi
parasimpatis meningkatkan pelepasan insulin, hal sebaliknya terjadi jika
saraf simpatik distimulasi.
Meningkatkan laju
transport glukosa ke
dalam sel target
Meningkatkan laju
penggunaan glukosa
dan pembangunan
Gambar II.3.Pengaturan Kadar Glukosa Darah
Meningkatkan
perubahan glukosa
menjadi glikogen
Meningkatkan
absorpsi asam amino
dan sintesis protein
Sel β Meningkatkan sintesis
Sekresi trigliserida di jaringan
Insulin adiposa
HOMEOSTASIS
PULIH
HOMEOSTASIS Kadar glukosa
TERGANGGU darah menurun
Kadar glukosa
darah naik
HOMEOSTASIS
Kadar glukosa
darah normal
(70 – 110
mg/dL)
HOMEOSTASIS
TERGANGGU
HOMEOSTASIS
Kadar glukosa
PULIH
darah turun
Kadar glukosa
darah meningkat
57
Sel β
Sekresi
glukagon
Meningkatkan
pemecahan glikogen
Nama : Nahwa Aulia Kartika Sari
Kelas : A2 S1 2017
Nim : 1713015117
Kelompok :2
II. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kelenjar endokrin pada alat
peraga
2. Mahasiswa mampu menjelaskan hormon-hormon yang dihasilkan
setiap kelenjar beserta kegunaannya.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh insulin endogen dalam
mengembalikan homeostasis tubuh terhadap glukosa
4. Sampel darah diteteskan pada strip yang telah dipasang pada alat
glukosameter dan ditunggu selama 12 detik, hingga terbaca
kadar glukosa darah pada alat, darah diambil kembali untuk
menentukan kadar glukosa awal (t0)
5. Pengambilan darah dilakukan pada menit 15, 30, 45 dan 60, terhitung
dari awal pemberian glukosa.
Meningkatkan
pengeluaran fosfor oleh
7. Kelenjar paratiroid Paratiroid gnjaldan meningkatkan
penyerapan kalsium
oleh tulang
Mempengaruhi sistem
imun tubuh dengan
8. Timus Thymosin merangsang limfosit
dalam tubuh dan
lainnya.
a. Esterogen a. Mempengaruhi
b. Progesteron tanda-tada kelamin
sekunder pada
wanita.
b. Mempersiapkan
uterus untuk proses
9. Ovarium pembuahan yang
mana hal ini juga
mempengaruhi
siklus haid/mens
saat tidak terjadi
pembuahan.
Mempengaruhi
timbulnya tanda-tanda
kelamin sekunder pria
10. Testis Testosteron
serta proses pembuatan
hingga pematangan
sperma.
Daftar Pustaka
Pearce, E.C., 2011, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, PT.
Gramedia Pustaka Utama; Jakarta.
(Manurung.2017)
Referensi:
Manurung, Nixon., dkk. 2017. Asuhan Keperawatan Sistem Endokrin
dilengkapi Mind Mapping dan Asuhan Keperawatan Nanda
Nic Noc. Yogyakarta: Deepublish Publisher.
TOTAL NILAI
NILAI RESPONSI
NILAI KEHADIRAN
NILAI AKTIVITAS
NILAI HJSP
CATATAN :
TANDA TANGAN
MAHASISWA ASISTEN DOSEN
PERCOBAAN II
48
DETAK JANTUNG DAN TEKANAN DARAH
49
Gambar II.2 Struktur katup jantung
50
(kontraksi) atrial serta ventrikular dan diastol (relaksasi) atrial serta
ventrikular. Denyut nadi adalah getaran/denyut darah di dalam pembuluh
darah arteri akibat kontraksi ventrikel. Denyut nadi umumnya dapat
diraba/dirasakan pada arteri radialis atau arteri karotis. Nilai antara detak
jantung dan denyut nadi tidaklah selalu sama tetapi mendekati.
Satu siklus jantung terdiri dari satu periode sistol (kontraksi dan
pengosongan isi) dan diastol (relaksasi dan pengisian jantung). Lama
waktu satu siklus jantung dapat dihitung dengan cara membagi detak
jantung (detak jantung/menit) dengan 60 detik. Meskipun siklus jantung
bervariasi tergantung detak jantung, lama waktu sistol tetap sama (0,4
detik), hanya lama diastol saja yang bisa berubah.
51
LUBB, bunyinya lebih lama dan keras dibandingkan bunyi kedua DUBB
yang terdengar segera setelah bunyi pertama. Bunyi pertama (S1)
disebabkan turbulensi darah karena penutupan kedua katup AV saat sistol
ventrikel. Bunyi kedua (S2) terjadi saat diastol ventrikel dimana kedua
katup semilunar sedang tertutup. Bunyi yang akan anda dengar seperti ini
‘LUBB-DUBB, berhenti…. LUBB-DUBB, berhenti. Perlu diingat bahwa dua
bunyi ini setara dengan satu detak jantung.
52
tekanan darah antara pembuluh darah pulmonalis dan atrium kiri
menyebabkan darah mengalir melalui sirkulasi pulmonar.
