Anda di halaman 1dari 12

PENGGUNAAN ANESTESI REGIONAL PADA KASUS TRAUMA

Erwin Kresnoadi
Bagian / SMF Anestesiologi dan Reanimasi FK Unram / RSU Provinsi NTB

Abstrak
Tehnik anestesi regional digunakan pada pasien trauma saat di ruang operasi sebagai bagian dari prosedur
tindakan anestesi atau sebagai kontrol nyeri pasca operasi. Tehnik ini menawarkan kontrol nyeri yang lebih
baik, meminimalisir penggunaan jumlah obat-obatan anestesi dan analgesia intravena yang digunakan
sebagai kontrol nyeri, mempercepat masa pemulihan, mengurangi penggunaan ruang perawatan intensif
(intensive care unit) dan lama rawat inap, meningkatkan fungsi jantung paru, menurunkan kejadian infeksi dan
respon neuroendokrin akibat stress, serta mengembalikan fungsi sistem pencernaan lebih cepat. Kekurangan
dari metode analgesia regional adalah prosedur pelaksanaanya yang rumit dan diperlukan pelatihan dalam
melakukan tehnik tersebut agar tercapai keahlian dalam tehnik analgesia regional.
Kata kunci : tehnik anestesi regional, prosedur tindakan anestesi, kontrol nyeri pasca operasi.

Pendahuluan yang lebih baik dibandingkan dengan


Anestesi regional merupakan salah satu anestesi intravena, tidak hanya di fase
metode yang digunakan untuk memberikan preoperatif namun juga pada fase akut pada
efek analgesia pada pasien baik selama pasien traumatik serta selama perjalanan
operasi berlangsung maupun setelah menuju rumah sakit. Dokter anestesi memiliki
operasi. Anestesi regional memiliki beberapa pengalaman yang lebih baik mengenai
keuntungan, seperti yang diperlihatkan di penggunaan tehnik regional serta mereka
bidang kemiliteran terbaru bahwa tehnik mampu menggunakan anestesi regional di
anestesi regional tidak hanya digunakan luar ruang operasi dan tatalaksana awal
pada kasus-kasus yang berada di tingkat pada pasien traumatik.1
prehospital maupun di unit gawat darurat. Penggunaan kokain sebagai blok pleksus
Tehnik anestesi regional paling sering brachialis pada operasi, pertama kali
digunakan pada pasien trauma adalah pada dilakukan di tahun 1884 oleh Crile. Blok
saat di ruang operasi sebagai bagian dari perkutaneus pertama kali dilakukan pada
prosedur tindakan anestesi atau sebagai tahun 1911 oleh Hirschel dan di tahun yang
kontrol nyeri pasca operasi. sama oleh Kuflenkampf.2,3 Pada tahun 1884,
Sementara itu, tehnik infiltrasi maupun Corning menampilkan anestesi epidural yang
tehnik blok saraf tunggal (single nerve block) pertama dan mempublikasikan prosedur
merupakan tehnik yang sering digunakan tindakannya di New York Medical Journal
oleh dokter bedah atau dokter umum di pada tahun 1885.4 Pada tahun 1898, Bier
ruang gawat darurat pada fase preoperatif. (1861-1949) dan residennya Hildebrand
Untuk tehnik anestesi yang lebih canggih (1868-1954) menampilkan anestesi spinal
seperti tehnik blok plexus (plexus block pertama dan mempublikasikan pengalaman
procedure) atau pemasangan kateter pribadinya setelah melakukan percobaan
regional (regional catheter placements) lebih diantara mereka secara bergantian Kedua
umum digunakan oleh dokter anestesi pada ahli tersebut sempat mengalami nyeri kepala
saat operasi atau kontrol nyeri pasca yang berat setelah melakukan percobaan
operasi. Tehnik ini memberikan keuntungan tersebut sehingga Bier merasa pesimis

