OLEH :
BUTERIA LESTARI
NPM. 0526010082.P
JURUSAN KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2007
BAB I
PENDAHULUAN
diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa, karena kesehatan adalah suatu keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan orang hidup secara
mortalitas 18%-37% untuk stroke pertama dan sebesar 62% untuk serangan
stroke selanjutnya, terdapat kira-kira 2 juta orang yang masih bertahan hidup dari
2000:2129).
neurologis yang utama di Indonesia. Kita ketahui awal terjadinya stroke yaitu
Hypertensi merupakan faktor utama yang memiliki angka prevalensi yang tinggi
dan akibat jangka panjang yang timbul gangguan pada sistem neurology.
oleh gangguan suplay darah ke bagian otak, akibatnya kehilangan gerak, pikir,
1
2
memori, bicara atau sensasi baik sementara maupun permanen (Brunner dan
Suddarth, 2000:94) atau stroke adalah serangan otak yang timbul mendadak
hipertensi, diabetes mellitus dan sebagainya. Hal-hal yang seperti ini sangat
penduduk terkena serangan stroke, sekitar 2,5% atau 125.000 orang meninggal,
dan sisanya cacat ringan maupun berat. Jumlah penderita stroke cenderung terus
meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga
dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif. Secara ekonomi, dampak
dari insiden ini prevalensi dan akibat kecacatan karena stroke akan memberikan
Kerusakan otak pasien stroke yang survive meminta perhatian besar baik
gerak secara normal, tergantung belahan otak sebelah mana yang terkena
rumah.
tahun 2003 dengan jumlah penderita 367 orang yang dirawat di ruang rawat inap
sedangkan pada tahun 2004 dari 9918 jiwa yang menderita hipertensi
Mataher Jambi terdapat 380 jiwa penderita stroke yang dirawat di ruang rawat
interne (Sumber Medical Record Rumah Sakit Umum Raden Mataher Jambi dan
Penyakit stroke tidak memandang apakah penduduk kota atau desa yang
akan diserang seperti di Rumah Sakit Umum Mayjend H.A Thalib di Kabupaten
4
Kerinci yang letaknya sangat jauh dari propinsi. Cakupan jumlah penderita stroke
yang pernah di rawat di ruang interne pada tahun 2002 terdapat 31 jiwa, pada
tahun 2003 terdapat 33 jiwa dan pada tahun 2004 terdapat 36 jiwa dan pada tahun
2005 terdapat 38 jiwa atau sekitar 20%-23% dari jumlah penderita penyakit
lainnya yang dirawat di Ruang Interne Rumah Sakit Umum Mayjend H.A. Thalib
Kerinci. Jadi pada tiga tahun terakhir terdapat adanya peningkatan jumlah
pengobatan dan perawatan beberapa hari mereka tidak lagi berkunjung untuk
Telah dilakukan penelitian pada tahun 2005 oleh Buteria Lestari dengan
Ruang Fisioterapi Rumah Sakit Umum Mayjend H.A Thalib Sungai Penuh
berpengetahuan rendah, cukup 22% dan baik hanya sebagian kecil 19,4%. Hal ini
bukan hanya dikarenakan latar belakang pendidikan yang rendah saja tetapi
penderita stroke mengalami gangguan fungsi otak pada cerebrum tepatnya pada
lobus frontal hingga mengalami gangguan kognitif. Ini merupakan salah satu
Maka oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan
usia 45-59 tahun dan 60 tahun ke atas yang tercatat melakukan therapi latihan
aktifitas fisik di Ruang Fisioterapi Rumah Sakit Umum Mayjend H.A Thalib
usia 45-59 tahun dan 60 tahun ke atas yang tercatat melakukan therapi latihan
aktifitas fisik di Ruang Fisioterapi Rumah Sakit Umum Mayjend H.A Thalib
prevalensi terjadi spastisitas pada usia 45-59 tahun dan 60 tahun ke atas
Rumah Sakit Umum Mayjend H.A Thalib Kerinci selama tahun 2006.
6
Sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit Umum Mayjend H.A Thalib
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi pada peneliti yang akan
datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
menit, tapi kurang dari 24 jam, disebut sebagai serangan iskemia otak
2.1.2. Etiologi
8
9
mempertahankan hidup.
disebabkan oleh tipe patologi arteri tertentu, adanya tumor otak, dan
kesadaran mereka dan dapat terjadi stupor atau tidak responsif sama sekali.
Bila perdarahan terbatas atau terjadi bertahap; mungkin tidak ada efek
pada fase awal episode perdana hari biasanya mempunyai prognosis yang
darah berkurang terlalu rendah atau terlalu cepat. Bentuk tindakan paling
a. Yang tidak dapat diubah: Usia, jenis kelamin pria, ras, riwayat keluarga;
2.1.4. Patofisiologi
a. Kehilangan Motorik
satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas
pada sisi yang fil, berlawanan dari otak. Disfungsi motor paling
umum adalah :
1. Hemiplegia (paralysis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi
b. Kehilangan Komunikasi.
berikut.:
persepsi visual-spasial :
permanen.
objek ditempatkan.
15
Ketika tonus otot meningkat dan refleks tendon kembali, tonus otot
2.1.6. Komplikasi
2.1.7. Penatalaksanaan
(multifaceted). :
apabila tidak ada kontra indikasi medis yang ditunjang oleh hasil
dokter, perawat, para terapi dan ahli gizi. Kerja sama ini dilaksanakan
pada perubahan dalam gaya hidup serta usaha lebih terarah apabila
19
menerapkan gaya hidup sehat pada penderita dan ikut melakukan tata
Tindakan:
2. Terapi oksigen,
6. Pemeriksaan jantung
3. Heparin, Kumarin
1. Bedrest 4 minggu
2. Antiedema, deksametason
4. Obat hipertensi
Mansjoer, 2000:25).
hasil penelitian yang diperoleh, dengan bertitik tolak kepada teori green
21
a. Gerak Aktif
Pada gerakan aktif ekstremitas atas dan bawah pasien belum mampu.
melakukan semua gerakan secara full ROM tanpa disertai dengan rasa
nyeri.
b. Gerak Pasif
melakukan semua gerakan dengan full ROM disertai nyeri gerak yang
b. Penurunan tonus otot, jika diraba terasa sangat lembek dan tidak
tungkai.
tubuh menurun.
dari duduk diikuti lutut dan panggul lurus, serta kaki kebawah
g. Gangguan bicara terjadi jika serangan stroke pada otak disisi kiri.
23
stadium dini, perlu dilatih dengan metode yang benar. Berikut metode
a. Pendekatan Unilateral
b. Pendekatan bilateral
Prinsipnya, metode latihan ini diarahkan pada kedua sisi tubuh, baik
sisi yang sakit maupun yang sehat. Sasaran utama adalah kesadaran
Berikut bentuk terapi latihan gerak yang diberikan pada stadium dini.
1. Gerak pasif (gerak yang digerakkan oleh orang lain) pada sisi
yang sakit
sebaliknya.
keseimbangan berdiri.
Latihan di atas sangat berguna jika diberikan setiap hari, dua atau tiga
Pada stadium ini, kondisinya sudah lebih stabil, tekanan darah sudah
1. Metode Bobath
2. Metode Brunnstrom
primitif yang ada pada bayi. Misalnya, gerak ososiasi yang paling
2.2. Spastisitas
2.2.1. Pengertian
fisioterapi adalah :
Knife.
inhibition.
selalu sama. Spastisitas dipengaruhi dari posisi anggota badan lain yang
lebih proksimal.
Spastisitas pada leher dan badan lateral fleksor, anggota gerak atas
depressor bahu pada retractor dan fiksator scapula, adductor dan internal
jari-jari serta adductor jari-jari. Pada tungkai ekstensor panggul dan lutut
berbaring di atas dada akan menambah tonus fleksor, posisi paling netral
tidur miring. Ini berarti bahwa kita harus tahu betul kapan mengurangi
spastisitas tidak hanya terdapat pada satu atau kelompok otot, tetapi
29
apalagi bila penderita memaksa diri untuk bisa melakukan aktifitas yang
sulit.
berhenti beraktifitas dan jenis-jenis aktifitas mana yang baik, dengan cara
self inhibition dalam bentuk antara lain : rotasi badan, menyangga pada
dengan cara posisikan lutut semi fleksi, ankle tetap dorso fleksi, tekan
pattern of movement.
sendi yang lebih luas. Mobilisasi ini dilakukan secara pasif oleh
3. Latihan berjalan
tanpa bantuan sama sekali. Gerakan lengan sudah sampai pada wrist
Latihan ini akan sulit apabila wrist dalam keadaan spastis akibat
sakit menyangga.
d. Dan sebagainya.
yang lebih selektif, stabilitas dan isolated movement pada hip, ankle
dorsi fleksi > 90 derajat pada saat berdiri, keseimbangan berdiri pada
antara lain :
34
posisi kaki. Pada waktu akan duduk dan berdiri awali gerakan
dengan membungkuk.
terhadap badan.
mencegah inverse ankle dan drop foot pada waktu weight bearing.
umur.
tahun.
years) atau maturitas : 25-60 atau 65 tahun. Lanjut usia (geriatric age)
lebih dari 65 atau 70 tahun. Terbagi untuk umur 70-75 tahun (yound old),
Kalau dilihat pembagian umur dari beberapa ahli tersebut di atas, dapat
disimpulkan bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang yang telah berumur
65 tahun ke atas.
berbeda dan tidak ada satu faktor pun ditemukan untuk mencegah proses
menua.
38
1. Teori-teori Biologi
fungsional sel).
c. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh, yang disebut teori
Lipofuchine di sel otot jantung dan sel susunan syaraf pusat pada
sendiri.
gizi.