Dengan terjadinnya kontraksi pada setiap ventrikel, tekanan darah
berfluktuasi di pembuluh darah arteri besar (contoh : aorta, arteri
pulmonalis dan arteri otot). Tekanan darah saat sistol ventrikel/Tekanan
Darah Sistol tekanannya lebih tinggi jika dibandingkan dengan tekanan
darah saat diastol ventrikel/Tekanan Darah Diastol. Fluktuasi tekanan
darah ini hilang pada arterioles dan terjadi fluktuasi yang kecil atau tidak
sama sekali pada pembuluh darah kapiler dan vena.Gradien tekanan darah
antara vena dan atrium kanan sangat rendah dan membuat aliran darah di
pembuluh vena sulit untuk mengatasi gravitasi.
Satuan dari tekanan darah arteri adalah milimeter merkuri (mmHg)
dan dapat dihitung dengan menggunakan spigmomanometer, atau
tensimeter yang dapat digunkan untuk mengukur tekanan darah sistolik
serta diastolik di pembuluh darah arteri besar. Secara klinik, arteri brakial
umumnya digunakan untuk pengukuran ini.
Alat ini dalam penggunaannya digabung dengan manset pneumatic.
Bagian manset dapat dipompa dengan pompa tangan kecil dengan cara
ditekan, di dalam sistem ditunjukan oleh pengukur tekanan gauge. Manset
dipompa dengan tekanan yang lebih besar dari tekanan darah dalam
pembuluh darah yang berhubungan dengan tangan. Tekanan ini
melemahkan arteri dan menghentikan aliran darah ke lengan. Tekanan di
dalam manset perlahan-lahan diturunkan dengan menggunakan katub
buang aliran pada pompa tangan, suatu angka akan diperoleh yakni saat
tekanan manset dan tekanan tertinggi (tekanan pembuluh darah systilic)
adalah sama. Pada tekanan sedikit lebih rendah di bawah ukuran ini
tekanan pembuluh darah tertinggi melebihi tekanan manset dan darah
dapat menyembur melalui bagian pembuluh darah tangan yang ditekan.
Penyemburan darah ini menghasilkan gerak putar dan arteri menimbulkan
bunyi yang dikenal sebagai suara “korotkoff” bunyi ini biasanya dideteksi
dengan stetoskop yang ditempatkan diatas pembuluh darah tangan.
53
Tekanan didalam manset selanjutnya menurun, suara korotkoff masih
berlanjut hingga tercapai suatu angka hal mana tidak dihasilkan lagi gerak
putar lanjutan yakni tidak adaa penyempitan dalam pembuluh darah.
Meskipun terdapat nilai rentang normal tekanan darah, namun
umumnya nilai tekanan darah sistolik normal dinyatakan sebesar 120 mm
Hg dan tekanan darah diastolic normal adalah 80 mm Hg atau biasa ditulis
dengan angka 120/80 mm Hg.
Tekanan darah vena juga dapat diukur secara langsung
menggunakan pressure transducer yang dimasukkan ke dalam pembuluh
darah vena. Rata-rata tekanan darah vena sebesar 16 mm Hg.
II. Tujuan
1. Mengetahui gambaran jantung normal dan otot jantung yang
merupakan pusat pengendali aktivitas jantung
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh latihan pada siklus jantung.
3. Mahasiswa mampu menggambarkan hubungan antara bunyi jantung,
denyut nadi detak jantung menggunakan metode auskultasi.
4. Mahasiswa mampu menghitung tekanan darah pada saat istirahat dan
54
latihan.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana latihan dan posisi tubuh
dapat mempengaruhi tekanan darah.
V. Cara Kerja
A. Siklus Jantung
1. Ditentukan denyut nadi mana yang akan digunakan dalam percobaan
55
ini (Gunakan jari telunjuk dan jari tengah untuk meraba denyutnya).
4. Ulangi perhitungan denyut nadi setiap satu menit hingga nadi kembali
berdenyut seperti kondisi semula. Catat waktu pemulihan denyut nadi :
menit.
6. Hitunglah detak jantung dan nadi per menitnya pada saat berlari
dengan cara mengalikan detak jantung serta nadi 15 detik dikalikan 4.
Catatlah pada Tabel II.1.
60 detik
= lama 1 siklus jantung dalam detik
detak jantung/menit
9. Bersihkan dan rapikan kembali alat dan bahan yang telah digunakan.
40
B. Bunyi Jantung
1. Disiapkan stestoskop dan dibersihkan bagian bell serta earpieces
menggunakan alkohol 70%, lalu biarkan mengering.
2. Diletakkan earpieces di telinga dan secara lembut ketuk bagian bell
untuk memastikan bahwa anda dapat mendengar suaranya.
3. Dilakukan auskultasi pada katup mitral (lihat Gambar II.3) untuk
mendengar bunyi jantung pertama (S1/LUBB) dan pada katup aorta
(lihat Gambar II.3) untuk mendengar bunyi jantung kedua (S2/DUBB).
C. Tekanan Darah
1. Disiapkan stestoskop dan spigmomanometer.
2. Sukarelawan diminta untuk duduk dan beristirahat selama 5 menit
sebelum dilakukan pengukuran tekanan darah.
3. Diukur tekanan darah sukarelawan (cara penggunaan
spigmomanometer akan diperagakan oleh dosen/asisten
laboratorium).
