Kabupaten Pesisir Barat juga memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi pusat kawasan
ekonomi kreatif berbasis alam di Provinsi Lampung, dengan lini sektor di bidang pertanian,
perkebunan, kehutanan, kelautan dan pariwisata. Letak Kabupaten Pesisir Barat yang cukup strategis,
berbatasan langsung dengan 2 (dua) Provinsi dan 2 (dua) Kabupaten serta berhadapan langsung
dengan Samudera Hindia, adapun batas Kabupaten Pesisir Barat sebagai berikut yaitu :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Ujung Rembun, Desa Pancur Mas, Desa Sukabanjar
Kecamatan Lumbok Seminung, Desa Kubu Prahu Kecamatan BalikBukit, Desa Kutabesi,
Desa Sukabumi Kecamatan Batu Brak, Desa Sukamarga, Desa Ringinsari, Desa Sumber
Agung, Desa Tuguratu, Desa Banding Agung Kecamatan Suoh, Desa Hantatai, Desa
Tembelang, Desa Gunung Ratu Kecamatan Bandar Negeri Suoh Kabupaten Lampung Barat,
Desa Gunung Doh Kecamatan Bandar Negeri Semuong, Desa Ngarit, Desa Rejosari, Desa
Petekayu, Desa Sirnagalih Kecamatan Ulu Belu, Desa Datar Lebuay Kecamatan Naningan
Kabupaten Pesisir Barat, Desa Way Beluah, dan Desa Melaya Kecamatan Banding Agung
Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Provinsi Sumatera Selatan;
b. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Tampang Tua Kecamatan Pematang Sawa, Desa
Sedayu, Desa Sidomulyo Kecamatan Semaka Kabupaten Pesisir Barat;
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia; dan
d. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tebing Rambutan Kecamatan Nasal Kabupaten Kaur
Provinsi Bengkulu.
Wilayah Kabupaten Pesisir Barat memiliki luas ± 2.907,23 Km2 atau 8,39% dari Luas Wilayah
Provinsi Lampung, dengan mata pencaharian pokok sebagian besar penduduknya sebagai petani dan
nelayan.
Secara Topografi Kabupaten Pesisir Barat dibagi menjadi 3 (tiga) unit topografi yakni:
a. Daerah dataran rendah (ketinggian 0 sampai 600 meter dari permukaan laut)
b. Daerah berbukit (ketinggian 600 sampai 1.000 meter dari permukaan laut)
c. Daerah pegunungan (Daerah ketinggian 1.000 sampai dengan 2.000 meter dari permukaan
laut)
Keadaan wilayah sepanjang Pantai Pesisir Barat umumnya datar sampai berombak dengan
kemiringan berkisar 3% sampai 5%. Di bagian Barat Laut Kabupaten Pesisir Barat terdapat gunung-
gunung dan bukit, yaitu Gunung Pugung (1.964 m), Gunung Sebayan (1.744 m), Gunung Telalawan
(1.753 m) dan Gunung Tampak Tunggak (1.744 m).
Wilayah Pesisir Barat di bagian barat mempunyai sungai-sungai yang mengalir pendek dengan pola
aliran dendritik yang menyebabkan daerah ini ditandai dengan jarangnya banjir sebab pada saat
musim hujan datang bersamaan air tidak terkonsentrasi dan timing lagnya menjadi lambat. Delta
marine ditandai dengan agregat kasar hasil endapan aluvial vulkanik, hal ini menyebabkan bila air
besar muara sungai sering berpindah (meander). Sungai - sungai yang berukuran pendek dan
mengalir di lereng terjal seperti ini sukar dikembangkan untuk irigasi, kecuali yang sudah mengalir di
daerah delta pantai, umumnya mudah dikembangkan walaupun masih terkena pengaruh pasang surut
laut. Pada bagian timur wilayah Pesisir Barat merupakan daerah tangkapan air (catchment area)
sungai-sungai besar yang mengalir ke arah timur antara lain : Way Biha, Way Belambang dan
sebagainya.
Untuk mengetahui Daerah Aliran Sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten Pesisir Barat dapat
dilihat pada table 2.1 dan peta 2.1 dibawah ini.
Peta 2.1 : Peta Daerah Aliran Sungai di Wilayah Kabupaten Pesisir Barat (ukuran A3)
Menurut Oldeman, Irsal L Darwis (1979), akibat pengaruh dari rantai pegunungan Bukit Barisan, maka
Pesisir Barat memiliki 2 (dua) zone iklim yaitu:
1. Zone A (Jumlah bulan basah > 9 Bulan) terdapat di bagian barat Taman Bukit Barisan Selatan
Termasuk Krui dan Bintuhan.
2. Zone BL (Jumlah bulan basah 7 - 9 bulan) terdapat di bagian timur Taman Nasional Bukit
Barisan Selatan.
Berdasarkan curah hujan dari Lembaga Meteorologi dan Geofisika, curah hujan Pesisir Barat berkisar
antara 2.500 - 3.000 milimeter setahun.
