BAB XIV
A. PENDAHULUAN
Tujuan pembangunan daerah adalah meningkatkan pemerataan
penyebaran pembangunan nasional di seluruh wilayah tanah air
sehingga terjadi keselarasan laju pertumbuhan antar daerah
serta memperkuat kesatuan nasional dengan meningkatkan ikatan
ekonomi dan sosial antar wilayah. Dengan demikian diharapkan
semangat dan gairah partisipasi masyarakat untuk meningkatkan
kegiatan pembangunan di daerahnya masing-masing akan semakin
besar.
XIV/3
buhan dan perkembangan daerahnya masing-masing, dengan mem-
bangun bermacam-macam proyek baik ekonomi maupun sosial buda-
ya yang dianggap penting oleh daerah, khususnya yang belum
atau tidak terjangkau oleh kegiatan pembangunan yang dijalan-
kan oleh Pemerintah Pusat.
XIV/4
sebesar Rp 303.938 juta selama Repelita II, dan menjadi sebe-
sar Rp 760.331,3 juta selama Repelita III.
XIV/5
Irian Jaya dilakukan oleh suatu Task Force dengan tugas me-
ningkatkan tata budaya masyarakat, khususnya pembangunan di
bidang sosial dan mental masyarakat pedalaman. Selama Repeli-
ta II jumlah anggaran yang disediakan untuk pembangunan dae-
rah ini sebesar Rp 41.325,4 juta, yang terdiri dari anggaran
sektoral sebesar Rp 25.500 juta. dan Bantuan Inpres sebesar
Rp 15.825,4 juta. Sejak Repelita III, berkat kemajuan yang
telah dicapai, pembangunan Daerah Irian Jaya tidak lagi di -
tangani secara khusus, tetapi sudah ditangani sama seperti
daerah-daerah lain.
XIV/6
propinsi-propinsi terpenting serta wilayah-wilayah khusus.
Dalam Repelita II penyusunan rencana tata ruang didasarkan
pada konsepsi regional pusat-pusat dan wilayah-wilayah pem-
bangunan. Kegiatan-kegiatan tersebut makin ditingkatkan dalam
Repelita III, baik mengenai luas dan jumlahnya, maupun menge -
nai mutu rencananya. Pelaksanaan penataan ruang dikaitkan
dengan pelaksanaan program transmigrasi, program peningkatan
produksi pangan, pengembangan industri, dan pelestarian sum-
ber daya alam. Kegiatan pelaksanaan penataan ruang dilanjut-
kan dan ditingkatkan dalam Repelita IV.
XIV/7
Program agraria dilaksanakan dalam rangka menjamin ter-
selenggaranya tertib penguasaan dan pemilikan tanah serta
pengalihan hak atas tanah untuk mewujudkan kepastian hukum atas
tanah.
XIV/8
tahap, disesuaikan dengan kemampuan keuangan negara dan kebu-
tuhan di setiap daerah. Kegiatan lain dalam program ini beru -
pa penyediaan mobil pemadam kebakaran bagi kota-kota yang
padat penduduknya, terutama ibukota propinsi, kotamadya dan
ibukota kabupaten. Di samping itu bagi polisi pamongpraja
yang telah mengikuti kursus sebagai pembantu jaksa, disedia-
kan kendaraan bermotor roda dua, motor tempel, dan sepeda,
untuk memperlancar roda pemerintahan.
B. PEMBANGUNAN DESA
1. U m u m
XIV/9
dan masyarakatnya pada umumnya masih sangat memprihatinkan.
Tingkat pengetahuan dan keterampilan masyarakat masih rendah,
prasarana dan sarana desa yang diperlukan masih langka, se-
hingga produksi dan produktivitasnya sangat rendah.
XIV/10
e. Melaksanakan pemugaran perumahan dan lingkungan desa se-
cara terpadu antara sektor-sektor dan antara sektor
dengan daerah di dalam rangka membantu penduduk desa yang
miskin dan tidak mampu untuk membangun atau memperbaiki
rumahnya agar memenuhi syarat-syarat kesehatan.
