Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Baik untuk memenuhi ketentuan hukum maupun untuk sarana
pengambilan keputusan manajerial dan juga untuk sarana kegiatan
perencanaan dan pengawasan, semua badan usaha menyelenggarakan sistem
akuntansi. Sistem akuntansi tersebut, paling tidak pada setiap tahun buku
menghasilkan laporan keuangan, minimal terdiri dari neraca dan laporan rugi-
laba.
Pemerintah, di samping banyak melaksanakan pengawasan juga
memberikan bimbingan kepada lembaga keuangan pada umuna dan lembaga
bank pada khususnya.
Dengan mmenguasai pengetahuan mengenai neraca dan laporan rugi
laba bank akan memudahkan kita dalam menyelami berbagai kebijakan bank,
oleh karena di samping semua transaksi finansial bank, yang untuk masing-
masing kelompok secara kolektif membentuk pos-pos laporan rugi laba dan
neraca bank, juga mengingat bahwa ukuran-ukuran tingkat likuiditas, tingkat
solvablitas dan tingkat rentabilitas seperti dimaksudkan di atas dalam
menghitung nilai-nilainya digunakan data pos-pos neraca dan laporan rugi
laba bank.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana bentuk dan komponen laporan keuangan neraca dan rugi
laba bank?
1.2.2 Bagaimana kaitan antara laporan keuangan bank dan peraturan BI?
1.2.3 Bagaimana mengenai kasus Bank Lippo?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui bentuk dan komponen laporan keuangan neraca dan rugi
laba bank
1.3.2 Mengetahui kaitan antara laporan keuangan bank dan peraturan BI

1
1.3.3 Mengetahui kasus Bank Lippo

1.4 Manfaat
Bagi penulis manfaatnya yakni menambah wawasan serta dapat
memahami tentang komponen laporan keuangan bank dan bagi pembaca
manfaatnya yakni diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
tentang Manajemen Keuangan Perbankan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bentuk Dan Komponen Laporan Keuangan Neraca Dan Rugi Laba
Bank
Laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan
sebuah organisasi. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan
merupakan hasil proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana
mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal.
Laporan keuangan bagi pihak manajemen perusahaan berfungsi sebagai
laporan pertanggung jawaban keuangan pada pemilik modal. Bagi pemilik
modal, laporan keuangan berfungsi untuk megevaluasi kinerja manajer
perusahaan selama satu periode. Dengan adanya laporan keuangan ini,
manajer perusahaan akan bekerja semaksimal mungkin agar kinerjanya
dinilai baik.

Bentuk dan Komponen Laporan Keuangan Bank : Neraca dan Rugi


Laba Bank
Menurut PSAK No.1 Paragraf 49 (Revisi 2009), laporan keuangan yang
lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini:
1. neraca,
2. laporan laba rugi,
3. laporan perubahan ekuitas,
4. laporan arus kas,
5. catatan atas laporan keuangan.”

2.1.1 Neraca Bank


Neraca sebuah bank dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
aktiva dan pasiva. Selanjutnya pasiva sebuah bank terdiri dari utang
dan modal.
Perbedaan antara laporan keuangan bank dengan laporan
keuangan bukan bank terletak pada bentuk-bentuk aktiva, bentuk

3
bentuk utang, bentuk-bentuk penerimaan dan biaya serta unsur-unsur
laba dan unsur-unsur rugi yang membentuk neraca dan laporan
keuangan bank. Semuanya ini kiranya mudah dipahami kalau diingat
bahwa bermula dari adanya perbedaan kegiatan-kegiatan baik
kegiatan-kegiatan utama maupun kegiatan-kegiatan penunjang yang
membawa akibat berbedanya transaksi diantara berbagai macam
bidang usaha tersebut.
Adapun komponen laporan neraca bank adalah:
Aktiva:
1. Kas.
Yang mencangkup mata uang dalam negeri ataupun mata uang
negara lain yang mempunyai catatan di BI.
2. Giro pada Bank Indonesia.
Besarnya simpanan milik bank bersangkutan yang ada di BI.
3. Giro pada bank lain.
Besarnya selisih antara simpanan milik bank bersangkutan pada
bank-bank lain selain BI dengan besarnya simpanan milik bank lain
selain BI pada bank bersangkutan.
4. Penempatan pada bank lain
5. Wesel, cek dan tagihan jangka pendek lainnya.
Semua tagihan kepada bank yang bisa tertagih dalam jangka waktu
paling lama satu tahun.
6. Surat berharga yang diperdagangkan.
Meliputi surat obligasi, SBI, saham dan sebagainya.
7. Obligasi pemerintah
8. Surat berharga yang dibeli dengan janji kembali
9. Tagihan derivatif
10.Simpanan berjangka.
Besarnya simpanan berjangka yang dimiliki oleh bank pada bank
lain.
11.Pinjaman
Besarnya pinjaman nasabah kepada bank.

