BAB I
PENDAHULUAN
merupakan racun bagi tubuh jika digunakan tidak pada dosisnya atau kegunaannya.
Oleh karena itu, obat memiliki prosedur dan proses pembuatan tersendiri agar aman
untuk dikonsumsi dan dapat memberikan efek terapi yang diinginkan. Begitu
Indonesia, WHO dan negara-negara diseluruh dunia pun membuat berbagai acuan
, standar dan persyaratan mengenai obat, salah satunya mengenai pembuatan obat.
CPOB ( Cara Pembuatan Obat yang Baik ) merupakan salah satu persyaratan
berkembang menjadi suatu sediaan yang dapat membantu manusia mengurangi atau
dimilikinya.
2
Industri farmasi sebagai produsen obat mempunyai peranan yang besar terhadap
kemajuan tersebut. Dibalik semua itu, proses pembuatan dan pengawasan mutu
obat yang dihasilkan dan semua itu kembali lagi kepada CPOB sebagai persyaratan
memberikan ilmu pengetahuan sebagai aspek teoritis yang memadai. Hal ini
dimaksudkan agar ahli madya farmasi tersebut dapat menerapkan ilmunya dengan
baik sehingga siap terjun dan mampu bersaing dalam dunia kerja di bidang industri
farmasi. Agar dapat menghasilkan tenaga farmasi yang berkualitas, aspek teoritis
yang telah didapat selama perkuliahan harus didukung oleh aspek praktek.
Praktek Kerja Lapangan ( PKL ), salah satunya di PT. Supra Ferbindo Farma yang
telah menerapkan CPOB merupakan salah satu industri farmasi yang mempunyai
peranan yang sangat penting dalam upaya peningkatan derajat kesehatan nasional.
lapangan.
obat dan menganalisa obat dengan baik, serta penyimpanan barang farmasi.
PKL dilaksanakan di PT. Supra Ferbindo Farma yang berlokasi di East Jakarta
Industrial Park Plot 8 J Lemah Abang, Cikarang ,Bekasi 17550 pada tanggal 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Industri Farmasi atau obat merupakan campuran yang kompleks dan terdiri dari
rasional.
Dalam pengertian luas, industri farmasi meliputi semua orang yang terlibat atau
yang dibutuhkan, mulai dari obat itu dimimpikan oleh seorang ahli sampai waktu
untuk diracik atau dalam bentuk obat siap pakai bagi para ahli farmasi
(Ansel,1989).
obat-obat yang dijual bebas dan diiklankan secara langsung kepada umum, yang
lainnya mengkhususkan diri pada pembuatan obat golongan tidak bebas untuk
diberikan melalui resep dokter atau langsung, tetapi cukup dipromosikan kepada
umum.
industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri obat
jadi adalah suatu industri yang menghasilkan suatu produk yang telah melalui
5
seluruh tahap pembuatan. Obat jadi adalah sediaan atau paduan bahanbahan yang
siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
pemulihan.
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) menyangkut seluruh aspek produksi
dan pengendalian mutu yang bertujuan untuk menjamin bahwa produk obat dibuat
senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan dan sesuai dengan
tujuan penggunaannya.
CPOB adalah bagian dari pemastian mutu yang memastikan bahwa obat dibuat
dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai
dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan spesifikasi
produk.
Indutri Farmasi.
2. Tahun 2002 terbit ASEA GMP atau current GMP (CPOB terkini), yang berlaku
hingga sekarang.
A. Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem
pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu
dan dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh
serta tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain. Masingmasing
personil hendaklah diberi wewenang penuh dan sarana yang memadai yang
Kepala bagian produksi, Kepala bagian Pengawasan Mutu, dan Kepala bagian
penuh dalam produksi obat. Kepala bagian Pengawasan Mutu hendaklah diberi
kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam pengawasan mutu. Kepala bagian
Pemastian Mutu hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh untuk
karena tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang penyimpanan atau
bagi personil lain yang kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk.
konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat
dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan
desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil resiko terjadinya
pencemaran silang dan kesalahan lain dan memudahkan pembersihan, sanitasi dan
atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat.
1. Area Penimbangan
Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata produk dengan cara
khusus untuk kegiatan tersebut. Area ini dapat menjadi bagian dari area
2. Area Produksi
untuk produksi obat tertentu seperti produk yang dapat menimbulkan sensitasi
tinggi.
antara satu ruangan dengan ruangan lain mengikuti urutan tahap produksi dan
terdapat bahan baku dan bahan pengemas primer, produk antara atau produk ruahan
yang terpapar ke lingkungan hendaklah halus, bebas retak dan sambungan terbuka,
Konstruksi lantai di area pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap air,
permukaannya rata dan memungkinkan pembersihan yang cepat dan efisien apabila
terjadi tumpahan bahan. Sudut antara dinding dan lantai di area pengolahan
3. Area Penyimpanan
menyimpan dengan rapi dan teratur berbagai macam bahan dan produk seperti
bahan awal dan bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi,
produk dalam status karantina, produk yang telah diluluskan, produk yang ditolak,
diperlukan.
9
Area terpisah dan terkunci hendaklah disediakan untuk penyimpanan bahan dan
produk yang ditolak, atau yang ditarik kembali atau yang dikembalikan.
yang lain.