Pesisir Barat merupakan hasil pemekaran Kabupaten Lampung Barat, yang disahkan pada tanggal 25
Okober 2012. Wilayah Kabupaten Pesisir Barat secara administratif terdiri dari 11 kecamatan dengan
116 desa (di Pesisir Barat disebut Pekon) dan 2 Kelurahan, dengan jumlah penduduk sebesar ±
136.370 jiwa. Dilihat dari luas wilayah kecamatan Bengkunat Belimbing merupakan kecamatan
terluas di kabupaten Pesisir Barat dengan luas wilayah 97.122 ha atau 32,69 %dari luas total
Kabupaten Pesisir Barat. Sedangkan untuk luas wilayah kecamatan terkecil adalah kecamatan Krui
Selatan dengan luas wilayah 3.625 Ha atau 1,26% dari luas total wilayah Kabupaten Pesisir Barat.
Untuk mengetahui kecamatan‐kecamatan dan jumlah kelurahan/pekon yang ada di Kabupaten Pesisir
Barat dapat di lihat pada tabel 2.2 berikut ini:
Tabel 2.2 : Nama, luas wilayah dan jumlah pekon per-Kecamatan di Kabupaten Pesisir Barat
No Nama Kecamatan
1 Bengkunat Belimbing
2 Bengkunat
3 Ngambur
4 Pesisir Selatan
5 Krui Selatan
6 Pesisir Tengah
7 Way Krui
8 Karya Penggawa
9 Pesisir Utara
10 Lemong
11 Pulau Pisang
LUAS KAB. PESISIR BARAT
Sumber : Pesisir Barat Dalam Angka tahun 2013
* data tidak tersedia
Wilayah Kajian
Buku Putih
Jumlah penduduk Kabupaten Pesisir Barat terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sebagai
dasar perencanaan pembangunan sanitasi di Kabupaten Pesisir Barat, perlu dibuat angka proyeksi
pertumbuhan penduduk untuk 5 tahun kedepan, dengan menggunakan rumus perhitungan sebagai
berikut :
Pt = P0(1+r)t
Kabupaten Pesisir Barat merupakan Daerah Otonomi Baru (DOB) yang terbentuk pada tahun 2012
hasil pemekaran dari Kabupaten Lampung Barat. Wilayah kecamatan yang memiliki jumlah penduduk
terbanyak adalah kecamatan Bengkunat Blimbing sebesar 24.041 jiwa dengan kepadatan penduduk
25 jiwa/km2 dan wilayah yang memiliki jumlah penduduk terkecil adalah kecamatan Pulau Pisang
sebesar 1.415 jiwa dengan kepadatan penduduk 32 jiwa/km2. Untuk perhitungan pertumbuhan
penduduk didasarkan pada data hasil BPS Kabupaten Lampung Barat tahun 2009 sampai dengan
2012 sehingga nilai rata-rata pertumbuhan penduduk setiap tahunnya sebesar 2,29%. Jumlah
penduduk dan kepadatan penduduk serta hasil proyeksi jumlah penduduk untuk 5 tahun kedepan
dapat dilihat pada tabel 2.3 dan tabel 2.4.
Besarnya jumlah penduduk dalam suatu wilayah terutama untuk wilayah yang mempunyai kepadatan
tinggi ditambah dengan persebaran penduduknya yang tidak merata akan menimbulkan
permasalahan yang cukup kompleks, karena pada dasarnya semua kegiatan baik kegiatan
perekonomian, kebudayaan, sosial dan lain sebagainya akan melibatkan penduduk.
Prilaku penduduk dalam kegiatan sehari-hari diberbagai lapisan sosial turut memberikan tekanan
terhadap lingkungan yang akan memunculkan efek negatif maupun positif. Dengan demikian perlu
adanya pengendalian baik terhadap jumlah, komposisi dan persebarannya, hal ini sebagai upaya
untuk mendukung kelancaran proses pembangunan di daerah.
PEMERINTAH
KABUPATEN PESISIR BARA
T
Tabel 2.4 : Jumlah penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun
Jumlah Penduduk
Nama Kecamatan Tahun
2014 2015 2016
Bengkunat Belimbing 24,089 24,192 24,296
Bengkunat 9,730 10,013 10,305
Ngambur 22,589 22,989 23,397
Pesisir Selatan 24,958 25,460 25,972
Krui Selatan 10,639 10,842 11,049
Pesisir Tengah 18,129 19,630 21,254
Way Krui 9,470 9,650 9,833
Karya Penggawa 15,909 16,246 16,591
Pesisir Utara 9,727 9,788 9,849
Lemong 16,395 16,706 17,022
Pulau Pisang 1,858 1,883 1,908
Untuk mengetahui profil pendanaan dan pembiayaan APBD bidang sanitasi, Pokja Sanitasi
Kabupaten Pesisir Barat telah melakukan study keuangan dan perekonomian. Study ini diperlukan
untuk mengetahui profil keuangan dan perekonomian di Kabupaten Pesisir Barat dalam mendukung
pembangunan khususnya di sector sanitasi serta pola penyerapannya untuk kemudian digunakan
mendukung pembiayaan / pendanaan sanitasi Kabupaten Pesisir Barat di masa depan. Pemetaan
keuangan diperlukan untuk mengukur ketepatan alokasi pendanaan / pembiayaan sanitasi dan
kesinambungan pelayanan sanitasi di masa depan.
