ﻪ
ِ
ْﺑ
ِ ﻢ
ﺘ
ُﻧ
ْ
ْﺃ
َِﻱ
ﺬ
ﻟ
ﱠَﺍ
ﺍﺍﷲ
ﻮﻘ
ُ
ﺗ
ﱠﺍ
ﻭ٬
َ ﺎ
ﺒ
ً
ﻴ
ﱢـ
ًﻃ
َ َﻻ
َﻼ
ُﺣُﺍﷲﻢﻜ
ُﻗ
َ
ﺯ
َﺎﺭ
َ ﻤ
ﱠﺍﻣ
ِ ﻮ
ْ
ﻠ
ُﻛ
ُﻭ
َ
.(۸۸:ﺓ
ﺪﺋ
ﺎﻤ
ﻟﺍ
)َ
ْﻥ
ﻮﻨ
ُ
ﻣ
ِﺆ
ْﻣ
ُ
"Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari yang Allah telah rezkikan
kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya"
(QS. al-Ma'idah [5]: 88).
(۱۷۲:ﺓ
ﺮﻘﺒ
ﻟ
ﺍ)ْ
ﻢ
ﻛ
ُﺎ
ﻨ
َﻗ
ْ
ﺯ
َﺭ
َﺎ
ِﻣ
َﺎﺕ
ﺒ
َﻴ
ﱢ
ِﻦﻃ
َ ﺍﻣ
ﻮﻠ
ُ
ﺍﻛ
ُ ﻮ
ﻨ
ُﻣ
َﺍ
َء
َﻳﻦ
ﺬ
ِﻟ
ﱠ
ﺍﺎ
ﻬ
َﻳ
ﱡ
ﺃ
َﺎ
ﻳ
َ
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik
yangKa mib eri
kank ep
adamu”( QS.Al- Baqarah [2]: 172)
(۱٦۸:ﺓ
ﺮﻘﺒ
ﻟ
ﺍ)ﺎ
ﺒ
ً
ﻴ
ﱢًﻃ
ََﻻ
َﻼ
ِﺣ
ْﺽﺭ
ْﻷ
َ ﺍ
ِﻲﺎﻓ
ﻤ
ﱠﺍﻣ
ِﻮﻠ
ُ
ُﻛ
ُﺎﺱﻨ
ﱠ
ﻟ
ﺍﺎ
َﻬ
ﻳ
ﱡﺃ
َ
ﺎﻳ
َ
“Haima nusia,ma kanl a
hya ngha
lall
agib
aikda
ria
paya
ngt
erda
patdib
umi
”
(QS. Al- Baqarah [2]: 168)
(۲۹:ﺓ
ﺮﻘﺒ
ﻟ
ﺍ)ﺎ
ﻌ
ًﻴ
ْ
ﻤ
ِِﺟ
َْﺽﺭ
ْﻷ
َ ﺍ
ِﻲ
ْ ﺎﻓ
ْﻣ
َﻢﻜ
ُ
ﻟ
ََﻖ
َﻠ
ْﺧ
َِﻱ
ﺬ
ﻟ
ﱠﺍ
ﻮ
َﻫ
ُ
"Dia-lah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu..." (QS.
