Anda di halaman 1dari 38

PEMERINTAH

KABUPATEN PESISIR BARA


T

2.1. Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik


Kabupaten Pesisir Barat dengan ibukota Krui adalah salah satu dari Lima belas kabupaten/kota di
wilayah Provinsi Lampung. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 2012
(Lembaran Negara Nomor 231, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5364) tentang Pembentukan
Daerah Otonomi Baru (DOB) Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung tertanggal 16 November
2012 dan diundangkan pada tanggal 17 November 2012.

Kabupaten Pesisir Barat juga memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi pusat kawasan
ekonomi kreatif berbasis alam di Provinsi Lampung, dengan lini sektor di bidang pertanian,
perkebunan, kehutanan, kelautan dan pariwisata. Letak Kabupaten Pesisir Barat yang cukup strategis,
berbatasan langsung dengan 2 (dua) Provinsi dan 2 (dua) Kabupaten serta berhadapan langsung
dengan Samudera Hindia, adapun batas Kabupaten Pesisir Barat sebagai berikut yaitu :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Ujung Rembun, Desa Pancur Mas, Desa Sukabanjar
Kecamatan Lumbok Seminung, Desa Kubu Prahu Kecamatan BalikBukit, Desa Kutabesi,
Desa Sukabumi Kecamatan Batu Brak, Desa Sukamarga, Desa Ringinsari, Desa Sumber
Agung, Desa Tuguratu, Desa Banding Agung Kecamatan Suoh, Desa Hantatai, Desa
Tembelang, Desa Gunung Ratu Kecamatan Bandar Negeri Suoh Kabupaten Lampung Barat,
Desa Gunung Doh Kecamatan Bandar Negeri Semuong, Desa Ngarit, Desa Rejosari, Desa
Petekayu, Desa Sirnagalih Kecamatan Ulu Belu, Desa Datar Lebuay Kecamatan Naningan
Kabupaten Pesisir Barat, Desa Way Beluah, dan Desa Melaya Kecamatan Banding Agung
Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Provinsi Sumatera Selatan;
b. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Tampang Tua Kecamatan Pematang Sawa, Desa
Sedayu, Desa Sidomulyo Kecamatan Semaka Kabupaten Pesisir Barat;
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia; dan
d. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tebing Rambutan Kecamatan Nasal Kabupaten Kaur
Provinsi Bengkulu.

Wilayah Kabupaten Pesisir Barat memiliki luas ± 2.907,23 Km2 atau 8,39% dari Luas Wilayah
Provinsi Lampung, dengan mata pencaharian pokok sebagian besar penduduknya sebagai petani dan
nelayan.

BUKU PUTIH SANITASI (BPS


)TAHUN 201 1
4
Secara geografis letak Kabupaten Pesisir Barat pada koordinat : 4º, 40', 0" - 6º, 0', 0" Lintang Selatan
dan 103º, 30', 0" - 104º , 50', 0" Bujur Timur.

Secara Topografi Kabupaten Pesisir Barat dibagi menjadi 3 (tiga) unit topografi yakni:

a. Daerah dataran rendah (ketinggian 0 sampai 600 meter dari permukaan laut)
b. Daerah berbukit (ketinggian 600 sampai 1.000 meter dari permukaan laut)
c. Daerah pegunungan (Daerah ketinggian 1.000 sampai dengan 2.000 meter dari permukaan
laut)

Keadaan wilayah sepanjang Pantai Pesisir Barat umumnya datar sampai berombak dengan
kemiringan berkisar 3% sampai 5%. Di bagian Barat Laut Kabupaten Pesisir Barat terdapat gunung-
gunung dan bukit, yaitu Gunung Pugung (1.964 m), Gunung Sebayan (1.744 m), Gunung Telalawan
(1.753 m) dan Gunung Tampak Tunggak (1.744 m).

Wilayah Pesisir Barat di bagian barat mempunyai sungai-sungai yang mengalir pendek dengan pola
aliran dendritik yang menyebabkan daerah ini ditandai dengan jarangnya banjir sebab pada saat
musim hujan datang bersamaan air tidak terkonsentrasi dan timing lagnya menjadi lambat. Delta
marine ditandai dengan agregat kasar hasil endapan aluvial vulkanik, hal ini menyebabkan bila air
besar muara sungai sering berpindah (meander). Sungai - sungai yang berukuran pendek dan
mengalir di lereng terjal seperti ini sukar dikembangkan untuk irigasi, kecuali yang sudah mengalir di
daerah delta pantai, umumnya mudah dikembangkan walaupun masih terkena pengaruh pasang surut
laut. Pada bagian timur wilayah Pesisir Barat merupakan daerah tangkapan air (catchment area)
sungai-sungai besar yang mengalir ke arah timur antara lain : Way Biha, Way Belambang dan
sebagainya.

Untuk mengetahui Daerah Aliran Sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten Pesisir Barat dapat
dilihat pada table 2.1 dan peta 2.1 dibawah ini.

Tabel 2.1 : Daerah Aliran Sungai di Wilayah Kabupaten Pesisir Barat


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Sumber : Dinas PU Pengairan Prop. Lampung Tahun 2014
PEMERINTAH
KABUPATEN PESISIR BARA
T

Peta 2.1 : Peta Daerah Aliran Sungai di Wilayah Kabupaten Pesisir Barat (ukuran A3)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS


)TAHUN 201 3
4
PEMERINTAH
KABUPATEN PESISIR BARA
T

Menurut Oldeman, Irsal L Darwis (1979), akibat pengaruh dari rantai pegunungan Bukit Barisan, maka
Pesisir Barat memiliki 2 (dua) zone iklim yaitu:

1. Zone A (Jumlah bulan basah > 9 Bulan) terdapat di bagian barat Taman Bukit Barisan Selatan
Termasuk Krui dan Bintuhan.
2. Zone BL (Jumlah bulan basah 7 - 9 bulan) terdapat di bagian timur Taman Nasional Bukit
Barisan Selatan.

Berdasarkan curah hujan dari Lembaga Meteorologi dan Geofisika, curah hujan Pesisir Barat berkisar
antara 2.500 - 3.000 milimeter setahun.

Pesisir Barat merupakan hasil pemekaran Kabupaten Lampung Barat, yang disahkan pada tanggal 25
Okober 2012. Wilayah Kabupaten Pesisir Barat secara administratif terdiri dari 11 kecamatan dengan
116 desa (di Pesisir Barat disebut Pekon) dan 2 Kelurahan, dengan jumlah penduduk sebesar ±
136.370 jiwa. Dilihat dari luas wilayah kecamatan Bengkunat Belimbing merupakan kecamatan
terluas di kabupaten Pesisir Barat dengan luas wilayah 97.122 ha atau 32,69 %dari luas total
Kabupaten Pesisir Barat. Sedangkan untuk luas wilayah kecamatan terkecil adalah kecamatan Krui
Selatan dengan luas wilayah 3.625 Ha atau 1,26% dari luas total wilayah Kabupaten Pesisir Barat.