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga
Brocklehurst, 1989).
tubuh.
j. Teori Rantai Silang. Sel-sel yang tua atau iseng, reaksi kimianya
yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam
kegiatan sosial.
lanjut usia.
usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori di atas. Pada teori ini
yakni :
Relationships).
and Values).
1. Hereditas = keturunan/genetik
2. Nutrisi = makanan
3. Status kesehatan
4. Pengalaman hidup
5. Lingkungan
6. Stess
1. Perubahan-perubahan fisik
a. Sel
intraseluler.
b. Sistem Persarafan
dengan stress.
c. Sistem Pendengaran
terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak
43
jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia di atas umur
65 tahun.
meningkatnya keratin.
d. Sistem Penglihatan
sinar.
e. Sistem kardiovaskuler
mendadak).
lain :
g. Sistem Respirasi
h. Sistem Gastrointestinal
sensitifitas dari saraf pengecap tentang rasa asin, asam, dan pahit.
3) Esofagus melebar.
8) Sistem reproduksi
kemampuan seksual.
perubahan-perubahan warna.
i. Sistem Genitourinaria
1) Ginjal
4) Atrofi vulva.
5) Vagina
j. Sistem Endokrin
3) Pituitari :
dan LH.
epidermis).
vaskularisasi.
2) Kifosis
berkurang).
2. Perubahan-perubahan Mental
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (hereditas).
e. Lingkungan.
3. Kenangan
perubahan.
5. Perubahan-perubahan Psikososial
a. Pensiun :
4) Kehilangan pekerjaan/kegiatan
mortality).
6. Perkembangan Spiritual
(Maslow, 1970).
52
1970).
2.4. Perawatan Rehabilitasi Dasar Pada Lanjut Usia Yang Mengalami Kelumpuhan
2.4.1. Pengertian
1. Trauma, misalnya :
b. Jatuh tergelincir.
a. Akibat radang
Quadriplegia.
dekubitus.
penekanan.
54
bagian yang tidak sakit dan diberi bantal sebagai penahan. (2)
bagian bawah lutut yang lumpuh diberi bantal agar kaki tidak
b. Posisi tidur miring, tubuh dibaringkan pada posisi yang tidak sakit
bantal dengan sudut 45o dan tangan diberi kain gulungan untuk
Kesimpulan
2.7. Hipotesis
Tahun 2006.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Sakit Umum Mayjend. H.A Thalib Kabupaten Kerinci dan objek penelitian
adalah seluruh penderita rehabilitasi pasca stroke yang berusia 45-59 tahun dan
Rumah Sakit Umum Mayjend. H.A Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2006.
3.2.1. Populasi
usia 45-59 tahun dan di atas 60 tahun yang tercatat berobat dan
3.2.2. Sampel
orang.
58
59
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari melihat kartu pengobatan
dan buku catatan register Ruang Fisioterapi Rumah Sakit Umum Mayjend. H.A
dependent.
BPS Jambi, (1996). Jambi Dalam Angka, Badan Pusat Statistik, Jambi.
PENDAHULUAN
yang ditandai penduduk yang hidup dalam lingkungan yang sehat dan prilaku
yang tinggi dan akibat jangka panjang yang ditimbulkan. Hipertensi merupakan
baik hanya sekitar 10% - 12%. Masalah utama pada hipertensi adalah lebih dari
90% hipertensi temasuk golongan essensial yaitu yang tidak diketahui
tekanan distolik sama atau > 130mmHg, atau kenaikan tekanan darah yang
mendadak tinggi.Alat tubuh yang sering terserang akibat hipertensi adalah mata,
ginjal, jantung dan otak. Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi
hipertensi lama maupun pada proses akut seperti pada hipertensi maligna
(Soeparman,1998).
hipertensi esensial, ginjal dapat berukuran normal dengan sedikit granual dan
beberapa petekia akibat pecahnya arteriol, atau dapat mengisut dan membentuk
hipertensi lebih banyak dijumpai pada diabetes mellitus dibanding non diabetes.
satu penyebab kematian terpenting pada diabetes mellitus yang lama. Telah
diperkirakan bahwa sekitar 35% hingga 40% pasien tipe 1 akan berkembang
menjadi gagal ginjal kronik. Terlebih jika pasien juga menderita hipertensi akan
Amerika 10-15 %, Taipe 6,2 % dan di Indonesia 25,8 %. Dari uraian di atas
dapat dilihat bahwa prevalensi di Indonesia masih sangat tinggi dan menduduki
dari profil kesehatan sebanyak 19.798 dari 100 ribu penduduk, yang rata-rata
Bengkulu, 2005).
Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik tahun 2005 RSUD Dr.
orang dan penderita diabetes mellitus sebanyak 127 orang sedangkan pada tahun
2006 diperoleh data : penderita hipertensi sebanyak 135 orang dan penderita
diabetes mellitus sebanyak 182 orang. Ini berarti terjadi peningkatan penderita
hipertensi dan diabetes mellitus dari tahun 2005 sampai 2006. Dari penderita
hipertensi dan diabetes mellitus itu, juga diperoleh bahwa sekitar 32% dari
penderita hipertensi menderita gagal ginjal dan sekitar 20% penderita diabetes
ESRD (End Stage Renal Diseases) yang paling besar, terhitung secara berturut-
turut sebesar 34% dan 21% dari total kasus. Glomerulonefritis adalah penyebab
kronik atau nefropati refluks) dan penyakit ginjal polikistik (PKD) masing-
terlebih lagi jika penderita hipertensi juga mempunyai riwayat diabetes mellitus
dengan kejadian gagal ginjal di Ruang rawat inap RSUD M. Yunus Propinsi
Bengkulu.
penelitian ini adalah apakah ada hubungan yang signifikan antara kejadian
hipertensi dan diabetes mellitus dengan kejadian gagal ginjal di ruang rawat inap
diabetes mellitus dengan kejadian gagal ginjal di ruang rawat inap RSUD
M. Yunus Bengkulu
mellitus, dan hipertensi bagi STIKES Tri Mandiri Sakti (TMS) Bengkulu
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hipertensi
2.1.1. Pengertian
adalah desakan darah yang berlebihan dan hampir konstan pada arteri (Alison
Hull, 1996). Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah lebih tinggi dari
sama atau lebih dari 140 mmHg, dan/atau tekanan darah bawahnya (diastolik)
2.1.2. Jenis
dibedakan menjadi 2 :
1. Hipertensi essensial/primer
idiopatoik
2. Hipertensi sekunder
Adalah hipertensi yang penyebabnya sudah pasti. Baik persoalan akibat
diklasifikasikan menjadi :
1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 dan
mmHg.
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan diastolic lebih besar atau sama dengan 95 mmHg.
Tabel 2.2
Klasifikasi Hipertensi
t Tekanan darah
o normal
li Tekanan darah
k normal tinggi
105-114
Sistolik normal
< 140
Batas hipertensi
140-159
Hipertensi positif
≥ 160 ke atas
2.1.4. Patofisiologi
ginjal dan merangsang reni yang berdampak pada sekresi aldosteron sehingga
Menurut Lany Gunawan (2001) adapun gejala klinis yang dialami oleh
penderita hipertensi biasanya berupa ; pusing, mudah marah, sukar tidur, rasa
2.1.6. Komplikasi
tekanan diastolik sama atau > 130 mmHg, atau kenaikan tekanan darah yang
mendadak tinggi. Alat tubuh yang sering terserang akibat hipertensi adalah
mata, ginjal, jantung dan otak. Gagal ginjal sering dijumpai sebagai
komplikasi hipertensi lama maupun pada proses akut seperti pada hipertensi
2.2.1. Pengertian
2.2.2. Klasifikasi
yaitu :
1. Tipe I : Insulin-Dependent Diabetes Mellitus (IDDM).sel-sel beta dari
pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses
auto imun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah.
Awitan mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
2. Tipe II : Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) kondisi ini
diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin)
atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin. Paling sering terjadi
pada mereka yang obesitas.
3. Sindrom atau kondisi lainnya seperti: diabetes mellitus gestasional (GDM) :
awitan selama kehamilan (pada trimester kedua dan ketiga)
1. Golongan klinis :
a. Diabetes mellitus :
Tipe I Insulin-Dependent (IDDM).
1) Non obose
2) Obose
Tipe lain :
1) Penyakit pankreas
2) Sebab hormon
3) Sebab obat/zat kimia
4) Kelainan reseptor insulin
5) Sindroma genetik tertentu
b. Toleransi glukosa terganggu
1) Non obose
2) Obose
3) Toleransi glukosa terganggu yang berkaitan dengan kondisi dan
sindroma tertentu
c. Diabetes kehamilan
2. Golongan dengan risiko statistik
a. Pasien dengan toleransi glukosa normal tetapi resiko
b. Pernah abnormal dalam toleransi glukosa
c. Potensial abnormal dalam toleransi glukosa
Tabel 2.1.
Batasan Kadar Glukosa darah Dalam mg/dl
o D D P
l a a l
o r r a
n a a s
g h h m
a a
n V K
e a V
K n p e
l a i n
i l a
n e
i r
i ≥ ≥ ≥
b 1 1 1
e 2 2 4
t 0 0 0
e ≥ ≥ ≥
1 2 2
m 8 0 0
e 0 0 0
i 1 1 1
t 2 2 4
u 0 0 0
1 1
: 2 1 4
P 0 4 0
u 0
a - -
s -
a ≤ ≤
2 <
j 1 2
a 8 2 0
m 0 0 0
T 0
r
g
2.2.3. Etiologi
perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh sel hati. Sel β tidak
2.2.4. Patofisiologi
glikogen dalam sel-sel hati dan sel-sel otot. Proses ini disebut glikogenesis
yang dapat mencegah hiperglikemia (kadar glukosa dalam darah > 110
mg/dl).