al-Baqarah [2]: 29)
َْ
ﻥﻮﻜ
ُْﻳ
َ َﻥ
ﺃ
ِﻻ
ﱠ ﺇﻪ
ُ
ﻤ
ُﻌ
ََﻄ
ٍْﻳ
ﻢﺎﻋ
ِ َﻰﻃ
َ ﻠ
ﺎﻋ
َ ﻣ
ًﺮ
ﱠ
ُﺤ
َ ﱠﻣَﻲ
ﻟ
ﺇ
ِِﻲ
َْﺣ
ﻭﺃ
ُ
ﺎِﻰﻣ
َ ُﻓ
ﺪَﺟ
ِﺃ
ْﻻ
َ ُﻞ
ﻗ
ﺮ
ِﻴ
ْ
ﻐ
َﻟ
ِ ِﻞ
ﱠﻫﺃ
ُﺎ
ﻘ
ًِﺴ
ْْﻓ
ﻭﺃ
َْﺲ
ٌ ِﺟ
ُﺭﻪ
ﻧ
ﱠﺈ
ِ
ٍﻓ
َﺮﻳ
ْﺰ
ِ
ﻨ
َْﺧ
ِ ﻢَﺤ
ْﻟﻭ
ْﺃ
َﺎ
ْﺣ
ًﻮﻔ
ُ
َﺴ
ْ ﺎﻣ
ﻣ
ًْﺩ
َﻭﺃ
َﺔ
ًﺘ
َ
ﻴ
ْﻣ
َ
ﻢ
ٌﻴ
ْ
َﺣ
ٌِﺭ ﺭﻮ
ْﻔ
ُ
َﻏ
َ ﱠﻚ
ﺑﱠﺭ
َ ِﻥ
ﺈٍﻓ
َﺩﺎ
َﻋ
ََﻻ
ٍﻭﺎﻍَﺑ
َﺮ ﻴ
ْ
ﱠﻏ
َ ﺮْﻄ
ُِﺍﺿَﻦ
ﻤﻓ٬
َ ﻪ
ِ
ِﺑ
ِ ﺍﷲ
(۱٤٥:ﻡﺎ
ﻌﻧ
ﺍﻷ)
"Katakanlah: Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan
kepadaku sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak
memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, darah yang mengalir,
1
atau daging babi --karena sesungguhnya semua itu kotor-- atau
binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barang siapa yang
dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka
sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun, Maha Penyayang" (QS. al-
An'am [6]: 145).
(۱٥۷:ﺍﻑ
ﺮﺍﻷﻋ
)َ
ِﺚ
ﺋ
ﺎﺒ
َ
ْﺨ
َﻟ
ﺍﻢ
ُﻬ
ِ
ﻴ
ْﻠ
َ
ُﻋ
َﻡﺮ
ﱢ
ُﺤ
َ ﻳ
ِﻭ
َﺎﺕ
ﺒ
َﻴ
ﱢ
ﻟﻄ
ﱠ ﺍ
ﻢ
ُﻬ
ُﻟ
َ
ِﻞ
ﱡُﺤ
ﻳ
ﻭ
َ
“da
nme ngh
ala
lka
nb a
gimerekas e
gal
aya ngbai
kda
nme
ngha
ramk
anb
agi
mere
kas
egal
ayangbur
uk”(QS. al-‘
Arafayat157
)
ََ
ﺖﻜﺎﺳ
َ ﻣ
ٌَﻭ
َﻡﺍ
ﺮ
ََﺣ
َﻮﻬ
َُﻓ
َﻡ
ﺮ
ﱠ ﺎﺣ
َ ﻣ
ٌَﻭ
ََﻝ
َﻼ
َﺣ
ﻮﻬ
ُِﻓ
َﻪ
ﺑ
ِﺎ
ﺘ
َْﻛ
ِِﻲ
ُﻓ
ﻪﻠ
ّﻟ
ﱠﺍ
َﻞ
َﺣ
ﺎﺃﻣ
َ
ﺎﺌ
ً
ﻴ
ْ
َﻲﺷ
َ ْﺴ
ﻨﻴ
َ
ﻟ
ُِﻦ
ْﻜ
ﻳ
َﻢ
ْﻟ
َ
ﻪ
َﻠ
ّﻟ
ﺍِﻥ
ﱠﺈﻓ٬
َﻪ
ُﺘ
َﻴ
َ
ﻓ
ِﺎ
ِﻋ
َﻪﻠ
ّ
ﻟ
ﺍِﻦ
َﺍﻣ
ﻮ
ْﻠ
ُﺒ
َ
ﻗ
ْﺎ
ﻓ٬
َ ﻮ
ٌ
ﻔ
َْﻋ
َ ﻮ
ﻬ
ُُﻓ
َﻪﻨ
ْ
ﻋ
َ
(ﻢ
ﻛﺎﻟﺤ
ﺍﻩﺍ
ﻭﺭ)
"Apa-apa yang dihalalkan oleh Allah dalam kitab-Nya (al-Qur'an) adalah
halal, apa-apa yang diharamkan-Nya, hukumnya haram, dan apa-apa yang
Allah diamkan/tidak dijelaskan hukumnya, dimaafkan. Untuk itu terimalah
pemaafan-Nya, sebab Allah tidak pernah lupa tentang sesutu apa pun" (HR.