Untuk mengetahui kecamatan‐kecamatan dan jumlah kelurahan/pekon yang ada di Kabupaten Pesisir
Barat dapat di lihat pada tabel 2.2 berikut ini:

Tabel 2.2 : Nama, luas wilayah dan jumlah pekon per-Kecamatan di Kabupaten Pesisir Barat

No Nama Kecamatan

1 Bengkunat Belimbing
2 Bengkunat
3 Ngambur
4 Pesisir Selatan
5 Krui Selatan
6 Pesisir Tengah
7 Way Krui
8 Karya Penggawa
9 Pesisir Utara
10 Lemong
11 Pulau Pisang
LUAS KAB. PESISIR BARAT
Sumber : Pesisir Barat Dalam Angka tahun 2013
* data tidak tersedia

BUKU PUTIH SANITASI (BPS


)TAHUN 201 4
4
Peta 2.2 : Peta Administrasi Kabupaten/Kota (cantumkan orientasi terhadap Provinsi – ukuran A3)

Wilayah Kajian
Buku Putih

Sumber : Pesisir Barat Dalam Angka tahun2013 (Peta Ukuran A3 Terlampir)


2.2. Demografi

Jumlah penduduk Kabupaten Pesisir Barat terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sebagai
dasar perencanaan pembangunan sanitasi di Kabupaten Pesisir Barat, perlu dibuat angka proyeksi
pertumbuhan penduduk untuk 5 tahun kedepan, dengan menggunakan rumus perhitungan sebagai
berikut :

Pt = P0(1+r)t

Dimana ; Pt = Jumlah penduduk tahun ke t


P0 = Jumlah penduduk awal
r = rata-rata pertumbuhan penduduk
t = waktu (5)

Kabupaten Pesisir Barat merupakan Daerah Otonomi Baru (DOB) yang terbentuk pada tahun 2012
hasil pemekaran dari Kabupaten Lampung Barat. Wilayah kecamatan yang memiliki jumlah penduduk
terbanyak adalah kecamatan Bengkunat Blimbing sebesar 24.041 jiwa dengan kepadatan penduduk
25 jiwa/km2 dan wilayah yang memiliki jumlah penduduk terkecil adalah kecamatan Pulau Pisang
sebesar 1.415 jiwa dengan kepadatan penduduk 32 jiwa/km2. Untuk perhitungan pertumbuhan
penduduk didasarkan pada data hasil BPS Kabupaten Lampung Barat tahun 2009 sampai dengan
2012 sehingga nilai rata-rata pertumbuhan penduduk setiap tahunnya sebesar 2,29%. Jumlah
penduduk dan kepadatan penduduk serta hasil proyeksi jumlah penduduk untuk 5 tahun kedepan
dapat dilihat pada tabel 2.3 dan tabel 2.4.

Besarnya jumlah penduduk dalam suatu wilayah terutama untuk wilayah yang mempunyai kepadatan
tinggi ditambah dengan persebaran penduduknya yang tidak merata akan menimbulkan
permasalahan yang cukup kompleks, karena pada dasarnya semua kegiatan baik kegiatan
perekonomian, kebudayaan, sosial dan lain sebagainya akan melibatkan penduduk.

Prilaku penduduk dalam kegiatan sehari-hari diberbagai lapisan sosial turut memberikan tekanan
terhadap lingkungan yang akan memunculkan efek negatif maupun positif. Dengan demikian perlu
adanya pengendalian baik terhadap jumlah, komposisi dan persebarannya, hal ini sebagai upaya
untuk mendukung kelancaran proses pembangunan di daerah.
PEMERINTAH
KABUPATEN PESISIR BARA
T

Tabel 2.3 : Jumlah dan kepadatan penduduk 3-5 tahun terakhir


Jumlah Penduduk
Nama Kecamatan Tahun
2009 2010 2011
Bengkunat Belimbing 23,635 23,528 23,783
Bengkunat 7,446 7,443 7,524
Ngambur 17,768 17,580 17,770
Pesisir Selatan 21,420 21,346 21,578
Krui Selatan 7,632 - 8,417
Pesisir Tengah 13,573 13,647 18,001
Way Krui 13,133 - 8,222
Karya Penggawa 13,874 13,986 14,138
Pesisir Utara 9,324 9,332 9,434
Lemong 14,159 14,089 14,242
Pulau Pisang - -
Sumber : BPS, Kabupaten Lampung Barat dalam Angka 2009 s/d 2012; diolah

Tabel 2.4 : Jumlah penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun
Jumlah Penduduk
Nama Kecamatan Tahun
2014 2015 2016
Bengkunat Belimbing 24,089 24,192 24,296
Bengkunat 9,730 10,013 10,305
Ngambur 22,589 22,989 23,397
Pesisir Selatan 24,958 25,460 25,972
Krui Selatan 10,639 10,842 11,049
Pesisir Tengah 18,129 19,630 21,254
Way Krui 9,470 9,650 9,833
Karya Penggawa 15,909 16,246 16,591
Pesisir Utara 9,727 9,788 9,849
Lemong 16,395 16,706 17,022
Pulau Pisang 1,858 1,883 1,908

BUKU PUTIH SANITASI (BPS


)TAHUN 201 7
4
2.3. Keuangan dan Perekonomian Daerah

Untuk mengetahui profil pendanaan dan pembiayaan APBD bidang sanitasi, Pokja Sanitasi
Kabupaten Pesisir Barat telah melakukan study keuangan dan perekonomian. Study ini diperlukan
untuk mengetahui profil keuangan dan perekonomian di Kabupaten Pesisir Barat dalam mendukung
pembangunan khususnya di sector sanitasi serta pola penyerapannya untuk kemudian digunakan
mendukung pembiayaan / pendanaan sanitasi Kabupaten Pesisir Barat di masa depan. Pemetaan
keuangan diperlukan untuk mengukur ketepatan alokasi pendanaan / pembiayaan sanitasi dan
kesinambungan pelayanan sanitasi di masa depan.

Dari hasil studi keuagan yang dilakukan dapat dilihat bahwa sebagai Daerah Otonomi Baru (DOB)
yang terbentuk tahun 2012 secara umum kondisi keuangan dan perekonomian daerah utamanya
pendapatan daerah Kabupaten Pesisir Barat di tahun 2013 masih bersumber dari dana hibah sebesar
Rp. 10.000.000.000,- dan bersumber dari pajak serta retribusi daerah sebesar Rp. 978.411.775,-.
Belanja daerah yang terdiri dari belanja langsung dan belanja tidak langsung sebesar Rp.
10.978.411.775,-

Khusus perhitungan rata-rata pertumbuhan APBD menggunakan perhitungan APBD Kabupaten


Lampung Barat yang bersumber dari Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kabupaten
Lampung Barat dari tahun 2010-2012.

Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah (APBD) Kabupaten Pesisir Barat 5 tahun terakhir dapat
dilihat pada table di bawah ini.

Tabel 2.5: Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2010 – 2014
No Realisasi Anggaran
A Pendapatan (a.1 + a.2 + a.3)
a.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD)
a.1.1 Pajak daerah
a.1.2 Retribusi daerah
Hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan
a.1.3
a.1.4 Lain-lain pendapatan daerah yang sah
a.2 Dana Perimbangan (Transfer)
a.2.1 Dana bagi hasil
a.2.2 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak / SDA
a.2.3 Dana alokasi umum
a.2.4 Dana alokasi khusus
a.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah
a.3.1 Hibah
a.3.2 Dana darurat
Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kab./kota
a.3.3
Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus
a.3.4

BUKU PUTIH SANITASI (BPS


)TAHUN 201 8
4
No Realisasi Anggaran
Bantuan keuangan dari provinsi/pemerintah daerah lainnya
a.3.5

B Belanja (b1 + b.2)


b.1 Belanja Tidak Langsung
b.1.1 Belanja pegawai
b.1.2 Bunga
b.1.3 Subsidi
b.1.4 Hibah
b.1.5 Bantuan sosial
b.1.6 Belanja bagi hasil
b.1.7 Bantuan keuangan
b.1.8 Belanja tidak terduga
b.2 Belanja Langsung
b.2.1 Belanja pegawai
b.2.2 Belanja barang dan jasa
b.2.3 Belanja modal
C Pembiayaan (c1 - c2)
c.1 Pembiayaan Daerah
c.1.1 Penerimaan Pembiayaan Daerah
c.1.2 Pinjaman Daerah
c.2 Pengeluaran Pembiayaan Daerah
c.2.1 Penyertaan Modal (Investasi) PEMDA
c.2.2 Pembayaran Pokok Utang
c.2.3 Pemberian Pinjaman Daerah
Surplus/Defisit Anggaran
Sumber : APBD Kabupaten Pesisir Barat tahun 2013
*Sumber : Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kabupaten Lampung Barat Tahun Anggaran 2010-2012
** Rencana APBD Kabupaten Pesisir Barat 2014

