Kontroversi Ujian Nasional
Kontroversi Ujian Nasional
Marlinawati
Universitas Nahdlatul Wathan
inagadingivory@gmail.com
ABSTRAK
Artikel ini adalah sebuah tinjauan kritis terhadap kebijakan pemerintah Republik Indonesia
dalam hal penerapan Ujian Nasional (UN) Kajian ini dilakukan menggunakan kerangka kerja
analisis wacana kritis dengan mengkaji berbagai pandangan pro-kontra UN di masyarakat yang
diwacanakan dalam bentuk tulisan di ruang publik. Data dalam studi berupa 5 artikel yang
diterbitkan secara luas di media online and offline. Penelitian ini menemukan bahwa sejak
diberlakukan, kemasan UN terus mengalami perubahan yang cukup signifikan. Meskipun
terdapat beberapa hal negatif terkait dengan kebijakan ini, kebijakan UN juga membawa banyak
manfaat bagi semua pihak, utamanya pemerintah dalam mengevaluasi kebijakan pendidikan di
seluruh wilayah. Namun, dengan alokasi sumber daya yang cukup besar, hasil UN seharusnya
bisa lebih dimanfaatkan, seperti dihubungkan dengan mekanisme penerimaan mahasiswa baru
di perguruan tinggi. Berdasarkan pertentangan wacana yang dibangun oleh pihak-pihak yang
pro dan kontra, dapat disimpulkan bahwa orientasi, bentuk, dan pemanfaatan hasil UN masih
harus ditingkatkan.
Kata kunci: ujian nasional, analisis wacana kritis, asesmen, orientasi kebijakan pendidikan
1. LATAR BELAKANG
Sejak diterbitkannya SK Mendiknas Nomor 153 tahun 2003 tentang Ujian Akhir
Nasional yang sekarang disebut Ujian Nasional (selanjutnya disingkat UN), kontroversi atas
kebijakan pemerintah ini terus mengemuka. Bahkan, seperti layaknya pergantian musim,
setiap menjelang pelaksanaan UN, para kritikus pendidikan mulai diundang di berbagai
forum dan media massa guna memberikan sudut pandang mereka terkait isu tersebut. Di sisi
lain, pemerintah, melalui aparat dan pakar-pakarnya, juga sibuk memberikan tanggapan
balik (counter) untuk menegaskan subtansi pentingnya Ujian Nasional.
Meskipun pemerintah memiliki segudang alasan pembenar tentang perlunya UN,
pandangan pemisis yang disampaikan oleh para pakar cukup beralasan. Husnawati (2004)
setidaknya mengemukakan tiga hal negatif terkait UN, yaitu (1) munculnya target-oriented
learning yang menempatkan target capaian tes menjadi orientasi dasar pelasanaan
pembelajaran di sekolah sehingga siswa harus bekerja layaknya mesin; (2) potensi
terjadinnya stres pada siswa semakin terbuka akibat penentuan standar kelulusan (passing
REFERENSI
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. 2004. “Memperbaiki Kelemahan Masa
Lalu”. Republika, Ahad, 30 Mei 2004.
Hartanto, Setyo. 2017. “Ujian Nasional (UN), Masih Perlukah?”; diunduh 4 Agustus 2017 jam
01.35 Wita dari http://lppks.kemdikbud.go.id
Hidayah Nurul. 2013. “Ujian Nasional dalam Perspektif Kebijakan Publik”. Jurnal Pencerahan
Vol. 2 (1): 35-40.
Husnawati, R. 2004. “Peningkatan Semu Mutu Pendidikan”. Jawa Pos, 6 Mei 2004.
Indahri, Yulia. 2016. “Moratorium Ujian Nasional”. Majalah Info Singkat, Vol. VIII, No.
23/I/P3DI/Desember/2016
Miles, MB. & Huberman, AM. (1994). “Qualitative Data Analysis (2nd edition)”. Thousand
Oaks, CA: Sage Publications
Santoso, S.H. 2004. “”UAN itu Perlu, tapi …””. Jawa Pos, 8 Mei 2004
Sulistyo, Gunadi. 2007. Ujian Nasional (UN): Harapan, Tantangan, dan Peluang. WACANA
VOL. 9 NO. 1, APRIL 2007 (79—106)
Swasono, Sri-Edi, “UN dan Persatuan Nasional”, Suara Pembaruan, 2 Desember 2016.
Wodak, Ruth; Michael Meyer (2001). “Methods of Critical Discourse Analysis”. Thousand
Oaks, CA: Sage Publications