31
terhadap prospek penggunaan anestesi dan respon neuroendokrin akibat stress,
spinal dan hingga bertahun-tahun lamanya serta mengembalikan fungsi sistem
8
sebelum pada akhirnya anestesi spinal pencernaan lebih cepat. Tehnik anestesi
berkembang menjadi salah satu tehnik regional tidak hanya memiliki efek analgesia
5
regional anestesi. Pada tahun 1908, Bier yang sangat baik namun juga tidak memiliki
menjelaskan tentang anestesi lokal melalui efek sedasi sehingga akan lebih mudah
injeksi intravena, yang disebut sebagai Bier mengawasi status mental pasien terutama
6
block. Banyak dari tehnik anestesi pada pada pasien yang mengalami cedera kepala.
jaman lampau masih digunakan hingga saat Walaupun demikian, tehnik anestesi regional
ini dan seringkali dikombinasikan dengan sampai saat ini masih jarang digunakan pada
tehnik atau obat terbaru saat ini. kasus-kasus trauma terutama pada cedera
9
Anestesi regional terbaru membolehkan yang bersifat akut.
penggunaan obat anestesi jangka panjang Satu penelitian melaporkan bahwa hampir
(long-acting) atau jangka pendek (short- 36 % pasien dengan fraktur panggul akut di
acting) tergantung dari kebutuhan waktu ruang gawat darurat tidak mendapatkan
yang diinginkan untuk meredakan nyeri. tindakan analgesia dan beberapa
Pengenalan jarum dan kateter khusus yang diantaranya dipertimbangkan untuk dilakukan
digunakan untuk blok saraf regional blok saraf regional.10,11 Dibandingkan dengan
dilakukan di akhir abad ke-19 dan awal abad pasien bedah elektif, dimana kebutuhan akan
ke-20 dan tehnik terbaru yang lebih canggih analgesia didapatkan pada periode
meliputi stimulasi saraf (nerve stimulation) perioperatif, sebaliknya pada pasien
dan ultrasonography guidance, membantu traumatik selama fase akut membutuhkan
pada dokter anestesi dalam melakukan pemantauan yang ketat dan pengelolaan
anestesi regional dan meningkatkan presisi nyeri di tingkat pra-rumah sakit atau di lokasi
serta keamanan pada penggunaan tehnik peperangan selama perjalanan ke rumah
blok saraf perifer dan neuroaksial pada sakitserta selama perawatan selanjutnya di
7
pasien yang mengalami nyeri akut. ruang operasi dan unit perawatan intensif
Tehnik anestesi regional menawarkan (ICU).
kontrol nyeri yang lebih baik dan umum Tingkat stress dan respon inflamasi pada
digunakan selama operasi berlangsung pasien trauma lebih tinggi dibandingkan
maupun post operasi, penggunaan tehnik dengan pasien bedah elektif. Selain itu,
meminimalisir penggunaan jumlah obat- pasien trauma sangat bervariasi tergantung
obatan anestesi dan analgesia intravena pada jumlah serta tingkat keparahan dari
yang digunakan sebagai kontrol nyeri. Selain luka yang dialaminya yang akan
itu, hasil penelitian didapatkan bahwa tehnik berpengaruh pada bervariasinya tingkat
anestesi regional mempercepat masa kesadaran, pernapasan, dan stabilitas
pemulihan, mengurangi penggunaan ruang hemodinamik pada masing-masing pasien,
perawatan intensif (intensive care unit) dan dimana hal-hal tersebut dapat diperburuk
lama rawat inap, meningkatkan fungsi dengan pemberian obat analgesik
8
jantung paru, menurunkan kejadian infeksi parenteral.

32
Pengalaman sebelumnya mengenai dengan kondisi stabil, nyaman, dan pasien
perawatan prajurit militer yang terluka di sadar sehingga kebutuhan akan pegawai
daerah konflik baru-baru ini mengarah pada yang bertugas mengawasi pasien bisa
11
penggunaan tehnik anestesi regional untuk dikurangi. Literatur terbaru dari
mendapatkan efek analgesia dan anestesia pengalaman yang di dapatkan dari medan
7,12,13
stadium operasi. Dokter anestesi pertempuran bahwa penggunaan anestesi
memiliki peran penting dalam hal ini regional sebagai terapi awal pada korban
bersama-sama dengan dokter bedah dan trauma mampu meningkatkan tingkat
dokter di ruang gawat darurat untuk keselamatan korban dan mengurangi nyeri
memberikan pengobatan yang aman dan dan komplikasi cidera lainnya. Selain
tepat baik selama perjalanan menuju rumah memiliki keuntungan jangka pendekyaitu
sakit. Pengalaman ini, diperkuat dengan hasil sebagai kontrol nyeri jangka pendek.
penelitian tentang penggunaan tehnik blok Penggunaan anestesi regional lebih awal
saraf di ruang gawat darurat yang pada kasus cedera ekstremitas memiliki
menyatakan bahwa penggunaan anestesi keuntungan jangka panjang yaitu dapat
regional lebih efektif dalam penanganan mengurangi insidensi terjadinya nyeri kronis
pasien-pasien trauma akut dibandingkan akibat sequelae, seperti causalgia dan
13
menggunakan regimen opioid gangguan stress pasca trauma.
10,11,14
intravena. Teknik anestesi regional yang digunakan
sebagai kontrol nyeri sebelum operasi dapat
Analgesia regional pada fase awal trauma juga digunakan pada tingkat pra rumah sakit
Salah satu manfaat dari penggunaan atau ruang gawat darurat, namun
anestesi regional adalah untuk mengurangi penggunaannya harus mendapatkan
penggunaan obat opioid intravena sebagai pengawasan yang adekuat, baik dari segi
terapi nyeri yang adekuat. Penggunaan blok peralatan maupun penyedia layanan. Tidak
saraf perifer, membutuhkan obat anestesi semua tehnik regional anestesi sesuai
lokal dengan masa kerja lama namun digunakan pada tingkat pra-rumah sakit atau
dengan onset yang cepat sehingga pada ruang gawat darurat dan tidak semua
meminimalisir respon stress terhadap penyedia layanan kesehatan terlatih maupun
kerusakan jaringan dan mengurangi berpengalaman dalam menggunakan tehnik
terjadinya efek yang tidak diinginkan akibat anestesi regional. Terutama tehnik anestesi
efek samping dari penggunaan opioid seperti neuroaksial seperti CTEC (continuous
depresi pernapasan, peningkatan sedasi, thoracic epidural catheters) yang umum
8
pruritus, dan rasa mual. digunakan pada operasi regio abdomen atau
Keuntungan lainnya dari penggunaan blok fraktur costae, dimana dapat terjadi
saraf perifer di tingkat prehospital meliputi komplikasi yang serius seperti hipotensi dan
keamanan dalam transportasi menuju rumah cedera medula spinalis.
sakit, mengurangi kebutuhan akan Penggunaan tehnik ini sangat bergantung
pengawasan pada kasus-kasus korban pada keahlian dan staffing model di ruang
trauma yang bersifat massal, atau korban gawat darurat. Blok ekstremitas di sisi lain