Menurut Guyton (1987) jika kadar darah melebihi normal, maka timbul
untuk mereabsorbsi semua glukosa yang ada dalam tubuli, glikosuria ini akan
selera makan menjadi meningkat dan penderita akan sering makan (polipagi).
kebutuhan.
tercurah ke dalam darah dari hasil pemecahan asam amino dan lemak.
yang disekresi secara berkala dalam interval setiap 4 jam akan merangsang sel
darah dan di konsumsi oleh jantung serta otot sebagai ganti glukosa. GH juga
langsung bekerja pada sel otot, mendorong pengambilan asam amino dan
a. Hiperglikemia berpuasa
b. Glukosuria, diuresis osmotic, poliuria, polidipsia, dan polifagia.
c. Gejala-gejala lain termasuk keletihan dan kelemahan.
d. Ketoasidosis diabetic (DAK) menyebabkan tanda-tanda dan gejala-
gejala nyeri abdomen, mual muntah, hiperventilasi, napas bau, jika
tidak ditangani perubahan tingkat kesadaran koma, kematian.
b. Penglihatan kabur
sangat tinggi.
2. Pemeriksaan Urine
a. Pemeriksaan benedict (reduksi adanya glukosa dalam urine yang
merupakan karakteristik untuk diabetes mellitus.
b. Konsentrasi gula dalam urine bisa mencapai 10%, jika ada ketosis
menahan urine, urine dapat mengandung zat-zat keton dalam jumlah
besar.
2.2.7. Komplikasi
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe diabetes digolongkan
1. Komplikasi akut
a. Hipoglikemia
2. Komplikasi Kronis
2.2.8. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Diit
mineral).
energi
normal.
f. Untuk pasien obesitas (terutama diabetes tipe II) penurunan berat badan
2. Latihan Jasmani
a. Sulfonilurea
b. Binguanid
normal.
4. Insulin
hipoglikemik oral dosis maksimal atau ada kontra indikasi dengan obat
tersebut.
2.2.9. Prognosis
kebutaan, gagal ginjal kronik, dan kemungkinan untuk meninggal lebih cepat.
(Mansjoer, 2001)
2.3.1. Pengertian
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan
ginjal yang terjadi berangsur dan umumnya tidak dapat pulih (irreversible)
(Sidabutar, 1996). Gagal ginjal kronik adalah suatu keadaan klinis kerusakan
ginjal yang progresif dan irreversible dari berbagai penyebab (Price, 2006).
Gagal ginjal kronik adalah penurunan faal ginjal yang menahun yang
umumnya tidak reversible atau tidak dapat kembali dalam keadaan semula
(Soeparman, 1990). Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir
pengertian gagal ginjal kronik yaitu suatu keadaan klinis kerusakan ginjal
2.3.2. Etiologi
Menurut Price (2006) penyebab gagal ginjal kronik yang tersering dapat
Tabel 2.1
penya Penyakit
kit
Nefroskelosis benigna
Diabetes mellitus
Hiperparatiroidisme
Penyalahgunaan analgesik
Nefropati timah
2.3.3. Patofisiologi
Perjalanan gagal ginjal kronik dapat dibagi menjadi tiga stadium (Price,
2006) :
hanya dapat diketahui dengan tes pemekatan kemih yang lama atau
uremia. Timbul apabila sekitar 90 % dari masa nefron telah hancur, atau
hanya sekitar 200.000 nefron saja yang masih utuh, nilai GFR hanya 10%
ml/menit.
2.3.4. Gejala klinik
Gejala klinik pada pasien gagal ginjal kronis baru terlihat bila filtrasi
tubuh :
1. Sistem Gastrointestinal
b. Ureum yang berlebihan pada air liur diubah oleh bakteri di mulut
d. Dapat terbentuk tukak pada mukosa lambung dan usus besar / kecil,
2. Sistem Kardiovaskuler
3. Sistem Dermatologi
penimbunan unokrom.
4. Sistem Haematologik
uremia toksik.
2) Perdarahan
1) Hipersegmentasi leukosit
2) Fagositosis dan kemotaksis berkurang, hingga memudahkan timbul
infeksi.
telapak kaki)
c. Ensefalopati metabolic
2) Tremor.
3) Kejang-kejang.
d. Miopati
proksimal.
6. Sistem Endokrin
sekresi insulin.
ginjal adalah :
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi gagal ginjal
kronik.
faal ginjal pada keadaan tertentu, misal pada usia lanjut, DM dan
3) USG (Ultasonografi)
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, anatomi sistem
4) Renogram
Menilai fungsi ginjal kiri dan kanan, lokasi gangguan serta fungsi ginjal.
7) EKG
8) Biopsi Ginjal
mengetahui etiologi.
b. Pemeriksaan laboratorium
(140 umur ) X BB
TKK (laki laki )
72 X kreatinin serum
Berguna untuk mengetahui faal glomerulus dan untuk menilai faal ginjal
dengan diet yang diberikan pada pasien, pada gagal ginjal ureum
3) Asam urat
kronik sendiri dan juga karena nefropati serta batu saluran kemih. Nilai
darah merah)
5) Pemeriksaan hemoglobin
a) Volume : biasanya kurang dari 4000 ml/24 jam (oliguri) atau urine
kerusakan glomerulus bila sel darah merah dan fragmen juga ada.
2.3.6. Penatalaksanaan
pertama terdiri dari tindakan konservatif yang ditujukan untuk meredakan atau
akhir (ESRD) atau gagal ginjal terminal (laju filtrasi glomerulus [GFR]
biasanya kurang dari 2 ml/menit), dan satu-satunya pengobatan yang efektif
2.3.7. Komplikasi
a. Hipertensi
b. Hiperkalemia
c. Anemia
d. Asidosis
e. Osteoditrofi ginjal
f. Hiperurisemia
g. Neuropati perifer
setelah berbagai macam penyakit yang merusak massa nefron ginjal. Pada
(pielonefritis atau penyakit polikistik ginjal) atau dapat juga mengganggu perfusi
seperti yang tercantum pada Tabel 2.1. Namun baru-baru ini, diabetes mellitus
dan hipertensi bertanggung jawab terhadap proporsi ESRD yang paling besar,
terhitung secara berturut-turut 34% dan 21% dari total kasus. Glomerulonefritis
(pielonefritis kronik atau nefropati refluks) dan penyakit ginjal polikistik (PKD)
adalah istilah yang mencakup semua lesi yang terjadi di ginjal pada diabetes
mellitus. Glomerulosklerosis adalah lesi yang sangat khas dan dapat terjadi
progresif dan irreversible dari berbagai macam penyakit yang merusak massa
nefron ginjal. Dari beberapa penyakit yang dapat mengakibatkan gagal ginjal
konseptual penelitian :
Hipertensi
G
Diabetes Mellitus
a
g
2.6. Definisi Operasional
a
H
l
a
s
G
i
i
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala l
n
j
U
a k
l u
r
menahun, catatan
reversible
2 Variabel
independent
rawat inap
2.7. Hipotesis
Ho1 : Tidak Ada hubungan yang signifikan antara hipertensi dengan kejadian
Ha1 : Ada hubungan yang signifikan antara hipertensi dengan kejadian gagal
Ho2 : Tidak Ada hubungan yang signifikan antara diabetes mellitus dengan
Bengkulu.
Ha2 : Ada hubungan yang signifikan antara diabetes mellitus dengan kejadian
METODE PENELITIAN
diabetes mellitus periode tahun 2006 yang dirawat di ruang rawat inap bangsal
Populasi
Target populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang dirawat
di ruang rawat inap bangsal intene (C2) RSUD Dr. M. Yunus Propinsi
Sampel
populasi dijadikan sampel yang berjumlah 298 orang penderita hipertensi dan
diabetes mellitus.
1
2
Desain Penelitian
teknik pengumpulan data sekunder yaitu dengan melihat status pasien untuk
mengetahui identitas pasien dan diagnosis medis dari pasien yang diteliti.
Pengolahan Data
1. Editing
2. Coding
Coding adalah usaha untuk mengklarifikasi hasil yang sudah ada menurut
3. Entry Data
4. Tabulating Data
Tabulasi adalah membuat tabel yang berisikan data yang telah diberi kode sesuai
5. Clearing Data
Data yang telah masuk diperiksa kembali sesuai dengan kriteria dan clearing
Analisa Univariat
Analisa Bivariat
variabel dependent. Dalam penelitian ini digunakan uji analisa data dengan
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Jakarta : EGC.
co.id.Merdeka/Arsip
Guyton, Arthur C. 1987. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit Edisi Revisi.
Jakarta : EGC.
Hull, Alison.1996. Penyakit Jantung Hipertensi dan Nutrisi. Jakarta : Bumi Aksara.
5
Mansjoer, Arief, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta :
Media Aesculapius.
Mardiati, Ratna. 2004. Buku Kuliah Faal Endokrin. Jakarta : Sagung seto.
Noer, Sjaifoellah. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi Ketiga.
Jakarta : FKUI.
Cipta.
Nugroho, Adi. 1996. Mewaspadai Hipertensi Penyebab Tekanan Darah Tinggi dan
Soeparman. 1998. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Gaya Baru.
Sidabutar dkk. 1996. Penyakit Ginjal dan Hipertensi Berkaitan Dengan Perawatan
Tjokronegoro A, Utama H. 2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi III. Jakarta
: FKUI.
7
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini di seluruh dunia jumlah usia lanjut diperkirakan ada 500 juta
dengan usia rata-rata enam puluh tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan
mencapai 1,2 miliar. Pada tahun 2000 jumlah usia lanjut meningkat menjadi
9,99% dari seluruh penduduk Indonesia (22.277.700 jiwa) dengan umur harapan
hidup 65 sampai 70 tahun dan pada tahun 2010 akan meningkat menjadi 11,09%
Survey rumah tangga tahun 1980, angka kesakitan penduduk usia lanjut
lebih dari 55 tahun sebesar 25,70% diharapkan pada tahun 2010 nanti angka
tidak diantisipasi sejak dini maka dampaknya bisa merepotkan. Seiring dengan
meningkatnya tingkat sosial ekonomi, maka usia harapan hidup juga meningkat
sehingga jumlah lanjut usia pun semakin banyak. Usia rata-rata manusia
Indonesia hanya mencapai 45 tahun, jadi saat itu yang namanya lanjut usia masih
langka.
