Anda di halaman 1dari 27

Makalah Gizi dan Diet

Di Susun Oleh Kelompok 2


Dedek Purba
Dian Manurung
Elisa Limbong
Yosika

STIKes Santa Elisabeth Medan


Tahun Ajaran 2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
I.1 Latar Belakang
Glukosa merupakan golongan karbohidrat yang merupakan sakarida. Glukosa
diserap oleh hati dan sebagian disimpan sebagai glikogen atau asam – asam lemak
sehingga kadar glukosa darah dapat dipertahankan dalam batas normal 80 – 120

Gizi dan Diet Page 1


mg/dL atau 3,0 – 7,0 mmol/L.Pengaturan kadar glukosa darah sangat ditentukan
oleh beberapa hormon. Hormon insulin dapat menurunkan kadar glukosa darah
sedangkan glucagon dapat menaikkan kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah
tinggi dalam waktu yang lama akan menyebabkan diabetes melitus. Selain itu,
dalam catatan klinis ada beberapa nilai yang disyaratkan. Oleh karena itu,
pemeriksaan glukosa sangat penting dilakukan untuk mengetahui berapa batas
atau nilai normal kadar glukosa darah dan kadar glukosa darah yang tinggi.

1.2 Maksud Percobaan


Mengetahui dan memahami cara – cara pemeriksaan kadar glukosa darah.

1.3 Tujuan Percobaan


Mengetahui dan memahami cara pemeriksaan glukosa darah dengan alat
Humalyzer dengan metode enzimatik.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Tes toleransi glukosa oral/TTGO (oral glucose tolerance test, OGTT)
dilakukan pada kasus hiperglikemia yang tidak jelas; glukosa sewaktu 140-200

Gizi dan Diet Page 2


mg/dl, atau glukosa puasa antara 110-126 mg/dl, atau bila ada glukosuria yang
tidak jelas sebabnya. Uji ini dapat diindikasikan pada penderita yang gemuk
dengan riwayat keluarga diabetes mellitus; pada penderita penyakit vaskular, atau
neurologik, atau infeksi yang tidak jelas sebabnya.

TTGO juga dapat diindikasikan untuk diabetes pada kehamilan (diabetes


gestasional). Banyak di antara ibu-ibu yang sebelum hamil tidak menunjukkan
gejala, tetapi menderita gangguan metabolisme glukosa pada waktu hamil.
Penting untuk menyelidiki dengan teliti metabolisme glukosa pada waktu hamil
yang menunjukkan glukosuria berulangkali, dan juga pada wanita hamil dengan
riwayat keluarga diabetes, riwayat meninggalnya janin pada kehamilan, atau
riwayat melahirkan bayi dengan berat lahir > 4 kg. Skrining diabetes hamil
sebaiknya dilakukan pada umur kehamilan antara 26-32 minggu. Pada mereka
dengan risiko tinggi dianjurkan untuk dilakukan skrining lebih awal.

2.2Prosedur

Selama 3 hari sebelum tes dilakukan penderita harus mengkonsumsi


sekitar 150 gram karbohidrat setiap hari. Terapi obat yang dapat mempengaruhi
hasil laboratorium harus dihentikan hingga tes dilaksanakan. Beberapa jenis obat
yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium adalah insulin, kortikosteroid
(kortison), kontrasepsi oral, estrogen, anticonvulsant, diuretik, tiazid, salisilat,
asam askorbat. Selain itu penderita juga tidak boleh minum alkohol.

Kekurangan karbohidrat, tidak ada aktifitas atau tirah baring dapat


mengganggu toleransi glukosa. Karena itu TTGO tidak boleh dilakukan pada
penderita yang sedang sakit, sedang dirawat baring atau yang tidak boleh turun
dari tempat tidur, atau orang yang dengan diit yang tidak mencukupi.

Protokol urutan pengambilan darah berbeda-beda; kebanyakan


pengambilan darah setelah puasa, dan setelah 1 dan 2 jam. Ada beberapa yang

Gizi dan Diet Page 3


mengambil darah jam ke-3, sedangkan yang lainnya lagi mengambil darah pada ½
jam dan 1½ jam setelah pemberian glukosa. Yang akan diuraikan di sini adalah
pengambilan darah pada waktu ½ jam, 1 jam, 1½ jam, dan 2 jam.

Sebelum dilakukan tes, penderita harus berpuasa selama 12 jam. Pengambilan


sampel darah dilakukan sebagai berikut :

 Pagi hari setelah puasa, penderita diambil darah vena 3-5 ml untuk uji
glukosa darah puasa. Penderita mengosongkan kandung kemihnya dan
mengumpulkan sampel urinenya.

 Penderita diberikan minum glukosa 75 gram yang dilarutkan dalam


segelas air (250ml). Lebih baik jika dibumbui dengan perasa, misalnya
dengan limun.

 Pada waktu ½ jam, 1 jam, 1½ jam, dan 2 jam, penderita diambil darah
untuk pemeriksaan glukosa. Pada waktu 1 jam dan 2 jam penderita
mengosongkan kandung kemihnya dan mengumpulkan sampel urinenya
secara terpisah.

Selama TTGO dilakukan, penderita tidak boleh minum kopi, teh, makan
permen, merokok, berjalan-jalan, atau melakukan aktifitas fisik yang berat.
Minum air putih yang tidak mengandung gula masih diperkenankan.

2.3 Nilai Rujukan

Gizi dan Diet Page 4


Puasa : 70 – 110 mg/dl (3.9 – 6.1 mmol/L)
½ jam : 110 – 170 mg/dl (6.1 – 9.4 mmol/L)
1 jam : 120 – 170 mg/dl (6.7 – 9.4 mmol/L)
1½ jam : 100 – 140 mg/dl (5.6 – 7.8 mmol/L)
2 jam : 70 – 120 mg/dl (3.9 – 6.7 mmol/L)

2.4 Interpretasi

 Toleransi glukosa normal

Setelah pemberian glukosa, kadar glukosa darah meningkat dan


mencapai puncaknya pada waktu 1 jam, kemudian turun ke kadar 2 jam
yang besarnya di bawah 126 mg/dl (7.0 mmol/L). Tidak ada glukosuria.