4. Catat tekanan darah yang diperoleh pada Tabel II.3
5. Manset dikempiskan dan sukarelawan diminta untuk beristarahat
selama 2 menit lalu diukur kembali tekanan darahnya. Data yang
diperoleh dicatat pada Tabel II.3
6. Hitunglah tekanan nadi dan rata-rata tekanan arteri. Tekanan nadi
adalah nilai perbedaan antara tekanan darah sistol dan diastol.
Semakin besar nilai tekanan nadi menandakan bahwa semakin besar
volume darah yang dikeluarkan oleh ventrikel. Adapun Rata-rata
tekanan arteri (RTA) adalah tekanan darah rata-rata selama satu siklus
jantung. Tekanan nadi = tekanan sistolik – tekanan diastolik. Hasil
dicatat pada Tabel II.3
41
Tekanan nadi
RTA = tekanan darah diastol +
3
7. Diamati efek posisi tubuh terhadap tekanan darah dan detak jantung.
Hasil dicatat pada Tabel II.4.
8. Diamati efek aktivitas (berlari) terhadap tekanan darah. Sukarelawan
diminta untuk berdiri dan beristirahat selama 2 menit lalu diukur
tekanan darahnya. Selanjutnya sukarelawan diminta untuk berlari
selama 5 menit dan setelah itu segera diperiksa tekanan darahnya.
Hasil dicatat pada Tabel II.5.
42
g. Masing-masing dengan konsentrasi 0,004 mg/mL. Pada volume akhir
(campuran) pH nya 6,8.
h. Jaringan di-stir selama 45 menit pada suhu ruangan ± 20oC untuk
menghasilkan relaksasi otot jantung secara maksimal.
i. Pemisahan thick filament dilakukan dengan cara:
1.) Mengambil jaringan jantung
2.) Diinkubasi di dalam droplet elastase murni dari larutan stok dengan
konsentrasi 2 mg/mL
2. Pewarnaan negatif
Sebanyak 5 mL alikuot suspense filament diinkubasi selama 30 detik
dalam carbon film (ketebalan 5-7 nm) didukung dengan copper grids 600
mesh. Grids dicuci dengan 5 tetes rinsing solution (50 mM KAc, 1 mM
MgAc, 1 mM EGTA, 1 mM ATP, 1 mM
DTT, and 2 mM imidazole buffer, pH 6.8). Kemudian, dilakukan pewarnaan
negatif dengan uranil asetat 1% yang mengandung gliserol 0,025% selama
30 detik, selanjutnya di blow dried. Gliserol membantu menyebarkan
spesimen.
Selanjutnya, thick filament diamati dengan perbesaran 50.000-120.000
menggunakan mikroskop elektron. Tampilan yang akan didapat adalah:
43
VI. Pengamatan Hasil Percobaan
A. Percobaan Detak Jantung
Tabel II.1 Detak jantung dan denyut nadi
Nama sukarelawan :
Jenis kelamin :
Denyut dalam
Aktivitas Denyut/menit
15 detik
Siklus jantung
Sistol
44
Diastol
Berbaring
Saat istirahat
45
Setelah
beraktivitas
(berlari)
Nilai rata-rata
kelas saat
istirahat
Nilai rata-rata
kelas Setelah
beraktivitas
(berlari)
46
VII. Pembahasan
Tuliskan pembahasan Anda pada tabel berikut :
47
Dapat dilanjutkan ke halaman berikutnya
VIII. Kesimpulan
Tuliskan kesimpulan pada tabel berikut :
1. –
Lanjutkan
Daftar Pustaka
Pearce, E.C., 2011, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, PT.
Gramedia Pustaka Utama; Jakarta.
Allen, C. and Harper, V., 2009, Laboratory Manual for Anatomy and
Physiology Third Edition, Wiley, Inc; USA.
Kelly, Laurie, 2005, Essential of Human Physiology for Pharmacy, CRC
Press; USA.
Martini, F.H., Michael, J.T., and Robert, B.T., 2014, Human Anatomy
8th edition, Pearson; USA.
48
Pertanyaan :
1. Pada kondisi istirahat, bunyi jantung manakah yang lebih keras, LUBB
atau DUBB ? Jelaskan !
Jawab :
Referensi :
Referensi :
3. Apakah detak jantung dan denyut nadi sama nilainya saat istirahat dan
setelah berlari ?
Jawab :
Referensi :
49
berdenyut seperti saat kondisi istirahat ?
Jawab :
Referensi :
Referensi :
6. Mengapa nilai detak jantung dan denyut nadi berubah sesaat setelah
berlari ?
Jawab :
Referensi :
7. Mengapa nilai detak jantung sama dengan nilai denyut nadi, baik saat
kondisi istirahat dan setelah berlari ?
50
Jawab :
Referensi :
Referensi :
Referensi :
51
Referensi :
11. Jelaskan apa yang terjadi terhadap tekanan darah sukarelawan saat
dilakukan perubahan dari posisi berbaring menjadi berdiri. Mengapa hal
tersebut dapat terjadi ?
Jawab :
Referensi :
12. Apakah tekanan darah, tekanan nadi dan RTA mengalami penurunan
atau peningkatan nilai setelah beraktivitas ?