Sementara itu dari sisi pendanaan melalui sub sector sanitasi di Kabupaten Pesisir Barat dalam 5
tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 2.6 dan tabel 2.7 berikut ini :

Tabel 2.6 : Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2010 - 2014

No

1 Dinas Pekerjaan Umum


1.a Investasi – Air limbah dan Drainase
1.b operasional/pemeliharaan (OM)
2 KLH
2.a Investasi – Persampahan
2.b operasional/pemeliharaan (OM)
3 Dinkes
3.a Investasi - PHBS
3.b operasional/pemeliharaan (OM)
4 Bappeda
4.a Investasi - Drainase
4.b operasional/pemeliharaan (OM)
8 Belanja Sanitasi (1+2+3+…n)
Pendanaan investasi sanitasi
9
Total (1a+2a+3a+…na)
10 Pendanaan OM (1b+2b+3b+…nb)
11 Belanja Langsung
Proporsi Belanja Sanitasi –
12 Belanja Langsung(8/11)
Proporsi Investasi Sanitasi –
13
Total Belanja Sanitasi (9/8)
Proporsi OM Sanitasi – Total
14
Belanja Sanitasi (10/8)
Sumber : APBD Kabupaten Pesisir Barat tahun 2013, diolah
*) Sumber : APBD Kabupaten Lampung Barat tahun 2010-2012, diolah
**) Rencana APBD Kabupaten Pesisir Barat 2014

Tabel 2.7 : Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2010-2014

No Uraian

Belanja Sanitasi
1
(1.1+1.2+1.3+1.4)
1.1 Air Limbah
1.2 Persampahan
1.3 Drainase
1.4 PHBS
Dana Alokasi Khusus
2
(2.1+2.2+2.3)
2.1 DAK Sanitasi
2.2 DAK Lingkungan Hidup
DAK Perumahan dan
2.3
Permukiman
Pinjaman/Hibah untuk
3
Sanitasi
Bantuan Keuangan
4 Propinsi untuk Sanitasi
Belanja APBD Murni untuk
Sanitasi (1+2+3)
Total Belanja Langsung
% APBD murni terhadap Belanja
Langsung
Sumber : APBD Kabupaten Pesisir Barat tahun 2013, diolah
*) Sumber : APBD Kabupaten Lampung Barat tahun 2010-2012, diolah
**) Rencana APBD Kabupaten Pesisir Barat 2014

Dari table di atas dapat dilihat bahwa total belanja APBD untuk sanitasi di Kabupaten Pesisir Barat
tahun 2013 sebesar Rp. 57.000.000,- sedangkan total belanja langsung sebesar Rp.10.088.390.900,-,
sehingga prosentase APBD murni terhadap Belanja Langsung sebesar 0.57%.

Khusus untuk perhitungan rata-rata pertumbuhan belanja APBD untuk sanitasi terhadap belanja
langsung menggunakan perhitungan pendanaan sanitasi Kabupaten Lampung Barat yang bersumber
dari APBD Kabupaten Lampung Barat tahun 2010-2012 sebesar 0,50%.

Tabel 2.8 : Belanja APBD Perkapita Kabupaten Pesisir Barat tahun 2010-2014
No Deskripsi

Total Belanja Sanitasi


1
Kabupaten
2 Jumlah Penduduk
Belanja Sanitasi
Perkapita (1/2)
Sumber : APBD Kabupaten Pesisir Barat tahun 2013, diolah
*) Sumber : APBD Kabupaten Lampung Barat tahun 2010-2012, diolah
**) Rencana APBD Kabupaten Pesisir Barat 2014

Tabel 2.9 : Realisasi dan Potensi retribusi Sanitasi per Kapita*

No

1 Retribusi Air Limbah


1.a Realisasi retribusi
1.b Potensi retribusi
2 Retribusi Sampah
2.a Realisasi retribusi
2.a Potensi retribusi
3 Retribusi Drainase
3.a Realisasi retribusi
3.b Potensi retribusi
Total Realisasi Retribusi Sanitasi
4
(1a+2a+3a)
Total Potensi Retribusi Sanitasi
5 (1b+2b+3b)
Proporsi Total Realisasi – Potensi
6
Retribusi Sanitasi (4/5)
*) Data tidak tersedia

Untuk pendapatan retribusi dari sector sanitasi di Kabupaten Pesisir Barat saat ini belum ada.
Sehingga untuk perhitungan realisasi dan potensi retribusi Kabupaten Pesisir Barat tidak dapat dilihat
hasil nilai pertumbuhannya.

Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan dibidang ekonomi, dapat dilihat dari pertumbuhan
angka produk domestik regional bruto (PDRB). Saat ini pertumbuhan angka Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Pesisir Barat belum tersedia.

Tabel 2.10 : Tabel Peta Perekonomin Kabupaten Pesisir Barat tahun 2010-2014*
No

PDRB harga Konstan (struktur perekonomian) (Rp.)


1

2 Pendapatan Perkapita Kabupaten (Rp.)


3 Pertumbuhan Ekonomi (%)
*) Data tidak tersedia

2.4. Tata Ruang Wilayah

Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat
permukiman dan system jaringan prasarana dn sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan
sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional. Sedangkan pola ruang
adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan untuk fungsi lindung
dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.

Sehubungan dengan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pesisir Barat, maka dokumen
RTRW dapat menjadi bahan acun untuk mnetahui kondisi fisik wilayah secara spasial dan rencana
struktur dan pola ruang wilayah. Sebagai Daerah Otonomi Baru (DOB), untuk kebijakan penataan
ruang kabupaten Pesisir Barat masih mengacu pada kebijakan penataan ruang Kabupaten Lampung
Barat.

A. Rencana Struktur
Ruang

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan kerangka tata ruang wilayah kabupaten
yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarki satu sama lain dihubungkan
oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten terutama jaringan transportasi. Persoalan
mendasar yang dihadapi oleh Lampung Barat adalah semakin sempitnya luas kawasan budidaya
yang diringi dengan menurunnya rasio ketersediaan lahan pertanian untuk tiap-tiap keluarga.
Hal ini akan menimbulkan perosalan besar dikemudian hari terutama penurunan kesejahteraan
masyarakat dan penurunan kualitas lingkungan. Pada sisi lain juga terdapat persoalan
rendahnya kapasitas listrik yang tersedia dan kinerja jaringan irigasi yang belum memadai.

Berdasarkan hal tersebut, maka rencana struktur ruang Kabupaten Lampung Barat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Rencana Sistem
Perkotaan
Secara garis besar rencana sistem perkotaan wilayah Kabupaten Lampung Barat dirumuskan
berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu :

a. Tujuan dasar penataan ruang adalah agar tercipta sistem ruang yang aman, nyaman,
produktif dan berkelanjutan. Bila dijabarkan lebih lanjut pengertian produktif dan
bekerlanjutan dalam konteks struktur ruang dimaknai sebagai suatu sistem dan hubungan
fungsional antar pusat perkotaan yang efektif, efisien, mendorong peningkatan potensi
masing-masing pusat (kawasan) secara berkelanjutan dengan tetap menjaga
keseimbangan alam.

b. Kondisi objektif hirarki pusat-pusat permukiman eksisting dan RUTR Kabupaten Lampung
Barat tahun 2004, kebijakan penataan ruang nasional dan provinsi yang menempatkan
Kota Liwa sebagai PKW, dan Fajar Bulan sebagai PKL.

c. Salah satu peranan rencana penataan ruang adalah untuk menciptakan keseimbangan
pembangunan antar wilayah (kecamatan) dan sekaligus mengantisipasi pertumbuhan
pembangunan yang terkonsentrasi pada pusat kota (ibukota kabupaten) atau pada
kawasan tertentu saja. Hal ini juga berkenaan dengan penciptaan sistem pusat-pusat kota
yang berjenjang sehingga terbangun suatu sistem perkotaan yang efektif dan efisien. Oleh
karena itu, terdapat pusat-pusat permukiman yang perlu didorong pertumbuhannya dan
ada pula yang hanya cukup dikendalikan sesuai potensinya, bahkan mungkin dibatasi.
Untuk sistem pusat perkotaan Lampung Barat, pusat-pusat perkotaan yang perlu didorong
atapun dikendalikan pertumbuhannya adalah :

 Mutaralam; adalah ibukota kecamatan Way Tenong dimana Fajar Bulan merupakan
menjadi salah satu pekon (desa) dalam wilayah tersebut. Namun kawasan perkotaan
wiliayah kecamatan ini adalah Fajar Bulan dan Mutaralam merupakan pekon yang
menjadi IKK dimana kantor camat bertempat. Secara keruangan Mutaralam sudah
menjadi satu kesatuan kawasan perkotaan dengan Fajar Bulan. Oleh karena itu dalam
rencana pusat-pusat permukiman Mutaralam tidak perlu dimunculkan sebagai pusat
pelayanan tersendiri.