33
seringkali mudah dilakukan, walaupun tanpa maupun sindrom nyeri kronis lainnya.
adanya USG maupun stimulasi saraf, dan Menurut pengalaman di bidang militer
memiliki risiko terjadinya hipotensi atau terdahulu sampai dengan saat ini, para ahli
komplikasi yang relatif rendah. Fraktur di Eropa telah menjelaskan prosedur blok
costae dan fraktur ekstremitas bagian bawah saraf tunggal yang dilakukan di medan
seringkali kita temui di unit gawat darurat. pertempuran oleh dokter yang bekerja di
Jenis cedera seperti ini juga relatif mudah tingkat pra rumah sakit dan dokter anestesi
untuk ditangani dengan tehnik anestesi yang bekerja di tempat kejadian dan selama
regional. Beberapa penelitian telah transportasi menuju rumah sakit. Injeksi
membandingkan tehnik anestesi regional tunggal pada blok saraf femoral dilakukan
dengan pemakaian opioid di unit gawat pada pasien dengan nyeri lutut setelah
darurat dan penanganan awal dirumah sakit. mengalami trauma terbukti mampu
Kelayakan digunakannya tehnik kateter blok memberikan efek analgesia yang efektif dan
saraf kontinyu (continous nerve block membantu dalam proses transportasi. Barker
catheter) untuk efek jangka panjang juga et al. meneliti efek dari pemberian blok saraf
telah diteliti.14 femoral single-shot dibandingkan dengan
analgesia intravena yaitu metamizole yang
Cedera panggul dan ekstremitas bawah diberikan sebelum rawat inap. Penelitian ini
Buckenmaier et al. mengilustrasikan memperlihatkan blok saraf femoral
kelebihan blok saraf perifer pada tatalaksana memberikan efek anti nyeri lebih awal dan
nyeri yang berkepanjangan dan intervensi menekan respon saraf simpatis.
pada kasus bedah berulang seperti yang Penggunaan blok saraf femoral oleh
dilaporkan pada penggunaan continous dokter yang berpengalaman merupakan
lumbar plexus dan sciatic nerve catheters tehnik yang aman, mudah dilakukan, dan
pada seorang tentara yang mengalami menyebabkan keterlambatan pengahantaran
cedera pada ekstremitas bawah akibat yang minimal.11 Merujuk pada keamanan dan
peperangan. Kemampuan obat anestesi lokal kemudahan dalam mengidentifikasi lokasi
dalam memberikan efek anestesi dan anatomi sekitar saraf femoralis, beberapa
analgesik pada pemberian lewat lumbar dan penelitian telah mendapatkan keuntungan
kateter sciatic selama proses evakuasi dari tehnik blok saraf femoralis atau blok
hingga menjalani perawatan di rumah sakit kompartemen fascia iliaca yang dilakukan di
selama 16 hari sangat baik dalam ruang gawat darurat. Kedua tehnik blok saraf
mengontrol nyeri dan menghindari risiko ini mudah untuk dilakukan dan telah terbukti
yang terkait dengan paparan opioid dosis efektif meredakan nyeri pada kasus fraktur
tinggi, anestesi umum, dan blok saraf yang collum femoris dan fraktur pelvis. Nyeri akut
12
berulang. yang timbul pada fraktur femur diketahui
Walaupun pada akhirnya harus dilakukan sebagai salah satu nyeri yang sangat
amputasi pada ekstremitas yang cedera, menyakitkan dari kasus-kasus fraktur.15
pasien tidak mengeluhkan adanya nyeri Penggunaan blok saraf pada pasien tersebut
tungkai bayangan (phantom limb pain) memberikan efek analgesia yang lebih cepat