Jawab :
Referensi :
52
Referensi :
Referensi :
LEMBAR PENILAIAN
TANGGAL PRAKTIKUM :
TOTAL NILAI
NILAI RESPONSI
NILAI KEHADIRAN
53
NILAI AKTIVITAS
NILAI HJSP
CATATAN :
TANDA TANGAN
PERCOBAAN III
54
PANCAINDERA
55
hidrogen. Semakin asam suatu makanan, rasa asam semakin kuat. Rasa
asin, asin didapat dari garam yang terionisasi, terutama konsentrasi kation
natrium. Rasa manis, tidak disebabkan oleh satu golongan senyawa kimia.
Beberapa jenis senyawa kimia yang menimbulkan rasa ini adalah gula,
glikol, alkohol, aldehid, keton, amida, ester, some amino acid, some small
proteins, asam sulfonat, asam terhalogenasi, dan garam anorganik, serta
berilium. Rasa pahit, seperti rasa yang lain, tidak disebabkan oleh satu
jenis senyawa kimia. Ada dua jenis substansi yang menimbulkan
rasa pahit yaitu senyawa organik rantai panjang yang mengandung
nitrogen serta alkaloid, misalnya obat-obat kuinin, kafein, strichnin dan
nikotin. Rasa umami berasal dari bahasa Jepang (artinya enak)
merupakan rasa yang disukai yang merupakan gabungan rasa asam, asin,
manis atau pahit. Umami merupakan rasa yang dominan pada makanan
yang mengandung L-glutamate, misalnya kaldu daging dan keju.
56
kali, masuk dan keluar. Senyawa berbau berikatan dengan bagian protein
reseptor yang terlipat keluar. Bagian dalam lipatan protein bergabung
dengan socalled G-protein, yang merupakan kombinasi tiga subunit.
Saat terjadi eksitasi protein reseptor, subunit alfa lepas dari protein G
segera mengaktifkan adenylyl cyclase, yang disisipkan kedalam membran
siliar dekat sel reseptor. Siklase yang telah diaktifkan selanjutnya
mengkonversi banyak molekul adenosine triphosphate (ATP) intraseluler
menjadi cyclic adenosine monophosphate (cAMP). Akhirnya, cAMP ini
mengaktifkan membran protein lain yang paling dekat, kanal ion Ca, yang
membuka celah dan membiarkan sejumlah besar natrium mengalir
melalui membran masuk ke sitoplasma sel reseptor. Ion natrium
meningkatkan potensial elektrik kearah positif didalam membran sel, yang
menarik neuroan olfactory dan meneruskan potensial aksi ke sistem saraf
pusat melalui saraf olfactory
57
mengantarkan impuls-impuls menuju otak. Impuls-impuls itu dibangkitkan
dalam kanal-kanal tadi, karena adanya perubahan kedudukan cairan dalam
kanal atau saluran-saluran itu. Hal ini mempunyai hubungan erat dengan
kesadaran kedudukan kepala terhadap badan. Apabila seseorang
sekonyong-konyong di sorong kea rah satu sisi, maka kepala itu
cenderung untuk miring kearah lain (berlawanan dengan arah badan yang
didorong) guna mempertahankan keseimbangan, berat badan diatur,
posisi berdiri dipertahankan, dan jatuhnya badan dapat dihindarkan.
Perubahan kedudukan cairan dalam saluran semisirkuler inilah yang
merangsang impuls, yang segera dijawab badan berupa gerak reflex, guna
memindahkan berat badan serta mempertahakan keseimbangan.
58
Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari
pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan
terluas ukurannya, yaitu 15% dari berat tubuh dan luasnya 1,50 – 1,75 m².
Rata-rata tebal kulit 1–2 mm.
a. Ujung Saraf Bebas: Serat saraf sensorik aferen berakhir sebagai ujung
akhir saraf bebas pada banyak jaringan tubuh dan merupakan reseptor
sensorik utama dalam kulit.
Beberapa saraf berhubungan dengan jaringan epitel khusus. Pada
epidermis berhubungan dengan sel folikel rambut dan mukosa oral,
akhir saraf membentuk badan akhir seperti lempengan (diskus atau
korpuskel merkel). Telah dibuktikan bahwa beberapa diskus merkel
merespon rangsangan getaran dan juga resepor terhadap dingin.
b. bKorpuskulus Peraba (Meissner) terletak pada papila
dermis, khususnya pada ujung jari, bibir, puting dan genetalia.
Korpuskulus ini peka terhadap sentuhan dan memungkinkan
diskriminasi/ pembedaan dua titik (mampu membedakan rangsang
dua titik yang letaknya berdekatan).
c. Korpuskulus Berlamel (Vater Pacini): Korpuskulus berlamel (vater
pacini) ditemukan di jaringan subkutan pada telapak tangan, telapak
kaki, jari, puting, periosteum, mesenterium, tendo, ligamen dan
genetalia eksterna. Korpuskulus ini berfungsi untuk menerima
rangsangan tekanan yang dalam.
d. Korpuskulus Gelembung (Krause): Korpuskulus gelembung (krause)
ditemukan di daerah mukokutis (bibir dan genetalia eksterna), pada
dermis dan berhubungan dengan rambut. Korpuskel ini berguna
sebagai mekanoreseptor yang peka terhadap dingin.
e. Korpuskulus Ruffini: Korpuskulus ini ditemukan pada jaringan ikat
termasuk dermis dan kapsula sendi. Korpuskulus ini merupakan
mekanoreseptor, karena mirip dengan organ tendo golgi.\
f. Korpuskulus ini terdiri dari berkas kecil serat tendo (fasikuli intrafusal)
yang terbungkus dalam kapsula berlamela. Korpuskulus ini terangsang
59
oleh regangan atau kontraksi otot yang bersangkutan juga untuk
menerima rangsangan panas.
