Usia lanjut merupakan usia dimana terjadi kemunduran fungsi tubuh, salah satu diantaranya adalah kemunduran fungsi kerja pembuluh darah. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah gejala tekanan darah seseorang yang meningkat diatas normal dan mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi atau penyakit “darah tinggi” merupakan kondisi ketika seseorang mengalami kenaikan tekanan darah baik secara lambat atau mendadak. Diagnosis hipertensi ditegakkan jika tekanan darah sistol seseorang menetap pada 140 mmHg atau lebih. Nilai tekanan darah yang paling ideal adalah 115/75 mmHg (Agoes, 2011). Penyakit hipertensi dikategorikan sebagai the silent diseases karena para penderitanya tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum pemeriksaan tekanan darahnya. Data WHO di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi, Dari 972 juta orang pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia. Riskesdas Nasional tahun 2007 hipertensi berada di urutan ketiga penyebab kematian semua umur, setelah stroke dan TB. Saat ini penyebab hipertensi secara pasti masih belum diketahui dengan jelas. Data menunjukkan, hampir 90% penderita hipertensi tidak diketahui penyebabnya secara pasti. Namun, para ahli telah mengungkapkan bahwa terdapat faktor - faktor yang menyebabkan seseorang mudah terkena hipertensi, yaitu faktor yang tidak dapat dikontrol dan faktor yang dapat dikontrol. Beberapa faktor risiko yang termasuk tidak dapat dokontrol seperti genetik,usia, jenis kelamin, dan ras. Sedangkan faktor risiko yang dapat dikontrol berhubungan dengan faktor lingkungan berupa perilaku atau gaya hidup seperti obesitas, kurang aktivitas, stres dan konsumsi makanan. Konsumsi makanan yang memicu terjadinya hipertensi diantaranya adalah konsumsi makanan asin, konsumsi makanan manis, konsumsi makanan berlemak dan konsumsi minuman berkafein yaitu kopi atau teh. Konsumsi kafein adalah hal yang umum dalam masyarakat modern. Di sebagian besar belahan dunia, orang - orang mengkonsumsi kafein tanpa memandang usia dan status ekonomi. Kafein sendiri terdapat dalam makanan kita seperti minuman seperti kopi, teh, minuman ringan dan minuman energi, cokelat, dan makanan lainnya dan juga obat-obatan. Semua produk ini mengandung zat dari kelompok xanthines (kafein, teofilin, dan teobromin). Keterkaitan antara konsumsi kopi dengan kejadian hipertensi masih diperdebatkan (Hamer, 2006). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Klag (2002), konsumsi satu cangkir kopi sehari dapat meningkatkan tekanan darah 0,19 mmHg untuk sistolik dan 0,27 mmHg untuk diastolik, namun penelitian yang dilakukan oleh Johanna (2008) membuktikan bahwa konsumsi kopi tidak memiliki hubungan dengan kejadian hipertensi. Kopi menjadi salah satu minuman digemari di seluruh dunia. Saat ini kopi merupakan komoditi nomor dua yang paling banyak diperdagangkan setelah minyak bumi (Health Secret, 2012). Pengaruh kopi sekecil apapun terhadap tekanan darah akan menimbulkan dampak pada kesehatan masyarakat, karena kopi dikonsumsi secara luas di masyarakat (Martini, 2012). Hasil penelitian membuktikan bahwa konsumsi kefein 10 mg per Kg berat badan secara signifikan meningkatkan kolesterol total, meningkatkan LDL dan menurunkan HDL darah (Adebayo et al, 2007). Terdapat hubungan antara tingginya kolesterol dengan kejadian hipertensi, karena itulah kafein kopi sering dikaitkan sebagai pemicu timbulnya hipertensi (Kowalski, 2010). Kopi biasanya digunakan untuk menghilangkan rasa kantuk dan keletihan saat bekerja. Kopi membuat seseorang tetap terjaga sepanjang waktu dengan cara menghambat aktivitas adenosin (Weinberg dan Bealer, 2010). Aroma kopi juga digunakan untuk menghilangkan stress (Health Secret, 2012). Penyakit hipertensi akan menjadi masalah yang serius, karena jika tidak ditangani sedini mungkin akan berkembang dan menimbulkan komplikasi yang berbahaya seperti terjadinya penyakit jantung, gagal jantung kongestif, stroke, gangguan penglihatan, dan penyakit ginjal. Hipertensi dapat dicegah dengan menghindari faktor penyebab terjadinya hipertensi dengan pengaturan pola makan, gaya hidup yang benar, hindari kopi, merokok dan alkohol, mengurangi konsumsi garam yang berlebihan dan aktivitas yang cukup seperti olahraga yang teratur (Dalimartha, 2008). Anjuran pencegahan hipertensi yang dilakukan oleh petugas kesehatan dengan melakukan pemeriksaan berkala (kontrol) tekanan darah pada masyarakat baik dengan melakukan kunjungan rumah maupun dengan melakukan penyuluhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor konsumsi minuman berkafein dengan terjadinya hipertensi pada lansia di Puskesmas Tumpang kota Malang.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, antara lain: 1. Adakah hubungan antara konsumsi minuman berkafein dengan terjadinya hipertensi pada lansia? 2. Bagaimana hubungan konsumsi minuman berkafein dengan terjadinya hipertensi pada lansia?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini antara lain: 1. Mengetahui adakah hubungan antara konsumsi minuman berkafein dengan terjadinya hipertensi pada lansia 2. Mengetahui Bagaimana hubungan konsumsi minuman berkafein dengan terjadinya hipertensi pada lansia 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Memberikan pengetahuan tentang cara berpikir yang sistematis dalam menghadapi suatu masalah dan mencari solusinya 2. Bagi umum Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang dampak dari konsumsi minuman berkafein bagi kesehatan 3. Bagi institusi pendidikan Dapat menjadi referensi untuk penelitian – penelitian selanjutnya
1.5 Batasan Penelitian
Adapun batasan dari penelitian ini antara lain: 1. Objek penelitian adalah lansia penderita hipertensi 2. Penelitian dilakukan di puskesmas Tumpang
1.6 Asumsi Penelitian
Adapun asumsi dari penelitian ini antara lain: 1. Data dianggap sudah valid 2. Data yang diperoleh dianggap sudah benar