al-Hakim).
٬
ﺎﻫ
َ
ﻭ
ْﺪ
ُﺘ
َ
ﻌ
ْﺗ
َ
َﻼ
َﺍﻓﺩ
ًﻭ
ْ
ﺪ
ُﱠﺣ
ُﺪَﺣ
َﻭ٬ﺎﻫ
َﻮ
ْﻌ
ُ
ﻴ
ﱢُﻀ
ََﺗَﻼ
َﻓ
ِﺾ ﺋ
ﺮ
ََﻓ
ََﺽ ﺮَﻓ
َ ﱠﺍﷲ
ِﻥ
ﺇ
ﺮ
َ
ﻴ
ْْﻏ
َ ﻢ
ﻜ
ًُﻟ
َﺔﻤ
َ
َﺣ
َْﺭءﺎ
ﻴ
َ
َﺷ
ْ ْﺃ
َﻦ
َﻋَﺖ
ﻜَﺳ
َﻭ٬ﺎﻫ
َ
ﻮ
ْ ﻜ
ُ
ﻬ
ِﺘ
َﻨ
ْ
ﺗ
ََﻼ
ََﻓ
ءﺎ
ﻴ
ََﺷ
َْﺃﻡﺮ
ﱠَﺣ
َﻭ
(ﻭﻱﻮﻨ
ﻟ
ﺍﻪﻨ
ﻨﻲﻭﺣﺴﻗﻄﺭﺍ
ﺪﻟ
ﺍﻩ
ﺍﻭﺭ)ﺎﻬ
َ
ﻨ
ْﺍﻋ
َ ﻮ
ْﺜ
ُ
ْﺤ
َﺒﺗ
َ
َﻼ
َ ٍﻓ
ﺎﻥﻴ
َ
ِﺴ
ْﻧ
“Al l
aht elahme waji
bkanb eberapak ewa j
iban;j
anganla hk a mua ba
ikan,tel
ah
menetapkan beberapa batasan, jangalah kamu langgar, telah mengharamkan
beberapa hal, janganlah kamu rusak, dan tidak menjelaskan beberapa hal
sebagai kasih sayang kepadamu, bukan karena lupa, maka janganlah kamu
tanya-tanya huk umny a”( HR.Da raquthnida nd inilais a
hiho l
ehI ma m
Nawawi).
3. Qaidah Fiqhiyyah :
ﺓ
ِ
ﺭ
ﱠﺎﻟﻀ
ﱠ ِﺍ
ء
ﺎﻴ
َ
َﺷ
ْْﻷ
ِﺍ
ﻓﻲ
ﻭ٬
َ ﺔ
ُ
ﺎﺣ
َ ﺑ
َ
ْﻹ
ِِﺍ
ﺔﻌ
َ
ﻓ
ِﺎ
ﻨ
ﱠﻟ
ِﺍء
ﺎﻴ
َ
َﺷ
ْْﻷ
ِﺍ
ُﻓﻲْﻞ
َﺻَﻷ
ﺍ
.ُ
ﺔﻣ
َ
ﺮ
ْْﺤ
ُ ﻟ
ﺍ
"Hukum asal sesuatu yang bermanfaat adalah boleh dan hukum asal sesuatu
yang berbahaya adalah haram".