Gambaran yang diberikan di sini adalah untuk darah vena. Jika digunakan
darah kapiler, kadar puasa lebih tinggi 5.4 mg/dl (0.3 mmol/L), kadar
puncak lebih tinggi 19.8 – 30.6 mg/dl (1.1 – 1.7 mmol/L), dan kadar 2 jam
lebih tinggi 10.8 – 19.8 mg/dl (0.6 – 1.1 mmol/L). Untuk plasma vena
kadar ini lebih tinggi sekitar 18 mg/dl (1 mmol/L).

 Toleransi glukosa melemah

Pada toleransi glukosa yang melemah, kurva glukosa darah terlihat


meningkat dan memanjang. Pada diabetes mellitus, kadar glukosa darah di
atas 126 mg/dl (7.0 mmol/L); jika tak begitu meningkat, diabetes bisa
didiagnosis bila kadar antara dan kadar 2 jam di atas 180 mg/dl (10
mmol/L). Toleransi glukosa melemah ringan (tak sebanyak diabetes) jika
kadar glukosa puasa dibawah 126 mg/dl (7.0 mmol/L), kadar antara di
bawah 180 mg/dl (10 mmol/L), dan kadar 2 jam antara 126-180 mg/dl
(7.0-10.0 mmol/L). Terdapat glukosuria, walaupun tak selalu ada dalam
sampel puasa.

Gizi dan Diet Page 5


Pada diabetes gestasional, glukosa puasa normal, glukosa 1 jam 165 mg/dl
(9.2 mmol/L), dan glukosa 2 jam 145 mg/dl (8.0 mmol/L).

Pada banyak kasus diabetes, tidak ada puncak 1 jam karena kadar glukosa
darah meningkat pada keseluruhan waktu tes. Kurva diabetik dari jenis
yang sama dijumpai pada penyakit Cushing yang berat.

Toleransi glukosa yang lemah didapatkan pada obesitas


(kegemukan), kehamilan lanjut (atau karena kontrasepsi hormonal), infeksi
yang berat (terutama staphylococci, sindrom Cushing, sindrom Conn,
akromegali, tirotoksikosis, kerusakan hepar yang luas, keracunan
menahun, penyakit ginjal kronik, pada usia lanjut, dan pada diabetes
mellitus yang ringan atau baru mulai.

Tes toleransi glukosa yang ditambah dengan steroid dapat


membantu mendeteksi diabetes yang baru mulai. Pada pagi dini sebelum
TTGO dilaksanakan, penderita diberikan 100 mg kortison, maka glukosa
darah pada 2 jam bisa meningkat di atas 138.8 mg/dl (7.7 mmol/L) pada
orang-orang yang memiliki potensi menderita diabetes.

 Penyimpanan glukosa yang lambat

Kadar glukosa darah puasa normal. Terdapat peningkatan glukosa


darah yang curam. Kadar puncak dijumpai pada waktu ½ jam di atas 180
mg/dl (10 mmol/L). Kemudian kadar menurun tajam dan tingkatan
hipoglikemia dicapai sebelum waktu 2 jam. Terdapat kelambatan dalam
memulai homeostasis normal, terutama penyimpanan glukosa sebagai
glikogen. Biasanya ditemukan glukosuria transien. Kurva seperti ini
dijumpai pada penyakit hepar tertentu yang berat dan kadang-kadang para
tirotoksikosis, tetapi lebih lazim terlihat karena absorbsi yang cepat setelah
gastrektomi, gastroenterostomi, atau vagotomi. Kadang-kadang dapat
dijumpai pada orang yang normal.

 Toleransi glukosa meningkat

Gizi dan Diet Page 6


Kadar glukosa puasa normal atau rendah, dan pada keseluruhan waktu tes
kadarnya tidak bervariasi lebih dari ± 180 mg/dl (1.0 mmol/L). Kurva ini
bisa terlihat pada penderita miksedema (yang mengurangi absorbsi
karbohidrat) atau yang menderita antagonis insulin seperti pada penyakit
Addison dan hipopituarisme. Tidak ada glukosuria. Kurva yang rata juga
sering dijumpai pada penyakit seliak. Pada glukosuria renal, kurva
toleransi glukosa bisa rata atau ormal tergantung pada kecepatan hilangnya
glukosa melalui urine.

2.5 Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil laboratorium

 Penggunaan obat-obatan tertentu

 Stress (fisik, emosional), demam, infeksi, trauma, tirah baring, obesitas


dapat meningkatkan kadar glukosa darah.

 Aktifitas berlebihan dan muntah dapat menurunkan kadar glukosa darah.


Obat hipoglikemik dapat menurunkan kadar glukosa darah.

 Usia. Orang lansia memiliki kadar glukosa darah yang lebih tinggi. Sekresi
insulin menurun karena proses penuaan.

2.6 Pemberian nutrisi parenteral secara rutin tidak direkomendasikan pada


kondisi-kondisi klinis sebagai berikut :

1. Pasien-pasien kanker yang sedang menjalankan terapi radiasi dan


kemoterapi.
2. Pasien-pasien preoperatif yang bukan malnutrisi berat.
3. Pankreatitis akuta ringan.
4. Kolitis akuta.
5. AIDS.

Gizi dan Diet Page 7


6. Penyakit paru yang mengalami eksaserbasi.
7. Luka bakar.
8. Penyakit-penyakit berat stadium akhir (end-stage illness).