XIV/11
meningkat menjadi 45.587 buah. Guna meningkatkan kegiatan dan
volume pembangunan desa, maka di samping bantuan langsung dan
bantuan keserasian, diberikan pula hadiah bagi pemenang per-
lombaan desa, yaitu desa-desa yang paling berhasil dalam pem-
bangunan desa. Untuk setiap kabupaten dipilih juara pertama,
kedua, dan ketiga, demikian pula untuk masing-masing propin-
si. Jumlah bantuan pada akhir Repelita I mencapai Rp 5.700
juta.
XIV/12
maka Pemerintah berusaha terus meningkatkan jumlah bantuannya
dan memperbaiki tatacara pengelolaan pembangunannya agar be-
nar-benar dapat mencapai sasaran yang diharapkan, yaitu me-
ningkatkan kesejahteraan masyarakat desa seluruhnya.
XIV/13
TABEL XIV – 1
XIV/14
TABEL XIV - 2
XIV/15
TABEL XIV - 3
*) Angka sementara
XIV/16
Di samping itu masih diberikan bantuan keserasian, bantuan
lomba desa dan bantuan pembinaan tingkat kecamatan, sehingga
jumlah bantuan seluruhnya menjadi Rp 92.882 juta. Jumlah ter-
sebut telah mendorong swadaya masyarakat dengan nilai sebesar
Rp 20.427 juta dan bantuan Pemerintah Daerah sebesar Rp 71,0
juta, sehingga jumlah seluruhnya menjadi Rp 113.380 juta.
XIV/17
Agar supaya sistem UDKP itu dapat terlaksana dengan ber-
dayaguna dan berhasilguna, maka telah dilakukan berbagai ke-
giatan untuk meningkatkan kemampuan aparatur pengelola pem-
bangunan dan menghidupkan forum-forum pertemuan atau diskusi
di wilayah kecamatan UDKP yang bersangkutan. Sampai dengan
tahun terakhir Repelita III, telah dilaksanakan penataran
bagi 1.093 orang camat UDKP, penyelenggaraan kursus untuk
3.429 orang Kepala Urusan Pembangunan Desa tingkat kecamatan,
penempatan 1.183 orang TKS-BUTSI, latihan orientasi Kepala
Instansi tingkat kabupaten/kotamadya, dan latihan petugas
lapangan dan kepala desa/kelurahan meliputi 337 orang, serta
penyelenggaraan musyawarah LKMD, diskusi UDKP, temu karya
LKMD di kecamatan, dan penyelenggaraan rapat-rapat koordinasi
di tingkat kecamatan, kabupaten dan propinsi.
XIV/18
nyak 10.207 buah (16,03%) kategori yang aktif berkembang
sebanyak 2 5 . 2 9 7 buah (39,71%), dan kategori aktif (berfungsi)
sebanyak 28.194 buah ( 4 4 , 2 6 % ) .
XIV/19
kan untuk membantu meningkatkan mutu LKMD. Diharapkan pada
akhir Repelita IV telah terdapat 10 orang KPD pada setiap
desa. Sejalan dengan itu peranan wanita pun terus ditingkat -
kan dalam wadah PKK. Dalam rangka ini pada tahun 1984/85
telah dilaksanakan latihan Tim Penggerak PKK sebanyak 4.050
orang.
XIV/20
Selama Repelita II di samping usaha pemugaran perumahan
yang dilaksanakan oleh berbagai instansi, telah dilaksanakan
pemugaran 2.760 rumah di 69 desa, dan selama Repelita III
26.880 rumah di 672 desa pada 23 propinsi.
XIV/21
Untuk mengetahui perkembangan desa tersebut setiap tahun,
dilakukan monitoring dan evaluasi. Dari hasil monitoring dan
evaluasi tersebut, tampak bahwa desa-desa yang merupakan desa
juara dapat melaksanakan pembangunan desanya lebih cepat dan
lebih baik daripada desa lainnya. Dengan keberhasilan pemba-
ngunannya, desa-desa tersebut diharapkan akan dapat menjadi
contoh bagi desa-desa di sekitarnya.
