Anda di halaman 1dari 17

C11040306

M.K. SERTIFIKASI II: INSTALASI LISTRIK

SERTIFIKAT LAIK OPERASI (SLO)

STT PLN JAKARTA


1. Pengertian Sertifikat Laik Operasi (SLO)

Sertifikasi Instalasi Tenaga Listrik adalah serangkaian kegiatan


pemeriksaan dan pengujian serta verifikasi instalasi tenaga listrik
untuk memastikan suatu instalasi tenaga listrik telah berfungsi
sebagaimana kesesuaian persyaratan yang tentukan dan
dinyatakan siap dioperasikan.

Sertifikat Laik Operasi (SLO) adalah bukti pengakuan formal suatu


instalasi tenaga listrik telah berfungsi telah berfungsi sebagaimana
kesesuaian persyaratan yang ditentukan dan dinyatakan siap
dioperasikan.

2
Akreditasi adalah rangkaian kegiatan pemberian pengakuan formal
yang menyatakan suatu lembaga sertifikasi telah memenuhi
persyaratan untuk melakukan kegiatan sertifikasi.

Lembaga Sertifikasi adalah lembaga inspeksi teknik, lembaga


sertifikasi kompetensi, dan lembaga sertifikasi badan usaha.

Lembaga Inspeksi Teknik (LIT) adalah badan usaha yang melakukan


usaha jasa penunjang tenaga listrik di bidang pemeriksaan dan
pengujian instalasi tenaga listrik yang diberi hak untuk melakukan
sertifikasi instalasi tenaga listrik, kecuali instalasi pemanfaatan
tenaga listrik tegangan rendah.

3
2. Dasar Hukum

a. Pekerjaan instalasi ketenagalistrikan harus sesuai Standar


Ketenagalistrikan Indonesia.

b. Setiap instalasi ketenagalistrikan sebelum dioperasikan wajib


memiliki Sertifikat Operasi.

c. Setiap instalasi tenaga listrik yang beroperasi wajib memiliki


Sertifikat Laik Operasi.

d. Instalasi penyedia tenaga listrik yang telah selesai dibangun dan


dipasang, direkondisi, dilakukan perubahan kapasitas, atau
direlokasi wajib dilakukan pemeriksaan dan pengujian terhadap
kesesuaian dengan ketentuan yang berlaku. 4
3. Proses Sertifikasi
A. Lembaga Inspeksi Teknik Terakreditasi
a. Untuk mendapatkan Sertifikat Laik Operasi, pemegang izin usaha penyediaan
tenaga listrik, pemilik instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan tinggi dan
tegangan menengah, dan pemegang izin operasi mengajukan permohonan
kepada Lembaga Inspeksi Teknik terakreditasi dengan dilengkapi data sebagai
berikut:
1. izin usaha penyediaan tenaga listrik, izin operasi, atau identitas pemilik
instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan tinggi dan tegangan
menengah;
2. lokasi instalasi;
3. jenis dan kapasitas instalasi;
4. gambar instalasi dan tata letak;
5. digram satu garis;
6. spesifikasi peralatan utama dan instalasi; dan
5
7. spesifikasi teknik dan standar yang digunakan.
b. Lembaga Inspeksi Teknik Terakreditasi melakukan pemeriksaan dan
pengujian instalasi tenaga listrik milik pemegang izin usaha penyediaan
tenaga listrik, pemilik instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan tinggi
dan tegangan menengah, dan pemegang izin operasi berdasarkan mata uji
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III dari Peraturan Menteri ESDM
RI No. 05 Tahun 2014. Tentang Tata Cara Akreditasi dan Sertifikasi
Ketenagalistrikan.

c. Lembaga Inspeksi Teknik Terakreditasi menerbitkan Sertifikat laik Operasi


untuk:
- instalasi penyediaan tenaga listrik; dan
- instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan tinggi dan tegangan
menengah yang tersambung dengan instalasi penyediaan tenaga listrik,
yang memiliki izin usaha penyediaan tenaga listrik yang diterbitkan
oleh Menteri; Gubernur/Bupati/Walikota setelah mendapat penugasan
dari Gubernur/Bupati/Walikota sesuai kewenangan. 6
B. Lembaga Inspeksi Penunjukan

a. Dalam hal belum terdapat Lembaga Inspeksi Teknik Terakreditasi,


maka pelaksanaan sertifikasi instalasi penyediaan tenaga listrik
dan pemanfaatan tenaga listrik tegangan tinggi dan tengan
menengah dilakukan oleh Lembaga Inspeksi Teknik yang telah
mempunyai izin usaha jasa penunjang tenaga listrik dan ditunjuk
oleh:
1. Menteri untuk:

Instalasi penyediaan tenaga listrik milik pemegang izin usaha


penyediaan tenaga listrik yang diterbitkan oleh Menteri;

7
Instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan tinggi dan tegangan
menengah yang tersambung pada instalasi penyediaan tenaga
listrik milik pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik yang
diterbitkan oleh Menteri;
Instalasi penyediaan tenaga listrik milik pemegang izin operasi
yang diterbitkan oleh Menteri.
2. Gubernur untuk:
Instalasi penyediaan tenaga listrik milik pemegang izin usaha
penyediaan tenaga listrik yang diterbitkan oleh Gubernur;
Instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan tinggi dan tegangan
menengah yang tersambung pada instalasi penyediaan tenaga
listrik milik pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik yang
diterbitkan oleh Gubernur; 8
Instalasi penyediaan tenaga listrik milik pemegang izin operasi
yang diterbitkan oleh Gubernur.

