Anda di halaman 1dari 23

Pendahuluan

Bank didirikan untuk jangka waktu tak terbatas, artinya manajemen bank akan berusaha
untuk menjaga keberlangsungan operasi bank. Untuk mempertahankan dan mengembangkannya
diperlukan daya saing yang memadai. Untuk dapat bersaing sebuah bank harus bekerja pada tingkat
efisiensi yang tinggi dan mampu mengelola risiko, mampu menciptakan dan mengembangkan sistem
dan prosedur pelayanan, serta sistem informasi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan
operasional bank serta memiliki modal yang cukup dan sehat sebagai penggerak aktivitas.
Modal bank adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik dalam rangka pendirian badan
usaha yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank di samping untuk memenuhi
regulasi yang ditetapkan oleh otoritas moneter.
Ketentuan jumlah modal inti di bank umum maupun modal disetor di BPR bisa berbeda,
namun untuk rasio kecukupan modal adalah 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko baik di BPR
maupun Bank Umum. Rasio kecukupan modal di bank harus memperhitungkan risiko pasar, karena
itu akan dibahas mengenai jenis modal dan akuntansinya serta teknis perhitungan rasio kecukupan
modal di BPR dan Bank Umum.
A. Klasifikasi Modal Bank

Pembagian jenis modal bank di Indonesia dapat diklasifikasikan sesuai Standar Bank For
International Settlements, yaitu :

a. Modal Inti (Tier 1)

Modal inti terdiri dari modal disetor, modal sumbangan, cadangan-cadangan yang
dibentuk dari laba setelah pajak dan laba diperoleh setelah perhitungan pajak.

- Modal inti yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya.
- Modal sumbangan, yaitu modal yang dieroleh kembali dari sumbangan saham,
termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila saham
tersebut dijual. Modal ini sering disebut modal donasi.
- Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang
ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat persetujuan
dari rapat umum pemegang saham.
- Cadangan tujuan, yaitu bagian laba yang dikurangi pajak yang disisihkan untuk
tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham.
- Laba ditahan dimaksudkan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang
oleh rapat umum pemegang saham diputuskan untuk tidak dibagikan.
- Laba tahun lalu adalah laba tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak yang belum
ditetapkan penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham.
- Laba tahun berjalan setelah dikurangi dengan taksiran hutang pajak. Laba tahun
lalu berjalan ini hanya diperhitungkan sebagai modal inti sebesar 50%.

Modal inti merupakan modal yang disetor para pemilik bank dan modal yang berasal
dari cadangan yang dibentuk ditambah dengan laba yang ditahan. Porsi terbesar
modal inti terletak pada modal saham yang disetor. Sedangkan selebihnya sangat
tergantung laba yang diperoleh dan kebijakan Rapat Umum Pemegang Saham.

Untuk modal disetor berupa saham biasa. Pemegang saham basa memliki hak suara,
sehingga dapat mengendalikan manajemen bank. Pada saham preferen,
pemegangnya tidak mempunyai hak suara namun pembagian dividennya akan
didahulukan sebelum membayar dividen saham biasa.

Pencatatan modal saham dilakukan sebesar harga nominal. Selisih harga saham
diatas nilai nominal dicatat sebagai agio saham. Selisih harga saham dibawah nilai
nominal dicatat sebagai disagio saham. Agio saham akan diamortisasi setiap akhir
periode dan disagio saham akan diakumulasi setiap akhir periode.

Harga saham atau nilai modal disetor (paid in capital) merupakan total yang dibayar
oleh pemegang saham kepada bank emiten untuk ditukarkan dengan saham preferen
atau saham biasa. Niai modal disetor merupakan penjumlahan nilai nominal
ditambah dengan disagio saham atau nilai nominal dikurangi disagio saham.
Sedangkan nilai nominal merupakan nilai kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap
lembar saham. Nilai nominal ditentukan berkaitan dengan kepentingan hukum,
misalnya untuk proteksi terhadap kreditur. Dalam hal bank emiten menerbitkan
saham biasa dan saham preferen, maka penyajian dalam neraca saham preferen
harus didahulukan.

