Anda di halaman 1dari 4

KARAWITAN SEBAGAI KEKAYAAN DUNIA

Disusun dalam rangka memenuhi tugas akhir semester


Mata Kuliah Apresiasi Musik Etnis

TANIA KRISTI
15/379812/SA/17908

PRODI SASTRA JAWA


DEPARTEMEN SASTRA DAN BAHASA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2017
KARAWITAN SEBAGAI KEKAYAAN DUNIA

Dalam bukunya, Jaap Kunts menjelaskan bahwa etnomusikologi adalah studi musik
tradisional dan instrumen musik dari seluruh lapisan kebudayaan umat manusia, dari mulai
orang-orang primitif hingga bangsa-bangsa beradab. Pendapat ini didukung juga oleh Bruno
Netti yang mengatakan etnomusikologi adalah ilmu yang mempelajari musik dan berbagai
aspeknya dalam kebudayaan manusia, biasanya di luar peradaban barat. Dari beberapa definisi
ini dapat kita simpulkan bahwa etnomusikologi adalah ilmu yang meneliti tentang musik suatu
kelompok masyarakat budaya. Namun setelah bertahun-tahun meneliti, para ahli memiliki
kesimpulan bahwa etnomusikologi tidak berhenti hanya pada “musik yang dihasilkan budaya
tertentu”, tapi etnomusikologi membahas lebih dari itu. Sebenarnya apa bentuk konkret sebuah
musik etnis? Timothy Rice dalam bukunya “Ethnomusicology: A Very Short Introduction”
menjelaskan bahwa musik bukan talenta atau kemampuan tetapi merupakan kapasitas manusia
untuk mencipta, menata, merekonstruksi, bereaksi secara emosional, dan menginterpretasi
bunyi yang diatur secara manusiawi. Para ahli etnomusikologi mengklaim bahwa manusia
membutuhkan musik untuk menjadi manusia sepenuhnya. Bagaimana tidak manusia hidup
tanpa musik? Dalam kehidupan sehari-hari pun, manusia hidup dalam wirama. Wirama
maksudnya adalah sebuah dinamika hidup, sebuah ritme dalam hidup. Mulai dari menumbuk
padi, mencuci baju, mengulak cabai hingga memotong bawang memiliki ritme. Manusia selalu
menggunakan ritme untuk memudahkan setiap pekerjaannya, baik sadar maupun tidak sadar.

Musik tercipta dalam keseharian manusia. Hingga suatu saat terjadi kebiasaan mencipta
suara oleh beberapa orang hingga diikuti oleh anggota masyarakat dan menjadi suatu bentuk
yang matang dan sangat khas. Seluruh masyarakat memiliki budaya bermusik dan berbeda-
beda bentuknya. Karena merupakan budaya, maka musik itu berubah-ubah seiring berjalannya
waktu dan semua bergantung masyarakat penikmat, pencipta, dan pelestarinya. Menurut
perkembangan zaman pula musik mengalami perubahan fungsi dan peran. Namun apakah ada
musik etnis yang benar-benar asli?

Seperti halnya Karawitan Jawa, berdasarkan sumber sejarah yang sebenarnya belum
terlalu jelas asal usulnya, bentuk gamelan atau karawitan Jawa telah berkembang dan sangat
berbeda dari pertama kali ditemukan. Hal ini terlihat dalam relief Candi Borobudur yang
memperlihatkan bentuk-bentuk alat musik pada waktu itu yang sebagian memiliki kemiripan
dengan bentuk gamelan pada masa kini. Dalam jangka waktu lebih dari 700 tahun telah banyak
pengaruh-pengaruh yang menjadi faktor pengubah bentuk dan fungsi gamelan. Dengan
datangnya bangsa dari tanah Cina dan India, gamelan mengalami perubahan yang sangat
drastis. Pengaruh dan kekerabatannya dengan kedua etnis tersebut dapat ditelusuri dari
kemiripan instrumen. Pada zaman dulu, gamelan pun berfungsi sebagai musik kerajaan, dalam
hal ritual dan pesta lalu kemudian ketika bangsa dari timur tengah datang menyebarkan ajaran
agama Islam dan Demak berdiri, gamelan Jawa berubah fungsinya menjadi media penyebar
ajaran agama. Hari ini gamelan berfungsi sebagai banyak hal, ritual, pesta perayaan, musik
kerajaan dan juga pertunjukkan kebudayaan.