ﺔ
ﻣ
َﺮ
ْْﺤ
ُﻟ
ﺍَﻰ
ﻠ
ٌﻋ
َﺮﺒ
َ
ﺘ
َ
ﻌ
ٌْﻣ
ُْﻞ
ﻴ
ﻟ
ِ
ْﺩ
َ ﻢ
ﻘ
ُْﻳ
َﻢ
ﻟ
َﺎﻣ٬
َﺔ
ُﺎﺣ
َﺑ
َْﻹ
ِﺍ
ء
ِﺎﻴ
َ
َﺷ
ْْﻷ
ﺍُﻓﻲ
ِ ْﻞ
َﺻ
َﻷ
ﺍ
"Hukum asal mengenai sesuatu adalah boleh selama tidak ada dalil muktabar
yang mengharamkanya."
ﺎﻥ
َﺎﻛ
َ َﻰﻣ
َ ﻠ
َﻋ
َﺎﻥ
ﺎﻛ
َ ُﻣ
َءﺎ
ﻘ
َ
ُﺑ
َْﻞ
َﺻ
َﻷ
ﺍ
"Hukum asal mengenai sesuatu adalah tetapnya hukum sesuatu sebagaimana
sedia kala."
MEMPERHATIKAN :
2
1. Pendapat dalam Kitab al-Maj mu’ Juz 2 halaman 573, yang
menerangkan jika ada hewan memakan biji tumnbuhan kemudian dapat
dikeluarkan dari perut, jika tetap kondisinya dengan sekiran jika
ditanam dapat tumbuh maka tetap suci :
ﻧﺖﺎﺎﻥﻛﺎﻓﻴﺤ
ﺎ ﺻﺤﻬﻨﺮﺝﻣﻦﺑﻄ ﺎﻭﺧ ﺒﺔﺣﻤ ﻴ
ﻬﺒ
ﻟﻠﺖﺍ ﻛﺍﺃ
ﺫﺇ
ﻜﻦﻳﺠﺐﻏﺴﻞ ﺓﻟﺮﻫﺎ
ﻪﻃ ﻨ
ﻴﻌﺒﺖﻓ
ﺭﻉﻧﻮﺯ ﻴﺚﻟﺔﺑﺤﻴﻗﺎﻪﺑﺘ
ﺑﺻﻼ
ﻟﻰﺮﺇﻴ
ﻐﺎﺗﻤ
ﻤﺎﻓﻬ
ﺍﻟءﺍ
ﺬﺭﻏ ﺎ
ﺍﻥ ﺻﻪﻭﻧ
ﺔﻻ ﺎﺳﻨﺠ
ﻟﺓﺍﺎ
ﻗﻤﻼ ﻩﻟ
ﺮﻫﺎ
ﻇ
ﺮﻫﺎﺎﻃﻬﻨ
ﺎﻃﺎﻥﺑﺮﺟﺖﻓ ﺓﻭﺧﺍﻮ
ﻊﻧﻠﺘ
ﺑﻮﺍ ﺎﻟﻤ
ﺭﻛ ﺎ
ﺩﻓﺼ ﺎ
ﻔﺴﻟ
ﺍ
(٥۷۳ ﺹ۲ﺬﺏﺝ ﻬ
ﻤﻟ
ﺍﺮﺡ ﻮﻉﺷﻤﻤﺠ
ﻟﺍ
) ..ﻐﺴﻞﻟ
ﺎﺎﺑ
ﻫﺮ ﺮﻗﺸﻬﻳﻄﻭ
“Jika ada hewan memakan biji tumnbuhan kemudian dapat dikeluarkan
dari perut, jika kekerasannya tetap dalam kondisi semula, dengan sekira
jika ditanam dapat tumbuh maka tetap suci akan tetapi harus disucikan
bagi anl uarny ak arenat e
rkenanaj i
s…. .”