Contoh:

a. Tanggal 2 januari 2012 telah diterima setoran awal dana dari Bapak Surya Darma
untuk modal bank berupa uang tunai Rp 500.000.000, aktiva tetap berupa tanah
senilai Rp 600.000.000, kendaraan baru dan belum disusut senilai Rp
200.000.000, inventaris kantor senilai Rp 200.000.000. setoran ini dicatat dalam
bentuk saham biasa untuk 150.000 lembar dengan nilai nominal Rp 10.000 per
lembar, kurs 103%.
b. Tanggal 10 januari 2012 dijual saham biasa 10.000 lembar dengan nominal Rp
5000, kurs 97%. Pembayaran diterima tunai.

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

2/1/2012 Dr. Kas 545.000.000

Dr. AT. Tanah 600.000.000

Dr. AT. Kendaraan 200.000.000

Dr. AT. inventaris kantor 200.000.000

Cr. Modal disetor saham biasa 1.500.000.000

Cr. Agio saham 45.000.000

Dr. Kas 48.500.000

Dr. Disagio saham 1.500.000

Cr. Modal disetor saham biasa 50.000.000

Bank yang mengeluarkan saham sering menerima pesanan saham dari calon investor.
Saham yang dijual secara pesanan harus diserahkan setelah dilunasi seluruhnya.
Perlakuan akuntansi untuk pemesanan saham adalah emiten akan mendebit piutang
pemesan saham dan mengkredit modal saham yang dipesan.
Contoh transaksi pemesanan saham :

1. Tanggal 15 juni 2012 Bank Mitra Buana menerima pesanan saham 100.000
lembar saham biasa dari PT Mirana dengan kurs 102. Harga nominal per lembar
Rp 10.000. uang muka pesanan saham diterima 60% tunai.
2. Tanggal 30 juni 2012 pesanan saham tersebut dilunasi secara tunai.

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

15/6-2012 Dr. Kas 612.000.000

Dr. Piutang- PT Mirana 408.000.000

Cr. Modal saham dipesan 1.000.000.000

Cr. Agio saham 20.000.000

30/6-2012 Dr. Kas 408.000.000

Dr. Modal saham dipesan 1.000.000.000

Cr. Piutang – PT Mirana 408.000.000

Cr. Modal disetor-saham biasa 1.000.000.000

Bila dikemudian hari pemesanan saham tidak mampu melunasi kekurangannya dan
bank selaku emiten harus mencatatnya sesuai dengan perjanjian yang disepakati
awal.

Contoh :

Bila pesanan saham yang dilakukan oleh PT Mirana tidak dilunasi, dan bank Mitra
Buana mengembalikannya sebesar 80% dari nilai yang telah dibayar, maka jurnalnya:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

15/6-2012 Dr. Agio saham 20.000.000

Dr. modal saham yang dipesan 1.000.000.000

Cr. Piutang – PT Mirana 408.000.000

Cr. Kas 489.000.000


Cr. Pendapatan lain-lain 122.400.000

Keterangan :

Telah Diterima Tunai = Rp 612.000.000

Dikembalikan 80% = Rp 489.600.000

Pendapatan lain-lain = Rp 122.400.000

Pembelian Kembali Saham

Pembelian kembali saham yang telah beredar dapat dilakukan dengan kerangka
untuk mempertahankan struktur kepemilikan, menghindari hostile takeover,
memenuhi tuntutan regulasi atau untuk mengimbangi penurunan skala operasi bank
yang semakin menurun sehingga tidak perlu modal besar. Saham yang dibeli kembali
disebut saham treasuri.

Perlakuan akuntansi untuk saham treasuri terdiri dari dua macam. Yang pertama
dicatat berdasarkan harga perolehan dan cara lain saham dicatat sebesar harga
nominal.

Saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar harga perolehan, maka pada saat
dijual kembali juga dicatat atau dikreditkan sebesar harga perolehannya. Bila
pembelian saham treasuri dilakukan lebih dari satu kali, maka dapat digunakan
Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP). Dan disajikan sebagai pengurang
modal saham.

Pencatatan didasarkan pada harga nominal. Pada metode ini saham yang diperoleh
kembali dicatat sebesar harga nominal dan disajikan sebagai pengurang terhadap
modal saham.

Contoh :

a. Tanggal 1 juni 2012 Bank ABC melakukan emisi saham biasa 100.000 lembar
dengan nominal Rp 5000 per lembar. Kurs 106.
b. Tanggal 30 juni 2012 Bank ABC membeli kembali 10.000 lembar sahamnya
dengan kurs 103.
c. Tanggal 30 juli 2012 Bank ABC menjual kembali saham treasuri sebanyak 10.000
lembar dengan kurs 104.
d. Tanggal 1 agustus 2012 Bank ABC menjual kembali 10.000 lembar saham treasuri
dengan kurs 96.