 Kenali; dalam sistem pusat-pusat perkotaan eksisting IKK ini berada pada hirarki yang
rendah, namun mengingat letaknya yang sentris dan strategis, maka untuk
menciptakan tingkat pelayanan yang optimal maka Kenali diarahkan sebagai Pusat
Pelayanan Kawasan yang akan melayani PPL Pekon Balak dan Pampangan.

 Buay Nyerupa; adalah salah satu pusat permukiman yang bertumbuh cukup baik
dengan kelengkapan fasilitas sosial yang memadai sehingga kedepan diperkirakan
akan dapat bertumbuh secara mandiri dibanding IKK lainnya. Hal ini terjadi karena
jalur Liwa-Buay Nyerupa-Simpang Sender (OKU Selatan) merupakan jalur yang
volume lalu lintasnya relatif tinggi. Oleh karena itu perkembangannya hanya perlu
diarahkan untuk melayani pekon-pekon dibawah wilayah administrasinya atau dengan
kedudukan sebagai PPL saja.

 Sumber Agung dan Sri Mulyo; pada dasarnya adalah kawasan pertanian pangan yang
subur dengan areal sawah terluas di Kabupaten Lampung Barat. Di kecamatan ini
terdapat potensi panas bumi (geothermal, potensi 430 MW) yang akan dimanfaatkan
sebagai sumber listrik regional (PLTP) yang sedang disiapkan rencana
pembangunannya. Namun pada sisi lain kecamatan ini berada pada suatu cekungan
besar (berbentuk kuali) dengan luas terbatas serta jumlah penduduk yang tinggi
dibanding kecamatan lain. Bila kegiatan pembangunan dan pemanfaatan panas bumi
sudah berjalan serta terbangunnya jalan ke arah Liwa melewati Pekon Balak,
diperkirakan Suoh akan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat. Untuk itu
pertumbuhan kawasan ini perlu dikendalikan dengan tetap mengoptimalkan daya
layannya secara regional (lintas kabupaten)

d. Untuk mendukung kebijakan dan komitmen Pemerintah Kabupaten Lampung Barat sebagai
kabupaten konservasi, maka kawasan enclave Suoh, Kecamatan Pagar Dewa, Kecamatan
Sumberjaya, Kecamatan Kebun Tebu, Kecamatan Gedung Surian dan Air Hitam
perkembangannnya dikendalikan sedemikian rupa sehingga mampu mendukung fungsi
dan kelestarian TNBSS, dan Hutan Lindung

e. Pembangunan jaringan jalan juga dibatasi sedemikian rupa tanpa mengurangi aksesibilitas
antar pusat-pusat permukiman demi menjaga kualitas dan kelestarian TNBBS, hutan
lindung dan cagar alam laut.

f. Untuk mendukung kegiatan pariwisata, mitigasi bencana, mobilisasi hasil produksi laut,
pertanian, perkebunan dan kehutanan serta komoditas unggulan lainnya perlu dilakukan
percepatan pembangunan prasarana transportasi udara dan laut.

Berdasarkan pertimbangan di atas, struktur rencana sistem perkotaan di wilayah Kabupaten


Lampung Barat sesuai RTRW dibagi menjadi 1 PKW, 2 PKL, 4 PPK dan 18 PPL dengan fungsi
utama adalah sebagaimana yang terlihat di bawah ini.

Tabel Rencana Sistem Perkotaan Kabupaten Lampung Barat Tahun 2030


No Ibukota Kecamatan/Kabupaten
1 Kota Liwa
No Ibukota Kecamatan/Kabupaten

2 Krui

3 Fajar Bulan*
4 Sumber Agung

5 Kenali

6 Kuripan

7 Kota Jawa

8 Tugusari

9 Pampangan

10 Gedung Surian

11 Buay Nyerupa

12 Pardasuka
No Ibukota Kecamatan/Kabupaten
13 Negeri Ratu Ngambur

14 Biha

15 Kebuayan

16 Pekon Balak

17 Lemong

18 Pura Jaya

19 Semarang Jaya

20 Basungan

21 Bakhu

22 Sri Mulyo

23 Lumbok

24 Gunung Kemala
No Ibukota Kecamatan/Kabupaten
25 Way Napal

Sumber : Analisis Tim RTRW Kabupaten Lampung Barat, 2009


Keterangan : * Bukan ibukota kecamatan

2. Rencana Pengembangan Sistem Sumber Daya Air

Secara umum air dimanfaatkan untuk sumber energi (PLTA, PLTMH), irigasi, industri dan
rumah tangga. Sampai saat ini pemanfaatan air di Lampung Barat adalah:

a) Irigasi; daerah Irigasi Teknis seluas 4.032 Ha dan Irigasi Desa seluas 14.561,93 Ha
yang tersebar di kawasan pesisir dan perbukitan (Sekincau, Belalau, Sukau, Sumber
Jaya, Way Tenong, Gedung Surian, Suoh dan kawasan pesisir)

b) PLTA Way Besai yang sumber airnya berada di wilayah Lampung Barat dan PLTMH
yang tersebar di Kawasan Sekincau, Belalau, Sumber Jaya dan Suoh, baik yang
dibangun secara swadaya maupun dibantu oleh pemerinah.

c) PDAM; terdapat 16 instalasi PAM yang terdapat di kawasan Liwa, Padang Cahya,
Padang Dalom, Krui, Way Petai, Tebu, Giham, Sekincau, Fajar Bulan, Kenali,
Sukabumi, Suoh, Sukau 1, Sukau 2, Karya Penggawa dan Pugung Tampak dengan
total produksi 1,2 juta kubik pada tahun 2009.

Rencana pengembangan sumber daya air ke depan untuk Lampung Barat adalah sebagai
berikut :

1) Rencana pengembangan prasarana sumber daya air meliputi konservasi sumber daya
air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.

2) Pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai, danau serta sumber air lainnya,
antara lain embung/bendungan, waduk, dan bangunan penampung air lainnya untuk
penyediaan air baku di seluruh kecamatan terutama di Suoh

3) Peningkatan dan pemeliharaan sumberdaya air yang berskala regional guna menjaga
kelestarian lingkungan dilakukan pada seluruh sungai yang berhulu di TNBBS, seperti
Way Besai, Way Umpu, Way Semangka, Way Sekampung, Way Seputih, Way Tulang
Bawang dan Way Mesuji
4) Peningkatan pengairan irigasi teknis yaitu di Sumber Jaya, Way Tenong, Sukau, Balik
Bukit,

5) Pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi yang tersebar di seluruh kecamatan di


Lampung Barat.

6) Pembangunan prasarana pengendalian banjir di Suoh, Sukau

7) Pengembangan dan rehabilitasi area rawa dilakukan di kecamatan Suoh dan Bandar
Negeri Suoh untuk kepentingan pertanian tanaman pangan

8) Pemanfaatan sumber daya air baku untuk keperluan air minum (PAM) terutama untuk
kawasan perkotaan seperti Liwa, Fajar Bulan, Kenali, dan Sumber Agung

3. Rencana Sistem Pengelolaan Sampah

Rencana pengelolaan sampah untuk wilayah Kabupaten Lampung Barat dibedakan


menjadi 2 kawasan penanganan, yaitu kawasan Perkotaan Liwa dan kawasan
pertanian/perkebunan Way Tenong dan sekitarnya. Namun untuk TPST direkomendasikan
3 unit, yaitu untuk kawasan Way Tenong (di Sumber Jaya), Balik Bukit, dan Suoh. Hal ini
terkait dengan efisiensi transportasi dan karakteristik kawasan cukup berbeda.

