Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ketuban Pecah Dini (KPD) didefenisikan sebagai pecahnya ketuban

sebelum waktunya melahirkan. KPD merupakan komplikasi yang

berhubungan dengan kehamilan kurang bulan, dan mempunyai

kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada bayi kurang

bulan. (Vera Apriliyanti Lestari, 2013)

Kematian ibu adalah kematian seorang wanita terjadi saat hamil,

bersalin, atau 42 hari setelah persalinan dengan penyebab yang

berhubungan langsung atau tidak langsung terhadap persalinan.

World Health Organization (WHO) memperkirakan 800 perempuan

meninggal setiap harinya akibat komplikasi kehamilan dan proses

kelahiran. Sekitar 99% dari seluruh kematian ibu terjadi di negara

berkembang. Sekitar 80% kematian maternal merupakan akibat

meningkatnya komplikasi selama kehamilan, persalinan dan setelah

persalinan (WHO, 2014).

Angka kematian ibu di Indonesia masih yang tertinggi di ASEAN,

yaitu 230/100.000 kelahiran hidup, sedangkan negara-negara lain

seperti Vietnam 130/100.000 kelahiran hidup, Filipina 200/100.000

1
kelahiran hidup, Malaysyia 41/100.000 kelahiran hidup, singapura

15/100.000 kelahiran hidup. (http://www.kabarindonesiaonlineupdate)

Jumlah kematian Ibu relatif menurun pada tahun 2014 dan 2015

dibandingkan pada tahun 2013. Saat ini Angka Kematian Ibu (AKI)

mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup, sementara Target RPJMN

(Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) pada tahun

2019 angka kematian ibu adalah 306 per 100.000 kelahiran hidup dan

Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2012 adalah 32 per 1000

kelahiran hidup dan target RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional) yang ingin dicapai pada tahun 2019 nanti adalah

24 kematian setiap 1000 kelahiran hidup (DepKes RI, 2016).

Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat

menyatakan Angka Kematian Ibu dan Bayi di Jawa Barat pada 2013

hingga 2014 menurun. Angka kematian ibu di Jawa Barat pada 2013

adalah 781 kasus dan pada tahun 2014 turun menjadi 747 kasus.

Penurunan angka kematian ibu dan bayi di Jawa Barat tersebut,

menurut dia, tidak terlepas dari upaya Pemprov Jawa Barat dalam

peningkatan kesehatan dan pelayanan kesehatan untuk masyarakat.

"Salah satunya adalah melalui 'Gerakan Penyelamatan Ibu dan Bayi

Baru Lahir' dengan program Emas atau Expanding Maternal dan

Neonatal Survival ini” (DinKes Prov Jabar, 2014).

2
Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan tahun

2014 dimana tercatat jumlah kematian ibu 114 orang yang terdiri dari

peerdarahan berjumlah 59 orang , eklamsi berjumlah 35 orang, infeksi

berjumlah 8 orang, dan lain-lain 12 orang dan untuk angka kematian

bayi berjumlah 86 orang dan bayi 1- <12 bulan berjumlah 194 orang

(Dinkes Prov Sul-Sel, 2014)

Khusus data yang diperoleh dari Medical Record (Rekam Medis) di

RKD.IA Pertiwi Makassar pada tahun 2015 diperoleh jumlah kasus

persalinan dengan KPD sebanyak 14 kasus ( 0,14%) dari 392 jumlah

persalinan pada tahun 2015. Pada tahun 2016 diperoleh jumlah kasus

persalinan dengan KPD sebanyak 22 kasus (0,22 %) dari jumlah

persalinan 225 persalinan pada tahun 2015. Dan pada tahun 2016

bulan januari- 22 mei diperoleh jumlah kasus persalinan dengan KPD

sebanyak 27 kasus (0,27 %) dari jumlah persalinan 227 persalinan

pada tahun 2015.

Berdasarkan angka kejadian KPD yang banyak memberi dampak

terhadap Bayi dan Ibu bersalin maka penulis termotivasi untuk

membahas sebuah proposal yang berjudul Asuhan Kebidana

Intranatal Care Pada Ny ’’X” dengan KPD di RSKD.IA Pertiwi

Makassar tanggal 22 mei 2016 .