Jurnal untuk transaksi ini adalah :


Metode harga perolehan

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

1/6-2012 Dr. Kas 530.000.000

Cr. Modal saham 500.000.000

Cr. Agio saham 30.000.000

30/6-2012 Dr. saham treasuri 51.500.000

Cr. kas 51.500.000

30/7-2012 Dr. kas 52.000.000

Cr. Saham treasuri 51.500.000

Cr. Tambahan modal- ST 500.000

1/8-2012 Dr. kas 48.000.000

Dr. tambahan modal - ST 3.500.000

Cr. Saham treasuri 51.500.000

Metode harga nominal

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

1/6-2012 Dr. Kas 530.000.000

Cr. Modal saham 500.000.000

Cr. Agio saham 30.000.000

30/6-2012 Dr. saham treasuri 50.000.000

Dr. agio saham 1.500.000


Cr. kas 51.500.000

30/7-2012 Dr. kas 52.000.000

Cr. Saham treasuri 50.000.000

Cr. Agio modal saham 2.000.000

1/8-2012 Dr. kas 48.000.000

Dr. agio modal saham 2.000.000

Cr. Saham treasuri 50.000.000

Penarikan Kembali Saham Treasuri

Saham treasuri yang ditarik kembali, berarti saham tersebut tidak diedarkan kembali.
Perlakuan akuntansi untuk saham treasuri yang ditari tergantung metode
pencatatannya. Bila berdasarkan harga perolehan, sebagaimana kita perhatikan
sebelumnya bahwa bank tidak mengakui kenaikan ataupun penurunan modal dari
saham treasuri yang diperoleh, maka kenaikan atau penurunan saham treasuri harus
diakui pada saat saham tersebut ditarik kembali. Bila pencatatannya didasarkan
pada harga nominal, maka bank telah mengakui kenaikan atau penurunannya,
sehingga pada saat penarikan tidak perlu mengakui selisih atau kenaikan/penurunan
tersebut.

Contoh :

Misalkan setelah terjadi transaksi pembelian kembali saham treasuri di Bank ABC
pada tanggal 30 juni 2012, Bank ABC menyatakan menarik 10.000 lembar saham
treasuri tersebut pada tanggal 15 juli 2012. Maka pencatatannya adalah :

Berdasarkan metode harga perolehan

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

15/6-2012 Dr. modal saham 50.000.000

Dr. agio saham 3.000.000

Cr. Tambahan modal – Sh. 1.500.000


treasuri

Cr. Saham treasuri 51.500.000

Berdasarkan metode harga nominal

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

15/7-2012 Dr. modal saham 50.000.000

Cr. Saham treasuri 50.000.000

b. Modal Pelengkap (Tier 2)

Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang dibentuk tidak berasal dari
laba, modal pinjaman, serta pinjaman subordinasi.

- Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih
penilainan kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari Direktorat
Jendral Pajak.
- Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang dibentuk dengan cara membebani
laba rugi tahun berjalan, dengan maksud untuk menampung kerugian
yangmungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau
seluruh aktiva produktifnya.
- Modal pinjaman, yaitu utang yang didukung oleh instrument atau warkat yang
memiliki sifat-sifat seperti modal dan mempunya cirri-ciri tidak dijamin oleh bank
yang bersangkutan, tidak dapat ditarik atau dilunasi atas inisiatif pemilik tanpa
persetujuan BI, mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal
jumlah kerugian bank melebihi laba ditahan dan cadangan-cadangan yang
termasuk modal inti, meskipun bank belum likuidasi, dan pembayaran bunga
dapat ditangguhkan apabila bank dalam keadaan rugi atau labanya tidak
mendukung untuk membayar bunga tersebut.

Pencatatan modal pinjaman dimulai saat penerbitan atau penjualan warkat


modal pinjaman. Modal pinjaman dicatat sebesar nilai nominal. Biaya-biaya
penerbitan warkat modal pinjaman dapat ditangguhkan dan diamortisasi secara
sistematis selama taksiran jangka waktunya, yang selama-lamanya 5 tahun.