3. Bupati/Walikota untuk:
Instalasi penyediaan tenaga listrik milik pemegang izin usaha
penyediaan tenaga listrik yang diterbitkan oleh Bupati/Walikota;
Instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan tinggi dan tegangan
menengah yang tersambung pada instalasi penyediaan tenaga
listrik milik pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik yang
diterbitkan oleh Bupati/Walikota;
Instalasi penyediaan tenaga listrik milik pemegang izin operasi
yang diterbitkan oleh Bupati/Walikota.
9
b. Untuk mendapatkan penetapan Sertifika Laik Operasi, Lembaga
Inspeksi Teknik yang ditunjuk mengajukan permohonan kepada
Menteri melalui Direktur Jenderal dengan dilengkapi persyaratan:

1. Izin usaha penyediaan tenaga listrik, izin operasi, atau


perjanjian jual beli tenaga listrik antara pemegang izin usaha
penyediaan tenaga listrik dengan pemilik instalasi
pemanfaatan tenaga listrik;
2. Laporan hasil pemeriksaan dan pengujian;
3. Rancangan Sertifikasi Laik Operasi.

10
c. Direktur Jenderal melakukan evaluasi permohonan penetapan
Sertifikasi Laik Operasi yang disampaikan oleh Lembaga Inspeksi
Teknik yang ditunjuk dan bila memenuhi, selanjutnya Menteri
menetapkan keputusan pemberian atau penolakan penetapan
Sertifikasi Laik Operasi paling lama 4 (empat) hari kerja sejak
permohonan diterima secara lengkap. Dalam hal permohonan
penetapan Sertifikasi Laik Operasi ditolak, Menteri memberitahukan
secara tertulis kepada Lembaga Inspeksi Teknik yang ditunjuk disertai
dengan alasan penolakan.
d. Dalam hal sertifikasi instalasi penyediaan tenaga listrik dan
pemanfaatan tenaga listrik tegangan tinggi dan tegangan menengah
dilaksanakan oleh Lembaga Inspeksi Teknik yang ditunjuk oleh
Menteri, Sertifikat Laik Operasi ditetapkan oleh Menteri.
11
e. Tata cara untuk mendapatkan penunjukan Lembaga Inspeksi
Teknik oleh Gubernur atau Bupati/Walikota diatur lebih lanjut oleh
Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.

C. Pejabat Yang Bertanggung jawab

Dalam hal suatu daerah belum terdapat lembaga inspeksi teknik


yang dapat ditunjuk oleh Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikota,
Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan
kewenangannya dapat menunjuk pejabat yang bertanggung jawab
mengenai kelaikan operasi.

12
4. Masa Berlaku SLO

a. Sertifikat Laik Operasi untuk instalasi transmisi tenaga listrik,


instalasi distribusi tenaga listrik, instalasi pemanfaatan tenaga
listrik tegangan tinggi, dan instalasi pemanfaatan tenaga listrik
tegangan menengah berlaku untuk jangka waktu 10 (sepuluh)
tahun dan dapat diperpanjang.
b. Masa berlaku Sertifikat Laik Operasi untuk instalasi transmisi
tenaga listrik, instalasi distribusi tenaga listrik, instalasi
pemanfaatan tenaga listrik tegangan tinggi, dan instalasi
pemanfaatan tenaga listrik tegangan menengah tidak berlaku
apabila terdapat perubahan kapasitas, perubahan instalasi,
direkondisi atau direlokasi.
13
5. Sanksi
a. “Setiap orang yang mengoperasikan instalasi tenaga listrik tanpa Sertifikat
Laik Operasi (SLO) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (4) Undang-
Undang Republik Indonesia No. 30 Tahun 2009, Tentang Ketenagalistrikan
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).”
b. “Setiap orang yang melakukan usaha penyediaan tenaga listrik untuk
kepentingan umum tanpa izin, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar
rupiah).”
c. “Setiap orang yang melakukan usaha penyediaan tenaga listrik tanpa izin
operasi untuk kapasitas tertentu dipidana dengan pidana penjara paling lama
5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 4.000.000.000,00 (empat miliar
rupiah).”
14
6. Mata Uji Laik Operasi Instalasi Tenaga Listrik
A. Mata Uji Laik Operasi Instalasi Pembangkit Tenaga Listrik
1. Pemeriksaan dokumen
2. Pemeriksaan desain
3. Pemeriksaan visual
4. Evaluasi Hasil Uji Komisioning
5. Pengujian unit
6. Pemeriksaan dampak lingkungan
7. Pemeriksaan Pengelolaan Sistem Proteksi Korosif

15
B. Mata Uji Laik Operasi Instalasi Transmisi Tenaga Listrik
1. Pemeriksaan dokumen
2. Pemeriksaan desain
3. Pemeriksaan visual
4. Evaluasi Hasil Uji Komisioning
5. Pengujian Sistem
6. Pemeriksaan dampak lingkungan
C. Mata Uji Laik Operasi Instalasi Distribusi Tenaga Listrik
1. Pemeriksaan dokumen
2. Pemeriksaan desain
3. Pemeriksaan visual
4. Evaluasi Hasil Uji Komisioning
5. Pengujian Sistem
16
B. Mata Uji Laik Operasi Instalasi Pemanfaatan Tenaga
Listrik Tegangan Tinggi dan Tegangan Menengah
1. Pemeriksaan dokumen
2. Pemeriksaan desain
3. Pemeriksaan visual
4. Evaluasi Hasil Uji Komisioning
5. Pengujian Sistem

17

Anda mungkin juga menyukai