3
B. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN

Adapun ruang lingkup dalam penulisan proposal adalah bagaimana

penerapan Manajemen Kebidanan Intranatal Care Dengan Persalinan

KPD di RSKD.IA Pertiwi Mkassar.

C. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan umum

Mampu menerapkan Manajemen Kebidanan Intranatal Care

Dengan Persalinan KPD di RSKD.IA Pertiwi Makassar, sesuai

dengan standar dan wewenang bidan.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu mengumpulkan data dan analisi data dasar pada kasus

Intranatal dengan KPD di RSKD.IA Pertiwi

b. Mampu menentukan dan merumuskan diagnosa / masalah aktual

pada kasus intranatal dengan KPD RSKD.IA Pertiwi

c. Mampu menentukan dan merumuskan diagnosa/masalah

potensial pada kasus intranatal dengan KPD RSKD.IA Pertiwi

d. Mampu melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi pada

kasus intranatal dengan KPD RSKD.IA Pertiwi

e. Mampu menentukan rencana tindakan asuhan kebidanan pada

kasus intranatal dengan KPD RSKD.IA Pertiwi

f. Mampu melaksanakan tindakan Asuhan Kebidanan pada kasus

Intranatal dengan KPD RSKD.IA Pertiwi

4
g. Mampu melaksanakan evaluasi hasil Asuhan Kebidanan pada

kasus intranatal dengan KPD RSKD.IA Pertiwi

h. Mampu melakukan pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada

kasus intranatal dengan KPD RSKD.IA Pertiwi.

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat penelitian dalam proposal ini adalah :

1. Manfaat Ilmiah

Sebagai sumber informasi dan memperkaya khasanah ilmu dan

pengetahuan bagi pihak lain yang ingin mengetahui tentang kasus

persalinan KPD.

2. Manfaat Praktis

Sebagai bahan masukan atau informasi bagi tenaga bidan untuk

meningkatkan mutu pelayanan yang di berikan kepada klien.

3. Manfaat Institusi

Sebagai bahan masukan / pertimbangan bagi mahasiswa Stikes

Mega Rezky Makassar program Diploma III Kebidanan untuk

penulisan Proposal selanjutnya terutama tentang Persalinan KPD.

4. Manfaat bagi Penulis

Sebagai tambahan pengalaman bagi penulis untuk memperluas

dan menambah wawasan dalam asuhan kebidanan.

5
E. METODE PENULISAN

Dalam penyusunan Proposal ini berdasarkan teori ilmiah yang

dipadukan dengan praktek dan pengalaman. Penulis memerlukan data

yang objektif dan relevan dengan teori-teori yang dijadikan analisa

dalam pemecahan masalah untuk itu penulis menggunakan metode

sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan

Penulis membaca dan mempelajari buku-buku, literatur-literatur,

profil kesehatan dan data dari internet yang relevan dengan ketuban

pecah dini.

2. Studi Kasus

Dengan menggunakan metode pendekatan masalah dalam

menciptakan diagnosa atau masalah aktual / potensial,

mengidentifikasi tindakan segera / kolaborasi. Rencana tindakan ,

implementasi, mengevaluasi asuhan kebidanan pada ibu bersalin

dengan kelahiran KPD serta mendokumentasikan.

Untuk pengambilan data atau informasi dengan pengkajian

menggunakan beberapa teknik yaitu :

a. Anamnesa / wawancara

Penulis melakukan tanya jawab dengan klien atau keluarganya

guna mendapatkan data yang diperlukan untuk memberikan

asuhan kebidanan pada klien tersebut.

6
b. Pemeriksaan fisik

Melakukan pemeriksaan sistemati pada klien dengan cara

inspeksi, palpasi, perkusi,auskultasi dan pemeriksaan penunjang

seperti Laboratorium, USG , diagnostik lainnya.

c. Pengkajian psikososial

Pengkajian psikososial meliputi pengkajian status emosional,

respon terhadap kondisi yang dialami, serta pola interaksi pasien

terhadap keluarga, petugas kesehatan dan lingkungan.