Dari hasil studi keuagan yang dilakukan dapat dilihat bahwa sebagai Daerah Otonomi Baru (DOB)
yang terbentuk tahun 2012 secara umum kondisi keuangan dan perekonomian daerah utamanya
pendapatan daerah Kabupaten Pesisir Barat di tahun 2013 masih bersumber dari dana hibah sebesar
Rp. 10.000.000.000,- dan bersumber dari pajak serta retribusi daerah sebesar Rp. 978.411.775,-.
Belanja daerah yang terdiri dari belanja langsung dan belanja tidak langsung sebesar Rp.
10.978.411.775,-
Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah (APBD) Kabupaten Pesisir Barat 5 tahun terakhir dapat
dilihat pada table di bawah ini.
Tabel 2.5: Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2010 – 2014
No Realisasi Anggaran
A Pendapatan (a.1 + a.2 + a.3)
a.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD)
a.1.1 Pajak daerah
a.1.2 Retribusi daerah
Hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan
a.1.3
a.1.4 Lain-lain pendapatan daerah yang sah
a.2 Dana Perimbangan (Transfer)
a.2.1 Dana bagi hasil
a.2.2 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak / SDA
a.2.3 Dana alokasi umum
a.2.4 Dana alokasi khusus
a.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah
a.3.1 Hibah
a.3.2 Dana darurat
Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kab./kota
a.3.3
Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus
a.3.4
Sementara itu dari sisi pendanaan melalui sub sector sanitasi di Kabupaten Pesisir Barat dalam 5
tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 2.6 dan tabel 2.7 berikut ini :
Tabel 2.6 : Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2010 - 2014
No
Tabel 2.7 : Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2010-2014
No Uraian
Belanja Sanitasi
1
(1.1+1.2+1.3+1.4)
1.1 Air Limbah
1.2 Persampahan
1.3 Drainase
1.4 PHBS
Dana Alokasi Khusus
2
(2.1+2.2+2.3)
2.1 DAK Sanitasi
2.2 DAK Lingkungan Hidup
DAK Perumahan dan
2.3
Permukiman
Pinjaman/Hibah untuk
3
Sanitasi
Bantuan Keuangan
4 Propinsi untuk Sanitasi
Belanja APBD Murni untuk
Sanitasi (1+2+3)
Total Belanja Langsung
% APBD murni terhadap Belanja
Langsung
Sumber : APBD Kabupaten Pesisir Barat tahun 2013, diolah
*) Sumber : APBD Kabupaten Lampung Barat tahun 2010-2012, diolah
**) Rencana APBD Kabupaten Pesisir Barat 2014
Dari table di atas dapat dilihat bahwa total belanja APBD untuk sanitasi di Kabupaten Pesisir Barat
tahun 2013 sebesar Rp. 57.000.000,- sedangkan total belanja langsung sebesar Rp.10.088.390.900,-,
sehingga prosentase APBD murni terhadap Belanja Langsung sebesar 0.57%.
Khusus untuk perhitungan rata-rata pertumbuhan belanja APBD untuk sanitasi terhadap belanja
langsung menggunakan perhitungan pendanaan sanitasi Kabupaten Lampung Barat yang bersumber
dari APBD Kabupaten Lampung Barat tahun 2010-2012 sebesar 0,50%.
Tabel 2.8 : Belanja APBD Perkapita Kabupaten Pesisir Barat tahun 2010-2014
No Deskripsi
No
Untuk pendapatan retribusi dari sector sanitasi di Kabupaten Pesisir Barat saat ini belum ada.
Sehingga untuk perhitungan realisasi dan potensi retribusi Kabupaten Pesisir Barat tidak dapat dilihat
hasil nilai pertumbuhannya.
Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan dibidang ekonomi, dapat dilihat dari pertumbuhan
angka produk domestik regional bruto (PDRB). Saat ini pertumbuhan angka Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Pesisir Barat belum tersedia.
Tabel 2.10 : Tabel Peta Perekonomin Kabupaten Pesisir Barat tahun 2010-2014*
No
Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat
permukiman dan system jaringan prasarana dn sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan
sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional. Sedangkan pola ruang
adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan untuk fungsi lindung
dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
Sehubungan dengan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pesisir Barat, maka dokumen
RTRW dapat menjadi bahan acun untuk mnetahui kondisi fisik wilayah secara spasial dan rencana
struktur dan pola ruang wilayah. Sebagai Daerah Otonomi Baru (DOB), untuk kebijakan penataan
ruang kabupaten Pesisir Barat masih mengacu pada kebijakan penataan ruang Kabupaten Lampung
Barat.