34
dan meningkatkan kepuasan pasien jika membandingkan efek FICB dengan
dibandingkan dengan pemberian opioid pemberian morfin intramuskular pada pasien
14, 16
parenteral maupun intramuskular. yang mengalami fraktur panggul akut. Hasil
Mutty et al. telah mendemonstrasikan blok dari penelitian ini menunjukkan bahwa
saraf femoral secara signifikan mampu penerima FICB memiliki efek analgesia yang
mengurangi nyeri akut pada fraktur femoris lebih tinggi baik pada saat istirahat maupan
distal jika dibandingkan dengan pemberian pada saat pergerakan dinamis mengangkat
opioid intravena. Lima puluh empat pasien kaki setinggi 15 derajat. Selain itu, FICB
telah mendapatkan terapi blok saraf perifer yang dilakukan oleh dokter anestesi
secara acak. Masing-masing pasien membutuhkan waktu rata-rata 4 menit.
mengalami penurunan rasa nyeri sekitar 3,6 Kemudian dari penelitian tersebut diketahui
poin dibandingkan dengan pemberian anti tidak ada efek samping dari penggunaan
nyeri intravena hydromorphone. Hasil FICB sedangkan pada kelompok
tersebut didapatkan setelah lima menit awal morfinmemiliki kecenderungan untuk terjadi
16
perlakuan. Penelitian yang sama dilakukan penurunan saturasi oksigen pada 60 dan 180
oleh Wathen et al. yang membandingkan menit meskipun telah mendapatkan
10
efek analgesia dari tehnik fascia iliaca suplemen oksigen.
compartment nerve block (FICB) dengan
pemberian injeksi morphine intravena pada Cedera ekstremitas atas dan bahu
pasien anak-anak yang mengalami fraktur Blok regional pleksus brachialis pada
femur akut yang dilakukan di unit gawat bedah ekstremitas atas memberi efek pereda
darurat. Penelitian ini memperkuat penelitian- nyeri yang baik pada fase pr operatif.
penelitian serupa dalam skala kecil Pleksus brachialis dapat di blok melalui
sebelumnya tentang efikasi dari penggunaan berbagai pendekatan yang berbeda, yaitu
metode blok saraf femoral (femoral nerve pendekatan aksial (axially approach),
blockade). Selain itu, dari pihak dokter, infraklavikula (infraclavicular approach), dan
perawat, orang tua, dan pasien menunjukkan interskalenus (interscalene approach).
tingkat kepuasan yang lebih tinggi pada Keistimewaan anestesi regional dosis rendah
kelompok yang diintervensi dengan metode adalah secara poten menurunkan risiko
14
FICB. toksisitas dari obat anestesi lokal dan dapat
Stewart et al. menjelaskan mengenai digunakan untuk durasi yang lebih singkat
prosedur pelaksanaan blok saraf femoral atau pada tatalaksana nyeri dengan
yang dilakukan oleh dokter gawat darurat intensitas lebih ringan seperti prosedur-
meliputi pemasangan continuous catheters prosedur tatalaksana di unit gawat darurat.
pada 40 pasien pediatrik yang mengalami Pada penelitian prospektif yang dilakukan
17
fraktir femur. Salah satu kekurangan dari oleh O’Donnell et al. membandingkan blok
studi ini adalah adanya potensi bias yang aksiler yang menggunakan penuntun USG
bersifat subjektif baik dari pihak pasien dan dosis rendah (low-dose ultrasound-guided
peneliti. Pada penelitian yang lebih lanjut, axillary blocks) dengan anestesi umum pada
Foss et al. melakukan penelitian yang pasien yang akan menjalani operasi

35
ekstremitas atas di kamar operasi. Saat yang diberikan sedasi (177,3 ± 37,9 menit)
dibandingkan dengan yang menggunakan dibandingkan kelompok yang diberikan
anestesi umum, pasien yang menerima low- anestesi regional (100,3 ± 28,2 menit). Rata-
dose ultrasound-guided axillary blocks rata waktu yang dibutuhkan dokter untuk
experienced mendapat anestesi yang sangat mengevaluasi satu pasien pada kelompok
baik, analgesia yang kuat, dan penurunan yang diberikan sedasi adalah 47,1 (±9,8)
penggunaan opioid, serta masa menit dan 5 (±0.7) menit pada kelompok
penyembuhan yang lebih singkat di rumah yang diberikan anestesi regional. Serta tidak
sakit dan dapat menjalani rawat jalan lebih satupun dari kelompok anestesi regional
18
awal. mendapatkan obat analgesik tambahan.19
Kasus cedera lainnya yang sering ditemui
di unit gawat darurat adalah dislokasi sendi Fraktur costae (patah tulang iga)
ekstremitas atas yaitu dislokasi bahu dan Fraktur costae merupakan kasus yang
siku. Dislokasi bahu, pada umumnya sering sering diakibatkan oleh trauma tumpul.
membutuhkan sedasi dalam untuk Dimana fraktur ini menimbulkan nyeri yang
memberikan efek relaksasi karena sedasi sangat hebat dan pasien yang mengalami
ringan tidak memberikan relaksasi terhadap patah tulang iga lebih dari tiga memiliki risiko
ketegangan otot atau kontrol nyeri. Sedasi yang lebih tinggi terkena komplikasi pada
sedang atau dalammemerlukan pasien untuk organ paru. Nyeri yang ditimbulkan dapat
berpuasa terlebih dahulu sehingga butuh mengganggu pernapasan dan kemampuan
waktu yang lebih lama di ruang gawat membersihkan sekret dari saluran napas
darurat. Blok interskalenus memberikan efek sehingga menyebabkan terjadinya
pereda nyeri yang sangat baik serta relaksasi atelektasis dan hipoksia. Tidak kurang dari
otot. Pada tehnik tersebut dimana bahu sepertiga kasus mengalami pneumonia
mendapatkan inervasi saraf dari trunkus nosokomial dan tingkat kematian akibat flail
superior dan medius yang dekat dengan kulit chest meningkat sampai dengan 16 %.
melalui alur skalenus. Kegagalan yang Tatalaksana pada kasus fraktur costae
umum terjadi pada metode ini tidak secara umum meliputi kontrol nyeri,
memberikan efek anestesi pada seluruh fisioterapi pernapasan, dan mobilisasi. Pada
pleksus brachialis yaitu bagian trunkus panduan tatalaksana nyeri pada kasus
inferior yang dibentuk oleh nervus C7 and trauma tumpul dinding dada
T1, dimana bagian tersebut tidak berperan merekomendasikan penggunaan anestesi
penting dalam relaksasi pada dislokasi bahu. epidural sebagai tehnik analgesia pilihan
Blaivas et al. melakukakn penelitian yang mampu mengatasi nyeri secara
terhadap 42 pasien yang diberikan sedasi optimal, kecuali pada kasus dengan
menggunakan etomidate atau dengan blok kontraindikasi. Pemasangan anestesi
interskalenus dengan penuntun USG yang epidural thorakal pada keadaan tersebut
dilakukan oleh dokter ruang gawat darurat. bermanfaat melipatgandakan fungsi
Lama tinggal pasien di unit gawat darurat kapasitas vital paru pada pasien dengan
secara signifikan lebih tinggi pada kelompok napas spontan, mengurangi pernapasan