Secara garis besar pengelolaan sampah dapat di rinci seperti ini :

a) Pemilahan : dari sumber/asal sampah telah dilakukan pemisahan antara sampah


organik dengan sampah anorganik sebelum dibuang ke tempat pembuangan sampah
sementara (TPS);

b) Pengolahan : dilakukan pengomposan untuk sampah organik dan dilakukan prinsip 3R


(reduce, reuse dan recycle) untuk penanganan sampah anorganik.

c) Pengumpulan : sampah dari produsen (rumah tangga) diangkut ke tempat


pengumpulan sementara (TPS) dengan menggunakan gerobak dorong/ tarik, truk,
motor gerobak;

d) Pengangkutan : dari TPS diangkat dengan truk menuju Tempat Pengolahan Sampah
Terpadu (TPST)

e) Pembuangan akhir : sampah dari TPS dikumpulkan dan di bawa ke TPST, di mana
nantinya sampah-sampah organik akan di olah menjadi kompos, briket dan gas metan
(bahan bakar) serta bahan bangunan. Secara teknis pengolahan sampah dilakukan
dengan pendekatan sanitary landfill.
B. Rencana Pola Ruang
1. Kawasan Perlindungan Setempat

Diseluruh wilayah Provinsi Lampung, Kabupaten Lampung Barat merupakan wilayah


dengan daerah aliran sungai (DAS) terbanyak. Terdapat 60 sungai besar yang sebagian
besar bermuara ke Samudera Hindia dan lainnya ke Laut Cina dan melintasi sebagian
besar wilayah Provinsi Lampung. Artinya sebagian besar kebutuhan air baku Provinsi
Lampung sangat tergantung dari keberadaan kawasan lindung di wilayah Lampung Barat.
Pada sisi lain keseimbangan neraca air dan kualitas iklim regional, khususnya di wilayah
Provinsi Lampung sangat tergantung dari keberadaan TNBBS dan hutan lindung di
Lampung Barat.

Hal penting lain terkait dengan kawasan lindung ini, adalah keberlanjutan dari luas dan
produktivitas pertanian sawah, rencana pembangunan PLTP Suoh-Sekincau, keberlanjutan
dari pemanfaatan aliran sungai (debit) untuk PLTMH serta pengendalian banjir. Diantara
upaya yang dapat dilakukan untuk memulihkan kawasan lindung setempat adalah dengan
menetapkan garis sempadan sungai (GSS), garis sempadan danau (Danau Ranau),
catchment area (kawasan sekitar mata air dan hulu sungai) dan garis sempada pantai.

2. Kawasan Rawan Bencana

Kawasan Rawan Bencana Longsor; Tanah longsor adalah perpindahan material


pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material yang bergerak ke
bawah atau keluar lereng. Tanah longsor adalah suatu jenis gerakan tanah, umumnya
gerakan tanah yang terjadi adalah longsor bahan rombakan (debris avalanches) dan
nendatan (slumps/rotational slides). Gaya-gaya gravitasi dan rembesan (seepage)
merupakan penyebab utama ketidakstabilan (instability) pada lereng alami maupun lereng
yang di bentuk dengan cara penggalian atau penimbunan. Dari seluruh kecamatan yang
ada hanya Gedung Surian saja yang relatif tidak terdapat kawasan rawan longsor. Artinya
lebih dari 62,48 % dari luas kawasan Kabupaten Lampung Barat merupakan kawasan
rawan longsor.

Kawasan Rawan Banjir ; Secara alamiah, pada umumnya banjir disebabkan oleh curah
hujan yang tinggi dan di atas normal, sehingga sistim pengaliran air yang terdiri dari sungai
dan anak sungai alamiah serta sistem saluran drainase dan kanal penampung banjir buatan
tidak mampu menampung akumulasi air hujan sehingga meluap. Kemampuan/daya
tampung sistem pengaliran air berkurang akibat sedimentasi, maupun penyempitan sungai
akibat fenomena alam dan manusia. Penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan
(catchment area) juga menyebabkan peningkatan debit banjir karena debit/pasokan air
yang masuk ke dalam sistem pengaliran air menjadi tinggi sehingga melampaui kapasitas
pengaliran dan menjadi pemicu terjadinya erosi pada lahan curam yang menyebabkan
terjadinya sedimentasi di sistem pengaliran air dan wadah air lainnya. Disamping itu
berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi atas meningkatnya debit banjir.

Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi ; Berdasarkan Peta Seismotektonik Indonesia,


secara regional Wilayah Kabupaten Lampung Barat terletak pada Zona Sumber Gempa
bumi Samudera Indonesia. Lajur penunjaman (Palung Samudera Indonesia) yang terletak
di sebelah barat wilayah Lampung Barat menjadikan wilayah ini rawan bencana gempa
bumi. Pola struktur di wilayah Kabupaten Lampung Barat yang berarah tenggara-baratlaut
dan timur laut-barat daya sangat berpotensi menjadi zona lemah. Untuk itu zona sepanjang
patahan-patahan dalam sistem ini harus diwaspadai sebagai daerah bahaya gempabumi
merusak. Kondisi geologi wilayah Kabupaten Lampung Barat merupakan salahsatu variabel
utama dalam menentukan tingkat kerawanan bencana di wilayah ini

Table Cakupan Kecamatan dan Jumlah Desa Rawan Bencana di Pesisir Barat

No. Nama Kecamatan

4 Bengkunat
5 Bengkunat Belimbing
7 Karya Penggawa
8 Lemong
9 Ngambur
10 Pesisir Selatan
11 Pesisir Tengah
12 Pesisir Utara

Sumber : Kajian & Pemetaan Kawasan Rawan Bencana di Lampung Barat 2007

3. Kawasan Permukiman

Permukiman Perkotaan; mencermati perkembangan kawasan dan kebijakan


penataan ruang nasional dan provinsi, pertumbuhan kawasan perkotaan di Lampung
Barat maka Liwa dan Fajar Bulan akan mempunyai ciri kawasan permukiman perkotaan
pada kawasan perbukitan dan setiap saat menghadapi potensi bahaya gempa dan
longsor. Sementara Krui adalah kawasan permukiman pantai yang juga potensial terkena
bahaya tsunami. Walaupun hasil kajian menginformasikan bahwa bahaya Tsunami
bersiklus 500 tahun sekali, mitigasi gempa dan tsunami tetap menjadi bagian tidak
terpisahkan dalam perencanaan tata ruang wilayah ini. Secara fungsional Kota Liwa
adalah sebagai pusat
pemerintahan, perdagangan dan jasa, pendidikan, kesehatan dan budaya. Krui sebagai
kawasan perkotaan pesisir dengan fungsi utama kegiatan berbasis laut dan Fajar Bulan
akan menjadi pusat kegiatan agropolitan.

Permukiman Perdesaan; Umumnya ciri permukiman perdesaan adalah berupa bangunan


rumah tradisional, umumnya berkondisi semi permanen, KDB rendah, MCK diluar rumah
dan sebagian besar menggunakan sumur (air tanah) sebagai sumber air minum dan belum
mendapat aliran listrik. Ciri permukiman bersifat mengelompok dan tersebar secara
sporadis. Memperhatikan kondisi faktual lapangan pola pembangunan permukiman di
Lampung Barat umumnya membentuk pola pita (ribbon) memanjang mengikuti pola
perkembangan pembangunan jalan. Hal ini mudah dilihat, terutama antara Fajar Bulan
sampai ke Liwa yang merupakan konsentrasi utama permukiman penduduk di Lampung
Barat. Pembangunan permukiman perdesaan di Lampung Barat memang belum padat dan
menimbulkan masalah. Hanya saja perlu dikuatkan keyakinan masyarakat bahwa rumah
panggung yang ada saat ini adalah rumah tahan gempa dan sesuai untuk daerah tropis.
Selanjutnya pola pembangunan permukiman dikembangkan sedemikian rupa sehingga
aman, efektif, efisien dan sehat serta tersedia fasilitas umum/sosial yang menjadi
kebutuhan masyarakat lokal.