4
Dalam neraca bisa dibedakan antara nilai pinjaman yang diberikan
neto dan nilai pinjaman yang diberikan bruto. Pada bruto, nilai
yang ditunjukkan adalah nilai nominal seluruh piutang yang
diberikan oleh bank. Sedangkan nilai netonya merupakan nilai
bruto sesudah dikurangi dengan cadangn piutang ragu-ragu.
12.Tagihan akseptasi
13.Penyertaan.
Besarnya modal penyertaan milik bank bersangkutan pada
perusahaan lain.
14.Pendapatan yang masih akan diterima
15.Biaya dibayar di muka
16.Uang muka pajak
17.Aktiva pajak tangguhan
18.Aktiva tetap dan inventaris.
Untuk menjalankan usahanya bank memerlukan tempat dan
peralatan untuk melayani nasabah, tempat dan peralatan bagi para
petugas untuk melaksanakan tugasnya, baik tugas pelayanan
langsung para nasabah ataupun tugas-tugas administrasi, kegiatan
penyimpanan dan sebagainnya. Untuk menjalankan usahanya
diperlukan berbagai macam aktiva tetap seperti misalnya tanah,
bangunan, komputer, mesin kasir otomatis, alat penghitnan lembar
uang, dan lainnya. Pada pos ini juga mengenal nilai bruto yang
menunjukkan harga beli dan nilai neto yang merupakan hasil
pengurangan akumulasi penyusutan terhadap niai brutonya.
19. Agunan yang diambil alih
20. Rupa rupa aktiva.
Untuk aktiva aktiva lainnya yang dengan menggunakan ukuran
prinsip akuntansi yang diterima umum tidak dapat dimasukkan ke
dalam salah satu di antara kesepuluh macam aktiva tersebut di atas,
bisa dimasukkan ke dalam pos rupa rupa aktiva.

5
Pasiva:
21. Giro
Giro adalah simpanan dari pihak ketiga kepada bank yang
penarikannya dapat dilakukan setiap waktu dengan
mempergunakan cek, surat perintah pembayaran lainnya atau
dengan cara pemindah bukuan.
22. Kewajiban kewajiban lain yang harus segera dibayar
Selain simpanan dari pihak ketiga kepada bank dalam bentuk
bentuk giro, depositio dan tabungan, bank mempunyai kewajian
membayar dalam bentuk lainnya, misalnya dalam bentuk
kewajiban membayar kepada penerima uang kiriman, utang sewa,
utang pajak, utang pembayaran dividen dalam hal rapat pemegang
saham telah memutuskan mengenai pembagian dividen tetapi
pelaksanaanya belum sepenuhnya dilaksanakan dan sebagainya.
23. Tabungan
Tabungan adalah simpanan dari pihak ketiga yang penarikannya
hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu. Ketentuan yang
berlaku antara lain:
a. Penarikannya hanya dapat dilakukan dengan mendatangi bank
atau alat yang disediakan untuk keperluan tersebut misalnya
mesin kasir otomatis (ATM)
b. Penarikan tabungan tidak dapat dilakukan dengan menggunakan
cek, bilyet giro, surat perintah pembayaran lain yang sejenis.
c. Bank penyelenggara tabungan diperkenankan untuk menetapkan
sendiri:
i. Cara pelayanan, sistem administrasi, setoran frekuensi
pengambilan, tabungan pasif dan persyaratan lainnya.
ii. Besarnya suku bunga, cara perhitungan dan pemmbayaran
bunga serta pemberian insentif termasuk undian
iii. Nama tabungan yang diselenggarakan
iv. Tabungan tidak dijamin oleh BI. Untuk dapat memelihara
kepercayaan masyarakat terhadap tabungan yang