36
paradoksikal pada segmen yang terganggu, dengan risiko terjadinya infeksi, cedera saraf,
dan mencegah efek samping dari dan risiko prosedur yang lebih spesifik
penggunaan opioid narkotik seperti seperti cedera vaskular, pneumothorax,
somnolen, depresi pernapasan, dan gejala keracunan anestesi lokal, infeksi atau
20
gastrointestinal. kemungkinan terjadinya sindroma
Bulger et al. menunjukkan bahwa kompartemen (compartment syndrome) pada
penggunaan analgesia epidural thorakal kasus trauma ekstermitas.
berkaitan dengan penurunan rasio terjadinya Sementara itu, untuk beberapa pasien
pneumonia nosokomial dan menurunkan dengan cedera ekstremitas multipel yang
kebutuhan akan ventilasi mekanik. Penelitian luas memerlukan tehnik continuous catheter,
prospektif yang dilakukannya meliputi 458 dan seringkali pasien tersebut memerlukan
kasus trauma tumpul thoraks. Pada pasien obat analgesik dan sedasi sistemik dimana
dengan fraktur costae lebih dari tiga, pemberian obat-obatan sistemik ini lebih
kelompok analgesia epidural rata-rata beralasan dibandingkan penggunaan anstesi
membutuhkan ventilator sebanyak 7,6 hari regional dalam beberapa kasus. Meskipun
dibandingkan kelompok opioid sistemik yang banyak manfaat yang didapatkan dari tehnik
membutuhkan 9,1 hari. Jika ditambahkan analgesia regional, namun pemanfaatan
pada pasien dengan cedera paru, risiko teknik ini sering tidak dianggap kurang baik
terjadinya pneumonia meningkat enam kali atau dianggap tidak cocok digunakan karena
dibandingkan pada kelompok epidural. adanya potensi risiko atau efek samping dari
Disamping kelebihan-kelebihan tersebut penggunaan tehnik ini. Kekurangan dari
hanya 22 % pasien yang mendapatkan tehnik ini lebih sering dikarenakan kurangnya
analgesia epidural dikarenakan adanya pelatihan atau kurangnya pengetahuan
infeksi, koagulopati, fraktur spinal dan tentang teknik anestesi regional oleh para
instabilitas hemodinamik sebagai kriteria staf medis di fase pra-rumah sakit dan di
21
eksklusi. Tatalaksana nyeri lainnya sebagai ruang gawat darurat.
alternatif anestesi epidural thorakal meliputi
blok saraf paravertebralis (paravertebral Sindroma kompartemen (Compartment
nerve blocks), injeksi saraf intercostalis syndrome)
(intercostal nerve injections), dan kateter Trauma ekstremitas dapat menyebabkan
intrapleura (intrapleural catheters). terjadinya sindroma kompartemen dimana
terjadi pembengkakan (edema) dan
Keterbatasan tehnik analgesia regional peningkatan tekanan jaringan otot,
Kekurangan dari metode analgesia kompartemen otot juga menyebabkan
regional adalah prosedur pelaksanaanya penurunan sirkulasi, iskemia dan nekrosis
yang rumit dan diperlukan pelatihan serta otot yang luas. Salah satu gejala yang terjadi
pengulangan dalam melakukan tehnik pada sindroma kompartemen adalah
tersebut agar tercapai keahlian dalam tehnik meningkatnya rasa nyeri. Meskipun
analgesia regional. Anestesi regional peningkatan rasa nyeri tidak selalu sebagai
merupakan prosedur yang bersifat invasif penanda adanya sindroma kompartemen,