3. Studi Dokumentasi

Studi ini dilakukan dengan mempelajari kasus klien yng

bersumber dari catatan dokter atau bidan maupun hasil

pemeriksaan laboratorium atau diagnostik lainnya yang berkaitan

dengan KPD.

4. Diskusi

Penulis melakukan tanya jawab dengan dokter atau bidan yang

menangani langsung klien tersebut serta mengadakan diskusi.

7
F. SISTEMATIKAN PENULISAN

Untuk lebih memudahkan pemahaman dalam penulisan dan

penyusunan Proposal ini penulis menyusun fan menulis dalam

beberapa bab sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Ruang Lingkup Pembahasan

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

2. Tujuan Khusus

D. Manfaat Penulisan

E. Metode Penulisan

F. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum tetang persalinan

1. Pengertian Persalinan

2. Tujuan Asuhan Persalinan

3. Sebab-sebab Persalinan

4. Jenis-Jenis Persalinan

5. Tanda-tanda Dimulainya Proses Persalinan

6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

8
7. Tahapan Persalinan

8. Komplikasi Persalinan

B. Tinjauan Umum Tentang Air Ketuban

1. Pengertian Air Ketuban

2. Fisiologi Air Ketuban

3. Komposisi Air Ketuban

4. Fungsi Air Ketuban

C. Tinjauan Umum Ketuban Pecah Dini

1. Pengertian Ketuban Pecah Dini

2. Etiologi Ketuban Pecah Dini

3. Patofisiologi Ketuban Pecah Dini

4. Diagnosa Ketuban Pecah Dini

5. Patofisiologi Ketuban Pecah Dini

6. Pemeriksaan Penunjang

7. Komplikasi Ketuban Pecah Dini

8. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini

D. Proses Manajemen Kebidanan

1. Pengertian Manajemen Kebidanan

2. Tahapan Dalam Manajemen Kebidanan

3. Dokumentasi Hasil Asuhan Keidanan

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN UMUM TENTANG PERSALINAN

1. Pengertian Persalinan

a. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang

dapat hidup dalam uterus ke dunia luar. Persalinan mencakup

proses fisiologi yang memungkinkan serangkaian perubahan

yang besar pada ibu untuk dapatn melahirkan janinnya melalui

jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal merupakan proses

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-

42 minggu), lahir spontan dengan presentasi kepala yang

berlangsung selama 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu dan

janin (Jannah N, 2015, hal. 1)

b. Persalinan adalah fenomena kompleks menyangkut perubahan

Fisik, hormonal dan emosional, yang mungkin akan sangat

berbeda diantara individu wanita. (Vicky, 2013)

c. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang

normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial

yang ibu dan keluarga menantikan selama 9 bulan, ketika

persalinan di mulai, peranan ibu adalah melahirkan bayinya.

Peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk

10
mendeteksi dini adanya komplikasi di samping itu bersama

keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin.

(Rukiah Ai Yeyeh, 2012)

d. Persalinan adalah kejadian yang berakhir dengan pengeluaran

bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan

pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.

(Sujiantini, 2011)

e. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi, yang

dapat hidup dalam uterus melalului vagina ke dunia luar (asrinah,

2010)

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat didimpulkan

bahwa persalinan adalah prodes pengeluaran (kelahiran) hasil

konsepsi yang dapat hidup di luar uterus, melalui jalan lahir maupun

jalan lain.

2. Tujuan Asuhan Persalinan

Tujuan asuhan persalinan adalahmengupayakan kelangsungan hidup

dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya,

melalui berbagai upaya yang terigentrasi dan lengkap serta intervensi

minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat

terjaga pada tingkat yang optimal. (Sarwono Prawiwirohardjo, 2012)

11
3. Sebab-Sebab Persalinan

a. Teori Kerenggangan

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas

tertentu, setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga

persalinan dimulai.

b. Teori Penurunan Progesteron

Progesteron menurun menjadikan otot rahim sensitif sehingga

menimbulkan his atau kontraksi.

c. Teori Oksitosin

Pada akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah sehingga dapat

mengakibatkan his.

d. Teori Pengaruh Prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat pada usia kehamilan15

minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin

saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil

konsepsi dikeluarkan.

e. Teori Plasenta menjadi tua

Dengan bertambahnya usia kehamilan, plasenta menjadi tua dan

menyebabkan villi corialis mengalami perubahan sehingga kadar

estrogen dan progesteron. Hal ini menimbulkan kekejangan

pembuluh darah dan menyebabkan kontraksi rahim.