60
8. Sarung tangan/alat penutup mata
9. Potongan wortel, pisang, apel, mentega, tomat dan keju
10. Minyak mawar
11. Minyak kayu putih
12. Minyak pepermint
26
V. Cara Kerja
A. Indra Pengecap
1. Jodohkanlah istilah pada Tabel IV.1 dengan bagian yang ditunjuk pada
Gambar IV.1
2. Subjek ditentukan untuk percobaan ini.
3. Potongan wortel, pisang, apel, mentega, tomat dan keju.
4. Sukarelawan diminta untuk menutup mata dan menutup hidung lalu
letakkan bahan uji ke lidah sukarelawan.
5. Sukarelawan diminta untuk mengidentifikasi makanan apa ada berada
dalam mulutnya dengan cara meraba makanan tersebut dengan lidah.
Jika jawaban benar, maka diberi tanda checklist pada Tabel IV.2 di
kolom tekstur.
6. Selanjutnya sukarelawan diminta untuk mengunyah makanan tersebut
guna mengidentifikasi apa yang ia makan. Jika jawaban benar, maka
diberi tanda checklist pada Tabel IV.2 di kolom tekstur dan rasa.
7. Selanjutnya sukarelawan diminta untuk membuka hidungnya dan
mengidentifikasi makanan dari baunya. Jika jawaban benar, maka diberi
tanda checklist pada Tabel IV.2 di kolom tekstur, rasa dan bau.
8. Diulangi percobaan ini pada bahan makanan yang lain.
B. Indra Penciuman
1. Jodohkanlah istilah pada Tabel IV.3 dengan bagian yang ditunjuk pada
Gambar IV.2
2. Sukarelawan ditutup matanya
3. Sukarelawan diminta membaui sampel, dan menyebutkan nama sampel
tersebut
4. Stopwatch dihidupkan bersamaan dengan sampel didekatkan ke hidung,
sampai sukarelawan tidak dapat membaui sampel tersebut.
5. Lima belas menit kemudian, sukarelawan tersebut mengulangi
percobaan diatas untuk mengetahui penurunan kepekaan
27
pembauannya.
6. Dicatat hasilnya pada Tabel IV.4
C. Indra Pendengaran
1. Jodohkanlah istilah pada Tabel IV.5 dengan bagian yang ditunjuk pada
Gambar IV.3
2. Pemeriksaan Cara Weber
a. Sukarelawan diminta duduk dengan posisi kepala tegak menghadap
ke depan.
b. Getarkan penala lalu diletakkan dibagian tengah jidat sukarelawan.
c. Sukarelawan ditanyakan apakah ia mendengar bunyi sama kerasnya di
dua telingnya.
d. Hasil dituliskan pada Tabel IV.6
e. Jika sukarelawan mendengar dengan keras di salah satu telinga saja,
maka kemungkinan ia mengalami ketulian unilateral. Perlu dilakukan
uji Rinne untuk mengetahui apakah kehilangan pendengarannya
termasuk tuli konduksi.
3. Pemeriksaan Cara Rinne
a. Getarkanlah penala (frekuensi 256) dengan cara memukulkan salah
satu ujung jarinya ke telapak tangan. Jangan sekali-kali
memukulkannya pada benda yang keras.
b. Tekanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah
satu telinga sukarelawan
c. Tanyakanlah kepada sukarelawan apakah ia mendengar bunyi penala
mendengung di telinga yang diperiksa, bila demikian sukarelawan
harus segera memberi tanda bila dengungan bunyi itu menghilang.
d. Pada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari processus
mastoideus sukarelawan dan kemudian ujung jari penala
ditempatkan sedekat-dekatnya di depan liang telinga yang sedang
diperiksa itu.
e. Catatlah hasil pemeriksaan Rinne sebagai berikut :
28
Positif : Bila sukarelawan masih mendengar dengungan secara
hantaran aerotimpanal.
D. Indra Penglihatan
1. Jodohkanlah istilah pada Tabel IV.8 dengan bagian yang ditunjuk pada
Gambar IV.5
2. Pemeriksaan visus
a. Menggunakan kartu Snellen dan penerangan cukup. Pasien didudukkan
jarak 6 meter, paling sedikit jarak 5 meter dari kartu Snellen. Kartu
Snellen di digantungkan sejajar setinggi / lebih tinggi dari mata pasien.
Pemeriksaan dimulai pada mata kanan terlebih dahulu, mata kiri ditutup.