6
diselenggarkan bank hendaknya dapat memelihara
kesehatan dengan baik
24. Simpangan berjangka atau deposito
Deposito adalah simpanan dari pihak ketiga pada bank yang
penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu
menurut perjanjian antara pihak ketiga dan bank yang
bersangkutan. Sertifikat deposito adalah surat berharga atas rupiah
yang merupakan surat pengakuan utang pihak bank atau LKBB
yang dapat diperjualbelikan dalam pasar uang. Deposito on call
adalah simpanan atas nama bank atau pihak ketiga bukan bank
yang penarikannya hanya dapat dilaksanakan dengan syarat
pemberitahuan sebelumnya.
25. Sertifikat deposito
26. Simpanan dari bank lain
27. Surat berharga yang dijual
28. Kewajiban derivatif
29. Kewajiban akseptasi
30. Surat berharga yang diterbitkan
31. Pinjaman yang diterima.
Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah saldo pinjam yang
diterima termasuk cerukan, pinjaman yang diterima dari dalam
negeri, baik dari bank maupun bukan dari bank, dan pinjaman
yang diterima dari luar negeri baik dari bank maupun juga bukan
dari bank.
32. Setoran jaminan
a. Setoran jaminan L/C luar negeri adalah setoran jaminan dari
pihak lain yang diterima oleh suatu bank dalam rangka
pelaksanaan pembukaan L/C luar negeri
b. Setoran jaminan L/C dalam negeri adalah setoran jaminan dari
pihak lain yang diterima oleh suatu bank dalam rangka
pelaksanaan pembukaan L/C dalam negeri.

7
c. Setoran jaminnan garansi bank. Dalam rangka pengeluaran bank
garansi, bank diperkenankan meminta sejumlah uang setoran
untuk diblokir. Besarnya uang setoran jaminan yang diterima
oleh bank dalam rangka pemberian bank garansi tersebut
diserahkan kepada masing masing bank.
33. Kewajiban sewa guna usaha
34. Beban bunga yang masih harus dibayar
35. Taksiran pajak penghasilan
36. Kewajiban pajak tangguhan
37. Kewajiban lain lain
38. Rupa rupa pasiva
Tidak ada bedanya dengan pos rupa rupa aktiva, pos rupa rupa
pasiva merupakan pos neraca bank disisi pasiva yang juga
berfungsi untuk digunakan sebagai tempat penampungan kewajiban
bank yang dengan ukuran tertentu dianggap tidak bisa dimasukkan
ke dalam pos atau pos pasiva lainnya dalam neraca.
39. Modal
Yang dicatat di sini ialah nilai ‘net worth’/ modal sendiri
perusahaan. Oleh karena bentuk yuridis bank umum swasta
nasional adalah perseroan terbatas, maka susunan pos modal bank
terlihat sebagai di bawah ini
MODAL:
a. Modal diisetor
b. Dana setoran modal
c. Cadangn umum
d. Sisa laba rugi tahun yang lalu
e. Laba rugi tahun berjalan

Sumber:
(Kasmir. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Pers)
(Riyadi, Selamet. 2004. Assets and Liabilities Management. Lembaga Penerbit
Universitas Indonesia)