Luas ruangan hendaklah memadai untuk mencegah campur baur dan pencemaran
5. Sarana Pendukung
Ruang istirahat dan kantin hendaklah dipisahkan dari area produksi dan
Sarana untuk mengganti pakaian kerja, membersihkan diri dan toilet hendaklah
disediakan dalam jumlah yang cukup dan mudah diakses. Toilet tidak boleh
berhubungan langsung dengan area produksi atau area penyimpanan. Ruang ganti
terpisah.
Sedapat mungkin letak bengkel perbaikan dan perawatan peralatan terpisah dari
area produksi.
10
C. Peralatan
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat,
agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan untuk
Peralatan tidak boleh merusak produk akibat katup bocor, tetesan pelumas dan
hal sejenis atau karena perbaikan, perawatan, modifikasi dan adaptasi yang tidak
Peralatan tersebut hendaklah dibersihkan sesuai prosedur tertulis yang rinci serta
Peralatan satu sama lain hendaklah ditempatkan pada jarak yang cukup untuk
produk. Tiap peralatan utama hendaklah diberi tanda dengan nomor identitas yang
jelas. Peralatan yang rusak, jika memungkinkan, hendaklah dikeluarkan dari area
jelas.
3. Perawatan
mutu produk. Prosedur tertulis untuk perawatan peralatan hendaklah dibuat dan
dipatuhi.
dalam buku log alat yang menunjukkan tanggal, waktu, produk, kekuatan dan
nomor setiap bets atau lot yang diolah dengan alat tersebut. Catatan untuk peralatan
yang digunakan khusus untuk satu produk saja dapat ditulis dalam catatan bets.
Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil, bangunan, peralatan dan
perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan segala sesuatu yang dapat
dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan
terpadu.
1. Higiene Perorangan
pelindung yang sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakannya. Tiap personil yang
mengidap penyakit atau luka terbuka yang dapat merugikan mutu produk hendaklah
dilarang menangani bahan awal, bahan pengemas, bahan yang sedang diproses dan
bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang terbuka dan juga dengan bagian
dan mencuci tangannya sebelum memasuki area produksi. Untuk tujuan itu perlu
makanan, minuman, bahan untuk merokok atau obat pribadi hanya diperbolehkan
di area tertentu dan dilarang dalam area produksi, laboratorium, area gudang dan
Hendaklah tersedia dalam jumlah yang cukup sarana toilet dengan ventilasi
yang baik dan tempat cuci bagi personil yang letaknya mudah diakses dari area
sanitasi serta menguraikan dengan cukup rinci mengenai jadwal, metode, peralatan
dan bahan pembersih yang harus digunakan untuk pembersihan sarana dan
bangunan.
Metode pembersihan dengan cara vakum atau cara basah lebih dianjurkan.
Udara bertekanan dan sikat hendaklah digunakan dengan hati-hati dan sedapat
E. Produksi
penandaan dengan data yang sesuai. Bahan yang diterima dan produk jadi
13
hendaklah dikarantina secara fisik atau administratif segera setelah diterima atau
Selama pengolahan, semua bahan, wadah produk ruahan, peralatan atau mesin
produksi dan bila perlu ruang kerja yang dipakai hendaklah diberi label atau
penandaan dari produk atau bahan yang sedang diolah, dan nomor bets.
1. Bahan Awal
Pengadaan bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan
bahan awal hendaklah memenuhi spesifikasi dan diberi label dengan nama yang
umum, keutuhan wadah dan segelnya, ceceran dan kemungkinan adanya kerusakan
bahan, dan tentang kesesuaian catatan pengiriman dengan label dari pemasok.
Sampel diambil oleh personil dan dengan metode yang telah disetujui oleh Kepala
Bahan awal di area penyimpanan hendaklah diberi label yang tepat. Label
Semua bahan awal yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang menyolok,
dengan tujuan untuk memastikan bahwa tiap bets/lot produk antara, produk ruahan
Alokasi nomor bets/lot hendaklah segera dicatat dalam suatu buku log. Catatan
bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan hendaklah tercakup dalam
prosedur tertulis.
Bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang diserahkan hendaklah
Sesudah ditimbang atau dihitung, bahan untuk tiap bets hendaklah disimpan dalam
4. Pengembalian
Semua bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang
dan direkonsiliasi.
5. Pengolahan
atau berurutan di dalam ruang yang sama kecuali tidak ada risiko terjadinya campur
Sistem penghisap udara yang efektif hendaklah dipasang dengan letak lubang
proses lain. Sistem penyaringan udara yang efektif atau sistem lain yang sesuai
hendaklah dipasang untuk menyaring debu. Pemakaian alat penghisap debu pada
7. Bahan Pengemas
pengemas cetak serta bahan cetak lain hendaklah diberi perhatian yang sama seperti
Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis yang
dilakukan selama proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai
metode yang telah disetujui oleh Kepala bagian Pemastian Mutu dan hasilnya
dicatat.
pada awal, tengah dan akhir proses oleh personil yang ditunjuk.
