Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN KEJANG DEMAM PADA ANAK

Keperawatan Anak

Disusun oleh
Kelompok 3
Keperawatan II B

Fani Pitrianingsih P17120016053


Nurfitriana P17120016070

Dibimbing oleh
Suryati B S. Kp., MKM

Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta 1


Jurusan Keperawatan
Jl. Wijaya Kusuma Raya 47-48 Cilandak Barat- Jakarta Selatan (12430)

Jakarta
2018
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya serta usaha yang dilakukan, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Klien dengan Masalah Infeksi atau Non Infeksi pada Bayi dan Anak
(Kejang Demam)”.
Telah banyak bantuan yang diberikan kepada kami baik dalam bentuk moril maupun
materil. Tanpa bantuan tersebut, makalah ini tidak dapat diwujudkan.Untuk itu kami
menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu sehingga makalah
ini terselesaikan dengan baik. Rasa terima kasih kami sampaikan terutama kepada Ibu Suryati B
S. Kp., MKM selaku dosen pembimbing makalah dan Koordinator Mata Ajar Kuliah
Keperawatan Anak.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik kepada semua pihak yang telah
disebutkan diatas. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak dengan
harapan bahwa karya tulis ini akan menjadi semakin baik.
Akhir kata, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat berguna dan memperluas
wawasan kita semua.Atas segala perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, Februari 2018

Kelompok 3

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ................................................................................................................................. i


Daftar Isi ......................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 2
C. Tujuan penulisan ............................................................................................................................... 2
1. Tujuan Umum ............................................................................................................................... 2
2. Tujuan Khusus .............................................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 3
A. Definisi Kejang Demam.................................................................................................................... 3
B. Klasifikasi Kejang Demam ............................................................................................................... 3
C. Etiologi Kejang Demam.................................................................................................................... 4
D. Patofisiologi Kejang Demam ............................................................................................................ 4
E. Manifestasi Klinis Kejang Demam ................................................................................................... 5
F. Penatalaksanaan Diagnostik Kejang Demam.................................................................................... 6
G. Komplikasi Kejang Demam .............................................................................................................. 7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN .......................................................................................... 9
A. Pengkajian Keperawatan ................................................................................................................... 9
1. Data Dasar..................................................................................................................................... 9
2. Data Khusus .................................................................................................................................. 9
B. Diagnosa Keperawatan ................................................................................................................... 10
C. Perencanan Keperawatan ................................................................................................................ 10
D. Evaluasi Keperawatan ..................................................................................................................... 11
Daftar Pustaka ...................................................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kejang demam (febrile convulsion) ialah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh yang disebabkan oleh suatu proses esktrakranium. Peningkatan
temperatur tubuh ini diinduksi oleh pusat termoregulator di hipotalamus sebagai respons
terhadap perubahan tertentu. Demam pada kejang demam sering disebabkan karena infeksi
saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, gastrointeritis, dan infeksi traktur
urinarius. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang paling tinggi. Kadang-kadang pada
demam yang tidak begitu tinggi sudah dapat menyebabkan kejang. Pada anak yang
demikian biasanya mempunyai resiko tinggi untuk kejang berulang. Kejang demam
biasanya terjadi 85% sebelum anak berusia 4 tahun. Namun, kejang demam juga dapat
terjadi pada umur 5-8 tahun (Latief dkk, 2005).
WHO (Word Health Organization) memperkirakan pada tahun 2005 terdapat ≥
21,65 juta penderita kejang demam dan ≥ 216.000 diantaranya meninggal. Angka kejadian
kejang demam di Indonesia dalam jumlah presentase bila presentase yang cukup seimbang
dengan negara lain yaitu mencapai 2% sampai 4% dari tahun 2005 sampai tahun 2006.
Berdasarkan fenomena yang banyak terjadi di Indonesia sering terjadi saat demam tidak
ditangani dengan baik oleh orang tua, seperti tidak segera memberikan kompres pada anak
ketika terjadi kejang demam, tidak memberikan obat penurun demam, dan sebagi orang tua
justru membawa anaknya ke dukun sehingga sering terjadi keterlambatan bagi petugas
kesehatan dalam menangani yang berlanjut pada kejang demam (Soetomenggolo, 2000).
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti dan membahas lebih terperinci
mengenai asuhan keperawatan klien dengan kejang demam.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari kejang demam?
2. Bagaimana klasifikasi dari kejang demam?
3. Apa saja etiologi dari kejang demam?
4. Bagaimana patofisiologi pada kejang demam?
5. Bagaimana manifestasi klinis pada kejang demam?
6. Bagaimana penatalaksanaan diagnostik pada kejang demam?
7. Apa saja komplikasi dari kejang demam?
8. Bagaimana pengkajian pada pasien kejang demam?
9. Bagaimana diagnosa keperawatan pada pasien kejang demam?
10. Bagaimana rencana tindakan keperawatan pada pasien kejang demam?
11. Bagaimana evaluasi atas tindakan pada pasien kejang demam?

C. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui gambaran asuhan keperawatan dengan masalah
infeksi atau non infeksi pada bayi dan anak, yaitu kejang demam.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan anatomi dan fisiologi hati dan kandung empedu
b. Menjelaskan klasifikasi sirosis hepatis
c. Menjelaskan etiologi sirosis hepatis
d. Menjelaskan manifestasi klinik sirosis hepatis
e. Menjelaskan patofisiologi sirosis hepatis
f. Menjelaskan komplikasi sirosis hepatis
g. Menjelaskan penatalaksanaan sirosis hepatis
h. Mendeskripsikan pengkajian pada pasien sirosis hepatis
i. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan pada pasien sirosis hepatis
j. Mendeskripsikan rencana tindakan keperawatan pada pasien sirosis hepatis
k. Mendeskripsikan evaluasi atas tindakan pada pasien sirosis hepatis.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Kejang Demam


Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh 38°C
atau lebih yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial (Latief dkk, 2005). Menurut Lusia
(2015), kejang demam (febris convulsion/stuip/step) merupakan kejang yang timbul pada
waktu demam yang tidak disebabkan oleh proses di dalam kepala melainkan diluar kepala,
misalnya karena ada infeksi di saluran pencernaan, telinga, atau infeksi di saluran
pencernaan. Kejang demam biasanya dialami anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Bila anak
sering kejang, terutama usia dibawah 6 bulan, kemungkinan besar mengalami epilepsy.
Kejang demam juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi saat tubuh anak balita
sudah tidak dapat menahan serangan demam pada suhu tertentu yang dapat merangsang kerja
syaraf jaringan otak secara berlebihan, sehingga jaringan otak tidak dapat mengoordinasikan
syaraf-syaraf pada anggota gerak tubuh, antara lain pada lengan dan kaki. Hal tersebut
tentunya dapat memacu terjadinya kejang demam pada anak (Widjaja, 2010).

B. Klasifikasi Kejang Demam


Menurut Lewis (2014), kejang demam dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok,
yaitu:
1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)
Adapun ciri-ciri kejang demam sederhana antara lain:
a. Kejang berlangsung singkat (< 15 menit)
b. Bersifat umum
c. Hanya terjadi sekali atau tidak berulang selama 24 jam
d. Menunjukkan tanda-tanda kejang toknik atau klonik
Kejang toknik yaitu serangan berupa kejang/kaku seluruh tubuh, sedangkan
kejang klonik yaitu gerakan menyentak tiba-tiba pada sebagian anggota tubuh.
e. Pemeriksaan EEG normal

3
2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)
Adapun ciri-ciri kejang demam kompleks antara lain:
a. Kejang berlangsung lama (>15 menit)
b. Bersifat multiple (lebih dari 1 kali dalam 24 jam)
c. Menunjukkan tanda-tanda kejang fokal, yaitu kejang yang hanya melibatkan salah
satu bagian tubuh.
d. EEG setelah tidak demam abnormal.