2. Pendapat dalam Kitab Nihayatul Muhtaj juz II halam 284 :
ََ
ﺖﺒ
َﻧ
َ ِﻉ
ﺭْﺯ
ُﻮُﻟ
َ ْﺚ
ﻴِﺤ
ٌَﺑ
ﺔ
ﻴ
َﻗ
ِﺎ
ُﺑ
َﻪﺘ
ُ
ﺑ
َﺎ
ﻠ
ٌَﺻ
َ ﻴﺢَﺤ
ِﱞﺻَﺐُﺣﻪ
ﻨ
َْﻣ
ِﻊَﺟ
َْﺭﻮْﻟ
َﻢﻌ
َ
ﻧ
َ
ﺍ
ﺫ
َﺇﺎ
َﻰﻣ
َ ﻠ
ُﻋ
َ ﻪ
ﺘ
َﺎﺳ
َ َﺠ
ََﻧ
َﻖ
ﻠَﻃ
ْﺃَﻦ
ُْﻣ
ﻡﺎ
ﻠ
َُﻛ
ََﻞ
ﻤُﺤ
ْﻳﻭ٬ﺎ
َ ِﺴ
ًَﺠ
ﺎﻧﻟ
َﺎ
ﱢﺴ
ًَﺠ
ﻨﺘ
َ
َﻣ
ُ ﺎﻥ
ﻛ
َ
ﺎ
ﻤ
َِﻛ
َﻪﻴﺎﻓ
ِﻬ
َﺋ
ِ
ﺎﻘ
َ
َﻰﺑ
َ ﻠ
ﺎﻋ
َ ﱢﺴ
ًَﺠﻨ
ﺘ
َ
ُﻣ
ُ ﻪ
ﻧ
َﻮ
َْﻛ
ََﻖ
ﻠَﻃ
ْﺃَﻦ
ْﻣﻭ.ُ
َ ﺓ
ﻮ
ﱠﻘ
ُﻟ
ْ
ﺍْﻚ
َﻠﺗ
ِﻪ
ِﻴ
َﻓ
ِْﻖ
ﺒْﻳ
َﻢ
ﻟ
َ
ﺎ
ﻴﺤ
ً َﺤ
ُِﺻﻪﻨ
ْ
َﻣ
ِ َﺝ
ﺮْﺧ
َ ﻮﻟ
َ
ْﺾ
ِ ﻴ
ﺒ
َﻟ
ْ
ﺍِﻲ
ُﻓﻪ
ﺎﺳ
ُ ﻴ
َ
ﻗ
ِﻭ٬ِ
َ ْﺙ
ﻭﺮ
ﱠﻟ
ﺍِﻦ
ِْﻣﻩ
ﺮ
ِﻴَﻈ
ِِﻲﻧ
ﻓ
ﺎ
ﱢﺴ
ًَﺠﻨ
ﺘ
َ
َﻣ
ُ ﻮﻥﻜ
ُ
ْﻳ
َ َﻥ
ِﺃ
ْﺥ
ﺮﻔ
َﻟ
ْ
ِﺍ
ﻭﺝﺮ
ُُﺧ
ُ ﺓ
ﻮ
ﱠِﻗ
ُ ﻪ
ﻴُﻓ
ِﻮﻥﻜ
ُُﺗ
َْﺚ
ﻴِﺤ
َِﺑ
ﻪﺎﻋ
ِﻠ
َﺘ
ِ
ﺑ
َْﺍ
ﺪﻌ
ْ
ﺑ
َ
.ﺎِﺴ
ًَﺠ
ﺎﻧ
ﻟ
َ
“Ya jika biji tersebut kembali dalam kondisi semula sekira sekira
ditanam dapat tumbuh maka statusnya adalah mutanajjis, bukan najis.