Tidak hanya Indonesia saja tapi di seluruh dunia setiap tahunnya manusia
lanjut usia terus bertambah. Di negeri Belanda gangguan ini juga disebut
chizen. WHO mematok batas usia termasuk golongan lanjut usia ialah 60 tahun
Proses penuaan yang juga dipengaruhi oleh keturunan, gizi, mental dan
terhadap rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh itu sendiri (Margatan,
1996).
Bila dilihat angka statistik pada saat sekarang masalah usia lanjut belum
beberapa pelita ini menunjukkan angka harapan hidup bangsa Indonesia pada
masa mendatang akan meningkat terus sehingga pembinaan lanjut usia ini
semakin menonjol perannya. Hal ini tentu perlunya kerjasama lintas program dan
lintas sektoral untuk pelayanan kesehatan lansia yang mantap menuju lansia
Penglihatan adalah salah satu indra yang sangat penting yang dapat
keamanan mata agar bisa berinteraksi dengan lingkungan secara efektif (Barbara
Pada mata yang sangat berperan pada penglihatan adalah lensa yaitu
terpantul dari benda-benda yang dilihat, menjadi bayangan yang jelas pada retina.
9
Kekeruhan pada lensa yang berangsur-angsur dan akhirnya tidak dapat menerima
Angka kejadian katarak cukup tinggi, hal tersebut dapat dilihat dari hasil
sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) tahun 2006 dan
pada semua golongan umur di Bengkulu. Dari 20 penyakit terbanyak yang ada di
didapat dari medical record pada periode Januari sampai Desember 2006 pada
rawat jalan jumlah penderita katarak pada lansia sebanyak 231 penderita.
yang akan mengenai seluruh sistem tubuh, dan merupakan hasil interaksi antara
lingkungan dan benih keadaan ini, disebabkan oleh karena adanya faktor yang
oleh orang usia lanjut. Di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu jumlah pasien lansia
terdapat pada usia lanjut gambaran klinisnya bervariasi luas dari tanpa gejala
perubahan yang biasa ditemui pada usia lanjut. Berbeda dengan kelompok usia
10
muda, pada kelompok usia lanjut diperlukan penatalaksanaan secara khusus baik
Hubungan Lanjut Usia dengan Kejadian Katarak dan Diabetes Mellitus yang
masalah penelitian yaitu apakah terdapat hubungan antara lanjut usia dengan
kejadian katarak dan diabetes mellitus yang berobat di RSUD dr. M. Yunus
Bengkulu.
diabetes mellitus yang berobat di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2006.
melitus.
2. Sebagai masukan dan data dasar bagi peneliti lain untuk pengembangan
BAB II
TINJAUAN KASUS
Lanjut Usia
Definisi
alamiah, dimulai sejak lahir dan umumnya dialami oleh semua makhluk
Lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa yang pada masa
ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi
sedikit sampai tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi, sehingga bagi
tahun.
yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam
kegiatan sosial.
lanjut usia.
a. Teori genetik
pada molekul DNA pada gen dan sel pada saatnya akan mengalami
c. Teori Oto-imun
tubuh.
Katarak
Pengertian Katarak
Biasanya terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat
2001).
16
Etiologi Katarak
Mansjoer, 2001).
Patofisiologi
ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan
Manifestasi Klinis
terlihat melalui pupil yang telah berdilatasi dengan oftalmoskop, slit lamp,
atau shadow test. Setelah katarak bertambah matang maka retina menjadi
semakin sulit dilihat sampai akhirnya refleks fundus tidak ada dan pupil
Smeltzer, 2001).
cahaya yang salah arah. Misalnya, ada yang mengatur ulang perabot
Ada yang mengenakan topi berkelepak lebar atau kaca mata hitam dan
Penatalaksanaan
kongenital harus dideteksi dini karena bila menutupi aksis visual harus
Diabetes Melitus
Smeltzer, 2001).
mellitus/ IDDM).
lainnya.
Etiologi
beta.
21
tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak
2001).
Patofisiologi
glikogen dalam sel-sel hati dan sel-sel otot. Proses ini disebut glikogenesis
mg/dl).
sanggup lagi untuk mereabsorbsi semua glukosa yang ada dalam tubuli,
bersama urine. Dengan hilangnya kalori dan starvasi selluler selera makan
darah.
23
kebutuhan.
tercurah ke dalam darah dari hasil pemecahan asam amino dan lemak.
Manifestasi Klinis
khas berupa polifagia, poliuria, polidipsi, lemas dan berat badan turun.
Gejala lain yang mungkin dikeluhkan pasien adalah kesemutan, gatal, mata
kabur, dan impotensi pada pria, serta pruritas vulva pada wanita (Arif
Mansjoer, 2001).
a. Hiperglikemia berpuasa
f. Penglihatan kabur
24
Pemeriksaan Penunjang
resiko tinggi untuk DM, yaitu kelompok dewasa tua (>40 tahun), obesitas,
berat badan lahir > 4000 gram, riwayat DM pada kehamilan, dan
displidemia.
darah sewaktu, kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan
penyaring ulangan tiap tahun. Bagi pasien berusia > 45 tahun tanpa faktor
Komplikasi
25
1. Akut
a. Koma hipoglikemia
b. Ketoasidosis
2. Kronik
nefropati diabetik.
c. Neuropati diabetik
saluran kemih.
Penatalaksanaan
penyuluhan.
26
1. Penatalaksanaan Diit
mineral)
kebutuhan energi.
normal.
jumlah kalori dan karbohidrat yang dimakan pada waktu makan yang
berbeda.
2. Latihan Jasmani
a. Sulfonilurea
b. Binguanid
normal.
4. Insulin
obat tersebut.
Prognosis
mendapat insulin dapat bertahan hidup seperti orang normal. Sisanya dapat
adalah merupakan salah satu penyebab dari terjadinya diabetes melitus (Suzane
C. Smeltzer, 2001).
29
proses menjadi tua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala
sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang mengganggu sehingga
kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada
tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim (Sjaifoellah Noer, 1996).
keadaan mata yang mana nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan, sehingga di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan
posterior nukleus, yang mana opasitas ini merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna nampak seperti kristal salju pada jendela (Suzanne C. Smeltzer, 2001).
Kerangka Konseptual
Dari studi literatur kasus penurunan daya penglihatan pada katarak yang
disebabkan oleh banyak faktor tetapi karena keterbatasan penulis, maka penulis
K
L a
a D
t
n i
a
s a
r
i b
a
30
Definisi Operasional
Tabel 2.1. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1 Independent
2 Dependent
mata dokumentasi
1 = tidak katarak
Diabetes melitus
Hiperglikemia kronik Pedoman 0 = diabetes
Nominal
dokumentasi melitus
31
1 = tidak diabetes
melitus
Hipotesis
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara lanjut usia dengan kejadian
Ha : Ada hubungan yang signifikan antara lanjut usia dengan kejadian katarak
BAB III
METODE PENELITIAN
Yunus Bengkulu dan waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli 2007.
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia dengan katarak yang
berobat di ruang OKA Mata RSUD dr. M. Yunus Bengkulu selama tahun
2. Sampel
tersebut.
Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah data sekunder yaitu
dengan melihat status pasien untuk mengetahui identitas pasien dengan diagnosis
Analisis data terdiri dari analisis univariat dan bivariat yang dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta : EGC.
Guyton, Arthur C. 1987. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, Edisi Revisi.
Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid I, Jakarta : Media
Aesculapius, FKUI.
Noer, Sjaifoellah, 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi Ketiga.
Smeltzer. C.S. dan Brenda G.B. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi
Setelah umur 30 tahun terjadi penurunan kemampuan ginjal dan pada usia
60 tahun kemampuan ginjal menurun menjadi 50%. Ini disebabkan karena proses
Beberapa hal yang diperlukan berkaitan dengan faal ginjal pada usia lanjut
antara lain :
3. Ureum darah normal karena masukan protein terbatas dan produksi ureum
menurun. Kreatinin darah normal karena produksi darah menurun serta masa
otot mengurang. Maka paling tepat untuk menilai faal ginjal pada usia lanjut
4. Renal Plasma Flow (RPF) dan Glomerular Filtration Rate (GFR) / bersihan
(Darmojo, 2004).
dan mengikuti perjalanan klinik pasien. Pemeriksaan ini juga akan memberikan
hasil pemeriksaan fungsi ginjal dapat berada dalam batas-batas normal sampai
terjadi penurunan fungsi ginjal hingga dibawah 50 % dari nilai normal. Fungsi
ginjal dapat dikaji lebih akurat jika dilakukan beberapa pemeriksaan dan
kreatinin serum dan Blood Urea Nitrogen (BUN) (Brunner & Suddarth, 2002).
obat-obat.