C. Etiologi Kejang Demam


Menurut Febry & Marendra (2010), penyebab kejang demam hingga kini belum
diketahui secara pasti. Namun, demam sering disebabkan oleh berbagai penyakit infeksi
antara lain infeksi saluran pernapasan atas, infeksi telinga bagian tengah (otitis media akut),
infeksi paru-paru, infeksi saluran pencernaan, dan infeksi saluran kemih. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Wegman dan Millichap menggunakan hewan percobaan, disimpulkan
bahwa suhu tinggi dapat menyebabkan terjadinya kejang yang bergantung pada usia, tinggi,
serta cepatnya suhu meningkat. Namun, tidak semua kejang timbul pada suhu yang paling
tinggi. Hal tersebut dikarenakan setiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda. Pada
anak dengan ambang kejang yang rendah, serangan kejang terjadi pada suhu 38° atau
bahkan kurang, sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, serangan kejang
baru terjadi pada suhu 40°C atau bahkan lebih (Latief dkk, 2005).
Adapun penyakit yang menyertai kejang demam menurut Kemenkes (2012), yaitu
10 penyakit yang sering dijumpai di rumah sakit seperti diare dan penyakit gastroenteritis
oleh penyebab infeksi tertentu, demam berdarah dengue, demam tifoid dan paratiroid,
penyulit kehamilan, dyspepsia, hipertensi esensial, cidera intracranial, infeksi saluran
pernapasan atas (ISPA), pneumonia. Biasanya penyakit tersebut mempunyai manifestasi
klinis demam, sehingga bisa menyebabkan terjadinya kejang demam.

D. Patofisiologi Kejang Demam


Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau otak, diperlukan energi yang
didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah
glukosa dan melalui suatu proses oksidasi. Dalam proses oksidasi tersebut diperluka

4
oksigen yang disediakan melalui perantara paru-paru. Oksigen dari paru-paru ini diteruskan
ke otak melalui sistem kardiovaskuler. Suatu sel, khususnya sel otak atau neuron dalam hal
ini, dikelilingi oleh suatu membrane yang terdiri dari membrane permukaan dalam dan
membran permukaan luar. Membran permukaan dalam bersifat lipoid, sedangkan membran
permukaan luar bersifat ionik.
Dalam keadaan normal, membran sel neuron dapat dengan mudah dilalui ion
Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali
oleh ion Klorida (Cl). Akibatnya konsentrasi K+ dalam neuron tinggi dan konsentrasi Na+
rendah, sedangkan di luar neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan
konsentrasi ion di dalam dan di luar neuron, maka terdapat perbedaan potensial yang
disebut potensial membran neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATP yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran tadi dapat berubah karena adanya perubahan konsentrasi
ion di ruang ekstraseluler, rangsangan yang datang mendadak seperti rangsangan mekanis,
kimiawi, atau aliran listrik di sekitarnya, dan perubahan patofisiologi dari membran sendiri
karena penyakit atau keturunan.
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1°C akan mengakibatkan kenaikan metabolism
basal 10-15% dan meningkatnya kebutuhan oksigen sebesar 20%. Pada seorang anak usia 3
tahun, sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh sirkulasi tubuh, dibandingkan dengan orang
dewasa yang hanya 15%. Jadi kenaikan suhu tubuh pada seorang anak dapat mengubah
keseimbangan membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion Kalium dan
ion Natrium melalui membran tersebut sehingga mengakibatkan terjadinya lepas muatan
listrik. Lepasnya muatan listrik ini demikian besar sehingga dapat meluas ke seluruh sel
maupun membran sel lain yang ada di dekatnya dengan perantaraan neurotransmitter
sehingga terjadilah kejang (Ngastiyah, 2007).

E. Manifestasi Klinis Kejang Demam


Menurut Febry & Marendra (2010), tanda dan gejala bangkitan kejang demam pada
anak berupa kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat. Pada umumnya kejang demam
berlangsung singkat, yaitu berupa kejang klonik (kejang dengan kontraksi dan relaksasi otot
yang kuat dan berirama). Namun, kejang demam juga dapat terjadi dengan tanda-tanda