12
f. Teori distensi rahim

Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang

mengakibatkan iskemia otot-otot uterus sehingga mengganggu

sirkulasi uteroplasenter.

g. Teori berkurangnya nutrisi

Teori ini ditemukan pertama kali oleh Hipokrates. Bila nutrisi janin

berkurang, maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.

4. Jenis-Jenis Persalinan

a. Jenis Persalinan Berdasarkan Pengeluaran

1) Persalinan spontan adalah persalinan yang berlangsung

dengan kekuatan ibu sendiri melalui jalan lahir.

2) Persalinan buatan adalah ersalinan dengan bantuan tenaga

dari luar misalnya forcep/vakum/sc

3) Persalinan anjuran adalah persalinan dengan bantuan diberi

obat-obatan baik disertai/tanpa pemecahan ketuban..

b. Jenis Persalinan Berdasarkan Usia Kehamilan

1) Abortus adalah keluarnya hasil konsepsi ( bayi ) sebelum

dapat hidup pada umur kehamilan < 20 minggu.

2) Persalinan imatur adalah keluarnya hasil konsepsi pada umur

kehamilan 20-27 minggu.

13
3) Persalinan matur atau aterm adalah keluarnya hasil konsepsi

pada umur kehamilan 36-40 minggu.

4) Persalinan postmatur atau serotinus adalah hasil konsepsi pada

umur kehamilan > 40 minggu .

( Aprilia Nurul B, 2011)

5. Tanda-Tanda Dimulainya Proses Persalinan

Persalinan yang sudah dekat ditandai dengan adanya lightening

atau settling atau dropping dan terjadi his palsu. Persalinan itu sendiri

ditandai dengan :

a. Terjadinya his persalinan

Sifat his persalinan adalah :

1) Pinggang terasa sakit dan menjalar ke depan

2) Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin

besar

3) Semakin beraktifitas (berjalan), kekuatan semakin bertambah.

(Jannah N,2015)

b. Pengeluaran Lendir dan Darah

Pengeluaran lendir dari kanalis servikalis karena terjadi

pembukaan dan pengeluaran darah dikarenakan kapiler

pembuluh darah pecah. (Jannah N,2015)

14
c. Pengeluaran Cairan

Pengeluaran cairan sebagian besar baru pecah menjelang

pembukaan lengkap. (Jannah N,2015)

d. Hasil-hasil yang di dapat dalam pemeriksaan dalam

1) Perubahan pada serviks

2) Pendataran serviks

3) Pembukaan Serviks

4) Pengeluaran cairan

(Jannah N,2015)

6. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Persalinan

a. Power ( Kekuatan )

1) His ( Kontraksi otot rahim )

2) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan

3) Ketegangan dan kontraksi

b. Passanger ( Penumpang )

Penumpang dalam persalinan adalah janin dan plasenta. Hal-hal

yang perlu diperhatikan mengenai janin adalah ukuran kepala

janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin, sedangkan yang

perlu diperhatikan pada plasenta adalah letak, besar dan luasnya.

c. Passage ( Jalan Lahir )

Jalan lahir terbagi atas dua , yaitu jalan lahir keras dan jalan lahir

lunak. Hal-hal yang perlu di perhatikan dari jalan lahir keras adalah

15
ukuran dan bentuk tulang panggul, sedangkan yang perlu

diperhatikan pada jalan lahir lunak adalah segmen bawah uterus

yang dapat meregang, serviks, otot dasar panggul, vagina dan

introitus vagina.

d. Pshychology response ( Respon Psikologi )

Respon psikologi ibu dapat dipengaruhi oleh :

a) Dukungan ayah bayi / pasangan selam proses persalinan

b) Dukungan kakek nenek ( saudara deket ) selama persalinan

c) Saudara kandung bayi selama persalinan

e. Positioning ( Posisi ibu )

Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi

persalinan. Perubahan posisi yang diberikan pada ibu bertujuan

untuk menghilangkan rasa letih, memberi rasa nyaman, dan

memperbaiki situasi. Posisi tegak ( contoh : posisi berdiri ,

berjalan, duduk, dan jongkok ) memberi sejumlah keuntungan,

salah satunya adalah memungkinkan gaya gravitasi membantu

penurunan janin, selain itu, posisi ini dianggap dapat mengurangi

kejadian penekanan tali pusat.