Pemberian nutrisi hanya efektif untuk pengobatan gangguan nutrisi bukan


untuk penyebab penyakitnya.
Status nutrisi basal dan berat ringannya penyakit memegang peranan
penting dalam menentukan kapan dimulainya pemberian nutrisi parenteral.
Sebagai contoh pada orang-orang dengan malnutrisi yang nyata lebih
membutuhkan penanganan dini dibandingkan dengan orang-orang yang menderita
kelaparan tanpa komplikasi. Pasien-pasien dengan kehilangan zat nutrisi yang
jelas seperti pada luka dan fistula juga sangat rentan terhadap defisit zat nutrisi
sehingga membutuhkan nutrisi parenteral lebih awal dibandingkan dengan pasien-
pasien yang kebutuhan nutrisinya normal.
Secara umum, pasien-pasien dewasa yang stabil harus mendapatkan
dukungan nutrisi 7 sampai dengan 14 hari setelah tidak mendapatkan nutrisi yang
adekuat sedangkan pada pasien-pasien kritis, pemberian dukungan nutrisi harus
dilakukan dalam kurun waktu 5 sampai dengan 10 hari (ASPEN, 2002).
Nutrisi Parenteral pada pasien anak-anak diberikan lebih awal
dibandingkan dengan pasien-pasien dewasa, biasanya 1 hari setelah lahir pada
neonatus dan bayi dengan berat badan lahir yang rendah, dan antara 5 sampai 7
hari bagi anak-anak yang lebih dewasa yang tidak dapat mencukupi kebutuhan
nutrisinya hanya melalui oral maupun enteral (ASPEN, 2002; Ziegler et al, 2002).

2.7 Indikasi Nutrisi Parenteral :

1. Gangguan absorpsi makanan seperti pada fistula enterokunateus, atresia


intestinal, kolitis infektiosa, obstruksi usus halus.
2. Kondisi dimana usus harus diistirahatkan seperti pada pankreatitis berat,
status preoperatif dengan malnutrisi berat, angina intestinal, stenosis arteri
mesenterika, diare berulang.
3. Gangguan motilitas usus seperti pada ileus yang berkepanjangan, pseudo-
obstruksi dan skleroderma.

Gizi dan Diet Page 8


4. Kondisi dimana jalur enteral tidak dimungkinkan seperti pada gangguan
makan, muntah terus menerus, gangguan hemodinamik, hiperemesis
gravidarum.

2.8 Jenis-jenis cairan nutrisi parenteral


ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut,
demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat,
trauma.
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:

 Na 130 mEq
 K 4 mEq
 Cl 109 mEq
 Ca 3 mEq
 Asetat (garam) 28 mEq

Keunggulan:

1. Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien


yang mengalami gangguan hati
2. Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis
laktat lebih baik dibanding RL pada neonatus
3. Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral
pada anestesi dengan isofluran
4. Mempunyai efek vasodilator
5. Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml
pada 1000 ml RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus
sehingga memperkecil risiko memperburuk edema serebral

KA-EN 1B
Indikasi:

Gizi dan Diet Page 9


1. Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal
pada kasus emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai,
demam)
2. < 24 jam pasca operasi
3. Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan
sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
4. Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari
100 ml/jam

KA-EN 3A & KA-EN 3B


Indikasi:

1. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan


elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi
harian, pada keadaan asupan oral terbatas
2. Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
3. Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
4. Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B

KA-EN MG3
Indikasi :

1. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan


elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi
harian, pada keadaan asupan oral terbatas
2. Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
3. Mensuplai kalium 20 mEq/L
4. Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L

KA-EN 4A
Indikasi :

1. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak

Gizi dan Diet Page 10


2. Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan
berbagai kadar konsentrasi kalium serum normal
3. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi (per 1000 ml):

 Na 30 mEq/L
 K 0 mEq/L
 Cl 20 mEq/L
 Laktat 10 mEq/L
 Glukosa 40 gr/L

KA-EN 4B
Indikasi:

1. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun
2. Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko
hipokalemia
3. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi:

o Na 30 mEq/L
o K 8 mEq/L
o Cl 28 mEq/L
o Laktat 10 mEq/L
o Glukosa 37,5 gr/L

Otsu-NS
Indikasi:

1. Untuk resusitasi
2. Kehilangan Na > Cl, misal diare

Gizi dan Diet Page 11


3. Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum,
insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)

Otsu-RL
Indikasi:

1. Resusitasi
2. Suplai ion bikarbonat
3. Asidosis metabolik

MARTOS-10
Indikasi:

1. Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik


2. Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor,
infeksi berat, stres berat dan defisiensi protein
3. Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
4. Mengandung 400 kcal/L

AMIPAREN
Indikasi:

1. Stres metabolik berat


2. Luka bakar
3. Infeksi berat
4. Kwasiokor
5. Pasca operasi
6. Total Parenteral Nutrition
7. Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit

AMINOVEL-600
Indikasi:

Gizi dan Diet Page 12


1. Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
2. Penderita GI yang dipuasakan
3. Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca
operasi)
4. Stres metabolik sedang
5. Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)

PAN-AMIN G
Indikasi:

1. Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan


2. Nitrisi dini pasca operasi
3. Tifoid

2.4 Pengelolaan nutrisi Parenteral


Kebutuhan Biologik Normal:
Kalori: 25-30 kcal/BB/hari (mis.BB 70 kg = 1750-2100). Sumber kalori ini
terbagi berdasarkan sumbernya sebagai berkut:
50% = karbohidrat
30% = protein
20% = lemak
KEBUTUHAN ENERGI
Energi expanditure harus dihitung agar keseimbangan nitrogen yang lebih
baik dapat dicapai dan dipertahankan. Metode yang digunakan untuk menghitung
kebutuhan energi ada dua cara yaitu dengan rumus Harris-Benedict dan indirect-
calorimetry dengan expired gas analysis.
Harris-Benedict mengkalkulasikan kebutuhan energy seseorang dalam keadaan
istirahat, nonstres, setelah puasa overnigt. Pada keadaan metabolic-stress, maka

