1.1 Hakikat Etika Bisnis Menurut kamus, istilah etika memiliki beragam makna yang berbeda. Salah satu maknanya adalah “prinsip tingkah laku yang mengatur individu atau kelompok.” Kadang kita menggunakan istilag etika personal, misalnya ketika mengacu pada aturan-aturan dalam lingkup di mana orang per orang menjalani kehidupan pribadinya. Kita menggunakan istilah etika akuntansi ketika mengacu pada seperangkat aturan yang mengatur tindajan profesional akuntan. Makna kedua mengenai etika menurut kamus adalah: etika adalah “kajian moralitas”. Para ahli menggunakan istilah etika untuk mengacu terutama pada pengkajian moralitas, sama seperti ahli kimia menggunakan istilah kimia untuk mengacu pda pengkajian unsur- unsur substansi kimiawi. Meskipun etia berkaitan dengan moralitas, namun tidak sama persis dengan moralitas. Etika adalah semacam penelaahan sedangkan moralitas merupakan subjek. Moralitas adalah pedoman yang dimiliki individu atau kelompok mengenai apa itu benar dan salah, atau baik dan jahat. Para ahli etika mengajukan lima ciri yang berguna yang menentuka hakikat standar moral. Pertama, standar moral berkaitan dengan persoalan yang kita anggap akan merugikan secara serius atau benar-benar akan menguntungkan manusia. Kedua, standar moral ditetapkan atau diubah oelh keputusan dewan otoritas tertentu. Ketiga, kita merasa bahwa standar moral harus lebih diutamakan daripada nilai lai termasuk kepentingan diri. Keempat, standar moral berdasarkan pada pertimbangan yang tidak memihak. Kelima, standar moral diasosiasikan dengan emosi tertentu dan kosa kata tertentu. Etika merupakan ilmu yang mendalami standar moral perorangan dan standar moral masyarakat. Ia mempertanyakan bagaimana standar-standar diaplikasikan dalam kehidupan kita dan apakah standar ini masuk akal atau tidak masuk akal. Etika adalah studi standar moral yang tujuan eksplisitnya adalah menentukan sejauh apakah standar moral yang diberikan lebih atau kurang benar. Etika bisnis merukapan studi standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke dalam sistem dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dna jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam organisasi. Studi ini tidak hanya mencakup analisis norma moral dna nilai moral, namun juga berusaha mengaplikasikan kesimpulan-kesimpulan analisis tersebut ke beragam institusi, teknologi, transaksi, aktivitas, dan usaha-usaha yang kita sebut bisnis. Teknologi terdiri atas metode, proses, dan alat yang ditemukan manusia untuk memanipulasi lingkungan mereka. Sejauh yang tidak pernah direalisakan dalam sejarah, bisnis kontemporer secara terus-menerus dan radikal diubah oleh evolusi teknologi baru yang cepat yang memunculkan persoalan etis baru bagi bisnis. Sebagai contoh adanya Revolusi Agrikultur, manusia mengembangkan teknologi pertanian yang memungkinkan mereka berhenti mengandalkan perburuan dan keuntungan berburu. 1.2 Perkembangan Moral dan Penalaran Moral Kohlberg mengelompokkan tahapan perkembangan moral menjadi tiga tingkat. a. Level satu: Tahap Prakonvensional Tahap satu, orientasi dan hukuman. Konsekuensi fisik sebuah tindakan sepenuhnya ditentukan oleh kebaikan atau keburukan tindakan itu. Tahap dua, Orientasi Instrumen dan Relativitas. Tindakan yang benar adalah yang dapat berfungsi sebagai instrumen untuk memuaskan kebutuhan anak itu sendiri atau kebutuhan mereka yang dipedulikan anak itu. b. Level dua: Tahap Konvensional Tahap tiga, Orientasi Kesesuaian Interpersonal. Perilaku yang baik pada tahap konvensional awal ini memenuhi ekspektasi mereka dari mana dia merasakan loyalitas, afeksi, dan kepercayaan seperti keluarga. Tahap empat, Orientasi Hukum dna Keteraturan. Benar dan salah ditentukan oleh loyalitas terhadap negara atau masyarakat sekitarnya yang lebih besar. c. Level tiga: Tahap Postkonvensional, Otonom, dan Berprinsip Tahap lima, Orientasi Kontrak Sosial. Melihat situasi dari sudut pandang yang adil mempertimbangkan kepentingan setiap orang. Tahap enam, Orientasi Prinsip Etis Universal. Tindakan yang benar didefinisikan dalam pengertian prinsip moral yang dipilih karena komprehensivitas, universalitas, dan konsistensinya. 1.3 Argumen yang mendukung dan yang Menentang Etika Bisnis Tiga argumen diajukan unutk mendukung keberatan kepada etika dalam bisnis: a. Di pasar bebas yang kompetitif sempurna, pencarian keuntungan dengan sendirinya menekankan bahwa anggota masyarakat berfungsi dengan cara-cara yang paling menguntungkan secara sosial. b. Manajer bisnis hendaknya berfokus mengejar keuntungan perusahaan mereka dan mengabaikan pertimbangan etis. c. Menjadi etis cukuplah bagi orang-orang bisnis sekadar menaati hukum. Tiga argumen diajukan unutk mendukung etika dalam bisnis: a. Etika seharusnya diterapkan dalam bisnis dengan menunjukkan bahwa etika mengatur semua aktivitas manusia yang disengaja; dan karena bisnis merupakan aktivitas manusia disengaja, etika hendaknya juga berperan dalam bisnis. b. Etika hendaknya menjadi bagian dari bisnis mennjukan bahwa aktivitas bisnis, tidak dapat eksis kecuali orang yang terlibat dalam bisnis dan komuitas sekitarnya taat terhadap stndar minimal etika. 1.4 Tanggung jawab dan Kesalahan Moral Pandangan tradisional berpendapat bahwa mereka yang melakukan secara sadar dan bebas apa yang diperlukan untuk menghasilkan tindakan korporasi, masing-masing secara moral bertanggungjawab. Dalam pandangan ini, situasi di mana seseorang memerlukan tindakan orang lain untuk melaksankan tindakan korporasi yang keliru, secara prinsip tidak berbeda dengan situasi di mana seseorang memerlukan lingkungan eksternal untuk melakukan kesalahan. Ketika seorang atasan memerintahkan seorang karyawan untuk melakukan sebuah tindakan yang mereka ketahui salah, karywan secara moral bertanggungjawab atas tindakan itu juka dia melakukannya.