7. Tahapan Persalinan

a. Kala I ( Kala Pembukaan )

Kala I atau kala pembukaan berlangsung dari pembukaan (0 cm)

sampai pembukaan lengkap ( 10 cm ). Kala I untuk primigravida

16
berlangsung 12 jam, sedangkan multigravida berlangsung sekitar

8 jam. Berdasarkan kurva Friedman, diperhitungkan pembukaan

primigravida 1 cm / jam dan multigravida 2 cm / jam.

Kala I ( pembukaan ) dibagi menjadi 2 fase, yakni :

1) Fase Laten

a) Pembukaan serviks berlangsung lambat

b) Pembukaan 0 sampai pembukaan 3 cm

c) Pembukaan berlangsung 7-8 jam

2) Fase Aktif

Berlangsung selama 6 jam dan dibagi menjadi tiga subfase :

a) Periode akselerasi : Berlangsung 2 jam, pembukaan

menjadi 4 cm

b) Periode dilatasi maksimal ( steady ) : selama 2 jam,

pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.

c) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2

jam pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap.

b. Persalinan Kala II

Kala II atau di sebut juga kala ” pengusiran ”, dimulai dengan

pembukaan lengkap dari serviks ( 10 cm ) dan berakhir dengan

kelahiran bayi.

17
Kala II di tandai dengan :

1) His terkoordinasi, kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit

sekali.

2) Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga

terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang sehingga

reflektoris menimbulkan rasa mengejan.

3) Tekanan pada rektum dan anus terbuka, serta vulva membuka

dan perineum meregang.

c. Persalinan Kala III

Kala III atau kala pelepasan plasenta adalah periode yang

dimulai ketika bayi lair dan berakhir pada saat plasenta seluruhnya

sudah dilahirkan. Lama kala III pada primigravida dan multigravida

hampir sama berlangsung ± 10 menit

d. Persalinan kala IV

Kala ini adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan

uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya

pendarahan postpartum. Kala IV pada primigravida dan

multigravida sama-sama berlangsung selama 2 jam.

8. Komplikasi Persalinan

Bahaya pada persalinan :

a. Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa mulas.

b. Keluar darah dari jalan lahir sebelum melahirkan.

18
c. Tali pusat atau tangan/ kaki bayi terlihat pada jalan lahir

d. Tidak kuat mengejan

e. Mengalami kejang-kejang.

f. Air ketuban keluar dari jalan lahir sebelum terasa mulas.

g. Air ketuban keruh dan berbau.

h. Setelah bayi lahir, ari-ari tidak keluar

i. Gelisah atau mengalami kesakitan yang ebat.

j. Keluar darah banyak ketika bayi lahir.

(Jannah N, 2015, hal. 5-6)

B. Tinjauan Umum Tentang Air Ketuban

1. Pengertian Air Ketuban

a. Air ketuban adalah cairan yang mengisi rongga amnion (Aprilia

Nurul B, 2011)

b. Air ketuban ( cairan amnion ) diproduksi oleh sel ( endotel ) yang

melapisi kantung ketuban dan permukaan plasenta ( ari-ari, uri )

dan peresapan cairan ( eskudasi ) melewati membrane kantung

ketuban. (Taufan Nugroho, 2013)

c. Air ketuban cairan amnion adalah cairan yang terdapat dalam

ruangan yang diliputi selaput janin, sewaktu dalam kandungan

janin / bayi “berenang” dalam air ketuban. (Rizma F Lasari, 2013)

19
2. Fisiologi Air Ketuban

Pada kehamilan awal cairan amnion sebagian besar diproduksi

sekresi epitel selaput amnion. Dengan bertambahnya usia

kehamilan, produksi cairan amnion didominasi oleh kulit janin

dengan cara difusi membrane. Pada kehamilan 20 minggu, saat

kulit janin mulai kehilangan pemcabilitis, ginjal janin mengambil alih

peran tersebut dalam memproduksi cairan amnion. ( Harry Oxon,

2011 )