Gizi dan Diet Page 13


harus dikalikan stress faktor.
Rumus Harris - Benedict.
Pr. BEE = 665 + 9,6 BB + 1,7 TB - 4,7 U
Lk BEE = 66 + 13,7 BB + 5 TB - 6,6 U
BEE = K cal/ hari BB: kg TB: cm U ; Thn
Perhitungan diatas mungkin sulit diaplikasikan maka untuk penggunaan klinis
sehari-hari nilai BEE = 25 -30 k cal/Kg/hari tidak jauh berbeda dengan nlai yang
didapat bila kita menggunakan rumus Harris Benedict.
Indirect-calorimetry.
Walaupun memberi hasil yang lebih akurat tetapi oleh karena membutuhkan
pemeriksaan laboratorium, teknologi dan mahal maka jarang digunakan untuk
perhitungan sehari-hari.
KARBOHIDRAT SEBAGAI SUMBER ENERGI
Kebutuhan Karbohidrat: 100-200 gram/ hari. Beberapa hal yang perlu diingat
tentang manfaat karbohidrat yaitu:
Mengurangi katabolisme protein
Mengurangi penumpukan keton bodies akibat metabolisme fat.
1 gram karbohidrat = 4,1 kcal
1 gram fat = 9,3 kcal
Jika karbohidrat hanya berasal dari cairan dektrose 5% atau 10% maka dalam :
1000 cc D5 = 50 gram = 205 kcal
1000 cc D10 = 100 gram = 410 kcal
Dapat dilihat bahwa pemenuhan kalori hanya dari larutan dextrose dengan
isoosmolaritas saja tidak cukup, dengan demikian perlu tambahan kalori dari
sumber lain misalnya emulsi lemak atau dengan karbohidrat jenis lain atau dengan
konsentrasi yang lebih tinggi. Kebutuhan kalori ini perlu juga disesuaikan dengan:
 Jumlah kebutuhan cairan harian (maintenance)
 Kebutuhan elektrolit terutama Na+ dan K+
 Protein dan lemak
 Osmolaritas yang dapat ditoleransi vena perifer yaitu < 800 mOsm.
Suatu hal yang sangat penting dalam pemberian dekstrose/glukose adalah
karbohidrat jenis ini bersifat insulin dependent. Dengen demikian pemberiannya

Gizi dan Diet Page 14


harus dimulai dengan konsentrasi yang rendah dan ditingkatkan secara perlahan
dan harus merata dalam 24 jam. Penghentian pemberian dextrose secara
mendadak atau tidak teratur dapat menyebabkan kadar gula darah yang turun tiba-
tiba. Penjelasan hal ini adalah sebagai berikut; saat pemberian dekstrose
konsentrasi tinggi kadar insulin juga tinggi dan saat konsentrasi pemberian
diturunkan, insulin yang tinggi (overshoot insulin) dapat menyebabkan
hipoglikemia akut. Bila ada ketidakmampuan insulin daat terjadi hiperglikema. R/
Triofusin yang mengandung dextrose, fruktose dan xylitol, jarang menyebabkan
hiperglikemia ataupun tambahan insulin.

EMULSI LEMAK INTRAVENA


Pemberian lemak intravena selain sebagai sumber asam lemak esensial
(terutama asam linoleat) juga sebagai subtrat sumber energi pendamping
karbohidrat terutama pada kasus stress yang meningkat. Bila lemak tidak
diberikan dalam program nutrisi parenteral total bersama subtrat lainnya maka
defisiensi asam lemak rantai panjang akan terjadi kira-kira pada hari ketujuh
dengan gejala klinik bertahan sekitar empat minggu. Untuk mencegah keadaan ini
diberikan 500 ml emulsi lemak 10 ml paling sedikit 2 kali seminggu. Asam lemak
esensial berperan dalam fungsi platelet , penyembuhan luka, sintesa prostaglandin
dan immunocompetence. Oleh karena ada keuntungan bila diberikan bersama-
sama dengan glikosa sebagai sumber energi dianjurkan 30 -40 % dari total kalori
diberikan dari lemak. Ada bukti infus lemak merata 24 jam lebih baik dan lebih
dipilih dibanding pemberian intermitten. Direkomendasikan untuk tidak
memberikan > 60% kalori total diambil dari subtrat lemak. Sebagai pegangan
jangan berikan porsi lemak > 2 gr / kg BB /hari. Sebaiknya lakukan pemeriksaan
kadar triglised plasma sebelum pemberian emulsi lemak intravena sebagai data
dasar .
Preparat emulsi lemak yang beredar ada dua jenis, konsetrasi 10% ( 1 k cal /ml )
dan 20 % ( 2 k cal / ml ) dengan osmolalityas 270 - 340 m Osmol /L sehingga
dapat diberikan melalui perifer.

Gizi dan Diet Page 15


Kontra indikasi absolut infus emulsi lemak adalah trigliserit 500 mr/l ,Kolesterol
400 mg/l . kontraindikasi rtelatis : Trigeliderit 300 - 500 mg/l. Kolesterol 300 -
400 mg/l ganggguan berat faal ginjal dan hepar .
Contoh larutan lemak Misalnya R/Ivelip. Larutan ini tersedia dalam beberapa
kemasan dengan konsentrasi 10% dan 20%. Satu liter larutan 20% mengandung
2000 kcal dengan osmolaritas yang rendah yaitu 270 mOsm. Pada botol 250 cc
yang mengandung 50 gram lemak mengandung 500 kcal dengan osmolaritas yang
sama. Larutan 20% dengan kemasan 250 cc atau 100 cc lebih disukai oleh karena
mudah dalam pengaturannya.