Kredit
Tgl/keterangan Rekening Debit (Rp)
(Rp)

Saat penerbitan Dr. giro bank-bank lain Rp


(penjualan warkat) Dr. biaya penerbitan modal pinjaman Rp
dibayar dimuka

Cr. Modal pinjaman Rp

Saat amortisasi Dr. biaya penerbitan modal pinjaman Rp

Biaya penerbitan Cr. Biaya penerbitan modal Rp


pinjaman dibayar dimuka

Saat penyesuaian bunga Dr. biaya bunga Rp

Cr. Bunga MP masih harus dibayar Rp

Saat pembayaran bunga Dr. bunga MP masih harus dibayar Rp

Cr. Kas/giro bank-bank lain Rp

Saat pelunasan pokok Dr. modal pinjaman Rp

pinjaman Cr. Giro BI/kas/giro bank-bank lain Rp

- Pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman yang memenuhi syarat-syarat ada


perjanjian tertulis, mendapat persetujuan BI dan tidak dijamin oleh bank yang
bersangkutan dan telah disetor penuh dengan minimal jangka waktu 5 tahun,
pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapatkan persetujuan BI serta hak
tagih berada pada urutan paling akhir dalam hal bank likuidasi.

Akuntansi Pinjaman Subordinasi

Akuntansi untuk pos ini prinsipnya sama dengan akuntansi pinjaman diterima.
Pencatatan dimulai dari komitmen disepakati, kemudian pada saat realisasi, dan
pencatatan selama periode pinjaman subordinasi berupa angsuran pokok dan bunga.
Tanggal/keterangan Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Komitmen ditanda Dr. fasilitas pinjaman subordinasi

tangani Disetujui dan belum direalisasi

Saat pinjaman Cr. Fasilitas pinjaman

direalisasi Subordinasi disetujui dan


belum direalisasi

Dr. giro BI

Cr. Pinjaman subordinasi

Penyesuaian bunga Dr. biaya bunga

Akhir setiap akhir Cr. Bunga yang masih harus


periode dibayar

Pembayaran bunga Dr. bunga yang masih harus


setelah penyesuaian dibayar

Cr. Giro BI /bank-bank -lain

Saat pelunasan Dr. pinjaman subordinasi

Cr. Giro BI/Bank-bank lain

c. Modal Pelengkap Tambahan

1. Bank dapat memperhitungkan modal pelengkap tambahan untuk tujuan


perhitungan Kebutuhan Penyediaan Modal Minimum (KPMM) atau Capital
Adequacy Ratio (CAR) secara individu dan/atau secara konsolidasi dengan
perusahaan anak.
2. Modal pelengkap tambahan dalam perhitungan KPMM hanya dapat digunakan
untuk memperhitungkan risiko pasar.
3. Pos yang dapat diperhitungkan sebagai modal pelengkap tambahan adalah
pinjaman subordinasi jangka pendek yang memenuhi criteria sebagai berikut:

 Tidak dijamin oleh bank atau perusahaan anak yang bersangkutan dan
telah disetor penuh
 Memiliki jangka waktu perjanjian sekurang-kurangnya 2 tahun
 Yidak dapat dibayar sebelum jadwal waktu yang ditetapkan dalam
perjanjian pinjaman kecuali dengan persetujuan BI
 Terdapat klausula yang mengikat (lock-in-clause) yang menyatakan bahwa
tidak dapat dilakukan pembayaran pokok atau bunga, termasuk
pembayaran pada saat jatuh tempo, apabila pembayaran dimaksud dapat
menyebabkan KPMM secara individual atau secara konsolidasi dengan
perusahaan anak tidak memenuhi ketentuan yang berlaku.
 Terdapat perjanjian pinjaman yang jelas termasuk jadwal pelunasannya,
dan
 Memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari BI.
4. Modal pelengkap tambahan untuk memperhitungkan risiko pasar hanya dapat
digunakan dengan memenuhi criteria :
a. Tidak melebihi 25% dari bagian modal inti yang dialokasikan untuk
memperhitungkan risiko pasar
b. Jumlah modal pelengkap dan modal pelengkap tambahan paling tinggi
sebesar 100% dari modal inti
5. Modal pelengkap yang tidak digunakan dapat ditambahkan untuk modal
pelengkap tambahan dengan memenuhi persyaratan pada poin 4 ini.
6. Pinjaman subordinasi sebagaimana diatur dalam ketentuan yang berlaku dan
melebihi 50% modal ini, dapat digunakan sebagai komponen modal pelengkap
tambahan dengan tetap memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada
poin 4 ini.