5
seperti mata terbalik ke atas dengan disertao kekakuan atau kelemahan, gerakan sentakan
berulang tanpa didahului kekakuan, atau bisa juga hanya berupa sentakan atay terjadi
kekakuan keseluruhan. Sebagian besar kejang tersebut berlangsung kurang dari 6 menit dan
8% berlangsung lebih dari 15 menit.
Selain itu, kejang demam juga dapat ditandai dengan wajah yang membiru, lengan
dan kakinya tersentak-sentak tak terkendail selama beberapa waktu. Gejala ini hanya
berlangsung beberapa detik, tetapi akibat yang ditimbulkannya dapat membahayakan
keselamatan anak, antara lain gerakan mulut dan lidah yang tidak terkontrol. Lidah dapat
seketika tergigit, dan atau berbalik arah lalu menyumbat saluran pernapasan. Selain itu,
anak juga dapat mengalami penundaan pertumbuhan jaringan otak sehingga anak menjadi
idiot (Widjaja, 2010).

F. Penatalaksanaan Diagnostik Kejang Demam


Adapun penatalaksanaan pada kejang demam menurut Mansyoer (2000) ialah
sebagai berikut:
1. Pengobatan fase akut
Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau
muntahan. Jalan nafas harus bebas agar oksigenasi terjamin. Perhatikan keadaan
vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernafasan dan fungsi jantung. Suhu
tubuh yang tinggi diturunkan dengan kompres dingin dan pemberian antipiretik.
Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam, yang dapat diberikan
melalui suntikan atau dimasukkan melalui anus atau perektal.
2. Mencari dan mengobati penyebab terjadinya kejang demam.
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama.
3. Pengobatan profilaksis (pencegahan terhadap berulangnya kejang demam) melalui 2
cara, yaitu:
a. Profilaksis intermiten, yaitu pencegahan yang diberikan dengan jangka waktu
tertentu saat demam. Diberikan Diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg
BB/hari dibagi dalam 3 dosis saat pasien demam. Diazepam dapat diberikan pula
secara intrarektal tiap 8 jam sebanyak 5mg (BB<10kg)>10kg) setiap pasien

6
menunjukkan suhu lebih dari 38,5°C. efek samping diazepam adalah ataksia,
mengantuk dan hipotonia.
b. Profilaksis terus menerus, yaitu dengan diberikan antikonvulsan/anti kejang setiap
harinya. Berguna untuk mencegah berulangnya kejang demam berat yang dapat
menyebabkan kerusakan otak. Profilaksis terus-menerus setiap hari dengan
fenobarbital 4-5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Obat lain yang dapat
digunakan adalah asam valproat dengan dosis 15-40 mg/kg BB/hari.
Antikonvulsan profilaksis selama 1-2 tahun setelah kejang terakhir dan dihentikan
bertahap selama 1-2 bulan.
Profilaksis terus menerus dapat dipertimbangkan bila ada kriteria sebagai
berikut:
1) Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologist atau
perkembangan (misalnya serebral palsi atau mikrosefal)
2) Kejang demam lebih dari 15 menit, fokal, atau diikuti kelainan neurologist
sementara dan menetap.
3) Ada riwayat kejang tanpa demma pada orang tua atau saudara kandung.
4) Bila kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau
terjadi kejang multiple dalam satu episode demam.
Bila hanya memenuhi satu kriteria saja dan ingin memberikan obat jangka
panjang maka berikan profilaksis intermiten yaitu pada waktu anak demam
dengan diazepam oral atau rectal tiap 8 jam disamping antipiretik.

G. Komplikasi Kejang Demam


Menurut Lumbatobing (1989), adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan dari
kejang demam ialah sebagai berikut:
1. Kerusakan neuron otak
Kejang yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya disertai dengan apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot yang akhirnya
menyebabkan hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat karena metabolisme anaerobik,
hipotensi arterial, denyut jantung yang tak teratur, serta suhu tubuh yang makin
meningkat sejalan dengan meningkatnya aktivitas otot sehingga meningkatkan

7
metabolisme otak. Proses di atas merupakan faktor penyebab terjadinya kerusakan
neuron otak selama berlangsung kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan
peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas
kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan neuron otak.
2. Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih dari 15 menit dan
bersifat unilateral
3. Epilepsi
Terjadi karena kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat
serangan kejang yang berlangsung lama. Ada 3 faktor risiko yang menyebabkan
kejang demam menjadi epilepsi dikemudian hari, yaitu:
a. Riwayat epilepsi pada orangtua atau saudara kandung.
c. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam
pertama.
d. Kejang demam pertama merupakan kejang demam kompleks.
4. Hemiparesis
Kelumpuhan atau kelemahan otot-otot lengan, tungkai serta wajah pada salah satu sisi
tubuh. Biasanya terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama (kejang demam
kompleks). Mula-mula kelumpuhan bersifat flaksid, setelah 2 minggu timbul spasitas.