Untuk lebih jelas tentang rencana pola ruang dan rencana struktur ruang Kabupaten Lampung Barat
dapat dilihat pada peta 2.3 dan peta 2.4 berikut ini :
PEMERINTAH
KABUPATEN PESISIR BARA
T

Peta 2.3 : Rencana struktur ruang Kabupaten (Ukuran A3 terlampir)

Sumber : RTRW Kabupaten Lampung Barat tahun 2010-2030

BUKU PUTIH SANITASI (BPS


)TAHUN 201 22
4
Peta 2.4 : Rencana pola ruang Kabupaten (Ukuran A3 terlampir)

Sumber : RTRW Kabupaten Lampung Barat tahun 2010-2030


PEMERINTAH
KABUPATEN PESISIR BARA
T

2.5. Sosial dan Budaya

Untuk kondisi pendidikan di kabupaten Pesisir Barat berdasarkan data dari Pesisir Barat Dalam
Angka tahun 2014 jumlah Sekolah Dasar (SD) terdapat 109 buah yang tersebar di seluruh
kecamatan. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) berjumlah 31 buah, Sekolah Manengah Atas
(SMA) berjumlah 13 buah. Sedangkan untuk sekolah keagamaan Madrasah Ibtidaiyah (MI) berjumlah
26 buah dan Madrasah Aliyah (MA) berjumlah 8 buah.

Kondisi Pendidikan dikabupaten Pesisir Barat dapat dilihat pada tabel 2.11 berikut ini :

Tabel 2.11 : Fasilitas pendidikan yang tersedia di Kabupaten Pesisir Barat

Nama Kecamatan

Bengkunat Belimbing
Bengkunat
Ngambur
Pesisir Selatan
Krui Selatan
Pesisir Tengah
Way Krui
Karya Penggawa
Pesisir Utara
Lemong
Pulau Pisang
*) Data masih bergabung dengan Kabupaten Induk
Sumber : Kab. Pesisir Barat Dalam Angka tahun 2013

Kondisi penduduk miskin dilihat dari Jumlah Kepala Keluarga (KK) di kabupaten Pesisir Barat
berdasarkan data dari Dinas Kesehatan tahun 2014 yang terbesar adalah kecamatan Bengkunat
Blimbing dengan jumlah penduduk miskin 1.571 kk, sedangkan yang penduduk miskin yang terkecil
adalah kecamatan Pulau Pisang dengan jumlah penduduk miskin 120 kk.

Untuk lebih jelasnya tentang kondisi penduduk miskin per kecamatan dilihat dari jumlah kepala
keluarga yang terdapat di kabupaten Pesisir Baat dapat dilihat pada tabel 2.12 berikut ini :

BUKU PUTIH SANITASI (BPS


)TAHUN 201 24
4
Tabel 2.12 : Jumlah penduduk miskin per kecamatan

Nama Kecamatan

Bengkunat Belimbing
Bengkunat
Ngambur
Pesisir Selatan
Krui Selatan
Pesisir Tengah
Way Krui
Karya Penggawa
Pesisir Utara
Lemong
Pulau Pisang
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Pesisir Barat tahun 2014

Untuk sebaran bangunan rumah di kabupaten Pesisir Barat berdasarkan data yang diambil dari Profil
Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Barat tahun 2014 kecamatan yang memiliki jumlah rumah paling
banyak adalah kecamatan Pesisir Tengah sebanyak 5.563 rumah dan paling sedikit adalah
kecamatan Pulau Pisang sebanyak 429 buah rumah. Kondisi jumlah rumah per kecamatan di
Kabupaten Pesisir Barat dapat dilihat pada tabel 2.13 berikut ini :

Tabel 2.13 : Jumlah rumah per Kecamatan

Nama Kecamatan

Bengkunat Belimbing
Bengkunat
Ngambur
Pesisir Selatan
Krui Selatan
Pesisir Tengah
Way Krui
Karya Penggawa
Pesisir Utara
Lemong
Pulau Pisang
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Pesisir Barat tahun 2014
2.6. Kelembagan Pemerintahan Daerah

Bagan Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Pesisir Barat

SEKRETARIAT
DPRD
PLT BUPATI DPRD

SEKRETARIAT DAERAH

STAF AHLI Asisten Bidang Asisten Bidang Administrasi


Asisten Bidang
Pemerintahan & Ekonomi , Keuangan Umum
- Pemerintahan Kesejahteraan Rakyat
&Pembangunan
- Bagian Umum
- Pembangunan - Bagian Tata - Bagian Hubungan
Pemerintahan -Bagian Perekonomian Masyarakat dan Protokol
- Bagian Hukum dan
- Ekonomi &
Keuangan Organisasi -Bagian Pembangunan
- Bagian Kesejahteraan
Rakyat

Dinas Daerah Lembaga Teknis Daerah


SAT
- Dinas Pendidikan
- Inspektorat Kabupaten POL
KECAMATAN - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
- Dinas Kesehatan PP
- Badan Pemberdayaan Masyarakat & Pemerintah
Pekon

- Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi - Badan Kepegawaian Daerah


- Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
KELURAHAN - Dinas PU Berencana
- Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan
Pertamanan
- Dinas Perhubungan dan Kominfo
- Badan Penanggulangan Bencana Daerah
- Badan Penyuluh Pertanian, Perkebunan,
- Dinas Pertambangan dan Energi Peternakan dan Kehutanan
- Kantor Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan
- Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Masyarakat
- Kantor Perpustakaan Dokumentasi dan Arsip
- Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Daerah
Pasar - Kantor Rumah Sakit Umum Daerah
- Kantor Ketahanan Pangan
- Dinas Pertanian
Bagan Struktur Organisasi SKPD Yang Mempunyai Tupoksi Pembangunan
Sanitasi Di Kabupaten Pesisir Barat

Plt BUPATI

Badan Badan BAGIAN


DINAS DINAS PU, KANTOR PEMBERDA Lingkungan DINAS HUMAS DAN
BAPPEDA KESEHATA PERTAMBANG LINGKUNGA YAAN Hidup, PENDIDIKA PROTOKOL
N A N DAN N HIDUP MASYA kebersihan N SEKRETARIA
ENERGI RAKAT DAN dan T DAERAH
PEMERINTA Pertamana
H AN PEKON n

Bidang Bidang
Pencegahan Bidang Pengemban Pengendalia Bidang Sub Bagian
- Bidang Penyakit gan desa n
Kebersihan Sarana Humas
Fisik Bidang Cipta
dan dan Pencemara dan
dan Karya
Prasarana Penyehatan Teknologi n Prasarana
Lingkungan Tepat Guna Lingkungan
- Bidang
Sosial
Budaya

Mandat Tupoksi Langsung Mandat Tupoksi Tidak


(Stakeholder Langsung (Stakeholder
Utama) Mitra)

Pada awalnya Penataan perangkat Daerah Kabupaten Pesisir Barat menggunakan pola minimal yang
pada prinsipnya mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741). Organisasi perangkat daerah Kabupaten
dibentuk berdasarkan pertimbangan antara lain; kewenangan pemerintah yang dimiliki oleh daerah
Kabupaten, kemampuan keuangan daerah, ketersediaan sumberdaya aparatur, serta pengembangan
pola kerjasama antar daerah dan atau dengan pihak ketiga.