1. U m u m
XIV/22
perhubungan yang sangat buruk tersebut maka terhambat pulalah
penyediaan berbagai masukan (input) yang diperlukan antara
lain untuk sektor pertanian seperti pupuk, obat-obatan anti
hama, dan lain-lain. Tidak mengherankan jika tingkat produk-
tivitas tanah pertanian pada saat itu juga rendah.
XIV/23
jangan, dan pemeliharaan berbagai macam prasarana perhubungan
(jalan dan jembatan), prasarana lingkungan (riool, gang/lo-
rong, bangunan pencegah banjir, dan lain-lain), fasilitas
umum lainnya seperti los pasar, terminal bus dan pelabuhan
sungai.
XIV/24
Tingkat II. Walaupun demikian untuk mencapai keserasian an-
tara proyek yang dibiayai dari Bantuan Pembangunan Daerah
Tingkat II dengan program-program pembangunan nasional dan
propinsi maka penggunaan bantuan diarahkan kepada proyek-pro-
yek yang memenuhi syarat sebagai berikut :
XIV/25
Rp 46.023 juta. Di samping itu ada pula bantuan peralatan dan
untuk pembinaan, sehingga seluruhnya berjumlah Rp 46.424
juta.
XIV/26
TABEL XIV - 4
REKAPITULASI PERKEMBANGAN BANTUAN PEMBANGUNAN DATI II
1969/70 - 1984/85
(dalam Jutaan rupiah)
XIV/27
TABEL XIV - 5
HASIL FISIK PELAKSANAAN PROYEK-PROYEK
BANTUAN PEMBANGUNAN TINGKAT II,
1970/71- 1984/85
Jembatan :
Volume Km 6.181 19.731 22.040 25.791 22.812 29.439
Jumlah Proyek Proyek 387 761 532 687 563 406
Pengairan :
Volume Km 98.668 128.915 112.394 47.078 44.316 25.972
Jumlah Proyek proyek 365 526 391 413 341 250
Lain-lain :
Jumlah Proyek Proyek 396 454 380 585 748 480
*) Angka diperbaiki
XIV/28
25.806 orang pekerja untuk masa kerja kurang-lebih 100 hari
dalam satu tahun. Di samping itu kesempatan kerja juga ter-
cipta melalui berbagai kegiatan seperti pengumpulan, pengelo-
laan, dan pengangkutan bahan-bahan atau material yang diper-
gunakan untuk pembangunan konstruksi proyek-proyek. Dalam ke-
sempatan kerja ini terserap lagi sebanyak 24.535 orang tenaga
kerja. Dengan demikian, dari kegiatan proyek-proyek Bantuan
Pembangunan Daerah Tingkat II tahun 1 9 8 4 / 8 5 telah tercipta
kesempatan kerja untuk lebih kurang 50.341 orang tenaga kerja.
XIV/29
binaan teknis maupun administratif. Untuk mengelola tugas-tu-
gas perencanaan, koordinasi dan pengendalian pembangunan maka
telah dibentuk Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Tingkat II dengan Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 1980. Se-
cara bertahap telah dilakukan penataan kembali satuan-satuan
organisasi menurut fungsinya masing-masing. Berangsur-angsur
tanggungjawab pimpinan proyek diserahkan kepada satuan-kerja
atau instansi teknis yang bersangkutan. BAPPEDA bertanggung-
jawab terhadap perencanaan umum, dinas yang bersangkutan ber-
tanggungjawab terhadap perencanaan teknis dan pelaksanaannya.
Bagian Pembangunan bertanggungjawab terhadap pengendalian pe-
laksanaan proyek-proyek tersebut.