Pasien disuruh membaca huruf SNELLEN dari baris paling atas ke
bawah. Hasil pemeriksaan dicatat, kemudian diulangi untuk mata
sebelahnya.
b. Hasil dapat sebagai berikut misal :
VOD (Visus oculuc dexter) 6/6
VOS (Visus oculuc sinister) 6/6
6/6 pasien dapat membaca seluruh huruf dideretan 6/6 pada snellen
chart
6/12 pasien bisa membaca sampai baris 6/12 pada snellen chart
6/30 pasien bisa membaca sampai baris 6/30 pada snellen chart
6/60 pasien bisa membaca barisan huruf 6/60 biasanya huruf yang
paling atas.
c. Visus yang tidak 5/5 atau yang tidak 6/6 dilakukan pemeriksaan
lanjutan dengan memakai try lens
Apabila tidak bisa membaca huruf Snellen pasien diminta menghitung
jari pemeriksa.
5/60 pasien bisa hitung jari pada jarak 5 meter
1/60 pasien bisa hitung jari pada jarak 1 meter.
d. Apabila pasien tidak bisa juga hitung jari, maka dilakukan pemeriksaan
selanjutnya dengan menilai gerakkan tangan didepan pasien dengan
latar belakang terang. Jika pasien dapat menentukan arah gerakan
tangan pada jarak 1 m, maka tajam penglihatan dicatat. VISUS 1/300
29
(Hand Movement/HM) kadang kala sudah perlu menentukan arah
proyeksinya. Jika tidak bisa melihat gerakan tangan dilakukan
penyinaran dengan penlight ke arah mata pasien. Apabila pasien dapat
mengenali saat disinari dan tidak disinari dari segala posisi
(nasal,temporal,atas,bawah) maka tajam penglihatan V = 1/ ~ proyeksi
baik (Light Perception/LP).
e. Jika tidak bisa menentukan arah sinar maka penilai an V = 1/ ~ (LP,
proyeksi salah) .
f. Jika sinar tidak bisa dikenali maka tajam penglihatan dinilai V= 0 (NLP).
30
subyek defisiensi merah-hijau tidak bisa membacanya
11 Menelusuri garis bergelombang diantara 2 tanda X. Subyek
normal menelusuri garis hijau kebiruan. Subyek dengan
defisiensi merah-hijau tidak dapat menelusuri, atau
menelusuri garis yang berbeda dengan orang normal
12 Subyek normal dan subyek dengan defisiensi merah-hijau
dengan keparahan ringan membacanya sebagai angka “35”,
tetapi subyek dengan protanopia dan protanomalia hanya
bisa membaca “5” saja. Subyek deutranopia hanya bisa
membaca “3” saja
13 Subyek normal dan orang dengan defisiensi warna merah-
hijau ringan membacanya sebagai angka “96” tetapi subyek
protanopia dan protanomalia parah hanya dapat membaca
“6” saja. Subyek deutranopia dan deutranomalia berat hanya
dapat membaca angka “9”
14 Menelusuri garis bergelombang diantara 2 X. Subyek normal
menelusuri garis ungu dan merah.
Subyek protanomalia parah dan protanopia lebih mudah
menelusuri garis ungu
Subyek deutranopia dan deutranomalia hanya menelusuri
garis merah. Subyek dengan deutranomalia ringan dapat
menelusuri 2 garis tersebut, tetai garis merah lebih mudah
diikuti
ANALISIS Plate 1-11 : menilai normalitas atau kecacatan melihat
HASIL warna. Jika hanya 7 atau kurang dari 7 plate yang terbaca
normal maka terjadi defisiensi terhadap warna.
Berdasarkan hasil plate 9, hanya orang yang membaca
angka “2” dan membacanya lebih mudah daripada plate 8
dikatakan abnormal. Jika itu terjadi, tes dilanjutkan dengan
uji buta warna yang lain, misalnya anomaloskop
Buku Ishihara’s colour blind test disimpan di tempat tertutup, kecuali saat
dipakai, karena paparan cahaya matahari dapat mengaburkan warnanya.
31
Gambar IV.1 Anatomi Lidah
Tabel IV.1 Anatomi Lidah
No Bagian Lidah
Papila Filiform
Papila Foliate
Papila Fungiform
Papila Valate
Wortel
Pisang
32
Apel
Mentega
Tomat
Keju
B. Indra Penciuman
33
Tabel IV.4 Hasil Percobaan Adaptasi Olfaktori
Waktu adaptasi I
Bau Waktu adaptasi II (detik)
(detik)
Minyak mawar
Minyak
peppermint
Minyak kayu
putih
C. Indra Pendengaran
Gambar IV.3 Anatomi Telinga
34
Heliks
Inkus
Telinga tengah
Lobula
Telinga dalam
Maleus
Stapes
Timpani
35
D. Indra Penglihatan
36
Konjungtiva bulbar
Lipatan konjungtiva/conjungtiva fold
Konjungtiva palpebral
Kanal lakrimal
Kelenjar lakrimal
Kantung lakrimal
Duktus lakrimal
Gambar c
Koroid
Badan siliaris
Otot siliaris
Prosesus siliaris
Kornea
Iris
Ora serrata
Pupil
Retina
Sklera
sinus venosus sclera
Ligament suspensori
37
No. halaman No. No. No. halaman
yang terbaca halaman halaman tidak terbaca
jelas yang tidak salah baca
terbaca
jelas
38
VII. Pembahasan
Tuliskan pembahasan Anda pada tabel berikut :
39
Dapat dilanjutkan ke halaman berikutnya
VIII. Kesimpulan
Tuliskan kesimpulan pada tabel berikut :
1. –
Lanjutkan
Daftar Pustaka
Pearce, E.C., 2011, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, PT. Gramedia
Pustaka Utama; Jakarta.