Berdasarkan hal tersebut, sesuai dengan tugas dan kewenangan Penjabat Bupati Pesisir Barat yang
salah satu tugas pokoknya adalah mempersiapkan struktur dan mekanisme pemerintahan daerah dan
sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 138/2051/SJ/ tanggal 31 Agustus 2007,
tentang Pedoman Pelaksanaan Undang-undang tentang Pembentukan Kabupaten/kota, maka
pembentukan struktur Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat
menggunakan pola minimal dan bersifat ramping, yang kemudian ditetapkan dengan Peraturan
Penjabat Bupati Pesisir Barat Nomor : 01 Tahun 2013 tentang Pembentukan, Organisasi dan tata
kerja Perangkat Daerah Kabupaten Pesisir Barat.

Saat ini penyusunan Organisasi Tata Kerja terbaru di lingkungan Kabupaten Pesisir Barat telah
berdasarkan kepada Peraturan Penjabat Bupati Pesisir Barat Nomor 06 Tahun 2013 tentang
Perubahan atas Peraturan Bupati Pesisir Barat Nomor 01 Tahun 2013 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Pesisir Barat.

A. SEKRETARIAT
DAERAH

Berdasarkan Peraturan Penjabat Bupati Pesisir Barat Nomor Nomor 06 Tahun 2013 tentang
Perubahan atas Peraturan Bupati Pesisir Barat Nomor 01 Tahun 2013 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Pesisir Barat,

Sekretariat Daerah merupakan unsur staf Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang
Sekretaris Daerah yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati.
Sekretariat Daerah mempunyai tugas dan kewajiban membantu Bupati dalam menyusun
kebijakan dan mengoordinasikan dinas daerah dan Lembaga Teknis Daerah.

Untuk menyelenggarakan tugas dan kewajiban, Sekretariat Daerah mempunyai fungsi :

a. Penyusunan kebijakan pemerintah daerah;

b. Pengoordinasian pelaksanaan tugas dinas daerah dan lembaga teknis daerah;

c. Pemantuan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah;

d. Pembinaan administrasi dan aparatur pemerintahan daerah; dan

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Susunan Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten terdiri dari:

a. Sekretaris Daerah Kabupaten.


b. Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, terdiri dari:
1. Bagian Tata Pemerintahan, membawahi:
i. Sub Bagian pemerintahan umum;
ii. Sub Bagian Pertanahan; dan
iii. Sub Bagian Otonomi dan Pengembangan Daerah.
2. Bagian Hukum dan Organisasi, membawahi:
i. Sub Bagian Perundang-undangan;
ii. Sub Bagian Bantuan Hukum dan Hak Azasi Manusia; dan
iii. Sub Bagian Organisasi.
3. Bagian Kesejahteraan Rakyat, membawahi:
i. Sub Bagian Sosial dan Partisipasi Masyarakat;
ii. Sub Bagian Agama, Pendidikan dan Kebudayaan; dan
iii. Sub Bagian Pemuda dan Olahraga.
c. Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan, terdiri dari:
1. Bagian Perekonomian, membawahi:
i. Sub Bagian Administrasi Perekonomian;
ii. Sub Bagian Perekonomian dan Produk Daerah; dan
iii. Sub Bagian Data dan Pelaporan Perekonomian.
2. Bagian Pembangunan, membawahi:
i. Sub Bagian Penyusunan Program;
ii. Sub Bagian Sumber Daya Alam; dan
iii. Sub Bagian Data dan Pelaporan Pembangunan.
d. Asisten Bidang Administrasi Umum, terdiri dari:
1. Bagian Umum, membawahi:
i. Sub Bagian Umum dan Rumah Tangga;
ii. Sub Bagian Kepegawaian Sekretariat; dan
iii. Sub Bagian Tata Usaha Keuangan Sekretariat.
2. Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol, membawahi:
i. Sub Bagian Tamu Pemda dan Upacara;
ii. Sub Bagian Perjalanan Pimpinan; dan
iii. Sub Bagian Hubungan Masyarakat.
e. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam
berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahlian dan keterampilannya.

B. ORGANISASI DINAS-DINAS DAERAH

Dinas Daerah adalah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah yang dipimpin oleh Kepala
Dinas yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

(1) Dinas Daerah mempunyai tugas melaksanakan unsur pemerintahan daerah berdasarkan
asas otonomi dan tugas pembantuan.
(2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dinas Daerah
mempunyai fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai dengan lingkup


tugasnya;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya;

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan lingkup tugasnya;
dan

e. Pengelolaan administratif.

1. DINAS PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA

Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga mempunyai tugas pokok


menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang pendidikan, kebudayaan,
pemuda dan olahraga berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan serta
tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Bupati berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Untuk menyelenggarakan tugas pokok Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan


Olahraga mempunyai fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis bidang pendidikan, kebudayaan, pemuda dan olahraga;


b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang pendidikan,
kebudayaan, pemuda dan olahraga;
c. pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang pendidikan, kebudayaan, pemuda dan
olahraga;
d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya; dan
e. pelaksanaan pelayanan administratif.

Susunan Organisasi Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga terdiri dari:

a. Kepala Dinas.
b. Sekretariat, membawahi:
i. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
ii. Sub Bagian Keuangan; dan
iii. Sub Bagian Perencanaan.
c. Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah, membawahi:
i. Seksi TK/SD/MI ;
ii. Seksi Pendidikan menengah dan kejuruan; dan
iii. Seksi Pendidikan luar Sekolah.
d. Bidang Pendidikan Khusus, Non Formal dan Informal, membawahi:
i. Seksi Kurikulum;
ii. Seksi ketenagaan ; dan
iii. Seksi Sarana dan Prasarana.
e. Bidang Kebudayaan, membawahi:
i. Seksi Kebudayaan dan Tradisi;
ii. Seksi Sejarah, Kepurbakalaan dan Permusiuman; dan
iii. Seksi Kesenian dan Perfilman.
f. Bidang Pemuda dan Olahraga, membawahi:
i. Seksi Pemberdayaan dan Pengembangan Pemuda;
ii. Seksi Peningkatan dan Pembinaan Prestasi Pemuda dan Olahraga; dan
iii. Seksi Pembudayaan Olahraga.
g. Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD).
h. Kelompok Jabatan Fungsional, terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi
dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahlian dan keterampilannya.

2. DINAS KESEHATAN

Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan di bidang


pelayanan kesehatan berdasarkan asas otonomi yang menjadi kewenangan dan tugas
pembantuan yang diberikan pemerintah kepada Bupati serta tugas lain sesuai dengan
kebijakan yang ditetapkan oleh Bupati berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Untuk menyelenggarakan tugas Dinas Kesehatan mempunyai fungsi:

a. Perumusan kebijakan bidang kesehatan;

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang


kesehatan;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang kesehatan;

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya; dan

e. Pelayanan administratif.

Susunan Organisasi Dinas Kesehatan terdiri dari:


a. Kepala Dinas.
b. Sekretariat, membawahi:
i. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
ii. Sub Bagian Keuangan; dan
iii. Sub Bagian Perencanaan.

c. Bidang Pelayanan Kesehatan, membawahi:


i. Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan; dan
ii. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat.

d. Bidang Penangulangan Masalah Kesehatan, membawahi:


i. Seksi Pengendalian Penyakit; dan
ii. Seksi penyehatan Lingkungan dan Kesehatan Matra.

e. Bidang Pemberdayaan Masyarakat Sehat, membawahi:


i. Seksi Promosi Kesehatan dan Kemitraan; dan
ii. Seksi Jaminan Pembiayaan Kesehatan Masyarakat.

f. Bidang Sumber Daya Manusia Kesehatan, membawahi:


i. Seksi Pengembangan SDM Kesehatan;
ii. Seksi Pengendalian Makanan, Minuman dan Matra; dan
iii. Seksi Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

g. Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD).