16
dan produk yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang jelas dan disimpan
merupakan suatu kekecualian. Hal ini hanya diperbolehkan jika mutu produk
Produk yang dikembalikan dari peredaran dan telah lepas dari pengawasan
indusri pembuat hendaklah dimusnahkan. Produk tersebut dapat dijual lagi, diberi
label kembali atau dipulihkan ke bets berikut hanya bila tanpa ragu mutunya masih
Mutu.
pengemasan.
e. Produk jadi yang diterima di area karantina sesuai dengan jumlah yang tertera
F. Manajemen Mutu
Manajemen mutu bertanggung jawab agar pembuatan obat sesuai dengan tujuan
1. Pemastian Mutu
Sistem pemastian mutu yang benar dan tepat bagi industri farmasi hendaklah
memastikan bahwa:
b. Semua langkah produksi dan pengendalian diuraikan secara jelas dan CPOB
diterapkan.
untuk distribusi.
18
g. Obat tidak dijual atau dipasok sebelum Kepala bagian Manajemen Mutu
menyatakan bahwa tiap bets produksi dibuat dan dikendalikan sesuai dengan
persyaratan yang tercantum dalam izin edar dan peraturan lain yang berkaitan
2. Pengawasan Mutu
diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan
tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok
konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan
obat jadi, untuk melihat trend dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan
G. Pengawasan Mutu
d. Memastikan pemberian label yang benar pada wadah bahan dan produk.
f. Meluluskan atau menolak tiap bets bahan awal, produk antara, produk ruahan
bahan awal jika diperlukan, serta menetapkan kondisi penyimpanan bahan dan
h. Menetapkan masa simpan bahan awal dan produk jadi berdasarkan data
yang berlaku dan menyimpan baku pembanding tersebut pada kondisi yang
tepat.
k. Menyimpan catatan analisis dari hasil pengujian semua sampel yang diambil.
m. Ikut serta dalam program inspeksi diri bersama dengan bagian lain dari
perusahaan.
terkait.
c. Tiap personil hendaklah memakai pakaian pelindung dan alat pengaman seperti
respirator atau masker, kaca mata pelindung dan sarung tangan tahan asam atau
2. Pengambilan Sampel
saja dari satu bets yang diambil. Keabsahan kesimpulan secara keseluruhan tidak
dapat didasarkan pada pengujian yang dilakukan terhadap sampel yang tidak
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi
a. Personalia
21
e. Peralatan
g. Pengawasan mutu
h. Dokumentasi
m. Penanganan keluhan
n. Pengawasan label
Inspeksi diri dilakukan per bagian sesuai kebutuhan dan secara menyeluruh
5. Tindak Lanjut
perbaikan.
Produk Kembalian
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi
kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis.
Untuk menangani semua kasus yang mendesak, disusun suatu sistem, bila perlu
mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat dari
Produk kembalian adalah obat yang telah beredar, yang kemudian dikembalikan
ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluarsa atau alasan lain,
misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan keraguan akan
J. Dokumentasi
bets atau lot suatu produk sehingga memungkinkan penyelidikan serta penelusuran
terhadap bets atau lots produk yang bersangkutan, dan juga digunakan pola dalam
23
personalia.
24
BAB II1
PT. Supra Ferbindo Farma merupakan salah satu industri farmasi yang secara
umum memproduksi obat bebas yang disebut OTC ( Over The Counter ) yang
artinya produk tersebut dapat dibeli secara bebas di pasar tanpa resep dokter.
PT. Supra Ferbindo Farma berdiri tahun 1987, berlokasi di Jl. Daan Mogot
1995 PT. Supra Ferbindo Farma berpindah lokasi ke EJIP plot 8J Cikarang –
Bekasi. Pada bulan Mei 1997 terjadi peralihan manajemen dari OMETRACO
Farma ke dalam unit Business The Tempo, menjadikan produk PT. Supra
1. Produk solid ( padat ) yang berupa tablet dan kaplet, dipasarkan di dalam negeri
2. Semi solid ( tidak padat dan bukan cair ) berupa salep kulit.
Oskadon SP, Contrexyn, dan lain – lain ), PT. Supra Ferbindo Farma juga
memproduksi produk – produk PT. Tempo Scan Pacific seperti Hemaviton Energy
PT. Supra Ferbindo Farma didirikan dengan visi dan misi sebagai perusahaan
struktur organisasi PT. Supra Ferbindo Farma dapat digambarkan sebagai berikut :
General Manufacturing
Pengawasan mutu adalah bagian essensial dari CPOB yang dimaksudkan agar
obat yang diproduksi memenuhi persyaratan mutu yang sesuai dengan tujuan
spesifikasi yang berlaku dan tiap bahan dan metode termasuk metode pengujiannya
meluluskan atau menolak atas mutu bahan baku atau produk obat ataupun hal lain
Gambaran umum tata ruang PT. Supra Ferbindo Farma terbagi atas 5 bagian :
bagian kantor atau administrasi, bagian pengawasan mutu, bagian proses produksi,
bagian gudang dan bagian teknik mesin. Empat ruang pertama menyatu dalam satu
gedung, sedangkan bagian teknik mesin terpisah dari gedung utama. Daerah
utama dibedakan menjadi 2 menurut segi kepentingan kegiatan produksi obat dan
merupakan syarat dari CPOB, yaitu grey area dan black area. Grey area
merupakan daerah yang tidak bebas dimasuki dan terdapat peraturan tertentu akan
pakaian luar, dan sepatu khusus untuk daerah grey. Bagian yang termasuk daerah
27
ini adalah bagian yang berhubungan langsung dengan proses produksi seperti ruang
campur basah, ruang masak, ruang cetak dan kemas primer ( strip ). Black area tidak
seketat grey area dan orang – orang yang berkepentingan dapat keluar masuk tanpa
harus berganti seragam. Laboratorium, gudang bahan baku, ruang kemas sekunder,
dan kantor termasuk dalam black area. Di dalam black area masih menggunakan
Sistem kerja di PT Supra Ferbindo Farma adalah sistem shift. Shift pertama
waktu kerjanya adalah dari jam 07.00 – 15.30 WIB, shift dua dari jam 15.00 – 23.30
WIB dan shift tiga dari jam 23.00 – 07.30 WIB. Jadwal kerjanya adalah selama lima
hari yaitu Senin – Jumat, terkecuali yang lembur. Semua pekerja memakai seragam
khusus pada bagian masing – masing dan berbeda seragam antara grey dan black
area.