XIV/30
Agar tujuan yang dimaksud dapat dicapai dengan sebaik-
baiknya, maka melalui Bantuan Penunjangan Jalan juga telah
diselenggarakan pendidikan dan latihan tenaga Dinas Pekerjaan
Umum Daerah Tingkat II dalam rangka meningkatkan kemampuan
mereka dalam bidang teknis jalan dan administrasi proyek.
XIV/31
dan Rp 18.428 juta pada tahun 1984/85. Perhatian juga diberi-
kan oleh Bank Pembangunan Asia yang bersedia memberikan ban -
tuannya untuk usaha Pemerintah ini. Pada tahun 1983/84 telah
disediakan oleh badan internasional ini dana sebesar Rp 1.778
juta dan pada tahun berikutnya Rp 1.972 juta. Dengan dana
yang disediakan oleh Pemerintah dan bantuan Bank Dunia maka
jumlah bantuan yang tersedia pada tahun 1982/83 menjadi
Rp 83.578 juta. Sedang pada tahun berikutnya seluruh dana
yang tersedia dari Pemerintah, Bank Dunia dan Bank Pembangun-
an Asia berjumlah Rp 84.418 juta. Pada tahun 1984/85 jumlah
tersebut telah meningkat menjadi Rp 100.500 juta. Perincian
tentang bantuan ini dapat dilihat pada Tabel XIV-6.
1. U m u m
XIV/32
TABEL XIV - 6
JUMLAH DAN SUMBER BANTUAN PENUNJANGAN JALAN EABUPATEN,1)
1979/80 - 1984/85
(dalam jutaan rupiah)
Sumber Bantuan
Jumlah Bantuan
Tahun APBN Bank Pemba-
Bank Dunia
ngunan Asia
1) Angka APBN
2) Program dimulai tahun 1979/80
XIV/33
TABEL XIV - 7
RE PE L ITA III
Uraian Satuan 1984/85
1979/80 1980/81 1981/82 1982/83 1983/84
XIV/34
2. Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I
XIV/35
TABEL XIV - 8
XIV/36
dengan itu maka dana bantuan ini dibagi dalam dua bagian,
sebagai berikut :
XIV/37
untuk keperluan tersebut di atas pada masing-masing Daerah
Tingkat I tercantum pada Tabel XIV-9.
3. Pengembangan wilayah
XIV/38
TABEL XIV - 9
JUMLAH BANTUAN PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I
MENURUT DAERAH TINGKAT I DAN JENIS KEGUNAAN.
1984/85
(dalam ribu rupiah)
XIV/41
TABEL XIV - 11
1978/79- 1984/85
Repelita I I I 1984/85
1978/79 1979/80 - 1983/84
Daerah Tingkat I /
No.
Propinsi
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Anggaran Anggaran Anggaran
(jutaan) Kabupaten Proyek (jutaan) Kabupaten Proyek (jutaan) Kabupaten Proyek
XIV/42
program ini meliputi 45 Kabupaten Daerah Tingkat II di 10 Pro-
pinsi, dengan jumlah proyek sebanyak 452 . buah, dan menelan
biaya sebesar Rp 4.912,3 juta.
1. U m u m
XIV/43
bergabung dengan Indonesia dan menjadi propinsi yang ke 27.
Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan selama Repelita II
masih bersifat rehabilitasi dan peningkatan usaha pembangunan
di bidang pemerintahan, pendidikan, kesehatan, sosial, bidang
pekerjaan umum, pertanian, perhubungan, keagamaan, dan lain
sebagainya. Dalam Repelita III dilanjutkan dan ditingkatkan
pembangunan proyek-proyek baru yang mempunyai manfaat bagi
kesejahteraan penduduk daerah ini. Dalam hubungan ini untuk
meningkatkan pelaksanaan pembangunan di Timor Timur alokasi
anggaran pembangunan ditingkatkan tahun demi tahun. Apabila
selama 3 tahun dalam Repelita II anggaran pembangunan ber-
jumlah Rp 15.121,8 juta, maka selama Repelita III anggaran
pembangunan meningkat menjadi Rp 141,2 milyar, sedang anggar -
an pembangunan untuk tahun 1984/85 berjumlah Rp 61.945,5
juta. Perincian anggaran tersebut terlihat dalam tabel
XIV-12. Secara berangsur-angsur taraf hidup masyarakat ber-
tambah baik sejalan dengan semakin mantapnya stabilitas ke-
amanan daerah
XIV/44
TABEL XIV - 12
ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I TIMOR TIMUR,
1976/77 - 1984/85
(ribuan rupiah)
XIV/45
Dalam rangka memenuhi kebutuhan air minum dan tenaga
listrik, selama Repelita I dan Repelita II telah direhabili-
tasi dan dibangun instalasi air minum di kota Jayapura,
Serui, Biak, Manokwari, Nabire, Wamena, dan Sorong, sedang
penyediaan tenaga listrik telah meningkat dari 22.948.810 Kwh
pada akhir Repelita I menjadi 39.328.180 Kwh pada akhir Repe-
lita II.
XIV/46
laman untuk membantu pembangunan daerah-daerah tersebut. Pada
akhir Repelita I telah berhasil diasuh 6.000 putera-puteri
Irian Jaya melalui pendidikan dan kursus-kursus keterampilan.
XIV/47
Sampai akhir Repelita III telah dibangun 35 buah SLTP
dan 7 buah SLTA. Dalam tahun 1984/85 jumlah SLTP meningkat
menjadi 43 buah sedang SLTA meningkat menjadi 8 buah.
XIV/48
Di bidang pertanian, dalam Repelita II peningkatan pro-
duksi pertanian, khususnya pangan, telah diusahakan melalui
perbaikan sistem pertanian tadah hujan menjadi pertanian sa -
wah irigasi. Untuk maksud di atas telah diutamakan pembangu-
nan dan pengembangan irigasi di daerah Maliana yang mempunyai
potensi pertanian yang cukup luas dan baik. Di samping itu
guna menunjang peningkatan produksi pertanian telah dilaksa-
nakan pengiriman PPL, PPS, dan sejumlah alat-alat pertanian
berupa pacul, garpu, parang, bibit, dan pupuk.
X1V/49
Dalam Repelita II jalan-jalan di Propinsi Timor Timur
pada umumnya belum beraspal, kecuali beberapa bagian kecil di
kota Dili. Dalam Repelita III untuk meningkatkan arus lalu-
lintas barang dan orang telah ditingkatkan jalan kabupaten
sepanjang kurang-lebih 525 km. Di samping itu telah dilaksa-
nakan penunjangan jalan kabupaten sepanjang 1.244 km melalui
Inpres Kabupaten.
XIV/50
pedesaan, dalam Repelita III jumlah Station Relay telah me-
ningkat menjadi 7 buah. Pembangunan Puspenmas sebanyak 4 buah
juga telah selesai dilaksanakan. Dengan demikian dalam tahun
1984/85 operasi penerangan dapat dilaksanakan dan ditingkat-
kan dengan menggunakan berbagai sarana penerangan yang telah
tersedia.
F. PENATAAN RUANG
1. U m u m
XIV/51
bagai modal. Selanjutnya setiap kegiatan mempunyai banyak al-
ternatif lokasi yang cocok dan sebaliknya setiap lokasi dapat
cocok untuk berbagai macam kegiatan. Karena tidak semua ke-
giatan dapat dilakukan sekaligus dalam satu ruang yang cocok
tersebut, maka terjadilah persaingan antar-kegiatan dalam pe-
manfaatan ruang serta potensi yang terdapat padanya. Di sam-
ping itu ada kegiatan-kegiatan tertentu yang perlu dijauhkan
agar tidak mengganggu dan merugikan kegiatan lainnya. Seba-
liknya ada kegiatan-kegiatan tertentu yang perlu berdekatan
satu sama lain, agar supaya saling menunjang atau saling me -
lengkapi. Sehubungan dengan itu maka diperlukan adanya kegi-
atan penataan ruang untuk mengurangi sebanyak mungkin terja-
dinya persaingan dalam pemanfaatan ruang beserta segala po-
tensi yang terdapat padanya, untuk mengurangi kemungkinan
terganggunya suatu kegiatan oleh kegiatan-kegiatan lain di
sekitarnya, atau untuk meningkatkan hubungan antara kegiat-
an-kegiatan yang saling menunjang atau saling melengkapi. Ke-
giatan ini merupakan usaha dalam rangka pengarahan dan pe -
ngendalian pembangunan secara spasial, menuju pemanfaatan
ruang dan potensi yang terdapat padanya secara efisien dan
optimal.