PROTEIN / ASAM AMINO


Selain kalori yang dipenuhi dengan karbohidrat dan lemak , tubuh masih
memerlukan asam amino untuk regenerasi sel , enzym dan visceral protein.
Pemberian protein untuk menjaga balance nitrogen positif, dimana protein
berfungsi untuk regenerasi sel, enzim, dan berbagai reaksi biologis dalam tubuh.
Untuk itu diperlukan 1 gram /BB/ hari. Yang paling diperlukan L-asam amino,
oleh karena proses pembentukan protein lebih cepat. Perlu diingat larutan asam
amino juga mengandung karbohidrat dan elektrolit. Pemberian asam
amino/protein saja tanpa diberikan kebutuhan kalori, menyebabkan asam amino
dirobah menjadi energi melalui jalur glukoneogenesis. Dengan demikian pada
pemberian asam amino yang bertujuan menjaga balance nitrogen positif, perlu ada
”perlindungan” kalori 25 kcal tiap 1 gram asam amino. Misalnya pada
pemberian asam amino/protein 50 gram, dibutuhkan 1200 kcal atau 300 gram
karbohidrat. Jika asam amino bertujuan sebagai “nitrogen sparing effect” dimana
menjaga agar protein viscera atau otot tidak dirobah menjadi kalori, jadi balance
nitrogen sama dengan nol, maka tidak perlu diberikan kalori.
Larutan asam amino pada umumnya bersifat hiperosmotik, oleh karena itu
pada pemberian melalui vena perifer perlu dilakukan pengenceran misalnya
dengan dekstrose, atau dipilih asam amino dengan konsentrasi rendah. Contoh

Gizi dan Diet Page 16


yang ada dipasaran R/ Aminofusin L-600 dimana kandungan tiap 1000 cc sebagai
berikut:
Asam amino = 50 gram
Karbohidrat = 100 gram
Na+ = 40 mmol
K+ = 30 mmol
Osmolaritas = 1.100 mOsm
R/ Pan Amin G:
Asam amino = 27,2 gram
Karbohidrat = 50 gram
Na+ dan K+ = tidak ada
Osmolaritas = 507 mOsm

2.5 Hal yang harus diperhatikan selama pemberian


Pemberian nutrisi parenteral umumnya dimulai pada hari ke III pasca-
bedah/trauma. Jika keadaan membutuhkan koreksi nutrisi cepat, maka pemberian
paling cepat 24 jam pasca-trauma/bedah. Jika keadaan ragu-ragu dapat dilakukan
pemeriksaan kadar gula. Jika kadar gula darah < 200 mg/dl. pada penderita non
diabetik, nutrisi parenteral dapat dimulai.
Nutrisi parenteral tidak diberikan pada keadaan sebagai berikut:
 24 jam pasca-bedah/trauma
 gagal napas
 shock
 demam tinggi
 brain death (alasan cost-benefit)
Vena perifer yang dipilih sebaiknya pada lengan, oleh karena pemberian
melalui vena tungkai bawah resiko flebitis dan trombosis vena dalam lebih besar.
Seperti telah dijelaskan diatas bahwa karbohidrat diperlukan sebagai sumber
kalori. Dalam pemenuhan kalori adalah suatu keharusan dan multak ada
dekstrose, sehingga mengurangi proses glukoneogenesis. Sebagai sumber kalori
lain adalah emulsi lemak. Jika akan diberikan emulsi lemak sebaiknya terbagi

Gizi dan Diet Page 17


sama banyak dalam hal jumlah kalori. Misalnya dibutuhkan jumlah kalori 1200
maka perhitungannya sebagai berikut:
600 kcal = glukosa 150 gram
600 kcal = fat 70 gram
Kombinasi ini menghindari keadaan hiperosmolar dan hiperglikemia. Pemberian
emulsi lemak harus hati-hati dan sebaiknya diberikan seminggu sekali. Lebih baik
jika dilakukan pemeriksaan fungsi hepar secara teratur.

Contoh:
Hari I : (masa stabilisasi) cukup diberikan kristaloid (RL atau Ringer
Asetat)
Hari II : Triofusin 500 sebanyak 1500 cc + intrafusin 3,5% 500 cc maka:
Cairan : 2000 cc
Asam amino : 17,5 gram
Energi : 870 kcal
Na+ : 30,8 mEq
K+ : 15 mEq
Osmolaritas : 745 mOsm
Data ini menunjukan kekurangan natrium dan kalium. Untuk itu dapat
ditambahkan Kcl 15-20 cc (15-20 mEq) atau sesuai data laboratorium,
sedangkan natrium dapat ditambahkan NaCl 3% 200 cc yang mengandung
105 mEq Na+. NaCl 3%=513 mEq Na+/L
Hari III : Triofusin 500 sebanyak 1500 cc + intrafusin 3,5% 1000 cc +
Ivelip 10% 100 cc.
Contoh ini dapat dimodifikasi dengan mudah sesuai kebutuhan. Perlu diingat
larutan yang mengandung dektrose harus diberikan terus-menerus. Dengan
demikian dapat dipergunakan stop-cock sehingga cairan lain yang daat diberikan
selang seling. Ketrampilan kita dalam pemberian nutrisi ini perlu disertai dengan
komposisi berbagai jenis cairan yang ada dipasaran termasuk osmolaritasnya.

KONSEP YANG PERLU DISAMAKAN PADA PARENTERAL NUTRISI


1.Menggunakan vena perifer untuk cairan pekat.