BAB IV
KEGIATAN PKL
PT. Supra Ferbindo Farma merupakan salah satu industri farmasi di Indonesia
yang telah menerapkan CPOB dan PT. Supra Ferbindo Farma ini mempunyai
tugas dan tanggung jawab tertentu yang sesuai dengan prosedur dan ketetapan yang
berlaku.
bahan dari bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi. Pengawasan
Mutu memberikan keputusan terakhir dalam kelulusan suatu bahan, dari bahan awal
kelarutan, dan karakteristik lain. Pengawasan Mutu adalah bagian yang esensial dari
CPOB agar suatu obat yang diproduksi memenuhi persyaratan mutu sesuai tujuan
Tujuan dari pengawasan mutu adalah memberi jaminan khasiat dan keamanan
pada pasien atas obat yang akan dikonsumsi sekaligus sebagai koreksi atas hasil
kerja unit – unit yang berhubungan dengan hasil produksi. Pengawasan Mutu
baku atau produk ruahan atau produk obat maupun hal yang mempengaruhi obat.
Farma adalah dipimpin oleh satu orang Apoteker sebagai Manager QA (Quality
Mutu membawahi lima orang supervisor yang masing – masing memegang satu
baku dan kemasan yang masing – masing juga membawahi analis dan inspector.
Para analis dan inspector berada di bawah tanggungjawab supervisor yang langsung
random. Pertama dimulai dari Laporan Penerimaan Barang (LPB) dari gudang
dengan adanya nama barang, kode barang, tanggal penerimaan, no batch, tanggal
datang, supplier, status (cito, dsb) dan jumlahnya. Pihak Pengawasan Mutu akan
jika sampel dinyatakan lulus maka akan diberi label hijau lulus uji (release) produk
dan jika sampel dinyatakan tidak lulus maka akan diberi label merah (reject),
Merupakan analisa terhadap bahan baku obat yang akan diolah meliputi
30
obat agar obat memiliki identitas kualitas dan kemurnian sesuai batch record.
Pengujian Contrexyn
Kekerasan ( syarat : 6 – 16 ) Kp
untuk produk antara, produk ruahan dan produk jadi. Tahap pertama membuat
antara dan ruahan di analisa dengan penetapan kadar zat aktif, apabila memenuhi
syarat maka diberi label hijau (release), jika tidak memenuhi syarat diberi label
merah (reject ).
• Paracetamol
Metode : spektrofotometri
labu 100 ml, encerkan dengan air hingga 100 ml, pipet 2,0 ml kemudian encerkan
Larutan uji : timbang dan serbukkan 20 tablet, timbang seksama 0,2 kali BT ke
dalam labu 100 ml, tambahkan air 50 ml, sonikasi selama 15 menit, dinginkan
dalam suhu kamar, tambahkan air lagi hingga 100 ml, saring dengan kertas saring
Ukur serapan 1 cm larutam uji dalam larutan standar pada panjang gelombang 243
nm.
Perhitungan :
Au : absorban uji
Syarat :
• Ibuprofen
Prosedur : timbang dan serbukkan 20 tablet, timbang seksama 0,5 kali BT serbuk
Perhitungan :
33
Vu x N x Kst x 20,63
0,1 x Bu x 200 ( L )
Keterangan :
• Asetosal
Metode : Alkalimetri
Prosedur : timbang 1200 mg sampel masukkan ke dalam labu ukur 100 ml,
alkohol 96 % ad 100 ml, saring dan kemudian pipet larutan yang telah disaring
indikator PP. Titrasi dengan NaOH 0,1 N hingga warna merah jambu.