Kadar kreatinin serum pada wanita berkisar antara 0,3 sampai 1,3 mg/dl
dan pada pria 0,7 sampai 1,5 mg/dl. Sedangkan kadar kreatinin di
antara 80 dan 120 ml/menit tergantung dari usia dan luas permukaan tubuh
Cockcrof-Gault yaitu :
Atau normalnya LFG pada laki-laki 95-137 ml/menit dan wanita 88-128
kadar dalam darah meningkat pada titik dimana jumlah kreatinin yang
terdapat dalam urin mencapai seimbang dengan jumlah yang dibentuk oleh
melalui ginjal yang berasal dari diet dan protein endogen yang telah
difiltrasi oleh glomeruli dan sebagian direasorbsi oleh tubulus. Ureum akan
lebih banyak lagi direasorbsi pada keadaan di mana urin terganggu / lambat
diet retriksi protein (Suyono, 2001). Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan
42
ureum, maka ureum darah naik di atas kadar normal yaitu 20-40 mg/dl
(Syaifuddin, 1997).
menjalani diet normal (asupan garam normal, protein dan cairan) dan tidak
untuk makan malam normal jam 6 dan tidak makan atau minum lagi
gangguan dini fungsi ginjal (Bruner & Sudarth, 2000). Ginjal normal
mengencerkan urin sampai pada berta jenis 1,001. Dengan urin yang encer
menjadi indikator dari kelebihan cairan dan urin yang pekat adalah
paling akurat dari kemampuan ginjal untuk memekatkan urin (Hudak &
Gallo, 1996).
menggolongkan gejala dan tanda atau kelainan pasien kedalam salah satu
2. Sindrom nefrotik
4. Kelainan glomerulo-vaskular
5. Hipertensi
11.Kelainan elektrolit
(Suyono, 2001).
serum dan Blood Urea Nitrogen (BUN). Apabila pada pasien ditemukan kadar
45
kreatinin normal, sedangkan ureum dalam darahnya tinggi, harus dicari sebab
berkurangnya fungsi ginjal disamping peningkatan kadar BUN. Pada Gagal ginjal
akut (GGA) ditandai dengan peningkatan BUN lebih dari 40 mg/dl dan
mempunyai fungsi ginjal normal (Hudak & Gallo, 1996). Sedangkan penderita
dengan Gagal ginjal kronik (GGK) kadar kreatinin serum yaitu 2 mg/dl sampai 10
yang serius, dimana lama perawatan rata-rata yaitu 6,4 hari (Doenges, 2001).
46
BAB I
PENDAHULUAN
kesehatan yang lebih tinggi, yang memungkinkan orang hidup lebih produktif,
baik sosial maupun ekonomi. SKN pada hakekatnya merupakan tatanan yang
dalam 5 Pelita yang lalu, pola penyakit di Indonesia mengalami pergeseran yang
cukup meyakinkan. Penyakit infeksi dan kekurangan gizi berangsur turun, tetapi di
diantaranya diabetes meningkat dengan tajam. perubahan pola penyakit itu diduga
ada hubungannya dengan cara hidup yang berubah sesuai dengan bertambahnya
kemakmuran. Pola makan di kota-kota telah bergeser dari pola makan tradisional
yang mengandung banyak karbohidrat dan serat dari sayuran, ke pola makan ke
lemak, gula, garam dan mengandung sedikit serat. Komposisi makanan seperti ini
terutama terdapat pada makanan siap santap yang akhir-akhir ini sangat digemari
degeneratif yang memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius. Karena
jika tidak, dampak dari penyakit tersebut akan membawa berbagai komplikasi
penyakit serius lainnya, seperti penyakit jantung, stroke, disfungsi ereksi, gagal
melitusnya terbanyak setelah India, China, Uni Sovyet, Jepang dan Brasil.
Kesehatan yang menyebutkan bahwa jumlah pasien rawat inap maupun rawat
jalan di rumah sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin.
tahun 2001 terdapat 5,6 juta penderita diabetes untuk usia di atas 20 tahun, akan
meningkat menjadi 8,2 juta pada tahun 2020, bila tidak dilakukan upaya
Penyakit Dalam RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2003 sebanyak 1.398
orang, tahun 2004 sebanyak 2.996 dan tahun 2005 sebanyak 1.202 orang.
48
Diabetes melitus menduduki urutan ke-2 penyakit terbesar di Poli Dalam dan
penyebab kematian terbanyak penyakit endokrin pada tahun 2005 yaitu sebanyak
11 orang (1,91%). Pada triwulan pertama tahun 2006 penderita diabetes melitus
yang berobat ke Poli Dalam RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu sebanyak 611 orang
dan dengan kasus baru sebanyak 31 orang (RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu,
2006).
adanya perubahan gaya hidup (pola makan yang tidak seimbang, kurang aktivitas
fisik) yang pada akhirnya dapat menyebabkan kegemukan (Octa, 2002). Obesitas
merupakan suatu hal yang kurang baik bahkan tidak disenangi, tetapi hanya
dengan berbagai penyakit yang serius seperti diabetes melitus. Bahkan juga ada
hubungan yang bermakna antara berat badan dan lama hidup manusia.
Selain itu penurunan sekresi insulin dari sel-sel pulau langerhans, reaksi
berkurang karena suatu antagonis dan beberapa faktor lain sebagai penyebab
timbulnya diabetes melitus, diantaranya stress, ras dan hereditas, dimana riwayat
hubungan antara obesitas dan keturunan dengan kejadian diabetes melitus pada
Bengkulu.
masalah penelitian yaitu apakah terdapat hubungan antara obesitas dan keturunan
dengan kejadian diabetes melitus pada pasien yang berobat di Poliklinik Penyakit
tahun 2006.
tahun 2006.
tahun 2006.
melitus.
51
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
yang akan mengenai seluruh sistem tubuh, dan merupakan hasil interaksi
antara lingkungan dan benih keadaan ini, disebabkan oleh karena adanya
(Ranakusuma, 1987).
1
2
2.1.2 Klasifikasi
melitus, yaitu :
tahun.
sering terjadi pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada
1. Golongan klinis :
a. Diabetes melitus :
1) Non obese
2) Obese
3
Tipe lain :
1) Penyakit pankreas
2) Sebab hormon
1) Non obese
2) Obese
c. Diabetes kehamilan
Tabel 2.1.
Golongan Kadar
Klini Glukosa
4
k Darah
Diabetes
Puasa
gula
tergan
ggu
Puasa
2 jam
2.1.3 Etiologi
oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati.
2.1.4 Patofisiologi
sebagai glikogen dalam sel-sel hati dan sel-sel otot. Proses ini disebut
sanggup lagi untuk mereabsorbsi semua glukosa yang ada dalam tubuli,
bersama urine. Dengan hilangnya kalori dan starvasi selluler selera makan
darah.
melebihi kebutuhan.
tercurah ke dalam darah dari hasil pemecahan asam amino dan lemak.
manusia yang disekresi secara berkala dalam interval setiap 4 jam, akan
lemak bebas dilepas ke dalam darah dan di konsumsi oleh jantung serta
otot sebagai ganti glukosa. GH juga langsung bekerja pada sel otot,
a. Hiperglikemia berpuasa
kematian.
f. Penglihatan kabur
(BUN), serum kalasinin, dan test urin untuk menilai kadar glikosuria.
pengobatan.
2. Pemeriksaan Urine
b. Konsentrasi gula dalam urine bisa mencapai 10%, jika ada ketosis
jumlah besar.
2.1.7 Komplikasi
1. Komplikasi Akut
a. Hipoglikemia
2. Komplikasi Kronis
pada kaki.
2.1.8 Penatalaksanaan
10
1. Penatalaksanaan Diit
vitamin, mineral).
kebutuhan energi.
normal.
yang berbeda.
2. Latihan Jasmani
11
dan mendayung.
a. Sulfonilurea
glukosa.
b. Binguanid
bawah normal.
prandial.
4. Insulin
obat tersebut.
2.1.9 Prognosis
2.2 Obesitas
2.2.1 Definisi
seimbangnya antara tinggi dan berat badan, biasanya berat badan di atas
skeletal dan fisik sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh
(Dorland, 1994).
kalori yang dibakar melalui aktivitas kehidupan sehari-hari atau olah raga
2.2.2 Klasifikasi
badan 41-100%) dan obesitas berat (kelebihan berat badan > 100%).
Tabel 2.2
Masa Kategori
Tubuh
14
25 – 29,9 Kurang
30 – 34,9 Berat
35 – 39,9 Badan
Berat
Badan
Lebih
Obesitas I
Obesitas II
Sangat
Obesita
a. Diet :
b. Aktivitas fisik-aerobik
d. Terapi perilaku.
Dilakukan bila :
diabetes hampir 4 kali lebih sering pada orang gemuk dari pada populasi
2.3 Keturunan
a. Herediter, biasanya diturunkan melalui salah satu orang tua, sehingga sifat
familial.
b. Familial
berhubungan dengan kelainan kromosom, dan tidak dapat dilihat pada analisis
kromosom, tapi dapat dianalisis dari family free atau dengan pemeriksaan
biokimia dan tes biologi molecular. Golongan ini dikenal sebagai penyakit akibat
defek gen tunggal yang digolongkan sebagai mutasi baru atau penyakit keturunan
Suatu predisposisi genetik telah umum dikenal dengan baik pada diabetes
Diabetes onset maturitas pada orang muda merupakan bentuk khusus dari
17
(Kingston, 1997).
Tabel 2.3.
anggota keluarganya
Resiko
(Per
sen)
Diabetes tergantung
insulin : 3-10
Kakak-beradik 3
Kembar monozigot
Kembar monozigot
Diabetes onset
18
maturitas pada
umur muda :
penyakit.
c. Penyakit X-linked
2. Penyakit multifaktorial
3. Penyakit Sitogenetik
oleh gen resesif (d) dan seorang penderita (dd) mempunyai dua orang
tua yang tidak sakit, maka kedua orang tuanya tadi harus mempunyai
PROPOSAL PENELITIAN
OLEH :
NPM. 0426010009
JURUSAN KEPERAWATAN
BENGKULU
2008
BAB I
PENDAHULUAN
mencapai derajat kesehatan yang lebih tinggi, yang memungkinkan orang hidup
lebih produktif, baik sosial maupun ekonomi. Hal ini tercantum dalam sistem
penyakit infeksi dan kekurangan gizi berangsur turun, tetapi di lain pihak penyakit
meningkat dengan tajam. Hal ini diduga berhubungan dengan gaya hidup masa
kini yang modern yang membuat kita terlena seperti bekerja seharian duduk di
belakang komputer dan jarang bergerak, pola makan yang berlebihan dan
1
2
diketahui sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya gangguan menahun
terutama pada sistem metabolisme karbohidrat, lemak, dan juga protein dalam
insulin, yang diperlukan dalam proses pengubahan gula menjadi tenaga serta
yaitu meningkatkan kadar gula dalam darah atau terdapatnya kandungan gula
dunia terdapat 120 juta penderita DM yang diperkirakan naik dua kali lipat pada
tahun 2025. Kenaikan ini disebabkan oleh pertambahan umur, kelebihan berat
badan dan gaya hidup (Harnawatiaj, 2008). Setiap tahun tren jumlah penderita DM
(Sidartawan, 2008)
penanganan yang tepat dan serius, karena jika tidak, dampak dari penyakit tersebut
jantung, stroke, ISK, tuberkulosis paru, lemah syahwat, ginjal terganggu, bisul,
DM.