Bisa dipahami, pendapat yang menegaskan kenajisannya kemungkinan
jika tidak dalam kondisi kuat. Sementara, pendapat yang menegaskan
sebagai mutanajjis kemungkinan karena dalam kondisi tetap;
sebagaimana barang yang terkena kotoran lain. Analog dengan biji-
bijian adalah pada masalah telur, jika keluar dalam kondisi utuh setelah
ditelan dengan sekira ada kekuatan untuk dapat menetas, maka
huk umny amu t
anajjis,bukannaj is”.
3. Pendapat dalam Kitab Has y i
yahI ’anat
ual -Thalibin Syarh Fath al-
Mu’ in juz I halaman 82, yang menerangkan jika ada hewan
memuntahkan biji tumbuhan atau mengeluarkannya melalui kotoran,
jika biji tersebut keras, sekira ditanam dapat tumbuh maka statusnya
adalah mutanajjis:
ﻟﺤﺐ ﺍ
ﺎﻥ ﺈﻥﻛ ﺃﻱﻓ)ﺎﺒ
ﻠﺎﻥ ﺻ
ﺈﻥﻛ ﺎﻓﺒ
ﺔﺣ ﻤﻴ
ﻬ ءﺕﺑﺎﻭﻗﺃﺛﺖﺍﻮﺭ ﻟ
ﻭ
:ﺔﻳ
ﺎﻬﻨ
ﻟﺓﺍﺭ ﺎ
ﺒﺎ(ﻭﻋﻴﺤﺍ ﺻﺤﺪ
ﻣ ﺎ
ﺃﻱﺟ٬ ﺎﺒﻠ
ﻪﺻ ﺗ
ء ﺎ
ﻭﻗﻪﺃﺘﺛ
ﺍﺬﻱﺭ ﻟ
ﺍ
ﺭﻉ ﻮﺯ ﻴﺚﻟ ﺑﺤ٬ﺔﻴﻗﺎ
ﻪﺑﺘﺑ
ﻴﺢ ﺻﻼ ﻪﺣﺐ ﺻﺤ ﻨﻊﻣﻮﺭﺟ ﻟ٬ﻢﻌ
ﻧ
ﻠﻰﻪﻋ ﺘ
ﺎﺳ ﻠﻖﻧﺠﻡﻣﻦﺃﻃ ﻤﻞﻛﻼ ﻳﺤﻭ.ﺎﺎﻻﻧﺠﺴ ﻨﺠﺴﺘ
ﺎﻥﻣ ﻛ٬ﺒﺖﻧ
ﺎﻬﺋ
ﺎﻘ
ﻠﻰﺑ ﺎﻋ ﻨﺠﺴﺘ
ﻪﻣ ﻧ
ﻮﻠﻖﻛﻣﻦﺃﻃ ﻭ٬ﺓﻮﻘﻟ
ﺍﻠﻚﻪﺗﻴﺒﻖﻓﻢﻳﺍﻟﺫ
ﺎﺇﻣ
.ءﺎ
ﻬﻘﻔ
ﻟﺍﺃﻱ (ﺍﻮﻨ
ﻴﺒ
ﻢﻳﻟﻭ:ﻪ
ﻟﻮﻗ
) .ﻩﺍ.ﻭﺙﺮ ﻟ
ﺍﻩﻣﻦ ﺮﻴ
ﺎﻓﻲﻧﻈ ﻤﻛ٬ﻪﻴ
ﻓ
٬ﻟﻚﻮﺫﻧﺤ ﺯﻭ ﻮﻟﺠ
ﺍﺯﻭ ﻮﻠ
ﻟ
ﺍﻴ ﺾﻭ ﺒ
ﻟﺎ
ﻟﺤﺐﺃﻱﻛ ﺮﺍﻴﻢﻏﻜﺣ:ﻪ ﻟ
ﻮ ﻗ
ﻭ
- ﻟﺤﺐﺃﻱﺍ -ﻪﺎﺳﻴ
ﻗﻭ:ﺔﻳ
ﺎﻬﻨ
ﻟﺎﻝﻓﻲﺍ ﻗ.ﻪﺘﺛ
ﺍ
ﻭﺭ ﺔﺃﻤﻴ
ﻬﺒ
ﻟﻪﺍﺗ
ء ﺎ
ﺍﻗﺫ
ﺇ
ﺓﻮﻪﻗﻴ
ﻮﻥﻓ ﻜﻴﺚﺗﻪﺑﺤﺘﻼﻋﺑﺍ
ﺪ ﻌﺎﺑﻴﺤﻪ ﺻﺤﻨﺮﺝﻣ ﻮﺧ ﻟﻴﺾ ﺒﻟ
ﺍﻓﻲ
ﺔﻧﺎ
ﺔﺇﻋ ﻴﺎﺷـ )ﺣﻫﺍ.ﺎ
ﺎﻻﻧﺠﺴ ﻨﺠﺴﺘﻮﻥﻣ ﻜﺮﺥﺃﻥﻳ ﻔ
ﻟﻭﺝﺍ ﺮﺧ
(۸۲ ﺹ۱ﻴﻦﺝ ﺒﻟ
ﺎﻟﻄ
ﺍ
3
“Jika ada hewan memuntahkan biji tumbuhan atau mengeluarkannya
melalui kotoran, jika biji tersebut keras, [redaksi dalam kitab Nihayah
“y aj i
ka bijit ersebutk e mbal idal am k ondisis emulas ekiras ekir
a
ditanam dapat tumbuh maka statusnya adalah mutanajjis, bukan najis.
Bisa dipahami, pendapat yang menegaskan kenajisannya kemungkinan