Rasio Kecukupan Modal Bank Perkreditan Rakyat

Tata cara perhitungan kecukupan modal bank perkreditan rakyat dapat dilakukan dengan cara:
1. Dalam menghitung ATMR, pos – pos aktiva diberikan bobot risiko yang besarnya didasarkan
pada risiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau risiko yang didasarkan pada jenis
aktiva, golongan debitur, penjamin atau sifat barang jaminan.
2. Dengan memperhatikan prinsip pada angka 1 maka rincian bobot risiko adalah:
0% a. Kas
b. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
c. Kredit dengan agunan berupa SBI, tabungan dan deposito yang diblokir pada BPR yang
bersangkutan disertai dengan surat kuasa pencairan emas dan logam mulia, sebesar nilai
terendah antara agunan dan baki debet.
d. Kredit kepada Pemerintah Pusat.
20% a. Giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan serta tagihan lainnya kepada bank lain.
b. Kredit kepada atau yang dijamin oleh bank lain atau Pemerintah Daerah.
40% Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang dijamin oleh hak tanggungan pertama dengan tujuan untuk
dihuni.
50% a. Kredit kepada atau yang dijamin oleh BUMN atau BUMD. Yang dimaksud dengan BUMN sebagai
penjamin adalah lembaga penjamin kredit milik Pemerintah Pusat. Yang dimaksud dengan BUMD
sebagai penjamin adalah BUMD yang melakukan usaha sebagai perusahaan penjamin dan
melakukan perjanjian kerjasama penjaminan kredit dengan lembaga penjamin kredit milik
Pemerintah Pusat.
b. Kredit kepada pegawai/pensiunan, yang memenuhi persyaratan sbb:
1. Pegawai/pensiunan yang menerima kredit adalah:
a. Pegawai negeri sipil (PNS), anggota TNI/POLRI, pegawai lembaga negara atau pegawai
BUMN/BUMD;
b. Pensiunan PNS, pensiunan anggota TNI/POLRI, pensiunan pegawai lembaga negara atau
pensiunan pegawai BUMN/BUMD;
2. Pegawai/pensiunan dijamin dengan asuransi jiwa dari perusahaan asuransi yang memiliki
kriteria:
a. Memiliki izin usaha dari instansi yang berwenang;
b. Laporan keuangan terakhir telah diaudit oleh akuntan publik dan memenuhi ketentuan
tingkat solvabilitas minimun sesuai dengan ketentuan perundang – undangan yang
berlaku; dan
c. Tidak merupakan pihak terkait dengan BPR.
3. Pembayaran angsuran/pelunasan kredit bersumber daru gaji/pensiun berdasarkan Surat
Kuasa Memotong Gaji/Pensiun kepada BPR. Dalam hal pembayaran gaji/pensiun dilakukan
melalui bank lain atau BUMN lain, maka BPR harus memiliki perjanjian kerjasama dengan
bank lain atau BUMN lain pembayar gaji/pensiun untuk melakukan pemotongan gaj/pensiun
dalam rangka pembayaran angsuran/pelunasan kredit; dan
4. BPR manyimpan asli surat pengangkatan pegawai atau surat keputusan pensiun atau Kartu
Registrasi Induk Pensiun (KARIP) dan polis pertanggungan asuransi jiwa debitur.
85% Kredit kepada usaha mikro dan kecil. Kredit kepada usaha mikro adalah kredit dengan plafon sampai
dengan Rp. 50.000.000,00 (Lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp. 500.000.000,00 (Lima ratus juta
rupiah)
100% a. Kredit kepada atau yang dijamin oleh perorangan, koperasi atau kelompok dengan perusahaan
lainnya.
b. Aktiva tetap dan inventaris (nilai buku).
c. Aktiva lainnya selain tersebut diatas.
3. Aktiva produktif dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan atau Macet dalam perhitungan ATMR
dinilai sebesar nilai buku yaitu setelah dikurangi dengan Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif (PPAP) khusus dari aktiva produktif dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan dan
Macet. Penilaian kualitas aktiva produktif (KAP) dan PPAP mengacu pada ketentuan Bank
Indonesia yang berlaku mengenai KAP dan PPAP BPR.