Menurut dr. Sapto Adji, H.SpOT dari bagian bedah ortopedi Rumah Sakit
Internasional Bintaro (RSIB) yang paling sering dialami pengidap DM adalah pada
kaki (15%) yang kini disebut kaki DM. Komplikasi ini merupakan penyebab
penyembuhan, jika tidak ditangani dengan baik hal ini sangat membebani biaya
bangsal bedah RS. M. Yunus Bengkulu, didapat bahwa 50 kasus ulkus diabetikum
dari 1857 pasien di bangsal bedah yang dirawat selama periode Agustus 2006
sampai Juni 2007, dan didapat persentase penderita ulkus diabetikum berdasarkan
penggolongan umur yaitu < 40 tahun sebanyak 4%, 41-60 tahun sebanyak 12,5%
dan 61-80 tahun sebanyak 10%. Dan dari data tersebut di atas didapat bahwa
4
lamanya hari perawatan pada ulkus diabetikum terdapat waktu lebih dari 7 hari
ulkus diabetikum pada pasien di ruang bangsal bedah (B2) RS. M. Yunus
Bengkulu.
bedah (B2) RS. M. Yunus Bengkulu periode Agustus 2006 sampai dengan
Desember 2007.
umur.
3. Dapat menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca dan peneliti sendiri tentang
TINJAUAN TEORITIS
2.1.1. Pengertian
ditandai oleh adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia) yang
(insulin), baik secara mutlak yaitu memang kadarnya berkurang atau dapat
juga jumlah insulinnya sendiri mencukupi tetapi kerja insulin yang kurang
baik dalam mengatur kadar glukosa darah agar terjadi selalu normal seperti
puasa lebih dari 120 mg/dl dan glukosa darah 2 jam sesudah makan lebih
dalam darahnya.
2.1.2. Etiologi
1. DM Tipe I
a. Faktor genetik
b. Faktor imunologi
jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
2. DM tipe II
a. Faktor usia
serotonin otak.
c. Obesitas
d. Mal nutrisi
e. Faktor genetik
2.1.3. Tipe-Tipe DM
1. DM Tipe I
Adalah bila tubuh perlu pasukan insulin dari luar, karena sel-sel
Adalah terjadi jika hasil produksi pankreas tidak cukup atau sel
insulin.
bagi penderita DM. DM tipe II ini dapat menurun dari orang tua yang
menderita DM. Tetapi risiko penyakit ini akan semakin tinggi jika
membuat anda kurang bergerak. Jadi pada DM tipe II ini yang menjadi
pencetus utama adalah faktor obesitas, faktor penyebab lain adalah pola
(Alwia, 2007).
kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan.
menyebabkan poliuria.
Akibat volume urin yang sangat besar dan keluarnya air menyebabkan
rasa haus.
3. Polifagia (peningkatan rasa lapar)
4. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat katabolisme protein di otot dan
sebagai energi.
penglihatan kabur, luka yang lama sembuh, kaki terasa kebal, geli atau
terasa terbakar, infeksi jamur pada saluran reproduksi wanita, impoten pada
2.1.5. Patofisiologi DM
glikogen dalam sel-sel hati dan sel otot. Proses ini disebut glikogenesis
yang dapat mencegah hiperglikemia (kadar glukosa dalam darah > 110
mg/dl).
Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat
polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine, maka pasien akan
yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga
penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan
Jika keluhan dan gejala khas ditemukan dan pemeriksaan glukosa darah
sewaktu yang lebih dari > 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan
diagnosa DM.
glukosa darah sewaktu (tabel 2.1.) dan puasa, kemudian dapat diikuti Tes
1. Pemeriksaan darah
mg/dl).
2. Pemeriksaan urin
jumlah besar.
2.1.7. Komplikasi DM
komplikasi pada seluruh organ tubuh, dari kepala sampai ke kaki, kesemua
DM dapat berupa :
1. Komplikasi Akut
2. Komplikasi Kronis
(Misnadiarly, 2006)
2.1.8. Penatalaksanaan
2. Diit
2002)
3. Obat-obatan
diet dan gerak badan barulah diberikan obat hipoglikemia oral (OHO)
tiozolidindion.
b. Terapi Insulin
Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh sel beta pulau
farmasi.
karena produksi insulin oleh sel beta tidak atau hampir tidak ada.
glukosa darah.
(Misnadiarly, 2006).
BAB I
PENDAHULUAN
berusia lanjut menjadi tanggungan anak dan tinggal dirumah anaknya. Hal
ini merupakan tanda bakti anak kepada orang tua yang telah mengasuh dan
untuk menitipkan lansia di panti, selain tidak sesuai adat kebiasaan, juga
menuntut biaya yang tidak sedikit untuk itulah perlunya peran dan
(Depkes,1994).
Perbaikan dibidang kesejahteraan sosial, arus globalisasi dibidang
keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan dan terpaksa hidup sendiri
dalam kesepian dan terlantar. Pada tahun 2000, sekitar 15 juta lansia,
21,75% dan 33,89% dapat dikategorikan sebagai lansia terlantar dan rawan
anak lelaki atau perempuan, atau dari keluarga yang lain. Faktor lain yang
konflik yang lama dengan keluarganya, prilaku psikopat dari lansia atau
daily
lansia
3.2.3. Melihat dukungan keluarga dalam menerapkan fungsi dasar
lansia
proporsi sebesar 654 orang. Dengan keterbatasan waktu dan biaya yang ada
maka penelitian ini hanya meneliti perawatan kesehatan pada lansianya saja.
peneliti sebelumnya.
2.2. Lansia
2.2.1. Defenisi
(Nugroho, 2000).
tentang proses penuaan yang terjdi pada hewan dan manusia adalah
sebagai berikut :
lingkungannya.
(Setiabudhi, 1999).
terpakai.
tersebut mati.
dikelompokkan menjadi
menjadi :
personal yaitu :
a. Eating (Makan)
c. Dressing ( Berpakaian)
d. Bathing (Mandi)
e. Transferring (Berpindah)
f. Walking (Berjalan)
c. Shopping (berbelanja)
1993).
Indeks Katz dari AKS
tambahan
dianggap mampu.
a. Mandi (Spon, Pancuran atau Bak)
b. Berpakaian
Mandiri : mengambil baju dari laci, berpakaian, melepaskan
mengunakan pakaian.
c. Ke Kamar Kecil
Mandiri : ke kamar keil masuk dan keluar, merapikan baju,
yang digunakan hanya malam hari dan dapat atau tidak dapat
d. Berpindah
Mandiri ; berpindah ke dan dari tempat tidur secara mandiri
e. Kontinen
Mandiri : berkemih dan defekasi seluruhnya dikontrol sendiri
f. Makan
Mandiri : mengambil makanan dari piring atau keseksamaan
a. Mudah jatuh
b. Mudah lelah
d. Nyeri dada
f. Berdebar-debar (palpitasi)
n. Gangguan tidur
q. Mudah gatal-gatal
Jatuh 2,5 %
TBC 1,8 %
Kanker 0,7 %
dan tidur
efektif.
Perawatan dasar pada lansia ditujukan pada :
Lansia yang masih aktif yaitu mereka yang keadaan fisiknya masih
a. Kebersihan perorangan
gunakan pasta gigi. Pada waktu tidur gigi palsu dilepas dan
3. Kebersihan mata
Dibersihkan bila ada kotoran dan cairan dengan kapas bersih.
4. Kebersihan telinga
b. Kebersihan lingkungan
kasur seminggu sekali dan tinggi tempat tidur tidak lebih dari 70
Kebersihan lantai. Jaga lantai kamar tidur, kamar mandi tetap kering,
bersih dan rata. Gunakan alas kaki yang datar bila berjalan.
c. Makanan
berikut :
Hidangan dalam porsi yang kecil, hangat, bersih dan rapi. Berikan
lauk pauk, sayur dan buah yang masih segar. Bervariasi dan
menarik. Rasa makanan disesuaikan selagi tidak bertentangan
d. Kesegaran jasmani
Olah raga ringan dibutuhkan bagi usila untuk melatih pernafasan dan
lumpuh.
a. Kebersihan perorangan
Memandikan
Menyikat gigi
b. Kebersihan lingkungan
sekali kecuali bila kotor dan basah ganti segera. Jaga agar
cukup.
c.. Makanan
d. mencegah dekubitus
diperhatikan yaitu
Latihan bangun dan tidur dengan usaha sendiri agar otot tetap
METODOLOGI PENELITIAN
objek yang cukup banyak dalam jangka waktu tertentu untuk melihat sejauh
mana peran dan dukungan keluarga dalam perawatan kesehatan pada lansia
(Notoatmodjo, 2002).
51%-75% baik
26%-50% cukup
1%-25% kurang
3.2.2. Dukungan keluarga adalah aspek dari fungsi keluarga yang
(Stanhope, 1998).
8607 orang.