jika tidak dalam kondisi kuat. Sementara, pendapat yang menegaskan
sebagai mutanajjis kemungkinan karena dalam kondisi tetap;
sebagaimana barang yang terkena kotoran lain.....]. (perkataannya:
tidakme nj
elaskan)mak sudny af uqaha.Danpe rkataanny a:“Huk um
masalah selain biji-bijian sebagaimana telur, kacang-kacangan dan
buah-buahan dan sejenisnya, apabila dimuntahkan oleh hewan atau
dikeluarkan melalui kotoran, maka berkata pengarang kitab Nihayah:
”Analog dengan biji-bijian, adalah pada masalah telur, jika keluar
dalam kondisi utuh setelah ditelan dengan sekira ada kekuatan untuk
dapatme net
as ,mak ahuk umny amut anaj jis,bukannaj is”.
4. Hasil Rapat Kelompok Kerja Komisi Fatwa MUI Bidang Pangan,
Obatan-obatan dan Kosmetika beserta Tim LPPOM MUI pada 2 Juni
2010.
5. Makalah Dr. KH. Munif Suratmaputra dan penjelasan dari Tim LPPOM
MUI yang disajikan pada Rapat Komisi Fatwa tanggal 16 Juni 2010;
6. Penjelasan dari LP POM MUI atas pertanyaan dari Komisi Fatwa
mengenai kemungkinan tumbuhnya biji kopi yang telah dimakan luwak
pada Rapat Komisi Fatwa MUI tanggal 14 Juli 2010, yang pada intinya
menyatakan secara umum biji kopi yang keluar dari kotoran luwak tidak
berubah serta dapat tumbuh jika ditanam.
7. Pendapat peserta rapat-rapat komisi fatwa Majelis Ulama Indonesia,
mulai tanggal 2 Juni 2010 hingga terakhir pada tanggal 20 Juli 2010.
Dengan bertawakkal kepada Allah SWT
MEMUTUSKAN:
4
2. Agar setiap muslim dan pihak-pihak yang memerlukan dapat
mengetahuinya, menghimbau semua pihak untuk menyebarluaskan
fatwa ini.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 8 Sy a ’
ban1430 H
20 Juli 2010 M