Tapi apa yang membuat gamelan Jawa itu asli Jawa? Hal ini digali lebih dalam tidak
hanya melalui ilmu etnomusikologi namun juga melalui ilmu filosofi dan antropologi
kebudayaan Jawa itu sendiri. Gamelan Jawa mewarisi nilai-nilai dan filosofi Jawa yang hidup
juga dalam masyarakatnya. Hal ini terlihat dari pembawaan dan cara memainkan instrumennya
dari kaidah duduk hingga kaidah menabuh gamelan. Namun ketika sudah membahas sampai
jauh ke filosofinya, sejatinya gamelan hanya merupakan media atau alat/instrumen musik,
etnomusikologi berada dalam permainan instrumen dan sikap/tingkah laku dan suara yang
dihasilkan dari permainan tersebut. Ketika gamelan bergabung dengan alat musik modern
seperti gitar listrik, dan dimainkan tanpa kaidah Jawa apakah masih disebut musik etnis? Dan
sebenarnya sampai batas apa musik etnis disebut musik etnis?

Bagi beberapa ahli, etnomusikologi merupakan ilmu yang digunakan untuk meneliti
musik kelompok etnis (di luar sistem musik barat) dengan menggunakan kacamata (ilmu)
musik barat. Hal ini dilakukan Jaap Kunts terhadap gamelan Jawa. Dalam bukunya yang
terbilang cukup tebal, Jaap Kunts menggali dan membongkar-bongkar gamelan Jawa dari
sejarah, perkembangan hingga gending-gendingnya kemudian mentranskripsi repertoar
gamelan dalam bentuk lembaran musik dengan not balok, seperti yang digunakan dalam
orkestra barat. Penelitian pun dilakukan terhadap laras pelog dan slendro yang digunakan
dalam karawitan Jawa. Keunikan nada pentatonik gamelan menjadi daya tarik para ahli
etnomusikologi dalam meneliti gamelan, karena Jaap Kunts sendiri menulis satu buku yang
khusus hanya membahas tentang sistem laras gamelan. Berdasarkan penelitian dan pengaruh
yang diberikan dari bangsa barat, sistem not balok pernah digunakan dalam penulisan notasi
gamelan. Hanya saja notasi tersebut tidak horizontal namun vertikal, menggunakan kaidah
sendiri untuk menandai bagian kendang, gong, ketuk dan lain sebagainya, notasi ini disebut
notasi anda dan kemudian berubah menjadi notasi rante karena not balok tadi disambung oleh
garis-garis dan berbentuk seperti rantai. Hingga berkembang menjadi notasi kepatihan yang
sampai sekarang dipakai untuk notasi gamelan. Dari penelitian Jaap Kunts ini dapat kita ambil
kesimpulan bahwa ini adalah salah satu hasil dari penelitian etnomusikologi. Philip Yampolsky
sebagai contoh lain menjelaskan tentang musik keroncong dan musik di daerah Timor Timur
dalam kunjungannya ke Universitas Gadjah Mada beberapa waktu lalu. Beliau menjelaskan
hal yang sama, meneliti dan melihat dari segi ilmu musik Barat. Tapi kembali lagi sebenarnya
musik barat itu sendiri apakah merupakan musik etnis? Musik barat yang selama ini kita
ketahui dengan sistem not balok dan simbol-simbol yang sudah dipakai mendunia dan
universal pun merupakan hasil dari suatu kebudayaan dan kini menjadi acuan etnomusikologi
sendiri karena etnomusikologi pun lahir dari sana.

Beberapa bentuk kekayaan Indonesia telah menjadi bagian dari Daftar Representatif
Budaya Takbenda Warisan Manusia, yaitu Wayang, Batik, Angklung, Keris, Tari Saman dan
Noken. Ada pun pertimbangan memasukkan Gamelan atau Karawitan Jawa ke dalam daftar
itu. Gamelan nantinya akan menjadi warisan budaya manusia. Melihat dari seberapa
terkenalnya gamelan yang sudah menyebar ke seluruh dunia dan dimainkan oleh banyak orang
bukan Jawa merupakan hal yang luar biasa. Tapi apakah ini akan menjaga keasliannya? Walau
sudah dimainkan oleh orang ‘bukan’ Jawa, masyarakat Jawa punya peran besar untuk tetap
melestarikan. Hal ini berhubungan dengan identitas Jawa tadi. Dimainkan dengan kaidah yang
sama pun ada keterbatasan yang tidak dapat dicapai oleh pelestari ‘bukan’ Jawa, karena cipta
rasa karsa yang menjadikannya Jawa tetap dipegang orang Jawa, ini berhubungan dengan suatu
nilai dan identitas yang dibawa sejak kecil dan terus sampai seumur hidup. Ketika habis orang
Jawa yang ingin melestarikan dan memainkan karawitan Jawa, gamelan Jawa belum tentu
bertahan lama. Bisa jadi nantinya hanya tinggal alat saja yang tertinggal, dalam keadaan dan
kemungkinan terburuknya. Jika hendaknya di kemudian hari Karawitan Jawa menjadi warisan
dunia, masyarakat pencipta, pelestari, dan penikmatnya pun tidak boleh lepas tangan. Jangan
hilang identitasnya.

Anda mungkin juga menyukai