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
Dalam melakukan asuhan keperawatna pengkajian merupakan dasar utama dua
hal yang penting dilakukan baik saat klien pertama kali masuk Rumah Sakit maupun selama
klien dalam masa perawatan.
1. Data Dasar
a. Pola nutrisi dan motabolik
Data yang perlu dikaji meliputi:
Gejala : penurunan nafsu makan, mual, muntah, haus
Tanda : BB turun, mata cekung, turgor lambat, bibir kering.
b. Pola Eliminasi
Gejala : sering defekasi
Tanda : penurunan berkemih, iritasi rektal
c. Pola Istirahat dan Tidur
Gejala : kelemahan, sulit tidur
Pemeriksaan fisik :
- Keadaan umum pasien : lemah
- Kesadaran : komposmentis, apatis, samnolen, sopor, koma, reflek,
sensibilitas, nilai Garglow Coma Scale (GCS)
- Tanda-tanda vital : Tekanan darah (hipertensi), suhu (meningkat), nadi
(takikardi).
- Kesadaran : Mata cekung, mulut (mukosa kering)
- Abdomen : Bentuk cembung, kembung.

2. Data Khusus
Data khusus digolongkan menjadi 2, yaitu :
a. Data subjetif : lemah, panas, demam, anoreksia, tidak nafsu makan, mual, muntah,
defekasi.
b. Data objektif : suhu tinggi, mukosa kering, BB turun, urinnkurang, mata cekung.

9
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (infeksi atau inflamasi)
2. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familier dengan sumber informasi

C. Perencanan Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (infeksi atau inflamasi)
Tujuan : Suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5⁰ C) dan klien bebas dari demam.
Intervensi :
a. Monitor tanda & gejala adanya peningkatan suhu tubuh dan penyebabnya.
Rasional : Untuk mengidentifikasi pola demam pasien
b. Monitor TTV, suhu tiap 4 jam sekali
Rasional : Untuk acuan mengetahui kesadaran umum pasien.
c. Anjurkan pasien banyak minum 2-2,5 liter / 24 jam
Rasional : Menurunkan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat
sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak
d. Kolaborasi pemberian obat demam sesuai indikasi
Rasional : Memberikan terapi untuk menurunkan panas
e. Anjurkan untuk memakai pakaian tipis dan menyerap keringat
Rasional : Memakai baju tipis untuk pemberian obat antipiretik untuk menurunkan
suhu tubuh dengan cara solusi kolaborasi dokter dengan obat antipiretik.
2. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber
informasi
Tujuan : tidak terjadi kejang ulang, dan mencegah tanda kejang
Intervensi :
a. Identifikasi penyebab kejang
Rasional : Untuk menentukan intervensi lebih lanjut
b. Letakan klien pada posisi miring, permukaan datar, danmiringkan kepala intik
antisipasi kejang.
Rasional : Untuk mencegah terjadinya kejang ulang
c. Jelaskan patofisiologi penyebab kejang

10
Rasional : Untuk memberi informasi untuk keluarga agar memahami penyebab
kejang
d. Kolaborasi pemberian obat sesuai advice dokter
Rasional : Untuk membantu memberikan terapi mengurangi tanda kejang ulang

D. Evaluasi Keperawatan
Dx I : Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (infeksi atau inflamasi)
S : Ibu klien mengatakan bahwa suhu tubuh anaknya sudah normal, dan tidak panas
lagi
O : Pasien tampak aktif dan hasil TTV suhu 37,4⁰C, RR 24x/menit, Nadi 130/menit.
A : Masalah sudah teratasi
P : Tetap lanjutkan intervensi, monitor TTV, anjurkan banyak minum
DX II: Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber
informasi
S: keluarga klien mengatakan anaknya sudah tidak ada tanda – tanda kejang lagi
O: pasien sudah tidak lemas lagi dan sedang bermain dengan ayahnya
A: masalah sudah teratasi
P: Tetap lanjutkan intervensi dan letakan klien pada posisi miring, permukaan datar
dan miringkan kepala untik antisipasi kejang.