A. Rencana Struktur
Ruang
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan kerangka tata ruang wilayah kabupaten
yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarki satu sama lain dihubungkan
oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten terutama jaringan transportasi. Persoalan
mendasar yang dihadapi oleh Lampung Barat adalah semakin sempitnya luas kawasan budidaya
yang diringi dengan menurunnya rasio ketersediaan lahan pertanian untuk tiap-tiap keluarga.
Hal ini akan menimbulkan perosalan besar dikemudian hari terutama penurunan kesejahteraan
masyarakat dan penurunan kualitas lingkungan. Pada sisi lain juga terdapat persoalan
rendahnya kapasitas listrik yang tersedia dan kinerja jaringan irigasi yang belum memadai.
Berdasarkan hal tersebut, maka rencana struktur ruang Kabupaten Lampung Barat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Rencana Sistem
Perkotaan
Secara garis besar rencana sistem perkotaan wilayah Kabupaten Lampung Barat dirumuskan
berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu :
a. Tujuan dasar penataan ruang adalah agar tercipta sistem ruang yang aman, nyaman,
produktif dan berkelanjutan. Bila dijabarkan lebih lanjut pengertian produktif dan
bekerlanjutan dalam konteks struktur ruang dimaknai sebagai suatu sistem dan hubungan
fungsional antar pusat perkotaan yang efektif, efisien, mendorong peningkatan potensi
masing-masing pusat (kawasan) secara berkelanjutan dengan tetap menjaga
keseimbangan alam.
b. Kondisi objektif hirarki pusat-pusat permukiman eksisting dan RUTR Kabupaten Lampung
Barat tahun 2004, kebijakan penataan ruang nasional dan provinsi yang menempatkan
Kota Liwa sebagai PKW, dan Fajar Bulan sebagai PKL.
c. Salah satu peranan rencana penataan ruang adalah untuk menciptakan keseimbangan
pembangunan antar wilayah (kecamatan) dan sekaligus mengantisipasi pertumbuhan
pembangunan yang terkonsentrasi pada pusat kota (ibukota kabupaten) atau pada
kawasan tertentu saja. Hal ini juga berkenaan dengan penciptaan sistem pusat-pusat kota
yang berjenjang sehingga terbangun suatu sistem perkotaan yang efektif dan efisien. Oleh
karena itu, terdapat pusat-pusat permukiman yang perlu didorong pertumbuhannya dan
ada pula yang hanya cukup dikendalikan sesuai potensinya, bahkan mungkin dibatasi.
Untuk sistem pusat perkotaan Lampung Barat, pusat-pusat perkotaan yang perlu didorong
atapun dikendalikan pertumbuhannya adalah :
Mutaralam; adalah ibukota kecamatan Way Tenong dimana Fajar Bulan merupakan
menjadi salah satu pekon (desa) dalam wilayah tersebut. Namun kawasan perkotaan
wiliayah kecamatan ini adalah Fajar Bulan dan Mutaralam merupakan pekon yang
menjadi IKK dimana kantor camat bertempat. Secara keruangan Mutaralam sudah
menjadi satu kesatuan kawasan perkotaan dengan Fajar Bulan. Oleh karena itu dalam
rencana pusat-pusat permukiman Mutaralam tidak perlu dimunculkan sebagai pusat
pelayanan tersendiri.
Kenali; dalam sistem pusat-pusat perkotaan eksisting IKK ini berada pada hirarki yang
rendah, namun mengingat letaknya yang sentris dan strategis, maka untuk
menciptakan tingkat pelayanan yang optimal maka Kenali diarahkan sebagai Pusat
Pelayanan Kawasan yang akan melayani PPL Pekon Balak dan Pampangan.
Buay Nyerupa; adalah salah satu pusat permukiman yang bertumbuh cukup baik
dengan kelengkapan fasilitas sosial yang memadai sehingga kedepan diperkirakan
akan dapat bertumbuh secara mandiri dibanding IKK lainnya. Hal ini terjadi karena
jalur Liwa-Buay Nyerupa-Simpang Sender (OKU Selatan) merupakan jalur yang
volume lalu lintasnya relatif tinggi. Oleh karena itu perkembangannya hanya perlu
diarahkan untuk melayani pekon-pekon dibawah wilayah administrasinya atau dengan
kedudukan sebagai PPL saja.