3.3.2. Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling
2
Z 1-/2P(1-P)N
n = ------------------------------ x df
2 2
d (N-1) + Z 1-/2P(1-P)
n : besar sample
df : desain efek = 2
Dari hasil perhitungan diatas besar sampel pada penelitian ini adalah
654 orang dengan kriteria berusia 60 tahun keatas dan dapat diajak
berkomunikasi.
puskesmas Curup
3.4.2. Waktu penelitian dilakukan selama 3 bulan dari bulan mei 2006
Sebelum pengumpulan data dan melakukan penelitian peneliti meminta izin dari
dengan menjelaskan tujuan dari dan manfaat dari penelitian. Jika responden
menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap
kuisioner.
yaitu data yang diperolah dari studi kepustakaan, intansi pemerintah dan
lain lain.
dilakukan
konsisten
berbentuk bilangan
program komputer
frekuensi.
Lembar Kuisioner
Identitas Responden
Petunjuk pengisian
1) Berilah tanda ceklist () pada salah satu jawaban yang anda anggap benar
2) Jika salah mengisi, coret jawaban dengan tanda sama dengan (=) .
Contoh () kemudian ganti dengan ().
3) Isilah kuisioner ini dengan jawaban yang sebenarnya. Jawaban anda yang jujur
dan benar sangat membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.
Peran Keluarga
Dukungan keluarga
1. Saya merasa puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya untuk meminta
bantuan jika sesuatu mengganggu saya.
Selalu kadang kadang tidak pernah
2. Saya merasa puas bahwa keluarga saya membicarakan hal-hal dengan saya
dan meceritakan masalah pada saya.
Selalu kadang kadang tidak pernah
3. Saya merasa puas bahwa keluarga saya menerima dan memberikan dukungan
atas keinginan saya untuk melakukan aktivitas fisik baru atau rekreasi.
Selalu kadang kadang tidak pernah
4. Saya merasa puas bahwa keluarga saya mengekspresikan rasa kasih sayang
dan memberikan respon terhadap emosi saya seperti kemarahan, kesedihan
dan cinta.
Selalu kadang kadang tidak pernah
5. Saya merasa puas dengan cara keluarga saya membagi waktu bersama saya
Selalu kadang kadang tidak pernah
6. Apakah keluarga bapak/ibu datang mengunjungi secara rutin?
Selalu kadang kadang tidak pernah
7. Apakah bila bapak/ibu sakit keluarga memberikan uang untuk biaya
pengobatan bapak/ibu ?
Selalu kadang kadang tidak pernah
Hubungan kekerabatan
kela
min
Daftar Pustaka
3.EGC.Jakarta.
Jakarta.
Rice, Robyn (1993). Home Health Nursing Practice Concepts & Applications.
Singarimbun, Masri & Efendi, Sofian (1989). Metode Penelitian Survay. LP3ES.
Jakarta.
PENDAHULUAN
nasional yang telah di laksanakan dalam tiga dasawarsa terakhir ini menurut
yang hidup dalam lingkungan dan prilaku hidup sehat memiliki kemampuan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata,
Kesehatan merupakan salah satu bagian pokok dan esensial dari kualitas hidup
tanggung jawab bersama. Sehat adalah suatu kondisi yang tidak saja bebas dari
penyakit, namun juga sehat secara mental dan sosial. Sehat juga merupakan salah
satu unsur hak azasi manusia (Yastroki, 2008). Salah satu penyebab
1
Stroke adalah salah satu penyakit degeneratif yang menyerang otak. Stroke
defisit neurologi fokal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih, bisa juga
peredaraan darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000). Gejala yang ditimbulkan
oleh stroke terjadi akibat sel-sel otak kekurangan oksigen maka sel-sel otak akan
stroke tergantung di area otak yang telah terpengaruh dan jumlah kerusakan
jaringan otak. Stroke ringan mungkin tidak menimbulkan gejala apapun, tetapi
masih dapat merusak jaringan otak. Stroke ini yang tidak menimbulkan gejala
adalah : Mendadak mati rasa atau kelemahan pada wajah, lengan atau kaki,
terutama pada satu sisi tubuh; hilangnya sukarela bergerak dan / atau sensasi
dapat lengkap atau sebagian, dan berkaitan dengan sensasi geli di daerah yang
menyebabkan drooling; tiba-tiba kesulitan dalam melihat dengan satu atau kedua
ekonomi sangat besar dan luas. Selain memerlukan biaya tinggi untuk
pengobatan dan rehabilitasi, penyakit itu menimbulkan kerugian berupa
hilangnya waktu produktif. Kerugian sosial yang terjadi karena stroke adalah
jantung, dan kanker), sehingga sering terabaikan. Hal ini disebabkan stroke
bergerak perlahan karena tidak menimbulkan gejala yang jelas (kadang cuma
kesemutan) atau mirip gejala penyakit lain, sampai terjadi serangan yang benar-
benar fatal.
Empat juta orang Amerika mengalami defisit neurologis stroke, dua petiga defisit
ini bersifat sedang sampai parah. Di Amerika, setiap tahun terjadi 700.000 kasus
stroke baru, setiap 45 detik akan ada seorang yang terkena serangan stroke baru
atau stroke berulang dan setiap 3,1 menit ada seorang meninggal karena stroke
(Wordpress, 2008). Kasus stroke tersebut meningkat karena kegemukan dan junk
proporsi penderita stroke dari tahun ketahun cenderung meningkat, hal ini terlihat
indonesia. Hasil survei menunjukkan terjadinya peningkatan dari 0,72 per 100
penderita pada tahun 2002 menjadi 0,89 per 100 penderita 2004.
Di Propinsi Bengkulu tepatnya di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu juga
survey awal didapatkan data bahwa pada tahun 2005 terdapat 86 penderita.
Tahun 2006 terdapat 241 orang penderita, tahun 2007 terdapat 292 orang
penderita. Pada Tahun 2007 tersebut penyakit stroke merupakan peringkat ke dua
penyebab kematian untuk golongan semua umur di Rumah sakit Dr. M Yunus
bahwa rata-rata kunjungan pasien stroke 44 pasien setiap bulan dengan jumlah
pasien stroke selama setahun 334 orang (11,87%) dari seluruh pasien 2814.
adalah yang tidak dapat diubah (riwayat keluarga, umur, jenis kelamin dan ras)
serta yang dapat diubah (seperti darah tinggi, kencing manis, jantung, kolesterol,
asam urat, kegemukan, merokok, kurang olah raga, narkoba dan lain-lain). Salah
satu dari faktor resiko yang bisa diubah atau dimodifikasi adalah riwayat diabetes
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hipeglikemia (Brunner
dan Suddarth, 2002). Tampilan klinis diabetes melitus dapat berupa gangguan
mempunyai resiko relatif mendapat serangan stroke 1,5-3 kali lebih sering jika
Lasmudin (1996, dalam Asdie & Asdie, 1999) bahwa pasien diabetes melitus
dengan hiperglikemia mempunyai resiko 11,29 kali untuk terjadinya stroke (OR :
Faktor resiko lain yang dapat diubah adalah jarang berolah raga. Olahraga
adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur, yang
Olah raga atau latihan jasmani yang teratur sudah terbukti menurunkan resiko
serebrovaskuler. Efek proteksi dari olah raga untuk mencegah terjadinya stroke
Depkes RI, 2002) memperlihatkan bahwa orang yang mempunyai gaya hidup :
tidak merokok, berolahraga secara teratur, dan melakukan kerja fisik, ternyata
berpeluang lima kali lebih tinggi terhidar dari penyakit jantung dan stroke dari
faktor resiko yang telah disebutkan di atas, berolahraga secara teratur, dan
Sebenarnya serangan stroke dapat dicegah apabila klien yang mempunyai faktor
belum mengerti tanda dan gejala stroke sehingga terlambat untuk mencari
pertolongan. Akibatnya hasil terapi yang didapat tidak dapat optimum, hari rawat
menjadi panjang dan biaya yang dikeluarkan untuk penyembuhan menjadi relatif
lebih besar. Pengetahuan yang baik tentang pencegahan stroke dapat mencegah
serangan dan meminimalkan efek samping apabila terjadi serangan (Anna, 2006).
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas maka peneliti tertarik untuk
olah raga, dan pengetahuan tentang pencegahan dengan kejadian stroke di Poli
Masalah dalam penelitian ini adalah tingginya angka kejadian stroke di poli
olah raga, dan pengetahuan tentang pencegahan dengan kejadian stroke di Poli
1.3.2.1. Untuk mengetahui gambaran kejadian stroke pada pasien di Poliklinik Saraf
1.3.2.3. Untuk mengetahui gambaran kebiasaan olah raga pada pasien di Poliklinik
Penelitian ini melihat hubungan riwayat diabetes melitus, kebiasaan olah raga,
dan pengetahuan tentang pencegahan dengan kejadian stroke pada bulan Mei
tahun 2009. Jenis penelitian yang digunakan adalah Deskriptif analitik dengan
1.6.Keaslian Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1.1. Stroke adalah salah satu penyakit degeneratif yang menyerang otak. Stroke
berupa defisit neurologi fokal atau global yang berlangsung 24 jam atau
2005).
terhentinya aliran darah melalui system suplai arteri otak (Price, 2003).
darah ke otak.
2.1.2. Etiologi 1
utama trombosis serebral yang merupakan penyebab utama dari stroke. Tanda-tanda
trombosis serebral bervariasi, sakit kepala adalah awitan yang tidak umum, beberapa
pasien dapat mengalami pusing, perubahan kognitif, atau kejang, dan beberapa
pengalaman awitan yang tidak dapat dibedakan dari haemoragi intraserebral dan
embolisme serebral. Secara umum embolisme serebral tidak terjadi secara tiba-tiba
dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau parestesia pada setengah tubuh
dapat mendahului awitan paralisis berat pada beberapa jam atau hari (Brunner &
Sudart, 2002).
jantung rematik, dan infark miokard, serta infeksi pulmonal, adalah tempat asal
mendadak dengan efek maksimum sejak awitan penyakit. Biasanya serangan terjadi
saat pasien beraktivitas (Price, 2003). Awiatan hemiparesis atau hemiplegia tiba-tiba
dengan atau tanpa afasia atau kehilangan kesadaran pada pasien dengan penyakit
jantung atau pulmonal adalah karakteristik dari embolisme serebral (Brunner &
Sudart, 2002).
ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak (Brunner & Sudart, 2002).
akibat trauma atau hipertensi, atau di dalam substansi otak (hemoragi intaraserebral)
haemoragi atau perdarahan disubstansi dalam otak paling umum pada pasien dengan
ini biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah (Brunner & Sudart, 2002).
Jenis stroke ini pada dasarnya disebabkan oleh okulasi pembuluh darah otak
Stroke ini sering diakibatkan oleh trombosis akibat flak aterosklerosis arteri otak atau
yang memberi vaskularisasi pada otak atau suatu emboli dari pembuluh darah di luar
otak yang tersangkut di arteri otak. Stroke jenis ini merupakan stroke yang sering
didapatkan, sekitar 80% dari semua stroke. Stroke jenis ini juga bisa disebabkan
berbagai hal yang menyebabkan terhentinya aliran darah otak, antara lain syok atau
Stroke jenis ini merupakan sekitar 20 % dari semua stroke (Sudoyo, 2006).
Mekanisme dasar dari terjadinya stroke haemoragic adalah karena adanya perdarahan
otak. Perdarahan ini dapat disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah arteri otak
(Karena hipertensi yang kronik pembuluh darah menjadi tipis (terbentuk aneurisma)
dan mudah terjadi ruptur atau pembuluh darah lain diotak karena adanya proses
Gagal
G
p
l
o
I
o A Penebal
m
s
F b r an
p
k
ao t din
s a
e V T
l
k e din
t j
m e r
a S r g
r a R
i n o
l i pe
o u n u
k a m
H mb
k b t p
a b
ulu
e I a u Ru t
e u
h
rn n u
p
m s
dar
at g rt
o ah
k
e Hipot u
r Obstruk
n
r e ar
a si
o
s n n
g
(Ebrahim and Lammie, 2003)
Jika aliran darah ke setiap bagian otak terhambat karena trombus atau embulus,
maka mulai terjadi kekurangan oksigen kejaringan otak. Kekurangan selama satu
menit dapat mengarah pada gejala yang dapat pulih, seperti kehilangan kesadaran.
Kekurangan oksigen dalam waktu yang lebih lama dapat menyebabkan nekrosis
oksigen pada awalnya mungkin akibat iskemia umum (karena henti jantung atau
hipotensi) atau hipoksia karena proses anemia atau kesukaran bernafas. Jika neuron
hanya mengalami iskemik, dan belum terjadi nekrosis, masih ada peluang untuk
menyelamatkannya.
Stroke karena embolus dapat merupakan akibat dari bekuan darah, plak
ateromatosa fragmen, lemak, atau udara. Jika etiologi stroke adalah haemoragi, maka
anuerisma serebral lebih rentan terhadap ruptur dan menyebabkan hemoragi pada
keadaan hipertensi. Sindrom neurovaskuler yang lebih sering terjadi pada stroke
trombolitik dan embolitik adalah karena keterlibatan arteri serebral mediana. Arteri
ini terutama mensuplai aspek lateral hemisfer serebri infark pada bagian tersebut
dapat menyebabkan defisit kolateral motorik dan sensorik. Jika infark hemisper
adalah dominan maka akan terjadi masalah bicara dan timbul disfasia (Hudak &
Gallo, 2002).
2.1.5. Manifestasi Klinis Stroke
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area perfusinya tidak adekuat, dan
jumlah aliran darah kolateral (Sekunder atau aksesori). Fungsi otak yang rusak tidak
(Mansjoer, 2005)
2.1.6.2. CT Scan
perdarahan (Mansjoer, 2000). Walaupun pada beberapa keadaan antara lain stroke
dibatang otak pada hari-hari pertama tidak didapatkan abnormalitas, sehingga harus
Sken resonansi magnetik ( MRI ) lebih sensitif dari CT Scan dalam mendeteksi
2.1.7.1.1. Usia
Semakin bertambah tua usia semakin besar resikonya. Setelah berusia 55 tahun,
resikonya berlipat ganda setiap kurun waktu sepuluh tahun (Thesecretalert, 2008).
2.1.7.1.3. Keturunan
Kelainan turunan sangat jarang menjadi penyebab langsung stroke. Namun, gen
2.1.7.1.4. Ras
Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa ras kulit putih memiliki peluang
serum, gula darah, dan berat badan, yang mana semua itu
2.1.7.2.5. Merokok
2006).
2006).
2.1.7.2.7. Stres
Anna, 2006).
mmHg.
DM adalah :
a. Mengatur makanan
normal
keadaan hipoglikemia
Diarahkan untuk memberikan perawatan optimal pada pasien, alih baring untuk
pasien dengan kesadaran menurun, dan memberi hidrasi yang cukup merupakan
sendiri, oleh karena itu harus sering dipantau. Beberapa diantaranya adalah tekanan
darah, gula darah, keadaan kardiorespirasi, ulkus stres, infeksi, emboli paru, dan lesi
iskemik.
Upaya rehabilitasi harus diupayakan segera apabila keadaan pasien sudah stabil.
Fisioterapi pasif perlu diberikan bahkan saat pasien masih berada diruang intensif
2.1.9.5 Tindakan untuk mencegah stroke berulang dan upaya rehabilitasi kronis harus
terus dikerjakan .
( Sudoyo, 2006)
stroke ke rumah sakit untuk segera mendapatkan pertolongan. Banyak rumah sakit
besar memberikan penanganan berupa obat-obatan yang dapat memecah sumbatan
pada pembuluh darah. Obat-obatan tersebut dapat menghentikan gejala dengan cukup
stroke terjadi. Waktu ini disebut dengan golden period. Jika dalam kurun waktu itu
penderita mendapat pemeriksaan dan penanganan yang tepat, maka ia akan terhindar
Semua jenis stroke memerlukan observasi yang cermat, terutama pada 24 jam
tergantung dari berat ringannya akibat dari serangan stroke tersebut. Apabila ada
kelumpuhan dibagian tubuh lain perlu dilakukan terapi khusus misalnya fisioterapi,
terapi okupasi, serta terapi wicara. Fisioterapi dapat membantu memulihkan kekuatan
otot-otot serta mengajarkan bagaimana bergerak yang aman dan nyaman dengan
keterbatasan gerak akibat kelemahan otot. Terapi okupasi membantu penderita untuk
dapat makan, minum dan berpakaian sendiri. Terapi wicara membantu penderita
penyimpanannya.
Suddarth, 2002).
CI 95% : 1,358-6,422).
2.2.1. Pertahankan berat badan ideal. Jika penderita overweight atau kelebihan berat
2.2.3. Pertahankan tekanan darah agar tetap normal dan mendekati normal
(Dimasmis, 2009).
2.3.2.2. Anaerabik adalah : Olahraga dimana kebutuhan oksigen tidak dapat dipenuhi
seluruhnya oleh tubuh. Misalnya : Angkat besi, lari sprint 100 M, tenis
2.3.3.1. Meningkatkan kerja dan fungsi jantung, paru dan pembuluh darah yang
aterosklerosis
2.3.3.2. Meningkatkan kekuatan otot dan kepadatan tulang yang ditandai : pada anak
mengurangi cedera.
2.3.3.5. Mengurangi resiko terjadinya berbagai penyakit seperti tekanan darah tinggi
pendahuluan untuk menentukan dosis yang aman dan jenis olahraga yang
cocok (tes pembebanan/stress test) terutama bila : ada keluhan seperti sering
koroner, asma, kencing manis, hipertensi, dll; dan berusia diatas 30 tahun.
2.3.4.3. Sebaiknya gunakan pakaian dan sepatu olahraga yang sesuai dan nyaman.
2.3.4.4. Jangan lakukan olahraga setelah makan kenyang, sebaiknya tunggu sampai 2
jam.
2.3.4.5. Minum minuman yang sejuk dan sedikit manis (manis jambu).
2.3.5.1. Olahraga daapt dimulai sejak usia muda hingga usia lanjut.
2.3.5.2. Dapat dilakukan dimana saja, dengan memperhatikan lingkungan yang mana
selama 5 - 10 menit.
2.3.5.5. Frekuensi latihan dilakukan secara teratur 3 - 5 kali per minggu.
2.3.5.6.1. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh harus mencapai 70% - 85% denyut
nadi maksimal (DNM). DNM adalah denyut nadi maksimal yang dihitung
2.3.5.6.2. Untuk membakar lemak dengan intensitas yang lebih ringan yaitu 60 - 70
dengan denyut nadi mencapai : 60% x 180 = 108 s/d 70% x 180 = 126.
meningkatkan daya tahan tubuh (endurence) perlu waktu antara 1/2 - 1 jam,
untuk membakar lemak perlu waktu lebih lama (lebih dari satu jam).
2.3.6.2. Minumlah secukupnya bila banyak berkeringat dan jangan langsung mandi.
Notoatmodjo, 2003 ).
sebagainya.
dan sebagainya.
2.4.3.1. Pengalaman
seseorang.
2.4.3.3. Keyakinan
2.4.3.4. Fasilitas
2.4.3.5. Penghasilan
Kerangka konsep dalam penelitian ini disajikan pada bagan 2.2. berikut :
Bagan 2.2.
Kerangka Konsep Penelitian
2.6. Hipotesis d
2.6.1. Ada hubungan antara Riwayat Diabetes Melitus dengan kejadian stroke di i