8
Contoh Neraca Bank BNI (sumber BNI.co.id):

9
10
11
12
13
2.1.2 Laporan Laba Rugi Bank
Seperti telah diketahui bahwa dari segi kepemilikan di Indonesia
dijumpai empat macam bank yaitu swasta nasional, bank koperasi, bank
milik negara dan bank campuran. Untuk bank swasta nasional dan bank
campuran jelas bahwa salah satu tujuan pemilik saham menanamkan
modalnya pada bank bersangkutan adalah untuk memperoleh
penghasilan berupa dividen dan atau meingkatnya harga pasar saham
yang dimilikinya. Baik tingginya dividen maupun tingginya harga
saham di pasar sangat ditentukan oleh tingginya rentabilitas yang
dicapai oleh perusahaan. Oleh karena itu kiranya cukup beralasan kala
dalam perbincangan mengenai manajemen bank nanti kita selalu
menggunakan asumsi bahwa bank mempunyai tujuan untuk
memaksimumkan laba jangka panjang.
Untuk kooperasi pada azasnya juga tidak berbeda. Para
anggotanya mengharapkan bahwa dari modal yang merekaa tanam
dalam koperasi yaitu terutama dalam bentuk simpanan wajib, simpanan
pokok dan sisa hasil usaha yang ditanam lagi dalam koperasi, mereka
akan memperoleh penghasilan dari pembagian sisa hasil usaha yang
berhasil meraka kumpulkan. Selanjutnya untuk bank milik negara,
peran laba yang hasilkan oleh pada azasnya seharunya juga tidak
banyak berbeda dengan bank swasta dan koperasi.
Agar setiap rakyat bisa memanfaatkan jasa pelayaan bank milik
negara untuk jangka panjang secara maksimal, baik dari segi
pemanfaatan jasa bank yang disajikan dan dihasilkan maupun dari segi
pemanfaatan laba atau sisa hasil usaha yang berhasil dihasilkan oleh
bank, maka bank milik negara seyogyanya juga berusaha
memaksimumkan laba jangka panjang juga.
Oleh kareana laba atau sisa hasil usaha merupakan hasil
pengurangan nilai total biaya terhadap nilai total penerimaan, maka
untuk mencapai tujuan perolehan laba tersebut akan harus setiap
tahunya memperoleh penerimaan dengan jumlah cukup besar.

14
Penerimaan sebuah bank pertama berasal dari pendapatan bunga berasal
dari kredit yang diberikan oleh bank kepada nasabah dalam berbagai
bentuknya. Di samping dari bunga atas kredit yang diberikan kepada
nasabah, bank pada umumnya memperoleh penerimaan yang berasal
dari transaksi investasi berbentuk surat berharga, dari penunaian jasa
perbankan, seperti misalnya jasa transfer uang dalam dan luar negeri,
pendiskontoan surat tagihan, jual beli valas, jasa titipan surat berharga
dan jasa perbankan lainnya.
Biaya yang merupakan beban bank terdiri dari biaya bunga atas
semua pos pos pada neraca bank, kecuali bagian deposito yang tidak
diberlakukannya jasa giro dan semua komponen pos modal sendiri,
biaya operasional seperti misalnya gaji, upah dan berbagai unsur
pendapat karyawan lainnya biaya sewa gabungan, biaya perawatan
bangunan dan berbagai macam peralatan, pajak kekayaan, biaya
penyusutan aktiva tetap, biaya iklan dan biaya promosi jenis lainnya
dan lainnya lagi
Setelah diketahui nilai hasil penerimaan secara keseluruhan dan
nilai beban biaya secara keseluruhan, angka sisa hasil usaha dapat
ditentukan. Apabila nilai total penerimaan melebihi besarnya nilai total
beban biaya untuk kurun waktu yang sama maka dikatakan bahwa bank
berhasil menciptakan laba. Sebaliknya apabila angka pengurangannya
yang lebih besar maka dikatakan bahwa bank menderita rugi.
Berbeda dengan neraca bank, laporan rugi laba sangat jarang
jadikan obyek pengaturan oleh Bank Sentral

Sumber:
(Fraser, Lyn M dan Aileen Ormiston. 2004. Memahami Laporan Keuangan.
Jakarta: PT. Indeks)

Dalam pratiknya komponen pendapatan yang dilaporkan dalam laporan laba


rugi terdiri dari dua jenis, yaitu:

15
1. Pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok (usaha
utama) perusahaan;
2. Pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dari luar usaha pokok (usaha
sampingan) perusahaan;
Untuk komponen pengeluaran atau biaya biaya juga terdiri dua jenis, yaitu:
1. Pengeluran atau biaya yang dibebankan dari usaha pokok (usaha utama)
perusahaan;
2. Pengeluaran atau biaya yang dibebankan dari luar usaha pokok (usaha
sampingan) perusahaan.
Untuk lebih jelasnya berikut ini komponen komponen yang terdapat dalam
suatu laporan laba rugi.
1. Pendapatan Operasional, yang terdiri atas:
a. Pendapatan Bunga
b. Provisi dan Komisi
2. Pendapatan Operasional lainnya, terdiri atas :
a. Pendapatan Provisi, Komisi dan Fee
b. Pendapatan Transaksi Valuta Asing
c. Pendapatan Kenaikan Nilai dan Laba Jual Beli Surat Berharga dan
Obligasi Pemerintah
d. Pendapatan Lainnya
3. Pendapatan Non Operasional
4. Beban Operasional, Terdiri Atas :
a. Beban Bunga
b. Provisi Dan Komisi
5. Beban (Pendapatan Pemulihan) Penyisihan Aktiva Lain Lain
6. Beban Operasional Lainnya Terdiri Atas:
a. Beban Administrasi Umum
b. Beban Personalia
c. Beban Penurunan Nilai Dan Rugi Jual Surat Berharga Dan Obligasi
Pemerintah
d. Beban Transaksi Valuta Asing
e. Beban Lainnya

16
7. Beban Non Operasional
8. Pendapatan (Beban) Luar Biasa
9. Taksiran Pajak Penghasilan
a. Periode Berjalan
b. Ditangguhkan
10. Saldo Rugi (Laba) Akhir Periode
11. Laba Bersih Per Saham

Sumber:
(Kasmir. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Pers)
(Riyadi, Selamet. 2004. Assets and Liabilities Management. Lembaga Penerbit
Universitas Indonesia)

17
Contoh Laporan Laba Rugi Bank BNI (sumber BNI.co.id):

18
19
Off Balance Sheet Finanching
Off balance sheet financing adalah kewajiban keuangan yang tidak
dicatatkan ke dalam laporan keuangan. Transaksi-transaksi yang seringkali
dilakukan off balance sheet financing misalnya adalah leases.
Tujuan dari off balance sheet ini adalah untuk membuat laporan keuangan
perusahaan menjadi sangat perform. Dengan melakukan lease, khususnya
operational lease, maka perusahaan mendapatkan hasil yang maksimal tanpa harus
terbebani melakukan adjustment pada account Depreciation of Fixed Asset nya.
Biaya yang harus dicatatkan oleh perusahaan hanya berupa Rent expanse, pada
bagian Operating Expanse. Tanpa ada penjelasan lebih lanjut Rent Expanse nya
digunakan untuk apa saja. Padahal secara manfaat ekonomi perusahaan
mendapatkan manfaat yang paling besar dari digunakannya aktiva tetap tersebut.
Pada Capital Lease atau Financial Lease yang harus dibayarkan oleh
perusahaan hanya berupa Interest Expanse dari transaksi Capital Lease atau
Financial Lease tersebut.
Ada beberapa syarat suatu leasing dikategorikan sebagai Capital Lease atau
Financial Lease, menurut FASB Statement no. 13,diantaranya:
1. Adanya transfer kepemilikan
2. Adanya Bargain Purchase Option
3. Estimasi Economic Useful lifenya harus ≥ 75%
4. Angka PV (Present Value) dari minimum lease paymentnya ≥ 90% dari
market valuenya
Transaksi-transaksi pada off balance sheet sebenarnya secara akuntansi
diperbolehkan. Hanya saja yang menjadi masalah besar adalah pada saat
transaksi-transaksi off balance sheet tersebut tidak dilakukan disclose pada Notes
to Financial Statement. Hal tersebut menyebabkan perusahaan tidak menjalankan
GCG atau Good Corporate Governance, memberikan informasi secara terbuka
dan informative kepada seluruh stakeholders.
Kemungkinan dengan tidak di-disclose nya suatu transaksi yang off balance
sheet adalah terjadinya Financial Shenanigans, yaitu sebuah perbuatan atau