Sumber Agung dan Sri Mulyo; pada dasarnya adalah kawasan pertanian pangan yang
subur dengan areal sawah terluas di Kabupaten Lampung Barat. Di kecamatan ini
terdapat potensi panas bumi (geothermal, potensi 430 MW) yang akan dimanfaatkan
sebagai sumber listrik regional (PLTP) yang sedang disiapkan rencana
pembangunannya. Namun pada sisi lain kecamatan ini berada pada suatu cekungan
besar (berbentuk kuali) dengan luas terbatas serta jumlah penduduk yang tinggi
dibanding kecamatan lain. Bila kegiatan pembangunan dan pemanfaatan panas bumi
sudah berjalan serta terbangunnya jalan ke arah Liwa melewati Pekon Balak,
diperkirakan Suoh akan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat. Untuk itu
pertumbuhan kawasan ini perlu dikendalikan dengan tetap mengoptimalkan daya
layannya secara regional (lintas kabupaten)
d. Untuk mendukung kebijakan dan komitmen Pemerintah Kabupaten Lampung Barat sebagai
kabupaten konservasi, maka kawasan enclave Suoh, Kecamatan Pagar Dewa, Kecamatan
Sumberjaya, Kecamatan Kebun Tebu, Kecamatan Gedung Surian dan Air Hitam
perkembangannnya dikendalikan sedemikian rupa sehingga mampu mendukung fungsi
dan kelestarian TNBSS, dan Hutan Lindung
e. Pembangunan jaringan jalan juga dibatasi sedemikian rupa tanpa mengurangi aksesibilitas
antar pusat-pusat permukiman demi menjaga kualitas dan kelestarian TNBBS, hutan
lindung dan cagar alam laut.
f. Untuk mendukung kegiatan pariwisata, mitigasi bencana, mobilisasi hasil produksi laut,
pertanian, perkebunan dan kehutanan serta komoditas unggulan lainnya perlu dilakukan
percepatan pembangunan prasarana transportasi udara dan laut.
2 Krui
3 Fajar Bulan*
4 Sumber Agung
5 Kenali
6 Kuripan
7 Kota Jawa
8 Tugusari
9 Pampangan
10 Gedung Surian
11 Buay Nyerupa
12 Pardasuka
No Ibukota Kecamatan/Kabupaten
13 Negeri Ratu Ngambur
14 Biha
15 Kebuayan
16 Pekon Balak
17 Lemong
18 Pura Jaya
19 Semarang Jaya
20 Basungan
21 Bakhu
22 Sri Mulyo
23 Lumbok
24 Gunung Kemala
No Ibukota Kecamatan/Kabupaten
25 Way Napal
Secara umum air dimanfaatkan untuk sumber energi (PLTA, PLTMH), irigasi, industri dan
rumah tangga. Sampai saat ini pemanfaatan air di Lampung Barat adalah:
a) Irigasi; daerah Irigasi Teknis seluas 4.032 Ha dan Irigasi Desa seluas 14.561,93 Ha
yang tersebar di kawasan pesisir dan perbukitan (Sekincau, Belalau, Sukau, Sumber
Jaya, Way Tenong, Gedung Surian, Suoh dan kawasan pesisir)
b) PLTA Way Besai yang sumber airnya berada di wilayah Lampung Barat dan PLTMH
yang tersebar di Kawasan Sekincau, Belalau, Sumber Jaya dan Suoh, baik yang
dibangun secara swadaya maupun dibantu oleh pemerinah.
c) PDAM; terdapat 16 instalasi PAM yang terdapat di kawasan Liwa, Padang Cahya,
Padang Dalom, Krui, Way Petai, Tebu, Giham, Sekincau, Fajar Bulan, Kenali,
Sukabumi, Suoh, Sukau 1, Sukau 2, Karya Penggawa dan Pugung Tampak dengan
total produksi 1,2 juta kubik pada tahun 2009.
Rencana pengembangan sumber daya air ke depan untuk Lampung Barat adalah sebagai
berikut :
1) Rencana pengembangan prasarana sumber daya air meliputi konservasi sumber daya
air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.
2) Pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai, danau serta sumber air lainnya,
antara lain embung/bendungan, waduk, dan bangunan penampung air lainnya untuk
penyediaan air baku di seluruh kecamatan terutama di Suoh
3) Peningkatan dan pemeliharaan sumberdaya air yang berskala regional guna menjaga
kelestarian lingkungan dilakukan pada seluruh sungai yang berhulu di TNBBS, seperti
Way Besai, Way Umpu, Way Semangka, Way Sekampung, Way Seputih, Way Tulang
Bawang dan Way Mesuji
4) Peningkatan pengairan irigasi teknis yaitu di Sumber Jaya, Way Tenong, Sukau, Balik
Bukit,
7) Pengembangan dan rehabilitasi area rawa dilakukan di kecamatan Suoh dan Bandar
Negeri Suoh untuk kepentingan pertanian tanaman pangan
8) Pemanfaatan sumber daya air baku untuk keperluan air minum (PAM) terutama untuk
kawasan perkotaan seperti Liwa, Fajar Bulan, Kenali, dan Sumber Agung
d) Pengangkutan : dari TPS diangkat dengan truk menuju Tempat Pengolahan Sampah
Terpadu (TPST)
e) Pembuangan akhir : sampah dari TPS dikumpulkan dan di bawa ke TPST, di mana
nantinya sampah-sampah organik akan di olah menjadi kompos, briket dan gas metan
(bahan bakar) serta bahan bangunan. Secara teknis pengolahan sampah dilakukan
dengan pendekatan sanitary landfill.