Perhitungan :
N baku BZ 25 1200
Keterangan :
: volume titrasi ( ml )
Metode : Spektrofotometri
Prosedur : timbang 1200 mg sampel masukkan ke dalam labu ukur 100 ml,
alkohol 96 % ad 100 ml, saring dan kemudian pipet larutan yang telah disaring
dalam HNO3 1 %, tambahkan air ad 25 ml, ukur larutan pada serapan 1 cm dengan
Perhitungan :
500 %
• Vitamin C
Metode : Iodimetri
Perhitungan :
Vx N x 8,805 x 100 %
Bu x 50 x 0,1
35
Keterangan :
• Paracetamol
Metode : Spektrofotometri
labu ukur 100 ml, tambahkan 50 ml air kemudian sonikasi selama 10 menit,
dinginkan pada suhu kamar, encerkan dengan air ad 100 ml, saring dan hasilnya
pipet 5 ml ke dalam labu ukur 100 ml, simpan labu dalam tangas es selama 5 menit,
Larutan sampel : timbang dan serbukkan 20 tabet, timbang serbuk 0,1 x rata – rata
kedalam labu ukur 100 ml, tambahkan 50 ml air, soonikasi 10 menit, dinginkan
dalam suhu kamar, encerkan dengan air ad 100 ml, saring dengan kertas asring
biasa, pipet 5 ml kedalam labu ukur 100 ml, simpan dalam tangas es selama 5 menit,
36
Perhitungan :
Ast x Bu x L ( 500 mg )
Metode : HPLC
HCl 0,01 N, sonikasi selama 5 menit, kemudian tambahkan air 5 ml lalu sonikasi
selama 10 menit, dinginkan dalam suhu kamar, encerkan dengan pelarut ad 25 ml,
saring dengan kertas saring biasa kemudian filtrat disaring dengan kertas saring
membran.
masing dua kali ), catat respon area peak Pseudoephedrin dan CTM (
Perhitungan :
Rst x L
37
Keterangan :
Cst : Konsentrasi ( % )
Uji dissolusi.
Uji dissolusi dilakukan untuk melihat jumlah zat yang berkhasiat pada sediaan padat
yang larut dalam waktu tertentu dan kondisi baku ( suhu, kecepatan, pengadukan
ml asam asetat glacial dan encerkan hingga 1000,0 ml dengan air. Atur pH
• Waktu : 30 menit
20,0 ml larutan dan encerkan dengan medium dissolusi hingga 50,0 ml.
• Perhitungan :
Ast x 250 x 80
• Keterangan :
•
Waktu : 60 menit
19,5 mg Coffein working standar ke dalam labu ukur 100,0 ml, tambahkan air
ad 100,0 ml kemudian pipet larutan 10,0 ml ke dalam labu ukur 50,0 ml,
Ru x Cs x 900 x Kst ( % )
Rs x L
• Keterangan :
L : kandungan yang tertera pada label etiket ( paracetamol 500 mg dan coffein
35 mg )
menit.
100 ml 50 ml
40
100 ml 50 ml
• Pembuatan media : Larutkan 6,805 g KH2PO4 dalam air atur pH larutan dengan
menambahkan NaOH 0,2 N sebanyak 173,5 ml, encerkan dengan air hingga
1000 ml.
• Waktu : 30 menit
• Suhu : 37º C
22,2 mg Ibuprofen working standar, masukkan ke dalam labu ukur 100 ml,
Rst x L
• Keterangan :
•
Paracetamol = 80 % antara 85 – 110 %
100 ml
100 ml
• Waktu : 45 menit
• Metode : Spektrofotometri
• Larutan sampel : pipet 5,0 ml filtrat hasil dissolusi ke labu ukur 100 ml dan
simpan labu ke dalam tangas es kemudian tambahkan secara berturut – turut 5,0
tangas es 15 menit, kemudian keluarkan aduk, encerkan dengan air ad 100 ml.
labu ukur 100 ml tambahkan 50 ml air, sonikasi 10 menit dinginkan hingga suhu
kamar, encerkan dengan air hingga 100 ml. Pipet 5,0 ml ke labu ukur 100 ml
dan simpan labu ke dalam tangas es, kemudian tambahkan secara berturut –
42
• Tentukan serapan larutan sampel dan larutan standar pada panjang gelombang
430 nm
• Perhitungan :
Ast x 5 x L
• Keterangan :
• Waktu : 45 menit
Suhu : 37º C
43
•
• Larutan standar : timbang seksama 27,78 mg working standar Vitamin B1,
larutkan dalam 100 ml air, pipet 2 ml larutan masukkan ke dalam labu ukur 100
ml tambahkan 18 ml air, encerkan dengan HCl 1 N hingga 100 ml, ukur serapan
• Perhitungan :
As x 25 x 5
• Keterangan :
100 ml 100 ml
Selain kegiatan pengujian produk, ruang lingkup pengawasan mutu dapat juga
berupa :
1. Validasi
Validasi merupakan suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa
tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang
44
digunakan dalam proses produksi dan pengawasan senantiasa mencapai hasil yang
diinginkan.
≤≤≤≤
2. Kalibrasi
Kalibrasi yang disertai dengan sertifikat dilakukan pada alat digital seperti
Kalibrasi dilakukan baik secara external maupun internal dimana dibuat program
berkala dari bahan baku dan obat jadi. Pemeriksaan yang dilakukan berupa
Laboratorium Pengujian
Perangkat penting dalam pengawasan mutu adalah bangunan dan peralatan yang
1. Ruang instrumen
Peralatan yang berada di ruangan instrumen terdiri dari ruang uji fisik I dan II.
Alat – alat yang ada di ruang uji fisik I seperti timbangan analitik AG 285 dan
45
204, Penetrometer, Spektrofotometer, Karl Fisher dan lemari es. Dan alat yang ada
di ruang uji fisik II adalah HPLC, HPTLC, oven, lampu UV dan lemari asam.
Aktivitas pengujian berupa pemeriksaan kadar dan identifikasi bahan baku dan
produk ruahan.