20
penghapusan yang didesain untuk menyembunyikan atau mengubah bentuk dari
kinerja keuangan sesungguhnya atau kondisi keuangan dari suatu perusahaan.
Hal ini berbahaya karena manajemen akan cendrung terus melakukan
‘hanky panky’ dalam setiap kali menyajikan Financial Statementnya. Hal ini
berbahaya. Karena bagaimanapun juga kerugian yang tidak mereka laporkan
tersebut sebenarnya hanya dialihkan atau diundurkan saja saat pelaporannya.
Tidak dengan serta merta bahwa transaksi off balance sheet tersebut akan seketika
hilang begitu saja. Hal ini sebenarnya seperti manajemen sedang menggenggam
bom waktu yang dapat meledak seketika, tanpa manajemen tahu kapan waktunya
akan meledak. Motif dari tidak di disclose nya transaksi off balance sheet
sebenarnya sangat terkait erat dengan conspiracy theory.
Misalnya pada transaksi-transaksi off balance sheet ini digunakan untuk
window dressing to Financial Statement. Dengan tujuan manajemen ingin mereka
terlihat perform di mata stakeholdernya, supaya tidak dilakukan penggantian
jajaran direksi. Pada akhirnya bagai bom waktu, pada saat tahun berikutnya
dengan direksi yang baru, ternyata ada temuan bahwa terdapat transaksi off
balance sheet yang tidak di-disclose dalam Notes to Financial Statement. Hal ini
kemudian dapat dengan mudah dilaporkan kepada pihak yang berwenang, maka
pasti kemudian hal ini menjadi masalah hukum. Apalagi seringkali angka yang
disembunyikan ini jumlahnya sangat fantastis. Yang mempunyai pengaruh
signifikan terhadap keuangan perusahaan sendiri.
Transaksi-transaksi off balance sheet sendiri seringkali dilakukan pada SPC,
karena dengan sweetener nya biasanya Negara tempat SPC berada memberikan
sejumlah kekebalan hukum kepada SPC tersebut. Sehingga mereka menjadi
untouchable. Hal ini sangat merugikan. Khususnya investor. Adalah menjadi tidak
adil bila kemudian para investor menjadi korban, karena ketidak mengertian
mereka mengenai masalah ini. Adalah menjadi sangat penting bagi pemerintah
untuk melindungi kepentingan investor, khususnya minority interest yang jumlah
kepemilikannya tidak signifikan, sehingga pendapat mereka seringkali tidak
didengarkan.
Oleh karena itu kemudian didengungkan mengenai konsep GCG, atau Good
Corporate Governance, atau Tata Kelola Perusahaan. Yang mengharuskan untuk

21
mengungkapkan fakta dan realita (openness) dalam setiap pelaporan dari
manajemen kepada seluruh stakeholders.

Sumber:
http://fitriafauziahthahir.blogspot.co.id/2008/04/off-balance-sheet-financing.html
(Diakses tanggal 10 Februari 2017)

2.2 Undang-undang Perbankan tentang Laporan Keuangan Bank


Menurut UU Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan pada Bab V
mengenai Pembinaan dan Pengawasan terdapat beberapa pasal yang
mengatur laporan keuangan bank diantaranya :
Pasal 30
(1) Bank wajib menyampaikan kepada bank Indonesia , segale keterangan,
dan penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia.
(2) Bank atas peermintaan Bank Indonesia, wajib memberikan kesempatan
bagi pemeriksaan buku-buku dan berkas-berkas yang ada padanya, serta
wajib memberikan bantuan yang diperlukan dalam rangka memperoleh
kebenaran dari segala keterangan dokumen dan penjelasan yang
dilaporkan oleh bank yang bersangkutan.

Pasal 34
(1) Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca dan
perhitungan laba/rugi tahunan serta penjelasannya, serta laporan berkala
lainnya, dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
(2) Neraca serta perhitungan laba/rugi tahunan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) wajib terlebih dahulu di audit oleh akuntan publik.
(3) Tahun buku bank adalah tahun takwin.

Pasal 35
Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba/rugi
dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

22
Pasal 36
Bank Indonesia dapat menetapkan pengecualian dari ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2) bagi Bank Perkreditan
Rakyat.

Sumber:
(Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan)

