Anda di halaman 1dari 2

KHOIRUNISA ARIFAH

MAKSI 37 – AKUNTANSI KEUANGAN

ETIKA DAN BISNIS


1.1 Hakikat Etika Bisnis
Menurut kamus, istilah etika memiliki beragam makna yang berbeda. Salah satu
maknanya adalah “prinsip tingkah laku yang mengatur individu atau kelompok.” Kadang
kita menggunakan istilag etika personal, misalnya ketika mengacu pada aturan-aturan
dalam lingkup di mana orang per orang menjalani kehidupan pribadinya. Kita
menggunakan istilah etika akuntansi ketika mengacu pada seperangkat aturan yang
mengatur tindajan profesional akuntan.
Makna kedua mengenai etika menurut kamus adalah: etika adalah “kajian moralitas”.
Para ahli menggunakan istilah etika untuk mengacu terutama pada pengkajian moralitas,
sama seperti ahli kimia menggunakan istilah kimia untuk mengacu pda pengkajian unsur-
unsur substansi kimiawi. Meskipun etia berkaitan dengan moralitas, namun tidak sama
persis dengan moralitas. Etika adalah semacam penelaahan sedangkan moralitas
merupakan subjek.
Moralitas adalah pedoman yang dimiliki individu atau kelompok mengenai apa itu
benar dan salah, atau baik dan jahat. Para ahli etika mengajukan lima ciri yang berguna
yang menentuka hakikat standar moral. Pertama, standar moral berkaitan dengan persoalan
yang kita anggap akan merugikan secara serius atau benar-benar akan menguntungkan
manusia. Kedua, standar moral ditetapkan atau diubah oelh keputusan dewan otoritas
tertentu. Ketiga, kita merasa bahwa standar moral harus lebih diutamakan daripada nilai lai
termasuk kepentingan diri. Keempat, standar moral berdasarkan pada pertimbangan yang
tidak memihak. Kelima, standar moral diasosiasikan dengan emosi tertentu dan kosa kata
tertentu.
Etika merupakan ilmu yang mendalami standar moral perorangan dan standar moral
masyarakat. Ia mempertanyakan bagaimana standar-standar diaplikasikan dalam
kehidupan kita dan apakah standar ini masuk akal atau tidak masuk akal. Etika adalah studi
standar moral yang tujuan eksplisitnya adalah menentukan sejauh apakah standar moral
yang diberikan lebih atau kurang benar.
Etika bisnis merukapan studi standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke
dalam sistem dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan
mendistribusikan barang dna jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam
organisasi. Studi ini tidak hanya mencakup analisis norma moral dna nilai moral, namun
juga berusaha mengaplikasikan kesimpulan-kesimpulan analisis tersebut ke beragam
institusi, teknologi, transaksi, aktivitas, dan usaha-usaha yang kita sebut bisnis.
Teknologi terdiri atas metode, proses, dan alat yang ditemukan manusia untuk
memanipulasi lingkungan mereka. Sejauh yang tidak pernah direalisakan dalam sejarah,
bisnis kontemporer secara terus-menerus dan radikal diubah oleh evolusi teknologi baru
yang cepat yang memunculkan persoalan etis baru bagi bisnis. Sebagai contoh adanya
Revolusi Agrikultur, manusia mengembangkan teknologi pertanian yang memungkinkan
mereka berhenti mengandalkan perburuan dan keuntungan berburu.
1.2 Perkembangan Moral dan Penalaran Moral
Kohlberg mengelompokkan tahapan perkembangan moral menjadi tiga tingkat.
a. Level satu: Tahap Prakonvensional
Tahap satu, orientasi dan hukuman. Konsekuensi fisik sebuah tindakan sepenuhnya
ditentukan oleh kebaikan atau keburukan tindakan itu.
Tahap dua, Orientasi Instrumen dan Relativitas. Tindakan yang benar adalah yang dapat
berfungsi sebagai instrumen untuk memuaskan kebutuhan anak itu sendiri atau
kebutuhan mereka yang dipedulikan anak itu.
b. Level dua: Tahap Konvensional
Tahap tiga, Orientasi Kesesuaian Interpersonal. Perilaku yang baik pada tahap
konvensional awal ini memenuhi ekspektasi mereka dari mana dia merasakan loyalitas,
afeksi, dan kepercayaan seperti keluarga.
Tahap empat, Orientasi Hukum dna Keteraturan. Benar dan salah ditentukan oleh
loyalitas terhadap negara atau masyarakat sekitarnya yang lebih besar.
c. Level tiga: Tahap Postkonvensional, Otonom, dan Berprinsip
Tahap lima, Orientasi Kontrak Sosial. Melihat situasi dari sudut pandang yang adil
mempertimbangkan kepentingan setiap orang.
Tahap enam, Orientasi Prinsip Etis Universal. Tindakan yang benar didefinisikan dalam
pengertian prinsip moral yang dipilih karena komprehensivitas, universalitas, dan
konsistensinya.
1.3 Argumen yang mendukung dan yang Menentang Etika Bisnis
Tiga argumen diajukan unutk mendukung keberatan kepada etika dalam bisnis:
a. Di pasar bebas yang kompetitif sempurna, pencarian keuntungan dengan sendirinya
menekankan bahwa anggota masyarakat berfungsi dengan cara-cara yang paling
menguntungkan secara sosial.
b. Manajer bisnis hendaknya berfokus mengejar keuntungan perusahaan mereka dan
mengabaikan pertimbangan etis.
c. Menjadi etis cukuplah bagi orang-orang bisnis sekadar menaati hukum.
Tiga argumen diajukan unutk mendukung etika dalam bisnis:
a. Etika seharusnya diterapkan dalam bisnis dengan menunjukkan bahwa etika mengatur
semua aktivitas manusia yang disengaja; dan karena bisnis merupakan aktivitas
manusia disengaja, etika hendaknya juga berperan dalam bisnis.
b. Etika hendaknya menjadi bagian dari bisnis mennjukan bahwa aktivitas bisnis, tidak
dapat eksis kecuali orang yang terlibat dalam bisnis dan komuitas sekitarnya taat
terhadap stndar minimal etika.
1.4 Tanggung jawab dan Kesalahan Moral
Pandangan tradisional berpendapat bahwa mereka yang melakukan secara sadar dan
bebas apa yang diperlukan untuk menghasilkan tindakan korporasi, masing-masing secara
moral bertanggungjawab. Dalam pandangan ini, situasi di mana seseorang memerlukan
tindakan orang lain untuk melaksankan tindakan korporasi yang keliru, secara prinsip tidak
berbeda dengan situasi di mana seseorang memerlukan lingkungan eksternal untuk
melakukan kesalahan.
Ketika seorang atasan memerintahkan seorang karyawan untuk melakukan sebuah
tindakan yang mereka ketahui salah, karywan secara moral bertanggungjawab atas
tindakan itu juka dia melakukannya.

Anda mungkin juga menyukai