XIV/52
baik dan terpeliharanya keserasian hubungan antara kota, desa
dan alam sekitarnya.
XIV/53
tarisasi prasarana untuk menunjang program peningkatan pangan.
XIV/54
Dalam bidang ini telah diselesaikan 48 rencana umum tata
ruang kota dan 24 rencana umum tata ruang bagian kota. Selain
itu juga dimulai penyusunan strategi dasar dan program pem-
bangunan kota-kota besar Bandung dan sekitarnya, Surabaya dan
sekitarnya, Cirebon dan sekitarnya, dan Jabotabek. Demikian
pula mulai dilakukan studi pengembangan kota dalam hubungan
pemanfaatan ruang bagi pengembangan fungsi-fungsi pelayanan
kota dan pusat jaringan transportasi kota, antara lain kota-
kota Bandung, Medan, Padang, Palembang, Pontianak, Banjar-
masin, Samarinda, Denpasar dan Yogyakarta.
XIV/55
pusat dokumentasi di Bukittinggi, Jakarta, Denpasar, Ujung
Pandang, pembinaan pusat latihan di Bukittinggi dan Denpasar,
serta pelaksanaan kursus-kursus dan latihan kerja. Penyusunan
masukan bagi pengaturan berupa standar/pedoman perencanaan,
rancangan peraturan dan undang-undang tata ruang terus di-
tingkatkan dan disempurnakan antara lain rancangan undang-un-
dang tata ruang kota, dan rencana tata ruang Jabotabek.
G. PEMBANGUNAN AGRARIA
1. U m u m
XIV/56
hasil memperlancar berbagai kegiatan pembangunan.
XIV/57
Dalam tahun 1984/85 pemetaan penggunaan tanah yang telah
dapat diselesaikan adalah seluas 93.200 km 2 . Disamping itu
telah dapat diselesaikan pula pemetaan penggunaan tanah kota
bagi 41 kota kabupaten/kotamadya, pemetaan penggunaan tanah
kota kecamatan bagi 214 kota kecamatan, dan perencanaan tata
guns tanah kabupaten bagi 29 kabupaten. Dalam rangka menun-
jang program transmigrasi, dalam tahun 1984/85 telah dapat
diselesaikan pengukuran dan pemetaan tata guna tanah daerah
transmigrasi, seluas 401.902 ha. Perkembangan hasil pelaksa-
naan pemetaan penggunaan tanah menurut propinsi dari tahun
1969/70-1984/85 dapat dilihat dalam Tabel XIV-13.
XIV/58
TABEL XIV - 13
XIV/59
300.000 ha. Dalam kegiatan penerbitan sertifikat tanah telah
diselesaikan sebanyak 2.275.183 buah sertifikat termasuk ke-
giatan penerbitan sertifikat tanah milik rakyat secara mudah
dan murah melalui proyek operasi nasional agraria (Prona).
Kegiatan bidang agraria dalam membantu sektor transmigrasi
berupa penyelesaian pengukuran keliling batas daerah transmi-
grasi seluas 1.835.932 ha, pengkaplingan lahan pekarangan,
lahan usaha. I, dan lahan usaha II seluas 575.309 ha, pengu -
kuran dan pengkaplingan sarana umum seluas 75.349 ha, penye-
lesaian dan pemberian hak pengelolaan seluas 2.169.969 ha,
dan pemberian sertifikat sebanyak 248.952 buah.