Ruang uji mikrobiologi terbagi dalam 2 ruangan, ruang pertama untuk preparasi
mikrobiologi, yaitu tempat memasak media dan sterilisasi alat dan media,
sedangkan ruang yang kedua untuk ruang uji mikrobiologi. Alat dan bahan yang di
ruang mikrobioligi antara lain cawan petri, media agar, dan alat yang menggunakan
sistem laminar air flow untuk melakukan pengujian. Aktifitas yang dilakukan yaitu
pengujian total plate count, jumlah jamur, uji E. Coli, Pseudomonas, Coliform, dan
Ruangan dalam terdiri dari timbangan analitik AG 285 dan 204, penetrometer,
spektrofotometri, karl fisher, lemari es. Ruangan luar terdiri dari lemari asam,
destilator untuk HPLC, magnetic stirer, buret, penangas air, pemanas, lemari
penyimpanan zat – zat kimia, shaker ultrasound, lemari / rak untuk penyimpanan
alat – alat gelas, tempat pencucian alat, tempat pencuci mata, rak – rak untuk
Peralatan terdiri dari timbangan soltex dan sartomus, alat uji waktu hancur
tablet ( disintegrator ), alat uji disolusi, oven, moisture analyzer, stamp, volumeter,
bahan kemas.
pengawasan mutu dan faktor – faktor pendukung dalam proses jaminan mutu.
7. Ruang administrasi
Kegiatan produksi didasarkan pada hasil rapat bulanan yang dilakukan oleh
kepala pabrik beserta seluruh manajer ( manajer produksi, manajer PPIC, manajer
bahan baku dan bahan kemas selama 6 bulan kedepan. Dari ROFO ini kemudian
lahir PODO ( Purchase Order Delivery Order ) yaitu estimasi kebutuhan bahan
baku dan bahan kemas selama 3 bulan sesuai permintaan banyaknya batch dari
yang kemudian terbang dalam KPJ ( Kebutuhan Produk Jadi ). KPJ diterjemahkan
ke dalam RKH ( Rencana Kerja Harian ) sebagai pedoman kerja bagi petugas
47
pertimbangan bahan baku dan granulasi. Adapun tahapan proses produksi sebagai
berikut :
4.2.1 Penimbangan
ditimbang berdasarkan jumlah teoritis dari suatu lot produksi berdasarkan batch
record. Satu batch produk terdiri dari beberapa lot (satu batch oskadon terdiri dari
3 lot, satu batch bodrexin terdiri dari 2 lot). Setelah penimbangan selesai, hasil
kebenaran bahan yang ditimbang sesuai dengan yang tertera pada batch record agar
tidak terjadi kesalahan penimbangan. Bahan – bahan yang sudah diperiksa dan
dinyatakan release kemudian diberi label siap proses yang artinya siap untuk
diolah.
Apabila terdapat sisa bahan baku dari penimbangan, barang akan dikembalikan ke
gudang dengan menyerahkan form pengembalian bahan baku dari bagian produksi
ke gudang.
Tahap awal dari proses granulasi adalah pencampuran awal (powder mixing)
antara powder mixing dengan bahan pengikat. Campuran basah yang sudah
1. Pengeringan pertama
bobot granul sesuai dengan yang tertera pada batch record dan untuk mengetahui
2. Pengeringan kedua
ditimbang untuk memastikan bahwa bobot granul sesuai dengan yang tertera pada
batch record.
Tahap selanjutnya adalah proses campur kering (lubrikasi). Pada tahap ini
dilakukan pencampuran bahan – bahan tambahan (granul ) dan zat aktif. Setelah
selesai, serbuk campur kering (lubrikasi) ditampung dalam wadah (drum) untuk
diambil pada drum yang telah ditentukan dengan menggunakan Tip sampler (untuk
mendapatkan lubrikasi pada bagian atas, tengah dan bawah drum). Sampel
lubrikasi diberikan label kuning dan dikarantina pada ruang karantina. Setelah
dinyatakan released, label kuning diganti label hijau (Passed) oleh petugas QC dan
Pengisian granul dari hopper ke dalam dies yang dilakukan di dalam feeder dengan
record.
mengeluarkan udara yang ada pada granul. Punch atas dan bawah diberi tekanan
dari compression roll atas dan bawah. Setelah itu kedua punch ditahan posisinya.
2. Tahap final compress yaitu proses yang terjadi sama dengan tahap pre compress.
Dengan jumlah tekanan yang diberikan masing – masing roll compress berbeda.
Punch atas akan naik, dan punch bawah mendorong tablet yang ada dalam dies.
membebaskan tablet dari debu. Pada tahap akhir pencetakan petugas QC akan
tablet dikontrol sesuai dengan persyaratan pada batch record meliputi kekerasan,
ketebalan, diameter tablet, bobot, friabilitas disintegrasi, disolusi dan kadar zat aktif
dalam tablet.
dengan frekuensi pemakaian atau feeder yang tidak berfungsi dengan baik.