2.3 Kasus Bank Lippo


REKAYASA LAPORAN KEUANGAN PT BANK LIPPO TBK 2002-2003
Kasus Bank Lippo dan Degradasi Kepercayaan Publik
DI tengah upaya pemulihan kepercayaan terhadap dunia perbankan
dan perekonomian nasional, kita dikejutkan oleh skandal keuangan yang
dilakukan Bank Lippo Tbk. Salah satu bank peserta rekapitalisai itu
memberikan laporan berbeda ke publik dan manajemen BEJ.Dalam laporan
keuangan per 30 September 2002 yang disampaikan ke publik pada 28
November 2002 disebutkan total aktiva perseroan Rp 24 triliun dan laba
bersih Rp 98 miliar.Namun dalam laporan ke BEJ pada 27 Desember 2002
total aktiva perusahaan berubah menjadi Rp 22,8 triliun rupiah (turun Rp 1,2
triliun) dan perusahaan merugi bersih Rp1,3 triliun.
Perbedaan laporan keuangan itu segera memunculkan kontroversi dan
polemik. Manajemen beralasan perbedaan itu terjadi karena ada penurunan
aset yang diambil alih atau foreclosed asset dari Rp 2,393 triliun menjadi Rp
1,420 triliun.Akibatnya pada keseluruhan neraca terjadi penurunan tingkat
kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) dari 24,77 menjadi
4,23%. Namun beberapa pihak menduga perbedaan laporan keuangan
terjadi karena ada manipulasi yang dilakukan manajemen
Dugaan itu beralasan karena agunan yang dijadikan aset berasal dari
kelompok Lippo. Yakni, PT Bukit Sentul Tbk, PT Lippo Karawaci Tbk, PT
Lippo Cikarang Tbk, PT Lippo Securities Tbk, PT Hotel Prapatan Tbk, dan

23
PT Panin Insurance Tbk.Bank Lippo diduga juga melanggar di pasar modal
berupa perdagangan memanfaatkan informasi dari orang dalam (insider
trading).Praktisi pasar modal Lin Che Wei mengatakan, selama 40 hari
perdagangan bursa mulai 4 November 2002 sampai 10 Januari 2003 terjadi
anomali dalam transaksi saham Bank Lippo (LPBN). Itu diduga dilakukan
perusahaan sekuritas yang berafiliasi dengan Lippo Group serta beberapa
perusahaan sekuritas lain yang mempunyai kedekatan dengan kelompok
tersebut.
Keanehan terjadi karena satu menit menjelang penutupan pasar (pukul
15.59) sejumlah perusahaan sekuritas melakukan transaksi saham Bank
Lippo dengan volume hanya satu atau dua lot dengan harga selalu lebih
rendah daripada rata-rata harga pada hari itu. Akibatnya, hampir setiap hari
harga saham bank itu turun.

Sumber:
(https://septywahyuni.wordpress.com/2015/09/30/rekayasa-laporan-keuangan-pt-
bank-lippo-tbk-2002-2003/) Diakses tanggal 10 Februari 2017

24
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan
sebuah organisasi. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan
merupakan hasil proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana
mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal.
Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai
posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi
sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan
ekonomi.
Neraca menggambarkan aktiva (harta kekayaan), kewajiban dan modal
yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat tertentu, dimana Judul
suatu neraca terdiri nama organisasi atau perusahaan, nama laporan (dalam
hal ini neraca) dan tanggal neraca. Sedangkan Badan atau isi laporan terdiri
atas tiga bagian yaitu Aktiva, kewajiban dan modal.
Laporan laba/ rugi Disusun dengan maksud untuk menggambarkan
hasil operasi perusahaan dalam periode waktu tertentu. Dengan kata lain
laporan rugi-laba menggambarkan keberhasilan atau kegagalan operasi
perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya. Hasil operasi perusahaan
diukur dengan membandingkan antara pendapatan perusahaan dengan biaya
yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.
Perbedaan Neraca dan Laporan laba/rugi : Neraca dibuat dengan
maksud untuk menggambarkan posisi keuangan suatu organisasi pada suatu
saat tertentu, sedangkan laporan rugi-laba menggambarkan hasil-hasil usaha
yang dicapai dalam suatu periode waktu tertentu. Pada umumnya kedua
laporan ini disusun setahun sekali (tahunan).

25
DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan


Riyadi, Selamet. 2004. Assets and Liabilities Management. Lembaga Penerbit
Universitas Indonesia
Kasmir. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Pers
Fraser, Lyn M dan Aileen Ormiston. 2004. Memahami Laporan Keuangan.
Jakarta: PT. Indeks
BNI.co.id
https://septywahyuni.wordpress.com/2015/09/30/rekayasa-laporan-keuangan-pt-
bank-lippo-tbk-2002-2003/) Diakses tanggal 10 Februari 2017

26

Anda mungkin juga menyukai