B. Rencana Pola Ruang
1. Kawasan Perlindungan Setempat
Hal penting lain terkait dengan kawasan lindung ini, adalah keberlanjutan dari luas dan
produktivitas pertanian sawah, rencana pembangunan PLTP Suoh-Sekincau, keberlanjutan
dari pemanfaatan aliran sungai (debit) untuk PLTMH serta pengendalian banjir. Diantara
upaya yang dapat dilakukan untuk memulihkan kawasan lindung setempat adalah dengan
menetapkan garis sempadan sungai (GSS), garis sempadan danau (Danau Ranau),
catchment area (kawasan sekitar mata air dan hulu sungai) dan garis sempada pantai.
Kawasan Rawan Banjir ; Secara alamiah, pada umumnya banjir disebabkan oleh curah
hujan yang tinggi dan di atas normal, sehingga sistim pengaliran air yang terdiri dari sungai
dan anak sungai alamiah serta sistem saluran drainase dan kanal penampung banjir buatan
tidak mampu menampung akumulasi air hujan sehingga meluap. Kemampuan/daya
tampung sistem pengaliran air berkurang akibat sedimentasi, maupun penyempitan sungai
akibat fenomena alam dan manusia. Penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan
(catchment area) juga menyebabkan peningkatan debit banjir karena debit/pasokan air
yang masuk ke dalam sistem pengaliran air menjadi tinggi sehingga melampaui kapasitas
pengaliran dan menjadi pemicu terjadinya erosi pada lahan curam yang menyebabkan
terjadinya sedimentasi di sistem pengaliran air dan wadah air lainnya. Disamping itu
berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi atas meningkatnya debit banjir.
Table Cakupan Kecamatan dan Jumlah Desa Rawan Bencana di Pesisir Barat
4 Bengkunat
5 Bengkunat Belimbing
7 Karya Penggawa
8 Lemong
9 Ngambur
10 Pesisir Selatan
11 Pesisir Tengah
12 Pesisir Utara
Sumber : Kajian & Pemetaan Kawasan Rawan Bencana di Lampung Barat 2007
3. Kawasan Permukiman
Untuk lebih jelas tentang rencana pola ruang dan rencana struktur ruang Kabupaten Lampung Barat
dapat dilihat pada peta 2.3 dan peta 2.4 berikut ini :
PEMERINTAH
KABUPATEN PESISIR BARA
T
Untuk kondisi pendidikan di kabupaten Pesisir Barat berdasarkan data dari Pesisir Barat Dalam
Angka tahun 2014 jumlah Sekolah Dasar (SD) terdapat 109 buah yang tersebar di seluruh
kecamatan. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) berjumlah 31 buah, Sekolah Manengah Atas
(SMA) berjumlah 13 buah. Sedangkan untuk sekolah keagamaan Madrasah Ibtidaiyah (MI) berjumlah
26 buah dan Madrasah Aliyah (MA) berjumlah 8 buah.
Kondisi Pendidikan dikabupaten Pesisir Barat dapat dilihat pada tabel 2.11 berikut ini :
Nama Kecamatan
Bengkunat Belimbing
Bengkunat
Ngambur
Pesisir Selatan
Krui Selatan
Pesisir Tengah
Way Krui
Karya Penggawa
Pesisir Utara
Lemong
Pulau Pisang
*) Data masih bergabung dengan Kabupaten Induk
Sumber : Kab. Pesisir Barat Dalam Angka tahun 2013
Kondisi penduduk miskin dilihat dari Jumlah Kepala Keluarga (KK) di kabupaten Pesisir Barat
berdasarkan data dari Dinas Kesehatan tahun 2014 yang terbesar adalah kecamatan Bengkunat
Blimbing dengan jumlah penduduk miskin 1.571 kk, sedangkan yang penduduk miskin yang terkecil
adalah kecamatan Pulau Pisang dengan jumlah penduduk miskin 120 kk.