Gizi dan Diet Page 18


Osmolritas plasma 300 mOsmol . Vena perifer dapat menerima sampai
maksimal 900 mOsmol . Makin tinggi osmolaritas (makin hipertonis) maka makin
mudah terjadi tromphlebitis, bahkan tromboembli. Untuk cairan > 900 - 1000
mOsm, seharusnya digunakan vena setrral (vena cava, subclavia, jugularis)
dimana aliran darah besar dan cepat dapat mengencerkan tetesan cairan NPE yang
pekat hingga tidak dapat sempat merusak dinding vena. Jika tidak tersedia kanula
vena sentral maka sebaiknya dipilih dosis rendah (larutan encer) lewat vena
perifer, dengan demikian sebaiknya sebelum memberikan cairan NPE harus
memeriksa tekanan osmolaritas cairan tersebut ( tercatat disetiap botol cairan )
Vena kaki tidak boleh dipakai karena sangat mudah deep vein trombosis dengan
resiko teromboemboli yang tinggi.
2. Memberikan protein tanpa kalori karbohidrat yang cukup.
Sumber kalori yang utama dan harus selalu ada adalah dektrose. Otak dan
eritrosit mutlak memerlukan glukosa setiap saat. Jika tidak tersedia terjadi
gluneogenesis dari subtrat lain. Kalori mutlak dicukupi lebih dulu. Diperlukan
deksrose 6 gram /kg.hari (300 gr) untuk kebutuhan energi basal 25 kcal/kg. Asam
amino dibutuhkan untuk regenerasi sel, sintesis ensim dan viseral protein. Tetapi
pemberian asam amino harus dilindungi kalori, agar asam amino tersebut tidak
dibakar menjadi energi (glukoneogenesis) Tiap gram Nitrogen harus dilindungi
150 kcal berupa karbohidrat. Satu gram Nitrogen setara 6,25 gram protetin.
Protein 50 gr memerlukan ( 50 : 6,25 ) x 150 k cal = 1200 kcal atau 300 gram
karbohidrat. Kalori dari asam amino itu sendiri tidak ikut dalam perhitungan
kebutuhan kalori .
Jangan memberikan asam amino jika kebutuhan kalori belum dipenuhi
3.Tidak melakukan perawatan aseptik.
Penyulit trombplebitis karena iritasi vena sering diikuti radang/ infeksi.
Prevalensi infeksi berkisar antara 2-30 % Kuman sering ditemukan adalah flora
kulit yang terbawa masuk pada penyulit atau ganti penutup luka infus

2.6 Komplikasi dan Monitoring / Pemantauan penderita


Kemajuan dan kemunduran keadaan umum penderita dipantau setiap
harinya, termasuk keseimbangan cairan dan elektrolitnya (bila fasilitas ada).

Gizi dan Diet Page 19


Pemberian terapi intravena menghadapkan pasien dengan berbagai risiko
komplikasi lokal atau sistemik. Komplikasi lokal seperti flebitis, infiltrasi dan
penyumbatan kanula terjadi lebih sering daripada komplikasi sistemik yang
mencakup hiperglikemia, septikemia, kelebihan beban sirkulasi dan emboli. Oleh
karena itu, pemantauan dan perawatan kateter merupakan komponen penting
dalam pemberian cairan intravena.
1. PEMANTAUAN LOKASI PERIFER
Parameter yang harus dipantau meliputi: wadah cairan, selang infus, laju
pemberian, alat infus elektronik (jika digunakan), dressing, dan tempat insersi.
Frekuensi pemantauan vena perifer tergantung pada terapi yang diresepkan,
kondisi dan usia pasien. Tempat pemasangan infus harus dipantau setiap 1 sampai
2 jam. Pasien, anak, geriatri dan kritis memerlukan penilaian lebih sering. (1)

Wadah Larutan Infus


Penilaian sistemik berawal dari wadah cairan dan berlanjut ke selang infus
sampai ke alat akses pembuluh darah dan tempat insersi. Jenis larutan dan obat
yang ditambahkan dicocokkan dengan instruksi dokter dan informasi yang
tercetak pada label wadah. Wadah harus diberi label tanggal dan jam infus
dipasang. Banyak cara bisa digunakan untuk memberi label jam infus digantung
dan laju infus. Stiker tidak boleh ditempel menutupi informasi yang tercetak pada
wadah. Wadah tidak boleh diberi label dengan menulis dengan pena atau spidol,
karena tinta bisa menembus plastik dan bocor ke larutan intravena. Selanjutnya
perhatikan sisa larutan dalam wadah. Perawat menentukan berapa banyak cairan
seharusnya tinggal dalam wadah berdasarkan laju pemberian yang diinstruksikan
dan waktu yang ditunjukkan. Kita harus menyadari bahwa infus set dari berbagai
pabrik memiliki jumlah tetesan berbeda setiap ml (bisa 15 atau 20 tetes per ml).
Jika anda berikan larutan infus dengan laju 20 tetes /menit menggunakan infus set
15 tetes/ml, maka ini sesuai dengan 80 ml per jam. Tampilan juga diperhatikan;
harus jernih dan bebas dari kekeruhan dan partikel. Larutan dalam botol kaca
membutuhkan infus set dengan ventilasi atau perlu jarum udara.
Selang Infus

Gizi dan Diet Page 20


Selang yang tepat harus dipasang dengan wadah dan pompa infus. Bila
digunakan infus set biasa, ketinggian wadah sebaiknya antara 30 sampai 36
inci(76-100 cm) di atas pasien. Bila wadah ditinggikan, laju aliran akan
bertambah. Laju aliran juga bisa berubah dengan perubahan posisi pasien. Jika
tempat suntikan terletak di dekat daerah fleksi, setiap pasien menekuk lengan atau
pergelangan tangan, laju aliran berubah sehingga menyebabkan hantaran cairan
dan obat tidak tepat. Beberapa faktor lain bisa mengubah laju aliran, sebagai
berikut:

 Viskositas cairan : darah, emulsi lemak, atau larutan koloid (misal albumin
dan dekstran). Mungkin perlu kanula lebih besar dan hindari vena kecil
(misal vena punggung tangan)
 Temperatur larutan: larutan dingin bisa menginduksi spasme vena dan
memperlambat aliran
 Infiltrasi, flebitis atau trombus

Dressing infus

Dressing dipantau untuk memastikan tetap kering, tertutup dan utuh. Dressing
yang utuh berarti pinggir-pinggirnya rapat ke kulit. Jika dressing lembab atau
integritasnya tidak baik maka harus segera diganti. Dewasa ini ada dressing
transparan dan memiliki keuntungan cepat mendeteksi tanda dini flebitis dan
infiltrasi.