37
namun penatalaksanaan nyeri yang merupakan hal penting dalammenegakkan
dilakukan pada fase postoperatif terutama diagnosis awal sindrom kompartemen,
penggunaan anestesi regional dapat terlepas dari keadaan analgesia yang dialami
menghilangkan gejalanya sehingga pasien.23 Hal yang sama ditemukan oleh
menyebabkan keterlambatan diagnosis. Cometa et al., yang menjelaskan mengenai
Keterlambatan diagnosis dan terapi pada kasus sindroma kompartemen yang
sindroma kompartemen yang terjadi pada sebelumnya menggunakan analgesia
trauma orthopedi tulang panjang dapat regional kontinyu. Pasien kehilangan rasa
menyebabkan komplikasi yang lebih parah nyeri secara utuh dengan pemberian blok
seperti amputasi, gagal ginjal akibat saraf perifer kemudian mengeluhkan nyeri
rhabdomiolisis, dan aritmia jantung. Risiko yang sangat hebat pada hari kedua pasca
tersebut lebih tinggi pada pasien yang operasi meskipun telah mendapat blok saraf
mengalami fraktur plateau tibia, fraktur akibat yang efektif dan terapi opioid oral. Diagnosis
tubrukan (crush injury), dan prolonged sindroma kompartemen telah ditegakkan dan
15
extrication. Fraktur collum femoralis dan telah diterapi. Sindrom kompartemen dapat
fraktur ankle termasuk fraktur yang jarang didiagnosis pada pasien yang menggunakan
menimbulkan komplikasi pada cedera anestesi regional yang efektif dan evaluasi
orthopedi. Nyeri yang timbul akibat klinis serta tingkat kewaspadaan yang tinggi
peregangan pasif pada kompartemen yang sangat berperan penting pada saat diagnosis
terkena dapat diduga sebagai gejala awal ditegakkan. Sehingga hal ini sangatlah
timbulnya sindroma kompartemen, yang penting mengenal risiko akan sindroma
akan mengakibatkan menurunnya kompartemen dan penatalaksanaan sesuai
penggunaan tehnik anestesi regional lanjutan dengan penyebab.24
pada pasien lainnya.
Terdapat banyak laporan mengenai Cedera saraf dan komplikasi tehnik
terlambatnya diagnosis pada pasien yang anestesi regional
mendapatkan analgesia regional terutama Para praktisi yang terlibat dalam
pada penggunaan tehnik subarachnoid dan penanganan pasien trauma akut selaiknya
22
epidural. Sama halnya dengan pasien yang selalu waspada akan potensi terjadinya
menggunakan opioid. Dari hasil analisis komplikasi dan efek samping dari tehnik
kasus tersebut, penulis berkesimpulan anestesi regional. Komplikasi yang tidak
bahwa penyebab yang paling utama dari selalu muncul tersebut meliputi infeksi,
keterlambatan diagnosis sindroma cedera saraf, dan injeksi intravaskular.
kompartemen adalah kekeliruan dalam Cedera saraf perifer merupakan komplikasi
menilai efek analgesia dan semua hal yang yang jarang terjadi pada anestesi regional.
berhubungan dengan efek analgesia juga Auroy et al. melaporkan sebanyak dua kasus
saling terkait dengan keterlambatan cedera saraf dan satu kasus kejang dari
diagnosis. Tingkat kecurigaan yang tinggi, 11.024 kasus blok pleksus aksiler. Dari 3.459
proses penilaian keadaan pasien, dan pelaksanaan blok interskalenus, terdapat
pengukuran tekanan kompartemen satu kasus yang dilaporkan mengalami

38
cedera saraf permanen. Tidak ditemukan trauma langsung oleh jarum suntik pada
adanya komplikasi henti jantung, gagal serabut saraf dapat dikurangi dengan adanya
napas, atau kematian dari 23.784 orang USG sebagai penuntun seperti pada FICB.
pasien yang mendapat blok regional saraf Meskipun obat anestesi lokal dosis tinggi
25
ekstremitas atas. berakibat toksik bagi saraf, namun jika masih
Toksisitas dari obat anestesi lokal menjadi dalam dosis terapi obat anestesi lokal sangat
perhatian dari pelaksanaan tehnik anestesi aman digunakan.8
regional, terutama pada penggunaan obat Implikasi pada aspek medikolegal juga
anestesi lokal dalam jumlah besar. Insidensi harus mendapatkan perhatian. Efek
terjadinya komplikasi tersebut sangat jarang simpatektomi dari penggunaan blok saraf
dan dapat dicegah melalui penggunaan perifer adalah peningkatan aliran darah pada
tehnik anestesi regional dosis rendah. ekstremitas yang dibius dan terbukti
O’Donnell et al. telah menunjukkan efek bermanfaat memperbaiki kerusakan
penghilang rasa sakit yang baik pada pasien vaskularyang ada pada ekstremitas yang
yang akan menjalani operasi bedah trauma mengalami cedera. Meskipun tingkat
ekstremitas atas dimana digunakan anestesi keamanan dari blok saraf perifer yang
lokal dosis rendah pada blok pleksus dikombinasikan dengan penuntun USG
18
brachialis aksiler. Walaupun demikian, semakin banyak digunakan, potensi risiko
penggunaan opioid dalam jumlah besar juga toksisitas dari obat anestesi lokal tidak dapat
memiliki risiko tersendiri, seperti depresi diminimalisir. ASRA dan ASA
pernapasan, sedasi yang dalam, dan merekomendasikan kemampuan
dibutuhkan alat pelindung jalan napas dan pengawasan yang lebih adekuat, seperti
ventilasi selama dalam perjalanan. oksimetri (pulse oxymetri), tekanan darah,
Keengganan para praktisi untuk melakukan dan EKG disertai dengan persiapan yang
teknik anestesi regional dalam perjalanan sama baiknya dengan peralatan resusitasi
sebagai terapi awal pada kasus trauma yang lengkap dan obat-obatan yang tepat
dipengaruhi juga oleh adanya ketakutan sebagai bagian dari keamanan prosedur saat
praktisi jika sampai mencederai saraf. dilakukan tehnik anestesi regional.
Adanya kerusakan saraf sebelumnya
merupakan kontraindikasi relatif untuk Koagulopati dan antikoagulan
dilakukannya tehnik neuraxial dan blok saraf Pemberian antikoagulan setelah
perifer sesuai dengan panduan yang dibuat pembedahan merupakan terapi standar
oleh American Society of Regional setelah pembedahan dan banyak pasien
Anesthesia (ASRA). Penilaian terhadap yang mendapat terapi koagulan atau
adanya cedera yang luas dan gangguan trombolitik bahkan sebelum pembedahan
neurovaskular pada pasien trauma akut dilakukan. Hal ini menyebabkan perdarahan
menjadi sulit dilakukan dan merupakan yang signifikan selama prosedur anestesi
tantangan tersendiri dikarenakan adanya regional berlangsung atau selama pelepasan
perubahan status mental akibat dari cedera kateter atau penggunaan continuous
kepala, intoksikasi, atau sedasi. Risiko peripheral nerve catheters pada fase pasca