11
Daftar Pustaka

Al Ansari, K. 2011. Kejang dan Status Epileptikus. Jakarta: EGC.


Doengoes, M.E., dkk. 2005. Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Febry, A. B & Marendra, Z. 2010. Smart Parents: Pandai Mengatur Menu & Tanggap saat
Anak Sakit. Jakarta: Gagas Media.
IDAI. 2014. Kejang Demam: Tidak Seseram yang Dibayangkan.
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/kejang-demam-tidak-seseram-yang-
dibayangkan diakses pada 13 Februari 2018, pukul 19:58 WIB.
Kementerian Kesehatan. 2012. Pusat Data dan Informasi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Latief, A., dkk. 2005. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 4. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FKUI.
Lewis, D.W. 2014. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Edisi 6. Jakarta: EGC.
Lusia. 2015. Mengenal Demam dan Perawatannya pada Anak. Surabaya: Airlangga University
Press.
Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Volume 1. Jakarta: Media Aesculapius.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Widjaja, M.C. 2010. Mencegah dan Mengatasi Demam pada Balita. Jakarta: Kawan Pustaka.

12

Anda mungkin juga menyukai

  • NICU
    NICU
    Dokumen23 halaman
    NICU
    fitri
    Belum ada peringkat
  • Lengkapi Pengkajian Tn. N
    Lengkapi Pengkajian Tn. N
    Dokumen20 halaman
    Lengkapi Pengkajian Tn. N
    fitri
    Belum ada peringkat
  • TBC Putu
    TBC Putu
    Dokumen1 halaman
    TBC Putu
    fitri
    Belum ada peringkat
  • TBC Putu
    TBC Putu
    Dokumen1 halaman
    TBC Putu
    fitri
    Belum ada peringkat
  • Nia Map
    Nia Map
    Dokumen1 halaman
    Nia Map
    fitri
    Belum ada peringkat
  • TBC Putu
    TBC Putu
    Dokumen1 halaman
    TBC Putu
    fitri
    Belum ada peringkat
  • NICU
    NICU
    Dokumen23 halaman
    NICU
    fitri
    Belum ada peringkat
  • Fix Konsep Map Asma
    Fix Konsep Map Asma
    Dokumen2 halaman
    Fix Konsep Map Asma
    fitri
    100% (1)
  • NICU
    NICU
    Dokumen23 halaman
    NICU
    fitri
    Belum ada peringkat
  • NICU
    NICU
    Dokumen23 halaman
    NICU
    fitri
    Belum ada peringkat
  • NICU
    NICU
    Dokumen23 halaman
    NICU
    fitri
    Belum ada peringkat
  • NICU
    NICU
    Dokumen23 halaman
    NICU
    fitri
    Belum ada peringkat
  • NICU
    NICU
    Dokumen23 halaman
    NICU
    fitri
    Belum ada peringkat
  • Post Appendiktomy
    Post Appendiktomy
    Dokumen7 halaman
    Post Appendiktomy
    fitri
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen32 halaman
    Bab I
    fitri
    Belum ada peringkat
  • Punyadede
    Punyadede
    Dokumen3 halaman
    Punyadede
    fitri
    Belum ada peringkat
  • NICU
    NICU
    Dokumen23 halaman
    NICU
    fitri
    Belum ada peringkat
  • Kejang Demam
    Kejang Demam
    Dokumen19 halaman
    Kejang Demam
    fitri
    Belum ada peringkat
  • Bunyi Jantung
    Bunyi Jantung
    Dokumen2 halaman
    Bunyi Jantung
    dies
    Belum ada peringkat
  • Makna 2c
    Makna 2c
    Dokumen29 halaman
    Makna 2c
    fitri
    Belum ada peringkat