3. Komposisi Air Kertuban

Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira-kira 1000-

1500 cc. Air ketuban berwarna putih keruh, berbau amis, dan

berasa manis. Reaksinya agak alkalis atau netral, dengan berat

jenis 1008. Komposisinya terdiri atas 98% air, sisanya albumin ,

urea, kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, serviks kaseosa, dan

garam anorganik. Kadar protein kira-kira 2,6% gram/liter, terutama

albumin. ( Harry Oxon, 2011 )

4. Fungsi Air Ketuban

a. Saat Kehamilan Berlangsung

1) Memberikan kesempatan berkembangnya janin dengan bebas

kesegala arah.

2) Menyebabkan tekanan bila terjadi tekanan langsung.

3) Sebagai penyangga terhadap panas dan dingin.

20
4) Mengindari trauma langsung terhadap janin.

b. Saat Inpartu

1) Menyebabkan keluatan his sehingga serviks dapat membuka.

2) Membersihkan jalan lahir karena mempunyai kekuatan

sebagai desinfektan.

3) Sebagai pelican saat persalinan. (Manuaba, 2012)

C. Tinjauan Umum Ketuban Pecah Dini

1) Pengertian Ketuban Pecah Dini

a. Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah sebelum ada

tanda-tanda inpartu dan setelah ditunggu 1 jam belum ada

tanda-tanda inpartu (Manuaba, 2011).

b. Ketuban pecah dini adalah robeknya selaput ketuban pada setiap

saat sebelum persalinanan mulai atau sebelum inpartu (Rusli,

2011)

c. Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah spontan yang

terjadi pada sembarang usia kehamilan sebelum proses persalin

an dimulai (Raybun, 2011)

d. Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban pada

setiap saat sebelum permulaan persalinan tanpa memandang

umur kehamilan 24 minggu atau 44 minggu.

(http:/wwwketunapecahdini/diakses tanggal 24 mei 2011)

21
e. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum proses

persalinan berlangsung (saifuddin, 2011)

2) Etiologi Ketuban Pecah Dini

Ada beberapa penyebab yang dapat menimbulkan ketuban

pacah dini yaitu :

b. Serviks inkompeten

c. Ketegangan rahim berlebihan, letak sungsang, letak lintang

d. Kemungkinan kesempitan panggul, bagian terendah belum

masuk PAP, sefalopelfik disproporsi.

e. Kelainan letak bawaan selaput ketuban

f. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada

selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan

ketuban pecah. ( Manuaba, 2011 )

3) Patofisiologi

Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan

oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban

pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang

menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh

selaput ketuban rapuh. Terdapat kesinambungan antara sintesis

dan degradasi ekstraselular matriks. Perubahan struktur, jumlah sel,

dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah

dan menyebabkan selaput ketuban pecah.

22
4) Diagnosis Ketuban Pecah Dini

a. Memeriksa adanya cairan yang berbau khas

b. Jika keluarnya cairan ketuban sedikit-sedikit, tumpung cairan

yang keluar dan nilai 1 jam kemudian.

c. Inpekulo : nilai apakah cairan yang keluar dari kanalis servikalis

atau terkumpul difoniks posterior.

( hhtp://wwwkuliahbidan.wordpresscom.diakses 24 mei 2011)

5) Patofisiologi Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini dalam persalinan secara umum disebabkan

oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban

pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang

menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh , bukan karena seluruh

selaput ketuban rapuh. Terdapat keseimbangan antara sintesis dan

dehigrasi ekstraseluler matriks. Perubahan struktur, jumlah sel dan

katabolisme kolagen menyebabkan aktifitas kolagen dan berubah

serta menyebabkan selaput ketuban pecah.(Sarwono Prawirahardjo

,2012)

6) Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna,

konsistensi, baud an PH nya.

23
a. Tek lakmus (tes nitrasin), jika kertas lakmus merah berubah

menjadi biru menunjukkan adanya cairan ketuban (alkalis),

darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif

yang palsu.

b. Tes pakis, dengan meneteskan cairan ketuban pada gelas

objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik

menunjukkan Kristal cairan amnion dan gambaran daun

pakis (Saifuddin, 2011)

2. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan

ketuban dalam kavum uteri.