39
operasi. Bickler et al. mengemukakan Ringkasan
terjadinya ekimosis yang signifikan pada Telah banyak terdapat laporan-laporan
pasien yang batal dipulangkan setelah mengenai tehnik anestesi regional yang
menggunakan kateter blok nervus sciatic dan berhasil dilakukan oleh para dokter di Eropa
femoralis dimana pasien mengkonsumsi di lapangan. Di Eropa para dokter umum dan
26
enoxaparin, suatu turunan dari heparin. dokter anestesi menggunakan sistem
Konferensi Konsensus ASRA Ketiga pengobatan darurat dan membawanya
(ASRA’s Third Consensus Conference) menggunakan ambulans menuju lokasi
tentang penggunaan anestesi regional dan terjadi kecelakaan. Para dokter tersebut
antikoagulan disarankan untuk dapat menggunakan kemampuan dan
menggunakan pedoman yang sama untuk pengalaman yang dimilikinya dalam
anestesi regional perifer seperti yang melakukan tehnik anestesi regional pada
digunakan untuk prosedur anestesi regional kondisi penanganan trauma akut. Selain itu,
27
neuraxial. Sementara itu, perdarahan yang pengalaman terbaru dari bidang militer
terjadi pada pasien yang menggunakan menunjukkan hasil yang menjanjikan
terapi antikoagulan terjadi penurunan terhadap pasien yang mendapat anestesi
hematokrit, perdarahan yang terjadi bukan regional terutama pada penggunaan tehnik
28
karena iskemik sel saraf yang irreversibel. kateter kontinyu baik setelah terjadi cedera
Untuk mengurangi risiko komplikasi pada maupun selama transportasi menuju rumah
pasien yang sedang menjalani terapi sakit. Dimana pengalaman tersebut dapat
koagulan dibutuhkan komunikasi yang baik diterapkan pada seluruh masyarakat sipil
antara dokter dengan klinisi yang melakukan pada tahun-tahun selanjutnya seperti
pemasangan maupun pelepasan blok saraf penggunaan kateter kontinyu untuk
atau penggunaan kateter blok saraf analgesia jangka panjang. Sangat penting
mengenai jadual pemberian dan dosis obat bagi para dokter anestesi untuk mengambil
antikoagulan untuk menghindari waktu inisiatif sebagai pelopor dalam mengadaptasi
pelaksanaan prosedur bersamaan dengan tehnik anestesi regional di luar lingkungan
saat konsentrasi puncak dari obat kamar operasi dan menggunakannya di
antikoagulan di dalam tubuh pasien. ruang gawat darurat dan ditingkat pelayanan
kesehatan pra-rumah sakit.

Daftar Pustaka
1. G. W. Crile. Anesthesia of nerve roots 5. J. L. Corning. Spinal anesthesia and
with cocaine. Cleveland Medical local medication of the cord. New York
Journal, 1897 ; 2 : article 355. Medical Journal, 1885 ; 42 : 483–5.
2. G. Hirschel. Die anaesthesierung des 6. A. Bier. Versuche über cocainisirung
plexus brachialis fuer die operationen des rückenmarkes. Deutsche
der oberen extremitaet. München Med Zeitschrift für Chirurgie, 1899 ; 51 :
Wochenschr, 1911 ; 58 :1555–6. 361–9.
3. D. Kulenkampff. Die anaesthesierung 7. A. Bier. Über einen neuen weg
des lokalanasthesie an den gliedmassen
4. plexus brachialis. Zentralblatt fur zu erzeugen. Verhandlungen der
Chirurgie, 1911 ; 38 : 1337–46.