4. Capping yang terjadi karena kadar air pada granul terlalu rendah.
5. Cracking yang terjadi karena kadar air pada granul terlalu tinggi.
hasil cetak tablet diperiksa setiap interval 15 menit. Pemeriksaan ini bertujuan
compression roll yang sama atau tidak selama proses produksi sehingga
4.2.4 Pengemasan
1. Pengemasan primer
ruahan dimana bahan pengemas yang digunakan akan kontak langsung dengan
b) Blistering dengan bahan pengemas berupa Poly Vinyl Chlorida (PVC) dan
c) Pot filling dengan bahan pengemas berupa pot plastik dan tutupnya.
sudah selesai dicetak dan dinyatakan release oleh petugas QC. Operator mesin strip
akan meminta form permintaan kontrol dan diserahkan kepada petugas IPC
51
(In Process Control) grey area. Petugas IPC grey area akan memeriksa jalur
produk ruahan lain dan memeriksa kesesuaian produk dan nomor batch yang akan
dikemas.
persyaratan yang ditentukan. Petugas IPC akan memeriksa hasil strip packing
setiap selang waktu tertentu. Pemeriksaan ini meliputi kebocoran strip packing,
ukuran strip, nomor batch dan tanggal kadaluarsa produk yang tertera pada strip
packing.
Faktor yang berperan dalam pengemasan strip packing adalah temperatur dan
tekanan pada kedua sealing roll agar alumunium foil dapat saling menempel
Hasil proses pengemasan primer disortir lagi oleh petugas sortir di ruang
pengemasan sekunder (black area). Hasil sortiran yang baik ditampung pada
wadah plastik dan ditempatkan di atas palet sesuai dengan jenis dan nomor batch
2. Pengemasan sekunder
produk yang telah melalui pengemasan primer. Pada pengemasan ini, bahan kemas
Operator akan mengisi batch coding control sesuai dengan penandaan produk
mendapat persetujuan. Proses pra penandaan dapat dilakukan dengan dua cara
Bahan kemas berupa folding box atau label yang sudah melalui tahap penandaan
ditempatkan dalam wadah plastik sesuai dengan jenis dan nomor batchnya dan
b) Catch covering
Produk yang sudah dalam kemasan alumunium strip hasil sortir akan dikemas
Operator mesin catch cover mengisi form permintaan kontrol penandaan dan
diserahkan ke petugas IPC pengemasan sekunder untuk beserta contoh hasil mesin
catch cover untuk diperiksa kebenaran dan kesesuaian penandaan pada catch cover.
kontaminasi silang baik kontaminasi antar batch maupun antar produk. Apabila
Pada proses catch covering, strip packing dimasukkan dalam lembaran kertas
catch cover lalu ditaruh dalam wadah feeder catch cover. Kemudian catch cover
dimasukkan ke dalam lajur mesin catch cover oleh operator. Kedua sisi catch cover
dapat menempel pada alumunium foil karena adanya pemanasan dan tekanan.
Penandaan nomor batch dan expired date dilakukan dengan cara emboss pada
c) Folding box
53
Catch cover yang telah diemboss, dipotong sesuai dengan ukuran yang
ditetapkan dan hasilnya ditempatkan pada conveyor untuk dikemas dan disusun ke
Produk jadi tertentu ( filling, tube, tablet hasil strip packing untuk Bodrexin® )
tidak menggunakan catch cover melainkan langsung dikemas dalam folding box
secara manual disertai demgan leaflet yang sesuai. Setiap folding box yang sudah
terisi dengan catch cover atau strips packing ditimbang satu per satu untuk
memastikan bahwa jumlah catch cover dalam folding box sesuai dengan label yang
tertera pada kemasan. Folding box dalam jumlah tertentu dimasukkan ke dalam
karton atau kemasan tersier atau dalam kemasan plastik (srink wrap ) dan diberi
nomor batch dan tanggal expire date, kemudian ditimbang. Penimbangan ini
karton. Setelah ditimbang dan dinyatakan sesuai, petugas memberikan cap atau
stempel yang berisi hasil penimbangan serta paraf dan disaksikan oleh QC.
dinyatakan release, label kuning diganti label hijau ‘PASSED’. Produk tersebut
diserahkan ke bagian gudang obat jadi oleh petugas administrasi disertai dengan
Gudang merupakan suatu bagian dari kegiatan produksi yang berfungsi untuk
dapat berfungsi sebagai tempat untuk menerima dan menyimpan barang yang baru
Bagian gudang dipimpin oleh seorang manager PPIC yang membawahi seorang
gudang juga menerima barang sisa atau rusak dari bagian produksi ataupun
pengemas berdasarkan bon pengembalian bahan baku dan bahan kemas. Sedangkan
pelayanan pengeluaran dari gudang berdasarkan surat permintaan dari bagian yang
melihat kartu dan buku stok untuk mengetahui persediaan barang. Barang – barang
yang perlu ditimbang terlebih dahulu ditimbang diruang penimbangan oleh petugas
dispensing.
terpenuhi petugas membuat laporan pemasukan barang (LPB). Bahan baku dan
bahan kemas tersebut diberi label karantina barang dan di tempatkan di ruang
karantina. Pada saat barang dikarantina maka petugas gudang akan membuat surat
bagian QC yang memenuhi syarat, maka petugas QC mengganti dengan label hijau
(passed) tanda kelulusan, kemudian disimpan pada tempat tertentu yang nantinya
akan digunakan sebagai bahan pembuat obat. Jika barang tidak memenuhi syarat
55
maka petugas mengganti dengan label merah (reject) tanda ditolak, kemudian
Setiap minggu akan membuat laporan stock bahan baku dan bahan kemas.