Untuk lebih jelasnya tentang kondisi penduduk miskin per kecamatan dilihat dari jumlah kepala
keluarga yang terdapat di kabupaten Pesisir Baat dapat dilihat pada tabel 2.12 berikut ini :
Nama Kecamatan
Bengkunat Belimbing
Bengkunat
Ngambur
Pesisir Selatan
Krui Selatan
Pesisir Tengah
Way Krui
Karya Penggawa
Pesisir Utara
Lemong
Pulau Pisang
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Pesisir Barat tahun 2014
Untuk sebaran bangunan rumah di kabupaten Pesisir Barat berdasarkan data yang diambil dari Profil
Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Barat tahun 2014 kecamatan yang memiliki jumlah rumah paling
banyak adalah kecamatan Pesisir Tengah sebanyak 5.563 rumah dan paling sedikit adalah
kecamatan Pulau Pisang sebanyak 429 buah rumah. Kondisi jumlah rumah per kecamatan di
Kabupaten Pesisir Barat dapat dilihat pada tabel 2.13 berikut ini :
Nama Kecamatan
Bengkunat Belimbing
Bengkunat
Ngambur
Pesisir Selatan
Krui Selatan
Pesisir Tengah
Way Krui
Karya Penggawa
Pesisir Utara
Lemong
Pulau Pisang
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Pesisir Barat tahun 2014
2.6. Kelembagan Pemerintahan Daerah
SEKRETARIAT
DPRD
PLT BUPATI DPRD
SEKRETARIAT DAERAH
Plt BUPATI
Bidang Bidang
Pencegahan Bidang Pengemban Pengendalia Bidang Sub Bagian
- Bidang Penyakit gan desa n
Kebersihan Sarana Humas
Fisik Bidang Cipta
dan dan Pencemara dan
dan Karya
Prasarana Penyehatan Teknologi n Prasarana
Lingkungan Tepat Guna Lingkungan
- Bidang
Sosial
Budaya
Pada awalnya Penataan perangkat Daerah Kabupaten Pesisir Barat menggunakan pola minimal yang
pada prinsipnya mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741). Organisasi perangkat daerah Kabupaten
dibentuk berdasarkan pertimbangan antara lain; kewenangan pemerintah yang dimiliki oleh daerah
Kabupaten, kemampuan keuangan daerah, ketersediaan sumberdaya aparatur, serta pengembangan
pola kerjasama antar daerah dan atau dengan pihak ketiga.
Berdasarkan hal tersebut, sesuai dengan tugas dan kewenangan Penjabat Bupati Pesisir Barat yang
salah satu tugas pokoknya adalah mempersiapkan struktur dan mekanisme pemerintahan daerah dan
sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 138/2051/SJ/ tanggal 31 Agustus 2007,
tentang Pedoman Pelaksanaan Undang-undang tentang Pembentukan Kabupaten/kota, maka
pembentukan struktur Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat
menggunakan pola minimal dan bersifat ramping, yang kemudian ditetapkan dengan Peraturan
Penjabat Bupati Pesisir Barat Nomor : 01 Tahun 2013 tentang Pembentukan, Organisasi dan tata
kerja Perangkat Daerah Kabupaten Pesisir Barat.
Saat ini penyusunan Organisasi Tata Kerja terbaru di lingkungan Kabupaten Pesisir Barat telah
berdasarkan kepada Peraturan Penjabat Bupati Pesisir Barat Nomor 06 Tahun 2013 tentang
Perubahan atas Peraturan Bupati Pesisir Barat Nomor 01 Tahun 2013 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Pesisir Barat.
A. SEKRETARIAT
DAERAH
Berdasarkan Peraturan Penjabat Bupati Pesisir Barat Nomor Nomor 06 Tahun 2013 tentang
Perubahan atas Peraturan Bupati Pesisir Barat Nomor 01 Tahun 2013 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Pesisir Barat,
Sekretariat Daerah merupakan unsur staf Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang
Sekretaris Daerah yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati.
Sekretariat Daerah mempunyai tugas dan kewajiban membantu Bupati dalam menyusun
kebijakan dan mengoordinasikan dinas daerah dan Lembaga Teknis Daerah.
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Dinas Daerah adalah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah yang dipimpin oleh Kepala
Dinas yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
(1) Dinas Daerah mempunyai tugas melaksanakan unsur pemerintahan daerah berdasarkan
asas otonomi dan tugas pembantuan.
(2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dinas Daerah
mempunyai fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan lingkup tugasnya;
dan
e. Pengelolaan administratif.
Susunan Organisasi Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga terdiri dari:
a. Kepala Dinas.
b. Sekretariat, membawahi:
i. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
ii. Sub Bagian Keuangan; dan
iii. Sub Bagian Perencanaan.
c. Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah, membawahi:
i. Seksi TK/SD/MI ;
ii. Seksi Pendidikan menengah dan kejuruan; dan
iii. Seksi Pendidikan luar Sekolah.
d. Bidang Pendidikan Khusus, Non Formal dan Informal, membawahi:
i. Seksi Kurikulum;
ii. Seksi ketenagaan ; dan
iii. Seksi Sarana dan Prasarana.
e. Bidang Kebudayaan, membawahi:
i. Seksi Kebudayaan dan Tradisi;
ii. Seksi Sejarah, Kepurbakalaan dan Permusiuman; dan
iii. Seksi Kesenian dan Perfilman.
f. Bidang Pemuda dan Olahraga, membawahi:
i. Seksi Pemberdayaan dan Pengembangan Pemuda;
ii. Seksi Peningkatan dan Pembinaan Prestasi Pemuda dan Olahraga; dan
iii. Seksi Pembudayaan Olahraga.
g. Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD).
h. Kelompok Jabatan Fungsional, terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi
dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahlian dan keterampilannya.
2. DINAS KESEHATAN
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya; dan
e. Pelayanan administratif.
Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dinas Pekerjaan
Umum, Pertambangan dan Energi mempunyai fungsi:
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya; dan
e. Pelayanan administratif.
Susunan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan dan Energi, terdiri dari:
a. Kepala Dinas.
b. Sekretariat, membawahi:
i. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
ii. Sub Bagian Keuangan; dan
iii. Sub Bagian Perencanaan.
c. Bidang Bina Marga, membawahi:
i. Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan; dan
ii. Seksi Pengaturan dan Pemberdayaan Jasa Kontruksi.
d. Bidang Pengairan, Cipta Karya dan Tata Ruang, membawahi:
i. Seksi Pengairan; dan
ii. Seksi Cipta Karya dan Penataan Ruang.
e. Bidang Pertambangan dan Energi, membawahi:
i. Seksi Geologi;
ii. Seksi Pertambangan dan Migas; dan
iii. Seksi Ketenagalistrikan.
f. Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD).
g. Kelompok Jabatan Fungsional, terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi
dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahlian dan keterampilannya.
Lembaga Teknis Daerah adalah merupakan unsur pendukung tugas Kepala Daerah. Lembaga
Teknis Daerah berbentuk Inspektorat dipimpin oleh Inspektur, berbentuk Badan dipimpin oleh
Kepala Badan, berbentuk Kantor dipimpin oleh Kepala Kantor dan berbentuk Satuan dipimpin
oleh Kepala Satuan yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah Kabupaten.
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya; dan
e. Pelayanan administratif.
a. Kepala Badan.
b. Sekretariat, membawahi:
i. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
ii. Sub Bagian Keuangan;
iii. Sub Bagian Perencanaan.
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya; dan
e. Pelayanan administratif.
a. Kepala Badan.
b. Sekretariat, membawahi:
i. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
ii. Sub Bagian Keuangan;
iii. Sub Bagian Perencanaan.
c. Bidang Pemerintahan Pekon, membawahi:
i. Sub Bidang Kelembagaan pekon dan kelurahan; dan
ii. Sub Bidang pemberdayaan pemerintah pekon.
d. Bidang Usaha Ekonomi Keluarga dan Masyarakat, membawahi:
i. Sub Bidang ekonomi Masyarakat pekon; dan
ii. Sub Bidang bantuan pembangunan dan program khusus.
e. Bidang Kelembagaan dan Pengembangan Partisipasi Masyarakat, membawahi:
i. Sub Bidang kawasan potensial dan terisolir; dan
ii. Sub Bidang teknologi tepat guna.
f. Kelompok Jabatan Fungsional, terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi
dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahlian dan keterampilannya.
3. KANTOR LINGKUNGAN
HIDUP
Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kantor Lingkungan
Hidup, mempunyai fungsi:
a. Kepala;
b. Sub Bagian Tata Usaha;
c. Seksi Pengendalian Dampak Lingkungan;
d. Seksi Pengelolaan Kualitas Lingkungan;
e. Seksi Pengawasan dan Penanggulangan Pencemaran;
f. Kelompok Jabatan Fungsional, terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi
dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahlian dan keterampilan.
2.7. Komunikasi dan Media
Peran media dalam pengelolaan sanitasi adalah sangat penting, karena sebagai salah satu bentuk
kampanye kegiatan perilaku hidup bersih dan sehat kepada masyarakat di Kabupaten Pesisir Barat.
Kajian Komunikasi dan Pemetaan Media merupakan upaya pengumpulan dan analisis data primer
dan sekunder untuk mendapatkan gambaran tingkat komunikasi di antara stakeholder dan peta media
terkait pembangunan sanitasi. Kajian ini diperlukan untuk menyusun Strategi Kampanye dan
Komunikasi, di samping juga bermanfaat sebagai sarana advokasi program pembangunan sanitasi di
Kabupaten Pesisir Barat untuk stakeholder kunci, yakni pemerintah dan media massa.
Study media dan komunikasi ini juga berfungsi untuk mengidentifikasi tentang pengalaman dan
kapasitas Kabupaten Pesisir Barat dalam menjalankan kampanye / pemasaran sanitasi serta sejauh
mana pemahaman mereka mengetahui peran media massa dalam mendukung pembangunan
sanitasi. Pada akhirnya kajian ini harus mampu mengidentifikasi media yang efektif dan efisien dalam
menjangkau target yang dituju. Hanya dengan cara demikian, kajian ini dapat membantu Kabupaten
Pesisir Barat dalam menyusun perencanaan media yang baik.
Namun saat ini di Kabupaten Pesisir Barat belum ada kegiatan yang terkait komunikasi dan media
karena Kabupaten Pesisir Barat merupakan Daerah Otonomi Baru (DOB) pemekarran dari Kabupaten
Lampung Barat yang di sahkan melalui Undang-undang nomor 22 tahun 2012.
No Kegiatan
-
-
-
Sumber : Dinas Kesehatan Lampung Barat tahun 2012
No Jenis Media
1 Poster, leaflet
2 Poster, leaflet
3 Poster, leaflet