Allen, C. and Harper, V., 2009, Laboratory Manual for Anatomy and
Physiology Third Edition, Wiley, Inc; USA.
Kelly, Laurie, 2005, Essential of Human Physiology for Pharmacy, CRC
Press; USA.
Martini, F.H., Michael, J.T., and Robert, B.T., 2014, Human Anatomy 8th
edition, Pearson; USA.
40
Pertanyaan :
1. Bagaimanakah hasil percobaan untuk indra penglihatan anda? Apakah
hasilnya normal? Jika tidak, jelaskan mengapa!
Jawab :
Referensi :
Referensi :
Referensi :
41
Jawab :
Referensi :
Referensi :
Referensi :
42
Referensi :
Referensi :
43
LEMBAR PENILAIAN
TANGGAL PRAKTIKUM :
TOTAL NILAI
NILAI RESPONSI
NILAI KEHADIRAN
NILAI AKTIVITAS
NILAI HJSP
CATATAN :
TANDA TANGAN
44
PERCOBAAN IV
PEMBENTUKAN URIN & URINALISIS
45
tubula renalis dan menyerap kembali bahan-bahan yang diperlukan tubuh
dan meningggalkan zat-zat yang tidak diperlukan. Proses reabsorpsi
kembali ini, sel dapat mengatur susunan urin di satu sisi dan susunan
darah di sisi sebaliknya. Dalam keadaan normal semua glukosa diabsorpsi
kembali; air sebagian besar
diabsorpsi kembali.
2. Fungsi korpus renal
46
osmosis.
Saat filtrat mencapai kandung kemih, 90-95% dari air dan zat terlarut
47
yang awalnya hadir dalam filtrat sebelumnya telah dihilangkan. Pada
bagian tubulus distal akhir dan kandung kemih, terjadi proses
tambahan yaitu reabsorpsi Na+ dan Cl- serta sekresi dari ion K+.
Reabsorpsi dan sekresi ini dipengaruhi oleh hormon ADH (anti diuretic
hormone) yang menentukan apakah urin yang diproduksi pekat atau
encer. Tingginya kadar ADH akan meningkatkan reabsorpsi air
sehingga menghasilkan urin yang pekat. Saat kadar ADH rendah, maka
urin yang dihasilkan akan lebih encer.
I.2. Urinalisis
Urinalisis adalah pengujian untuk menganalisis karakteristik fisik,
kimia dan mikroskopik dari urin, serta untuk menilai volume urin.
Karakteristik urin normal dapat dilihat pada tabel I.1 volume urin
bergantung pada kandungan air dalam tubuh dan berkurang saat volume
cairan tubuh rendah. ADH (anti diabetes hormone) disekresi oleh kelenjar
pituitari yang bekerja pada saluran pengumpul (collecting duct) untuk
merangsang reabsorpsi air dari filtrat. Jika volume cairan tubuh tinggi,
sekresi ADH dihambat sehingga saluran pengumpul tidak mereabsorpsi
air dari filtrat dan menyebabkan urin yang disekresikan menjadi lebih encer.
Berat jenis urin diperoleh dari berat volume urin dibagi dengan berat
volume yang sama dari akuades. Air seni atau urin akan memiliki berat per
volume yang lebih tinggi dibandingkan dengan akuades karena kehadiran
zat terlarut dalam urin. Semakin banyak zat terlarut dalam urin maka akan
semakin tinggi berat jenisnya.
48
Turbiditas Transparan pada urin yang baru dikeluarkan, akan
berubah sedikit lebih keruh setelah dibiarkan
beberapa lama. Mikroba, nanah, sel-sel epitel dan
nanah dapat menyebabkan kekeruhan pada urin
segar.
Keton negatif
Nitrit negatif
Leukosit esterase negatif
Bilirubin negatif
Urobilirubin 0,5-1 mg/dL
Protein ≤150 mg/dL
Sel darah putih 2-5 sel/lapang pandang
Sel darah merah ≤3 sel/lapang pandang
Sel epitel 15-20 sel/lapang pandang
skuamosa
Bakteri/jamur negatif
49
Urin normal mengandung 95% air dan 5% zat terlarut. Zat-zat terlarut
yang biasa ditemukan dalam urin normal antara lain elektrolit (natrium,
kalium, klorida dan ion-ion lain), urea (terbentuk dari pemecahan asam
amino), kreatinin (terbentuk dari pemecahan kreatinin fosfat), asam urat
(terbentuk dari pemecahan asam nukleat), produk akhir metabolisme
hormon dan zat lain. Meskipun obat tidak umum berada di urin, tetapi obat
bisa dieksresikan dalam urin jika hadir dalam aliran darah. Pada tabel I.2
memperlihatkan kandungan abnormal pada urin. Kehadiran zat-zat
tersebut dalam urin dapat menunjukkan adanya kelainan metabolisme
atau kelainan fungsi ginjal.