1. Ruangan untuk menyimpan bahan baku atau bahan kemas yang tahan pada suhu
2. Ruangan untuk menyimpan bahan baku dan bahan kemas yang tidak tahan
udara panas disimpan pada ruangan dingin dengan suhu 16º C – 25º C
1. Pemeriksaan Dokumen : Periksa kesesuaian data – data Goods Receipt Slip (GR)
perihal nama pemasok, sertifikat analisis dari pabrik CoA dengan data GR dan
CoA sebelumnya.
3. Pemeriksaan secara visual terhadap kemasan bahan baku, perihal nama, keadaan
kemasan, nama bahan baku, nama pabrik pembuat, nomor batch, tanggal
diterima).
Gunakan botol, tutup botol, batang pengaduk, pipet yang telah disterilkan
Menggunakan botol, tutup botol, thief sampler, sendok – sekop yang bersih
dan kering.
f. Tempel label “CONTOH” sebanyak jumlah wadah yang akan diabil contoh.
g. Pengambilan contoh :
Zat padat / serbuk : ambil contoh dengan thief sampler pada posisi diagonal.
Zat cair : ambil contoh dengan alat pengambil sehingga ujung alat pengambil
contoh sehingga ujung alat pengambil contoh yang kurang 10 cm dari dasar
wadah.
h. Wadah yang telah diambil untuk contoh ditempel label “Contoh Wadah Ini telah
apakah quantity sesuai dengan Goods Receipt Slip, setelah quantity stock sesuai
3. Bahan kemas disampling sejumlah √n + 1 dari jumlah box / roll yang datang.
sampel @ 50 cm.
Masing – masing
sampel @ 50 cm.
20 pcs
20 pcs
151 – 500 50 1 2 26 – 90 13 1 2
Re : rejection number
Kegiatan yang dilakukan selama PKL di PT. Supra Ferbindo Farma Departemen
Pengawasan Mutu meliputi 4 kegiatan antara lain : analisa bahan baku, analisa
rutin, preparasi mikrobiologi dan uji dissolusi. Analisa Bahan Baku yaitu
memeriksa sampel bahan baku yang berupa cairan, cairan kental dan serbuk.
No. Sampel Pemeriksaan Syarat Hasil 1. Sukrose Pemerian Hablur putih atau tidak
berwarna, massa Sesuai ( MS )
invert
ppm
mekar di udara.
pembanding
alkali kuat
(MS )
yang dikeringkan.
Benzoat berbau
nyata
kering
higroskopis
merah muda
organik lainnya
diproduksi oleh PT. Supra Ferbindo Farma dengan menggunakan metode titrasi dan
1. TSA ( Trypic Soy Agar ) dengan melarutkan 40 g serbuk dalam 1000 ml aquademin.
Uji Dissolusi
yaitu memeriksa kadar tablet produk PT. Supra Ferbindo Farma untuk melihat
Caffein 101,18
021239 Parasetamol Q45 menit ≥ 75,0 % 101,14 Memenuhi syarat
Caffein 100,43
031339 Parasetamol Q45 menit ≥ 75,0 % 102,51 Memenuhi syarat
Caffein 101,01
031539 Parasetamol Q45 menit ≥ 75,0 % 101,61 Memenuhi syarat
Caffein 102,16
031549 Parasetamol Q45 menit ≥ 75,0 % 102,10 Memenuhi syarat
Caffein 101,51
67
Uji
No. Batch Syarat Hasil ( % ) Kesimpulan
Dissolusi
030059 Parasetamol Q30 menit 85,0 - 110% 98.85 Memenuhi
syarat
030079 Parasetamol Q30 menit 85,0 - 110% 98,83 Memenuhi
syarat
030099 Parasetamol Q30 menit 85,0 - 110% 99,71 Memenuhi
syarat
030119 Parasetamol Q30 menit 85,0 - 110% 99,61 Memenuhi
syarat
030015 Parasetamol Q30 menit 85,0 - 110% 95,58 Memenuhi
syarat
BAB V
6.1 Kesimpulan
Ferbindo Farma yang berkaitan dengan penerapan CPOB akan terbentuk saat
2. PT. Supra Ferbindo Farma merupakan salah satu anak dari PT Tempo Scan
Pasific yang bergerak dalam bidang produksi obat bebas (Over The Counter)
mengawasi mutu suatu produk mulai dari bahan baku, produk antara, produk
68
ruahan , bahan pengemas, produk jadi dan dalam proses produksi yang sesuai
6.2 Saran
masyarakat akan pengobatan yang mudah dijangkau, maka PT. Supra Ferbindo
yang telah diterapkan sehingga mampu bertahan dan bersaing dengan industri
farmasi lainnya.
yang telah didapat dan dapat menambah wawasan bagi mahasiswa/i tersebut.
69
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2001, Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik,
Badan Pengawas Obat dan Makanan, Jakarta.
Anonim, 2006, Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik, Badan Pengawas Obat
dan Makanan, Jakarta.
Lachman.L, et al, 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi III ( terj. Oleh Siti
suyatmi ), Universitas Indonesia, Jakarta.
Ansel, C, Howard, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi IV ( terj. Oleh
Farida Ibrahim ), Universitas Indonesia, Jakarta.
Dr. Harmita,Apt , 2006, Buku Ajar Analisis Fisika - Kimia, Departemen Farmasi
FMIPA UI, Jakarta.
Voight, Rudolf, 1995, Buku Ajar Teknologi Farmasi, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.