Tempat insersi
Blanching
Blanching adalah keputihan mengkilat pada tempat insersi. Ini merupakan
petunjuk adanya infiltrasi, atau kebocoran cairan ke jaringan. Jika ada kebocoran
pada tempat insersi, pemasangan infus harus diulang. Pembahasan terpisah
mengenai infiltrasi dan flebitis telah diunggah pada situs ini dan bisa diakses.
2. PEMANTAUAN KOMPLIKASI METABOLIK
Komplikasi metabolik terkait dengan nutrisi parenteral bisa serius, tetapi
bisa diminimalkan dengan pemantauan adekuat. Komplikasi metabolik akut

Gizi dan Diet Page 21


mencakup defisiensi elektrolit, khususnya kalium, magnesium, fosfor dan
kalsium. Defisiensi elektrolit ini lazim dijumpai namun bisa dicegah dengan
pemantauan adekuat terhadap kadar plasma. Begitupula halnya dengan defisiensi
trace element dan vitamin, khususnya tiamin. Kelebihan glukosa bisa
memperburuk hiperglikemia, yang diikuti dengan prognosis buruk setelah operasi
jantung, infark miokard dan stroke. Hiperglikemia juga bisa mengganggu fungsi
leukosit sehingga meningkatkan angka infeksi nosokomial. Hipertriglieridemia
bisa meningkatkan risiko steatosis hepatis (perlemakan hati). Pemberian infus
lipid selama kurun 4-8 jam bisa mengakibatkan hipertensi pulmoner. Trigliserida
serum harus diukur sebelum memulai nutrisi parenteral dan sekali seminggu
sesudahnya. Sebelum pemberian nutrisi parenteral, pasien dengan gagal ginjal
lebih rentan terhadap uremia dan pada mereka dengan deplesi volume rentan
terhadap asidosis metabolik. (2)
Pada artikel ini, hanya komplikasi metabolik akut yang disorot.
Definisi komplikasi metabolik akut yang terkait dengan terapi cairan/nutrisi
parenteral (3)
a kadar > 2 kali nilai baseline normal mencerminkan kelebihan nutrien. Disadur
dari Buzbyetal. Am J Clin Nutr 1988;47:366–81

REKOMENDASI JADWAL PEMANTAUAN PASIEN YANG MENDAPAT


NUTRISI PARENTERAL (4)
ALP, alkaline phosphatase; ALT, alanine transaminase; AST, aspartate
transaminase; BUN, blood urea nitrogen; CBC, complete blood count

Periode sebelum tujuan nutrisi tercapai atau selama periode beum stabil. ‡
Setelah stabil, tidak ada perubahan komposisi nutrien.
Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah petanda independen dari prognosis buruk dalam
berbagai setting klinis, termasuk sindrom koroner akut, bedah jantung, dan
persalinan. Pada pasien tanpa riwayat DM, hiperglikemia jarang diinduksi oleh
(5)
glukosa parenteral bila laju pemberian maksimum 4 mg/kg/menit. Jika laju ini
diterjemahkan kedalam ml/kg/jam, ini sesuai dengan 2.4 ml glukosa 10%/kg/jam
atau 3.2 ml glukosa 7.5% /kg/jam.

Gizi dan Diet Page 22


Oleh karena itu, larutan parenteral yang mengandung glukosa 7.5%
(misal Aminofluid®) tidak akan menginduksi hiperglikemia pada pasien 60 kg
sepanjang laju pemberian 80 ml/jam (yang jauh di bawah maksimum 192
ml/jam). Risiko hiperglikemia meningkat dengan obat-obat : kortikosteroid,
gatifloxacin, atypical antipsychotics (dengan pengecualian Abilify®), protease
inhibitors, diuretik tiazid, niacin, lithium, rifampin, phenytoin, dan obat-obat
injeksi yang dicampur ke larutan dekstrosa.
Hipertrigliseridemia
Pasien-pasien yang mendapat TPN perlu pemantauan kadar plasma lipid
(trigliserida) yang diukur sebelum dan selama memulai TPN. Ini memiliki
kepentingan khusus pada pasien yang memiliki risiko tinggi untuk gangguan
bersihan lemak, misal hiperlipidemia, diabetes, sepsis, atau pasien dengan
gangguan fungsi ginjal atau hati, dan pasien sakit kritis (7)
Sekarang ini ada kecenderungan meningkatkan rasio glukosa: lemak dari 50:50
menjadi 60:40 atau bahkan 70:30 total NPC, karena masalah-masalah yang
dijumpai mengenai hiperlipidemia dan perlemakan hati, yang kadang-kadang
diikuti oleh kolestasis dan pada sebagian pasien dapat berlanjut menjadi
steatohepatitis non-alkoholik(Grade C). (8)
Kerugian-kerugian yang tepat dari perlemakan hati dan hipertrigliseridemia belum
diketahui. Pada kepustakaan dipastikan bahwa hipertrigliseridemia merupakan
faktor risiko untuk berkembangnya arteriosklerosis dan infusi akut dari emulsi
lemak yang berisi trigliserida rantai panjang (long-chain triglyceride (LCT))
mengurangi kemampuan relaksasi pembuluh darah. Kekhawatiran utama bahwa
infus lemak bisa mengganggu respons imun tidak didukung oleh meta-analisis
terbaru. Namun, banyak ahli menganjurkan menghindari kadar trigliserida lebih
dari 5 mmol/dL, walaupun data yang mendukung kurang. Bila kadar ini dicapai
dianjurkan oleh banyak ahli di bidang ini untuk mengurangi kandungan lemak
(terutama omega-6) pada nutrisi parenteral atau untuk sementara menghentikan
lemak. Pada kasus defisit energi tidak dianjurkan menambah glukosa lebih banyak
karena ini bisa melampaui kapasitas oksidasi pasien.

