Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Usia lanjut merupakan usia dimana terjadi kemunduran fungsi tubuh, salah satu
diantaranya adalah kemunduran fungsi kerja pembuluh darah. Hipertensi atau tekanan
darah tinggi adalah gejala tekanan darah seseorang yang meningkat diatas normal dan
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai
ke jaringan tubuh yang membutuhkan.
Hipertensi atau penyakit “darah tinggi” merupakan kondisi ketika seseorang
mengalami kenaikan tekanan darah baik secara lambat atau mendadak. Diagnosis
hipertensi ditegakkan jika tekanan darah sistol seseorang menetap pada 140 mmHg
atau lebih. Nilai tekanan darah yang paling ideal adalah 115/75 mmHg (Agoes, 2011).
Penyakit hipertensi dikategorikan sebagai the silent diseases karena para
penderitanya tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum pemeriksaan
tekanan darahnya. Data WHO di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4%
penghuni bumi mengidap hipertensi, Dari 972 juta orang pengidap hipertensi, 333 juta
berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang, termasuk
Indonesia. Riskesdas Nasional tahun 2007 hipertensi berada di urutan ketiga penyebab
kematian semua umur, setelah stroke dan TB.
Saat ini penyebab hipertensi secara pasti masih belum diketahui dengan jelas.
Data menunjukkan, hampir 90% penderita hipertensi tidak diketahui penyebabnya
secara pasti. Namun, para ahli telah mengungkapkan bahwa terdapat faktor - faktor
yang menyebabkan seseorang mudah terkena hipertensi, yaitu faktor yang tidak dapat
dikontrol dan faktor yang dapat dikontrol.
Beberapa faktor risiko yang termasuk tidak dapat dokontrol seperti
genetik,usia, jenis kelamin, dan ras. Sedangkan faktor risiko yang dapat dikontrol
berhubungan dengan faktor lingkungan berupa perilaku atau gaya hidup seperti
obesitas, kurang aktivitas, stres dan konsumsi makanan. Konsumsi makanan yang
memicu terjadinya hipertensi diantaranya adalah konsumsi makanan asin, konsumsi
makanan manis, konsumsi makanan berlemak dan konsumsi minuman berkafein yaitu
kopi atau teh.
Konsumsi kafein adalah hal yang umum dalam masyarakat modern. Di
sebagian besar belahan dunia, orang - orang mengkonsumsi kafein tanpa memandang
usia dan status ekonomi. Kafein sendiri terdapat dalam makanan kita seperti minuman
seperti kopi, teh, minuman ringan dan minuman energi, cokelat, dan makanan lainnya
dan juga obat-obatan. Semua produk ini mengandung zat dari kelompok xanthines
(kafein, teofilin, dan teobromin).
Keterkaitan antara konsumsi kopi dengan kejadian hipertensi masih
diperdebatkan (Hamer, 2006). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Klag (2002),
konsumsi satu cangkir kopi sehari dapat meningkatkan tekanan darah 0,19 mmHg
untuk sistolik dan 0,27 mmHg untuk diastolik, namun penelitian yang dilakukan oleh
Johanna (2008) membuktikan bahwa konsumsi kopi tidak memiliki hubungan dengan
kejadian hipertensi. Kopi menjadi salah satu minuman digemari di seluruh dunia. Saat
ini kopi merupakan komoditi nomor dua yang paling banyak diperdagangkan setelah
minyak bumi (Health Secret, 2012). Pengaruh kopi sekecil apapun terhadap tekanan
darah akan menimbulkan dampak pada kesehatan masyarakat, karena kopi dikonsumsi
secara luas di masyarakat (Martini, 2012).
Hasil penelitian membuktikan bahwa konsumsi kefein 10 mg per Kg berat
badan secara signifikan meningkatkan kolesterol total, meningkatkan LDL dan
menurunkan HDL darah (Adebayo et al, 2007). Terdapat hubungan antara tingginya
kolesterol dengan kejadian hipertensi, karena itulah kafein kopi sering dikaitkan
sebagai pemicu timbulnya hipertensi (Kowalski, 2010). Kopi biasanya digunakan
untuk menghilangkan rasa kantuk dan keletihan saat bekerja. Kopi membuat seseorang
tetap terjaga sepanjang waktu dengan cara menghambat aktivitas adenosin (Weinberg
dan Bealer, 2010). Aroma kopi juga digunakan untuk menghilangkan stress (Health
Secret, 2012).
Penyakit hipertensi akan menjadi masalah yang serius, karena jika tidak
ditangani sedini mungkin akan berkembang dan menimbulkan komplikasi yang
berbahaya seperti terjadinya penyakit jantung, gagal jantung kongestif, stroke,
gangguan penglihatan, dan penyakit ginjal. Hipertensi dapat dicegah dengan
menghindari faktor penyebab terjadinya hipertensi dengan pengaturan pola makan,
gaya hidup yang benar, hindari kopi, merokok dan alkohol, mengurangi konsumsi
garam yang berlebihan dan aktivitas yang cukup seperti olahraga yang teratur
(Dalimartha, 2008).
Anjuran pencegahan hipertensi yang dilakukan oleh petugas kesehatan dengan
melakukan pemeriksaan berkala (kontrol) tekanan darah pada masyarakat baik dengan
melakukan kunjungan rumah maupun dengan melakukan penyuluhan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor konsumsi minuman berkafein dengan
terjadinya hipertensi pada lansia di Puskesmas Tumpang kota Malang.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian


Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, antara lain:
1. Adakah hubungan antara konsumsi minuman berkafein dengan terjadinya
hipertensi pada lansia?
2. Bagaimana hubungan konsumsi minuman berkafein dengan terjadinya
hipertensi pada lansia?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian ini antara lain:
1. Mengetahui adakah hubungan antara konsumsi minuman berkafein dengan
terjadinya hipertensi pada lansia
2. Mengetahui Bagaimana hubungan konsumsi minuman berkafein dengan
terjadinya hipertensi pada lansia
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Memberikan pengetahuan tentang cara berpikir yang sistematis dalam
menghadapi suatu masalah dan mencari solusinya
2. Bagi umum
Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang dampak dari konsumsi
minuman berkafein bagi kesehatan
3. Bagi institusi pendidikan
Dapat menjadi referensi untuk penelitian – penelitian selanjutnya

1.5 Batasan Penelitian


Adapun batasan dari penelitian ini antara lain:
1. Objek penelitian adalah lansia penderita hipertensi
2. Penelitian dilakukan di puskesmas Tumpang

1.6 Asumsi Penelitian


Adapun asumsi dari penelitian ini antara lain:
1. Data dianggap sudah valid
2. Data yang diperoleh dianggap sudah benar

Anda mungkin juga menyukai