1. U m u m
XIV/60
bekerja secara efisien, dan mampu menghadapi serta memecahkan
masalah yang lebih rumit dan di wilayah yang lebih luas. Usa-
ha meningkatkan aparatur tersebut dikaitkan dengan mengadakan
penambahan tenaga, memperluas struktur organisasi, membentuk
lembaga-lembaga baru, menyelenggarakan kursus dan latihan,
serta mengadakan penelitian-penelitian untuk mendukung ber-
bagai kebijaksanaan yang harus diambil.
IV/61
kadang-kadang masih sementara. Namun demikian ada juga Peme-
rintah Daerah yang membentuk unit perencanaan dengan berbagai
nama yang sifatnya sudah tetap dan membantu Gubernur Kepala
Daerah dalam perencanaan pembangunan di daerahnya. Untuk
lebih memantapkan dan meningkatkan perencanaan pembangunan di
daerah dan sekaligus menjadi landasan hukum bagi unit-unit
perencanaan tersebut di daerah, maka dengan Surat Keputusan
Presiden No.15 tahun 1974 dibentuklah Badan Perencanaan Pem-
bangunan Daerah (Bappeda) di setiap Propinsi sebagai badan
staf yang langsung membantu Gubernur Kepala Daerah dalam hal
perencanaan pembangunan di Daerah.
XIV/62
3. Pendidikan dan Latihan Aparatur Pemerintah
XIV/63
an pembangunan daerah, latihan keterampilan manajemen, latih-
an manajemen proyek, latihan tata guna tanah dan latihan
teknik perencanaan yang sampai dengan tahun pertama Repelita
IV telah diikuti oleh kurang lebih sebanyak 3.569 orang pe-
serta.
XIV/64
4. Penyempurnaan Pembangunan Prasarana Fisik Pemerin-
tahan
XIV/65
TABEL XIV - 14
XIV/66
oleh bangunan yang lebih kecil bila dibandingkan dengan ba-
ngunan yang dibangun kemudian.
XIV/67
I. PENELITIAN DAERAH
1. U m u m
XIV/68
Penelitian dan pengembangan pemerintahan dalam negeri,
bertujuan menemukan metodologi pelaksanaan fungsi Departemen
Dalam Negeri guna mewujudkan mobilitas serta melancarkan ja-
lannya pemerintahan dan pembangunan, baik di tingkat pusat
maupun di daerah. Kegiatan yang telah dilaksanakan selama Re -
pelita II antara lain meliputi beberapa penelitian tentang :
pembinaan aparatur pemerintah wilayah kecamatan, status peme-
rintah kota, identifikasi masalah pengembangan pemerintahan
dan pembangunan di daerah, pemanfaatan swadaya masyarakat
dalam pembangunan, dan pembinaan politik dalam negeri. Selama
Repelita III, di samping melanjutkan beberapa kegiatan pene-
litian yang telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya, be-
berapa kegiatan penelitian lainnya yang dilakukan antara lain
meliputi penelitian tentang : koordinasi penyelenggaraan pe-
merintahan di daerah, pembinaan personil dan karier, studi
kasus penentuan jabatan wakil gubernur KDH dan pembantu gu-
bernur, sistem administrasi pemerintahan di daerah, sistem
pengelolaan administrasi perlengkapan barang, pembinaan par-
tisipasi buruh dalam rangka menciptakan stabilitas politik
yang dinamis, dan pembinaan ketenteraman dan ketertiban wi-
layah.
XIV/69
Tahun pertama Repelita IV (1984/85) kegiatan penelitian
mengenai : penggalian sumber-sumber kekayaan dan pendapatan
desa, dan pembentukan modal swadaya masyarakat pedesaan dalam
pembangunan.
XIV/70
3 . Penelitian tentang Masalah Pertanahan
XIV/71