Tabel 1
Perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) BPR
Bobot Risiko
Komponen Nominal ATMR
(%)
ATMR
I AKTIVA NERACA
1.1 Kas
1.2 Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
1.3 Kredit dengan agunan berupa SBI, tabungan dan deposito yang
diblokir dengan BPR yang bersangkutan disertai dengan surat kuasa
pencairan emas dan logam mulia, sebesar nilai terendah antara agunan
dan baki debet.
1.4 Kredit kepada pemerintah pusat
1.5 Giro, Deposito berjangka, sertifikat deposito, Tabungan serta
tagihan lainnya kepada bank lain
1.6 Kredit kepada atau yang dijamin bank lain atau pemerintah daerah
1.7 Kredit kepemilikan rumah (KPR) yang dijamin oleh hak tanggungan
pertama dengan tujuan untuk dihuni
1.8 Kredit kepda atau yang dijamin oleh bank lain atau BUMN/BUMD
1.9 Kredit kepada pegawai/pensiunan
1.10 Kredit kepada usaha mikro dan kecil
1.11 Kredit kepada atau yang dijaminoleh:
a. Perorangan
b. Koperasi
c. Kelompok dan perusahaan lainnya
1.12 Aktiva Tetap dan Inventaris (nilai buku)
1.13 Aktiva lainnya selain tersebut di atas

II JUMLAH ATMR

TATA CARA PERHITUNGAN KEBUTUHAN MODAL MINIMUM


Perhitungan kebutuhan modal minimum Bank Perkreditan Rakyat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1. Perhitungan kebutuhan modal didasarkan pada ATMR yang dihitung dengan cara mengalikan
nilai nominal pos-pos aktiva produktif dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan atau Macet
dilakukan dengan cara mengalikan nilai buku dengan bobot risiko masing-masing. Dalam hal ini
ATMR mengacu pada SE no. 8/28/DPBI/2006 dan untuk Kualitas Aktiva Produktif mengacu pada
PBI no. 8/19/PBI/2006.
2. Menjumlahkan ATMR dari masing-masing pos aktiva.
3. Menjumlahkan modal inti dan modal pelengkap untuk mengetahui jumlah modal BPR.
4. Menghitung modal minimum dengan cara mengalikan jumlah ATMR dengan8% (delapan
perseratus).
5. Menghitung kekurangan modal dengan cara membandingkan jumlah modal minimum pada
angka 4 dengan jumlah modal pada angka 3.
6. Menghitung KPMM dengan cara membandingkan jumlah modal BPR pada angka 3 dengan ATMR
pada angka 2.

Tabel 2
Perhitungan Kebutuhan Modal Minimum BPR
Jumlah setiap
Keterangan Jumlah
komponen
MODAL
I MODAL INTI
1.1 Modal disetor
1.2 Agio
1.3 Disagio
1.4 Modal disumbangkan
1.5 Dana setoran modal
1.6 Cadangan umum
1.7 Cadangan tujuan
1.8 Laba ditahan
1.9 Laba tahun-tahun lalu
1.10 Rugi tahun-tahun lalu
1.11 Laba tahun berjalan setelah dikurangi kekurangan PPAP (Max. 50%
setelah dikurangi taksiran hutang PPh)
1.12 Rugi tahun berjalan
1.13 Sub total
1.14 Goodwill
1.15 Jumlah modal inti

II MODAL PELENGKAP
2.1 Cadangan revaluasi aktiva tetap
2.2 Penyisihan penghapusan aktiva produktif umum (max. 1,25% dari
ATMR)
2.3 Modal pinjaman
2.4 Pinjaman subordinasi, (maks. 50% dari modal inti)
2.5 Jumlah modal pelengkap (maks. 100% dari modal inti)

III JUMLAH MODAL (1.15-2.5)

MODAL MINIMUN (8% X ATMR)

JUMLAH KEKURANGAN MODAL

RASIO PMM (CAR=JUMLAH MODAL/ATMR)

Contoh:
BPR XYZ mempunyai laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi per 31 Desember 2011
seperti pada tabel 3 dan 4 berikut ini:

Tabel 3
Neraca BPR XYZ per 31 Desember 2011
A Aktiva: Jumlah (Rp)
1 Kas 63.647.000
2 Antar bank aktiva 21.869.000
3 Wesel promes dan tagihan lainnya
4 Efek-efek
5 Kredit diberikan 6.158.978.000
6 Penyisihan penghapusan aktiva produktif -205.541.000
7 Aktiva tetap dan inventaris 295.233.000
8 Akumulasi aktiva tetap dan inventaris 40.750.000
9 Rupa – rupa aktiva 25.028.000
Jumlah aktiva 6.318.464.000