2.7 Penghentian Nutrisi Parental

Gizi dan Diet Page 23


Penghentian nutrisi parentral harus dilakukan dengan cara bertahap untuk
mencegah terjadinya rebound hipoglkemia. Cara yang dianjurkan adalah
melangkah mundur menuju regimen hari pertama. Sementrara nutrisi enteral
dinaikkan kandungan subtratnya. Sesudah tercapai nutrisi enteral yang adekuat
(2/3 dari jumlah kebutuhan energi total) nutrisi enteral baru dapat dihentikan.

Perencanaan Diet untuk Penderita Stroke

Jika anggota keluarga Anda telah menderita stroke, maka Anda perlu tahu
tentang jenis diet yang akan membantu dalam proses pemulihan. Pada artikel ini
kita akan membahas diet untuk korban stroke dan bagaimana diet yang tepat
dapat membantu dalam penyembuhan. (Bramardianto.com )

Penyebab utama ketiga kematian di Amerika Serikat, stroke merupakan


keadaan darurat medis yang serius. Hal ini terjadi ketika pasokan darah ke otak
akan terganggu karena penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah. Ketika otak
kekurangan oksigen, sel-sel mulai mati yang dapat menyebabkan cacat jangka
panjang dan bahkan kematian. Memerlukan perawatan medis segera dan tepat
waktu untuk memulihkan aliran darah agar dapat membantu dalam meminimalkan
kerusakan jangka panjang. Seberapa banyak korban stroke dipengaruhi oleh
stroke, tergantung pada tingkat keparahan stroke, bagian mana dari otak stroke
telah terjadi dan memperpanjang kerusakan sel otak. Untuk pemulihan stroke dan
rehabilitasi, terapi fisik, terapi wicara ditambah dengan perubahan gaya hidup dan
diet yang tepat sangat penting. Jika Anda memiliki korban stroke dalam keluarga
Anda, kemudian menyusun rencana diet yang sesuai untuk kebutuhan-
kebutuhannya sangat diperlukan. Sebuah diet yang tepat akan membantu tubuh
untuk pulih dan mendapatkan kembali sebagian kemampuan tubuh.

Makanan Terbaik untuk Pasien Stroke

Untuk menyusun diet yang ideal untuk korban stroke, Anda harus terlebih
dahulu berbicara dengan dokter yang bersangkutan untuk mengetahui apa jenis
pantangan si pasien. Beberapa korban stroke mengalami kesulitan menelan
makanan yang akan membatasi jenis makanan padat yang mereka konsumsi.

Gizi dan Diet Page 24


Dalam kasus seperti itu, makanan tumbuk dan bubur yang diberikan kepada
pasien. Diberikan di bawah ini adalah beberapa makanan yang boleh dan tidak
boleh dikonsumsi bagi pasien stroke.

Tambahkan Biji-bijian Utuh


Makan biji-bijian seperti jawawut, soba, oat dan jelai merupakan item
makanan yang aman bagi para korban stroke. Biji-bijian ini membantu dalam
menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh, sehingga menurunkan risiko terkena
stroke kedua. Seluruh biji-bijian mengandung serat makanan yang secara
signifikan dapat mengurangi kolesterol, yang akan membantu dalam mengurangi
risiko stroke. Biji-bijian seperti gandum dan barley dapat dibuat menjadi bubur
dengan susu skim dan sedikit gula dan diberikan kepada pasien stroke.
Sebagaimana orang memiliki tingkat energi yang rendah setelah stroke,
mengonsumsi makanan lembut seperti bubur gandum utuh akan membantu dalam
mendapatkan kembali kesehatan dan energi.

Batasi Asupan Sodium

Ketika menyusun diet untuk pasien stroke, tujuannya harus untuk


mencegah stroke lain dan memulihkan tubuh mengembalikan kekuatannya yang
hilang. Mempertahankan tekanan darah yang ideal adalah salah satu cara utama di
mana Anda dapat mengurangi risiko stroke lain. Tekanan darah tinggi dapat
dikontrol dengan membatasi asupan natrium dan makan makanan rendah natrium.
Makanan olahan yang mengandung jumlah tinggi garam harus benar-benar
dihindari. Diet korban stroke harus bebas dari garam sebanyak mungkin dan
makanan dapat dibumbui dengan penggunaan rumput laut dan rempah segar dan
kering sebagai gantinya.

Gizi dan Diet Page 25


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan
langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan. Nutrisi
parenteral tidak bertujuan menggantikan kedudukan nutrisi enteral lewat usus
yang normal. Segera jika usus sudah berfungsi kembali, perlu segera dimulai
nasogastric feeding, dengan sediaan nutrisi enteral yang mudah dicerna.

Gizi dan Diet Page 26


Nutrisi parenteral dapat diberikan dengan aman jika megikuti pedoman
yang tepat. Karena tubuh penderita perlu waktu adapatasi terhadap perubahan
mekanisme baru maka selama penyesuaian tersebut jangan memberi beban yang
berlebihan.
Pemantauan yang baik terhadap terapi cairan dan nutrisi parenteral paling
tidak sama penting dengan pemilihan larutan intravena. Pencegahan dan
pengenalan tanda dini komplikasi lokal dan metabolik akan memfasilitasi
kesembuhan dan menghindari beban yang tidak perlu ditanggung oleh pasien.

3.2 Saran
Pada pemberian nutrisi parenteral, lakukan pemantauan yang tepat untuk
menghindari komplikasi. Jika fungsi pencernaan pasien sudah normal lebih baik
mencoba untuk memberikan nutrisi secara oral.

Daftar Pustaka
https://www.scribd.com/doc/131446105/makaLah-pemeriksaan-gLukosa-docx

Gizi dan Diet Page 27

Anda mungkin juga menyukai