7) Komplikasi Ketuban Pecah Dini

Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung

pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun

neonatal sebagai berikut :

1. Persalinan Prematur

Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh

persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada

kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban

pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan

dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan

terjadi dalam 1 minggu.

24
2. Infeksi

Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah

dini . Pada ibu terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi

septicemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi

korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah dini

premature, infeksi lebih sering dari pada aterm. Secara umum

insiden infeksi sekunder pada ketuban pecah dini meningkat

sebanding dengan lamanya periode laten.

3. Hipoksi dan Asfiksia

Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang

menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat

hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat

oligohidroamnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin

gawat.

4. Sindrom Deformitas Janin

Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan

pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi

muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonary.

(hhtp://wwwkuliahbidan.wordpresscom.diakses 24 mei 2011)

25
8) Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini

a. Rawat di rumah sakit

b. Jika ada perubahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan

solusio plasenta

c. Jika ada tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau)

berikan antibiotic sama halnya pada amnionitis.

d. Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu :

1) Berikan antibiotic untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin.

Apicillin 4x500 mg selama 7 hari ditambah Eritromi8n 250 mg

per oral 3x perhari selama 7 hari

2) Berikan kortikosteroi kepada ibu untuk memperbaiki

kematangan paru janin

a) Betametason 12 mg IM dalam 2 dosis setiap 12 jam

b) Atau Dexametason 6 mg dalam 4 dosis setiap 6 jam.

Jangan berikan kortikosteroid jika ada infeksi.

3) Lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu.

4) Jika terdapat his dan darah lender, kemungkinan terjadi

persalinan preterm.

e. Jika terdapati nfeksi dan kehamilan > 37 minggu

Jika ketuban telah pecah > 18 jam, berikan antibiotic profilaksi

untuk mengurangi resiko infeksi streptokokus grup B :

26
a) Ampicillin 2 g IV setiap 6 jam

b) Atau penicillin G 2 juta unit IV setiap 6 jam sampai persalinan

c) Jika tidak ada infeksi pasca persalinan hentikan antibiotika.

D. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah

yang digunakan sebagai metode untuk menorganisasikan pikiran

dan tindakan berdasarkan toeri ilmiah, penemuan-penemuan,

keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan kep

utusan yang berfokus pada klien (http://www.atlm.web.id/2016/12/pe

mbahasan-tentang-manajemen-asuhan.html diakses tanggal 23mei)

2. Tahapan Dalam Manajemen Kebidanan

Proses manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah

yang berurutan dengan pegumpulan data dan berakhir dengan

evaluasi Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang

lengkap bias diaplikasikan dalam situasi. Adapun langkah-langkah

dalam proses manajemen kebidanan tersebut adalah sebagai

berikut :

a. Langkah I : Mengumpulkan data dasar

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang

akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan

27
kondisi klien. Data tersebut diperoleh dengan melakukan

beberapa cara :

1) Anamnesis

Terdiri dari biodata, menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat

kehamilan, persalinan dan nifas, social ekonomi, spiritual,

pemenuhan kebutuhan dasar klien. Yang dilakukan oleh si

pengkaji.

2) Pemeriksaan fisik

Dilakukan sesuai pemeriksaan tanda-tanda vital, keadaan

umum ibu, dan kesadarannya.

3) Pemeriksaan khusus

Meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi

4) Pemeriksaan penunjang

Terdiri darii pemeriksaan laboratorium, foto dan USG serta

catatan terbaru dan sebelumnya.

b. Langkah II: Identifikasi Diagnosa/Masalah aktual

Pada langkah ini identifikasi terhadap diagnosa atau masalah

berdasarkan interpretasi yang akurat atas data-data yang telah

dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan

sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.

Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena

28
masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap

membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-

hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasioleh bidan

sesuaidengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai

diagnosa. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan

bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar

nomenklatur diagnosa kebidanan.

c. Langkah III: Mengantisipasi Diagnosa/Masalah Potensial

Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial atau diagnose

potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi.

Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan

pencegahan. Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu

mengantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan

masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan

tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potesial tidak terjadi

d. Langkah IV: Perlunya Tindakan Segera / Kolaborasi

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter

dan/untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota

tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini

mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan

kebidanan. Jadi, penatalaksanaan bukan hanya selama asuhan

primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama

29
wanita tersebut bersama bidan terus-menerus.

Pada penjelasan diatas menunjukkan bahwa bidan dalam

melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas

masalah/kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan

merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi

diagnosa/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga

harus merumuskan tindakan emergency/segera untuk segera

ditangani baik ibu maupun bayinya. Dalam rumusan ini termasuk

tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri, kolaborasi

atau yang bersifat rujukan.

e. Langkah V: Merencana Asuhan Secara Menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang

ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini

merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau

diagnosa yang telah teridentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah

ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana

asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa yang sudah

teridentifikasi dari kondisi klien atau dari masalah yang berkaitan

tetapi juga dari krangka pedoman antisipasi terhadap wanita

tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya,

apakah dibutuhkan penyuluhan konseling dan apakah perlu merujuk

klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial

30
ekonomi-kultural atau masalah psikologi.

Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak,

yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif

karena klien juga akan melaksanakan rencana tersebut. Semua

keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus

rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori

yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan

dilakukan klien.

f. Langkah VI: Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan

Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang

telah diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara aman

dan efisien. Perencanaan ini dibuat dan dilaksanakan seluruhnya

oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan

lainnya. Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri, bidan tetap

bertanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Dalam

kondisi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani

klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam

penatalaksanaan asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab

terhadap terlaksananyarencana asuhan bersama yang menyeluruh

tersebut. Pelaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu dan

biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien.

31
3. Dokumentasi Hasil Asuhan Kebidanan

Dokumentasi asuhan pada ibu hamil adalah catatan tentang

hasil pemeriksaan prosedur, pengobatan pada pasien dan

pendidikan kepada pasien serta respon pasien terhadap semua

kegiatan yang telah dilakukan. Asuhan yang telah dilakukan harus

dicatat secara benar,jelas, singkat dan logis dalam suatu metode

pendokumentasian.

Untuk mengetahui apa yang telah dilakukan oleh bidan melalui

proses berpikir sistematis, didokumentasikan dalam bentuk SOAP

yaitu :

a. S (Subjektif), menggambarkan pendokumentasian hasil pengump

ulan data klien melalui anamnesis sebagai langkah I Varney.

b. O (Objektif),menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksa

an fisik klien, hasil laboratorium dan uji diagnostic lain yang

dirumuskan dalam data focus untuk mendukung asuhan sebagai

langkah I Varney

c. A (Assesment),menggambarkan pendokumentasian hasil analais

dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu

identifikasi:

1) Diagnosis / masalah

2) Antisipasi diagnose / masalah potensial

32
3) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter,konsultasi

/kolaborasi dan / atau rujukan sebagai langkah II, III dan Iv

Varney.

d. P (Planning), menggambarkan pendokumentasian dan tindakan

(I) dan evaluasi perencanaan (E) berdasarkan assessment

sebagai langkah V, VI dan VII menurut Varney.

33
Metode Pendokumentassian Asuhan Kebidanan

Pencatatan dari Asuhan


Alur Pikir Bidan
Kebidanan

Pendokumentasian
Proses Manajemen Kebidanan
Asuhan Kebidanan

5 Langkah Kompetensi
7 Langkah dari Helen Varney
Bidan
Soap / Notes

1. Pengumpulan Data Data Subjektif/Objektif

2. Masalah / Diagnosa

3.Antisipasi/Diagnosa masalah
Potensial
Assesment/Diagnosa Assesment/Diagnosa

4.Tindakan Segera dan


Kolaborasi

5. Perencanaan Membuat rencana Planning:


6. Implementasi Implementasi a.Konsultasi
b.Tes Diagnostik/Lab
c.Rujukan
d.Pendidikan/Konseling
e. Follow Up

7. Evaluasi Evaluasi

Muslihatun Nur Wafi, 2010 : 250 )

34

Anda mungkin juga menyukai