B Pasiva:
1 Kewajiban segera dibayar:
a. Pemerintah
b. Lainnya 11.800.000
2 Tabungan 125.091.000
3 Deposito berjangka 3.885.000.000
4 Pinjaman diterima pihak III bukan bank 650.000.000
5 Antar bank pasiva
a. Pinjaman diterima 498.484.000
b. Deposito berjangka 510.000.000
6 Rupa-rupa pasiva 104.000
7 Modal disetor:
a. Modal dasar 500.000.000
b. Belum disetor
8 Laba/rugi (ditahan) 137.985.000
6.318.464.000

Tabel 4
Laporan laba/rugi BPR XYZ per 31 desember 2011
No. Rekening Jumlah (Rp)
1 Pendapatan operasional:
a. Pendapatan bunga 1.660.100.000
b. Provisi dan komisi 100.462.000
c. Pendapatan lainnya 13.230.000
Jumlah pendapatan operasional 1.773.792.000
2 Pendapatan non operasional 9.750.000
Jumlah pendapatan 1.783.542.000
3 Biaya operasional:
a. Biaya bunga 1.390.409.000
b. Biaya tenaga kerja 75.525.000
c. Biaya sewa gedung kantor 2.500.000
d. Biaya pemeliharaan dan perbaikan 16.130.000
e. Biaya pengadaan barang dan jasa pihak III 19.996.000
f. Biaya honorarium 150.000
g. Biaya penyisihan penghapusan AP 123.500.000
h. Biaya penyusutan 50.270.000
i. Biaya operasional lainnya 39.694.000
Jumlah biaya operasional 1.718.174.000
4 Biaya non operasional 4.520.000
Jumlah biaya 1.722.694.000
5 Rugi/laba tahun berjalan sebelum pajak (laba) 60.848.000
6 Sisa rugi/laba tahun lalu sebelum pajak (laba) 77.137.000
7 Jumlah laba 137.985.000

Tabel 5
Hasil perhitungan ATMR BPR XYZ per 31 desember 2011
Bobot risiko ATMR (Rp)
No. Keterangan Jumlah (a)
(b) axb
I Aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR)
Aktiva neraca:
1. Kas 63.647.000
2. Sertifkat bank indonesia 0
3. Kredit dengan agunan berupa SBI, tabungan dan
deposito yang diblokir pada BPR yang bersangkutan
disertai dengan surat kusa pencairan emas dan logam 0
mulia, sebesar nilai terendah antara agunan dan baki
debet.
4. Kredit kepada pemerintah pusat 0
5. Giro, deposito berjangka, sertifikat deposito
21.869.000 20 4.373.800
tabungan serta tagihan lainnya
6. Kredit kepada atau yang dijamin bank
20
lain/pemerintah daerah
7. KPR yang dijamin oleh hipotik/hak tanggungan
40
pertama dengan tujuan huni
8. Kredit kepada atau yang dijamin oleh bumn/bumd
9. Kredit kepada pegawai/perusahaan 50
10. Kredit kepada pegawai/pensiunan 50
11. kredit kepada usaha mikro dan kecil 6.158.978.000 85 5.235.131.300
12. Tagihan kepada atau tagihan yang dijamin oleh
a. BUMD 100
b. Perorangan 100
c. Koperasi 100
d. Perusahaan lainnya 100
e. Lain-lain 100
13. Aktiva tetap dan inventaris (nilai buku) 244.483.000 100 244.483.000
14. Aktiva lainnya selain disebut di atas 25.028.000 100 25.028.000
Jumlah ATMR 5.509.016.100
Tabel 6
Hasil perhitungan CAR BPR XYZ per 31 desember 2011
No. Keterangan Jumlah per komponen (RP) Jumlah (Rp)
II Modal

1. Modal inti
1.1 Modal disetor 500.000.000
1.2 Modal disumbangkan
1.3 Cadangan umum
1.4 Cadangan tujuan
1.5 Laba ditahan
1.6 Laba tahun-tahun lalu 77.137.000
1.7 Rugi tahun-tahun lalu -/-
1.8 Laba tahun berjalan (50%) 30.424.000
1.9 Rugi tahun berjalan -/-
1.10 Sub total 607.561.000
1.11 Good will -/-
1.12 Jumlah modal inti 607.561.000
2. Modal Pelengkap
2.1 Cad. Rev. aktiva tetap
2.2 Penyisihan penghapusan aktiva produktif
80.410.785
(maks. 1.25% ATMR)
2.3 Modal kuasi
2.4 Pinjaman subordinasi, (maks. 50% modal inti)
2.5 Jumlah modal pelengkap 80.410.785
2.6 Jumlah modal pelengkap yang diperhitungkan
80.410.785
(maks. 100% dari modal inti)
Jumlah modal (1.12+2.6) 687.971.785