40
Deutschen Gesellschaft für Chirurgie, 17. C. E. Mutty, E. J. Jensen, M. A.
1908 ; 27 : 204–14. Manka, M. J. Anders, and L. B. Bone.
8. A. R. Plunkett, D. S. Brown, J. M. Femoral nerve block for diaphyseal
Rogers, and C. C. Buckenmaier. and distal femoral fractures in the
Supraclavicular continuous peripheral emergency department. Journal of
nerve block in a wounded soldier: Bone and Joint Surgery A, 2007 ; 89 :
when ultrasound is the only option. 2599–2603.
British Journal of Anaesthesia, 2006 ; 18. B. Stewart, C. T. Smith, L. Teebay, M.
97 : 715–7. Cunliffe, and B. Low. Emergency
9. R. J. Malchow and I. H. Black. The department use of a continuous
evolution of pain management in the femoral nerve block for pain relief for
critically ill trauma patient: emerging fractured femur in children. Emergency
concepts from the global war on Medicine Journal, 2007 ; 24 : 113–4.
terrorism. Critical Care Medicine, 2008 19. B. D. O'Donnell, H. Ryan, O.
; 36 : 346–57. O'Sullivan, and G. Iohom. Ultrasound-
10. E. M. Davidson, Y. Ginosar, and A. guided axillary brachial plexus block
Avidan. Pain management and with 20 milliliters local anesthetic
regional anaesthesia in the trauma mixture versus general anesthesia for
patient. Current Opinion in upper limb trauma surgery: an
Anaesthesiology, 2005 ; 18 : 169–74. observer-blinded, prospective,
11. N. B. Foss, B. B. Kristensen, M. randomized, controlled trial.
Bundgaard et al. Fascia iliaca Anesthesia and Analgesia, 2009 ; 109
compartment blockade for acute pain : 279–83.
control in hip fracture patients: a 20. M. Blaivas, S. Adhikari, and L. Lander.
randomized, placebo-controlled trial. A prospective comparison of
Anesthesiology, 2007 ; 106 : 773–8. procedural sedation and ultrasound-
12. R. Barker, A. Schiferer, C. Gore et al. guided interscalene nerve block for
Femoral nerve blockade administered shoulder reduction in the emergency
preclinically for pain relief in severe department. Academic Emergency
knee trauma is more feasible and Medicine, 2011 ; 18 : 922–7.
effective than intravenous metamizole: 21. B. J. Simon, J. Cushman, R. Barraco
a randomized controlled trial. Journal et al. Pain management guidelines for
of Trauma, 2008 ; 64 : 1535–8. blunt thoracic trauma. Journal of
13. C. C. Buckenmaier, G. M. McKnight, J. Trauma, 2005 ; 59 : 1256–67.
V. Winkley et al. Continuous peripheral 22. E. M. Bulger, T. Edwards, P. Klotz,
nerve block for battlefield anesthesia and G. J. Jurkovich. Epidural
and evacuation. Regional Anesthesia analgesia improves outcome after
and Pain Medicine, 2005 ; 30 : 202–5. multiple rib fractures. Surgery, 2004 ;
14. R. M. Gallagher and R. Polomano. 136 : 426–30.
Early, continuous, and restorative pain 23. E. T. Davis, A. Harris, D. Keene, K.
management in injured soldiers: the Porter, and M. Manji. The use of
challenge ahead. Pain Medicine, 2006 regional anaesthesia in patients at risk
; 7 : 284–6. of acute compartment syndrome.
15. J. E. Wathen, D. Gao, G. Merritt, G. Injury, 2006 ; 37 : 128–33.
Georgopoulos, and F. K. Battan. A 24. G. J. Mar, M. J. Barrington, and B. R.
randomized control trial comparing a McGuirk. Acute compartment
fascia iliaca compartment nerve block syndrome of the lower limb and the
to a traditional systemic analgesic for effect of postoperative analgesia on
femur fractures in a pediatric diagnosis. British Journal of
emergency department. Annals of Anaesthesia, 2009 ; 102 : 3–11.
Emergency Medicine, 2007 ; 50 : 162– 25. M. A. Cometa, A. T. Esch, and A. P.
71. Boezaart. Did continuous femoral and
16. C. E. Mutty, E. J. Jensen, M. A. sciatic nerve block obscure the
Manka, M. J. Anders, and L. B. Bone. diagnosis or delay in treatment of
Femoral nerve block for diaphyseal acute lower leg compartment
and distal femoral fractures in the syndrome? A case report. Pain
emergency department: surgical Medicine, 2011 ; 12 : 823–8.
technique. Journal of Bone and Joint 26. Y. Auroy, D. Benhamou, L. Bargues et
Surgery A, 2008 ; 90 : 218–26. al. Major complications of regional

41
anesthesia in France: the SOS
Regional Anesthesia Hotline Service.
Anesthesiology, 2002 ; 97 : 1274-80.
27. P. Bickler, J. Brandes, M. Lee, K.
Bozic, B. Chesbro, and J. Claassen.
Bleeding complications from femoral
and sciatic nerve catheters in patients
receiving low molecular weight
heparin. Anesthesia and Analgesia,
2006 ; 103 : 1036–7.
28. T. T. Horlocker, D. J. Wedel, J. C.
Rowlingson et al. Regional Anesthesia
in the patient receiving antithrombotic
or thrombolytic therapy; American
Society of Regional Anesthesia and
Pain Medicine evidence-based
guidelines (Third Edition). Regional
Anesthesia and Pain Medicine, 2010 ;
35 : 64–101.
29. T. T. Horlocker, D. J. Wedel, J. C.
Rowlingson, and F. K. Enneking.
Executive summary: regional
anesthesia inthe patient receiving
antithrombotic or thrombolytic therapy.
Regional Anesthesia and Pain
Medicine, 2010 ; 35 : 102–5.

42

Anda mungkin juga menyukai