3. DINAS PEKERJAAN UMUM, PERTAMBANGAN DAN


ENERGI

Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan dan Energi mempunyai tugas melaksanakan


urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum, pertambangan dan energi berdasarkan
asas otonomi yang menjadi kewenangan dan tugas pembantuan yang diberikan pemerintah
kepada Bupati serta tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Bupati
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dinas Pekerjaan
Umum, Pertambangan dan Energi mempunyai fungsi:

a. Perumusan kebijakan bidang pekerjaan umum, pertambangan dan energi;

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang pekerjaan


umum, pertambangan dan energi;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang pekerjaan umum, pertambangan dan
energi;

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya; dan

e. Pelayanan administratif.

Susunan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan dan Energi, terdiri dari:

a. Kepala Dinas.
b. Sekretariat, membawahi:
i. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
ii. Sub Bagian Keuangan; dan
iii. Sub Bagian Perencanaan.
c. Bidang Bina Marga, membawahi:
i. Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan; dan
ii. Seksi Pengaturan dan Pemberdayaan Jasa Kontruksi.
d. Bidang Pengairan, Cipta Karya dan Tata Ruang, membawahi:
i. Seksi Pengairan; dan
ii. Seksi Cipta Karya dan Penataan Ruang.
e. Bidang Pertambangan dan Energi, membawahi:
i. Seksi Geologi;
ii. Seksi Pertambangan dan Migas; dan
iii. Seksi Ketenagalistrikan.
f. Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD).
g. Kelompok Jabatan Fungsional, terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi
dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahlian dan keterampilannya.

C. LEMBAGA TEKNIS DAERAH

Lembaga Teknis Daerah adalah merupakan unsur pendukung tugas Kepala Daerah. Lembaga
Teknis Daerah berbentuk Inspektorat dipimpin oleh Inspektur, berbentuk Badan dipimpin oleh
Kepala Badan, berbentuk Kantor dipimpin oleh Kepala Kantor dan berbentuk Satuan dipimpin
oleh Kepala Satuan yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah Kabupaten.

Lembaga Teknis Daerah mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan


kebijakan daerah yang bersifat spesifik dan tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan
oleh Bupati berdasarkan peraturan Perundang-undangan.
Untuk menyelenggarakan tugas Lembaga Teknis Daerah Kabupaten mempunyai fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;


b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan lingkup
tugasnya;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya;
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya;
dan
e. Pengelolaan administratif

1. BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas melaksanakan penyusunan


dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah.

Untuk menyelenggarakan tugas, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, mempunyai


fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis bidang perencanaan;

b. Pengoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan pembangunan daerah;

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya; dan

e. Pelayanan administratif.

Susunan Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, terdiri dari:

a. Kepala Badan.
b. Sekretariat, membawahi:
i. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
ii. Sub Bagian Keuangan;
iii. Sub Bagian Perencanaan.

c. Bidang Perekonomian dan Pembangunan, membawahi:


i. Sub Bidang Perekonomian; dan
ii. Sub Bidang Pembangunan.

d. Bidang Pemerintahan, membawahi:


i. Sub Bidang Pemerintahan dan Hukum; dan
ii. Sub Bidang Sosial Budaya.
e. Bidang Prasarana Wilayah, membawahi:
i. Sub Bidang Sarana dan Prasarana Wilayah; dan
ii. Sub Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup.

f. Bidang Penelitian dan Pengembangan, membawahi:


i. Sub Bidang Pemerintahan dan Kemasyarakatan;
ii. Sub Bidang Pengembangan Ekonomi dan Dunia Usaha.

g. Unit Pelaksanaan Teknis (UPT).


h. Kelompok Jabatan Fungsional, terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi
dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahlian dan keterampilannya.

2. BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEMERINTAHAN


PEKON

Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Pekon mempunyai tugas


melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang pemberdayaan
masyarakat dan Pemerintahan Pekon.

Untuk menyelenggarakan tugas Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan


Pekon, mempunyai fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis bidang pemberdayaan masyarakat dan Pemerintahan


Pekon ;

b. Pengoordinasian penyusunan bidang pemberdayaan masyarakat dan Pemerintahan


Pekon;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pemberdayaan masyarakat dan


Pemerintahan Pekon;

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya; dan

e. Pelayanan administratif.

Susunan Organisasi Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Pekon, terdiri


dari:

a. Kepala Badan.
b. Sekretariat, membawahi:
i. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
ii. Sub Bagian Keuangan;
iii. Sub Bagian Perencanaan.
c. Bidang Pemerintahan Pekon, membawahi:
i. Sub Bidang Kelembagaan pekon dan kelurahan; dan
ii. Sub Bidang pemberdayaan pemerintah pekon.
d. Bidang Usaha Ekonomi Keluarga dan Masyarakat, membawahi:
i. Sub Bidang ekonomi Masyarakat pekon; dan
ii. Sub Bidang bantuan pembangunan dan program khusus.
e. Bidang Kelembagaan dan Pengembangan Partisipasi Masyarakat, membawahi:
i. Sub Bidang kawasan potensial dan terisolir; dan
ii. Sub Bidang teknologi tepat guna.
f. Kelompok Jabatan Fungsional, terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi
dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahlian dan keterampilannya.

3. KANTOR LINGKUNGAN
HIDUP

Kantor Lingkungan Hidup mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan


kebijakan daerah di bidang lingkungan hidup.

Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kantor Lingkungan
Hidup, mempunyai fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis lingkungan hidup


b. Pengoordinasian penyusunan lingkungan hidup;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang lingkungan hidup;
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya; dan
e. Pelayanan administratif.

Susunan Organisasi Kantor Lingkungan Hidup, terdiri dari :

a. Kepala;
b. Sub Bagian Tata Usaha;
c. Seksi Pengendalian Dampak Lingkungan;
d. Seksi Pengelolaan Kualitas Lingkungan;
e. Seksi Pengawasan dan Penanggulangan Pencemaran;
f. Kelompok Jabatan Fungsional, terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi
dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahlian dan keterampilan.
2.7. Komunikasi dan Media

Peran media dalam pengelolaan sanitasi adalah sangat penting, karena sebagai salah satu bentuk
kampanye kegiatan perilaku hidup bersih dan sehat kepada masyarakat di Kabupaten Pesisir Barat.
Kajian Komunikasi dan Pemetaan Media merupakan upaya pengumpulan dan analisis data primer
dan sekunder untuk mendapatkan gambaran tingkat komunikasi di antara stakeholder dan peta media
terkait pembangunan sanitasi. Kajian ini diperlukan untuk menyusun Strategi Kampanye dan
Komunikasi, di samping juga bermanfaat sebagai sarana advokasi program pembangunan sanitasi di
Kabupaten Pesisir Barat untuk stakeholder kunci, yakni pemerintah dan media massa.

Study media dan komunikasi ini juga berfungsi untuk mengidentifikasi tentang pengalaman dan
kapasitas Kabupaten Pesisir Barat dalam menjalankan kampanye / pemasaran sanitasi serta sejauh
mana pemahaman mereka mengetahui peran media massa dalam mendukung pembangunan
sanitasi. Pada akhirnya kajian ini harus mampu mengidentifikasi media yang efektif dan efisien dalam
menjangkau target yang dituju. Hanya dengan cara demikian, kajian ini dapat membantu Kabupaten
Pesisir Barat dalam menyusun perencanaan media yang baik.

Namun saat ini di Kabupaten Pesisir Barat belum ada kegiatan yang terkait komunikasi dan media
karena Kabupaten Pesisir Barat merupakan Daerah Otonomi Baru (DOB) pemekarran dari Kabupaten
Lampung Barat yang di sahkan melalui Undang-undang nomor 22 tahun 2012.

Tabel 2.14 : Kegiatan Komunikasi terkait Sanitasi*

No Kegiatan

-
-
-
Sumber : Dinas Kesehatan Lampung Barat tahun 2012

Tabel 2.15 : Media Komunikasi dan Kerjasama terkait Sanitasi*

No Jenis Media

1 Poster, leaflet

2 Poster, leaflet

3 Poster, leaflet

Sumber : Dinas Kesehatan Lampung Barat tahun 2012

Anda mungkin juga menyukai