Sel darah putih Piuria disebabkan karena infeksi pada saluran kemih
atau ginjal
50
II. Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan selektifitas membran filtrasi pada
ginjal.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan efek tekanan hidrostatik pada laju
filtrasi.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan komposisi dan sifat urin normal.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan membandingkan dan
mengkarakterisasi antara urin yang normal dan abnormal.
5. Mahasiswa mampu menentukan nilai parameter urin sampel uji
kemudian menyimpulkan nilai tersebut normal atau tidak.
51
q. Urin pagi (1 kelompok 1 wadah golongan benzodiazepine (3/5
sekitar 100 ml) parameter)
r. Verify reagent strips for x. Piknometer
urinalysis 10 parameter y. Sentrifuge
s. Kertas lakmus
z. Obyekglass dan coverglass
t. Media agar untuk biakan bakteri
u. Media agar untuk biakan jamur aa. Mikroskop biasa
V. Cara Kerja
A. Pembentukan Urin
4. Aduk campuran larutan yang terdiri dari air, tembaga sulfat dan bubuk
arang.
5. Tuangkan campuran tadi ke dalam corong dan perhatikan zat apa saja
yang dapat melewati kertas saring
6. Saat laju cairan telah melambat dan tetesannya dapat dihitung, hitung
jumlah tetesan pada detik ke 15, 30, 45, 60, 90
52
2. Stick untuk pemeriksaan diambil dari wadah, kemudian segera
dimasukkan ke sampel urin yang sudah dibawa
26
nitroprussida berdasarkan prinsip tes lugol, yaitu
dalam suasana basa, asam asetoasetat akan
bereaksi dengan Na nitroprussida menghasilkan
warna ungu
Nitrit Nitrit bereaksi dengan benzokinolin pada pH
asam menghasilkan warna merah azo
Leukosit Leukosit esterase dalam urin dapat
menghidrolisa indoxyl ester. Cincin aromatik
dalam alkohol (indoxyl) akan berpasangan
dengan haram diazonium membentuk zat warna
diazo
27
a. Makroskopis: Warna (Normal kuning muda sampai kuning
jernih/keruh)
b. Mikroskopis: Tulis sesuai sedimen urin yang ditemukan (sel epitel,
eritrosit, leukosit, silinder, kristal, jamur, trikomonas)
28
G. Percobaan Deteksi Obat di Dalam Urin
1. Urin ditaruh didalam pot urin
2. Reagent strip dicelupkan kedalam urin sampai semua indikator
terbasahi
3. Keringkan di atas tissue
4. Amati perubahan warna indicator
5. Hasil dibaca menggunakan standar warna yang ada pada kemasan
reagent strip
15
30
45
60
90
29
Warna
Turbiditas
pH
Glukosa
Protein
Nitrit
Leukosit
Keton
Urobilinogen
Bilirubin
Darah
*Beri tanda (stabilo) pada hasil yang abnormal
Pengamatan Makroskopik
beri keterangan
Pengamatan Mikroskopik
beri keterangan
Pengamatan Bakter
30
Tempelkan foto pada kolom ini dan
beri keterangan
Pengamatan Jamur
beri keterangan
31
32
VII. Pembahasan
Tuliskan pembahasan Anda pada tabel berikut :
33
Dapat dilanjutkan ke halaman berikutnya
VIII. Kesimpulan
Tuliskan kesimpulan pada tabel berikut :
2. –
Lanjutkan
Daftar Pustaka
Pearce, E.C., 2011, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, PT. Gramedia
Pustaka Utama; Jakarta.
Allen, C. and Harper, V., 2009, Laboratory Manual for Anatomy and
Physiology Third Edition, Wiley, Inc; USA.
Kelly, Laurie, 2005, Essential of Human Physiology for Pharmacy, CRC
Press; USA.
Martini, F.H., Michael, J.T., and Robert, B.T., 2014, Human Anatomy 8th
edition, Pearson; USA.
34
Pertanyaan :
1. Saat melakukan pengamatan apakah terjadi perubahan laju filtrasi
seiring berjalannya waktu? Mengapa hal tersebut dapat terjadi?
Jawab :
Referensi :
Referensi :
Referensi :
35
Referensi :
5. Mengapa ada subtansi yang dapat terfiltrasi dan ada yang tidak?
Jawab :
Referensi :
6. Apa saja zat-zat terlarut yang ada dalam urin dan bagaimana proses
keluarnya zat terlarut tersebut?
Jawab :
Referensi :
7. Jika ada gula dan protein yang terdeteksi dalam urin, apa yang mungkin
terjadi pada orang tersebut?
Jawab :
36
Referensi :
8. Jika ada pertumbuhan bakteri dan jamur pada urin, kondisi apa yang
mungkin terjadi?
Jawab :
Referensi :
37
LEMBAR PENILAIAN
TANGGAL PRAKTIKUM :
TOTAL NILAI
NILAI RESPONSI
NILAI KEHADIRAN
NILAI AKTIVITAS
NILAI HJSP
CATATAN :
TANDA TANGAN
38
39