III Modal Maksimum (8% ATMR) 440.721.288

IV Kelebihan atau kekurangan modal 247.250.497

V CAR = (Jumlah modal / ATMR) x 100% 12,49%

RASIO KECUKUPAN MODAL (Capital Adequacy Ratio) Bank Umum


Perhitungan rasio kecukupan modal pada bank umum memiliki perbedaan dengan tata cara
perhitungan rasio kecukupan modal pada BPR. Pada bank umum, untuk menentukan kecukupan
modal perlu memasukkan risiko pasar. Untuk menentukan besaran risiko pasar dalam perhitungan
kecukupan modal dapat menggunakan metode standar dan metode internal (tidak dibahas).
Metode standar menggunakan pendekatan pengukuran risiko pasar dan perhitungan
kecukupan modal yang terstandardisir untuk seluruh bank sejak tahun 2003. Namun berdasarkan
perkembangan dan tuntutan yang ada termasuk sejalan dengan perkembangan instrumen keuangan
dan semakin komleksnya usaha bank, maka telah dilakukan penyempurnaan kembali terhadap
penggunaan metode standar dalam perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum dengan
memperhitungkan risiko pasar.
Penggunaan metode standar dalam perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum
bank umum dengan memperhitungkan risiko pasar dituangkan dalam surat edaran BI no.9/33/DPNP
tanggal 18 desember 2007. Pada intinya pendekatan ini adalah:
1. Pendekatan KPMM dengan memperhitungkan risiko kredit dan risiko pasar dilakukan dengan
formula sebagai berikut:
KPMM = (Tier 1 + Tier 2 + Tier 3) – Pernyertaan = 8% (minimum)
ATMR (risiko kredit) + 12.5 x Beban modal untuk risiko pasar
2. Sebelum mengalokasikan beban modal untuk risiko pasar sebagaimana dimaksud pada angka 1,
bank wajib memenuhi KPMM untuk risiko kredit yaitu minimal sebesar 8% sesuai ketentuan yang
berlaku dengan formula:

KPMM = (Tier 1 + Tier 2) – Pernyertaan = 8% (minimum)


AMTR (risiko kredit)

3. Dalam perhitungan KPMM secara konsolidasi, perhitungan modal, risiko kredit dan risiko pasar
dilakukan terhadap data/posisi secara konsolidasi.
4. Dalam melakukan perhitungan sebagaimana dimaksud dalam angka 1, bank harus melakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menghitung aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) untuk risiko kredit sesuai ketentuan
yang berlaku.
b. Menghitung jumlah beban modal untuk seluruh jenis risiko pasar.
c. Untuk menghindari duplikasi perhitungan risiko terhadap surat berharga, eksposur yang
termasuk dalam trading book yang telah diperhitungkan risiko spesifik untuk risiko suku
bunga, seperti obligasi yang diterbitkan oleh BUMN/Swasta dikeluarkan dari perhitungan
ATMR berdasarkan risiko kredit.
d. Menghitung eksposur tertimbang menurut risiko pasar (market risk weighted exposures),
dengan cara mengkonversikan jumlah beban modal untuk seluruh jenis pasar sebagaimana
dimaksud pada huruf b menjadi ekuivalen dengan ATMR (dikalikan dengan angka 12,5, yaitu
100/8).
e. Menjumlahkan ATMR untuk risiko kredit dengan eksposur tertimbang menurut risiko pasar.
f. Menghitung modal bank yang terdiri atas modal inti (tier 1), modal pelengkap (tier 2), dan
modal pelengkap tambahan (tier 3) yang dialokasikan untuk menutup risiko pasar setelah
dikurangi penyertaan. Dalam perhitungan KPMM secara konsolidasi, penyertaan yang
menjadi pengurang modal adalah penyertaan bank kepada perusahaan anak yang tidak wajib
dikonsolidasikan sesuai ketentuan yang berlaku.
g. Membagi total modal sebagaimana dimaksud pada huruf f dengan jumlah ATMR dan
eksposur tertimbang sebagaimana dimaksud pada huruf e, yang hasilnya dinyatakan dalam
persentase.
5. Modal pelengkap tambahan (tier 3) yang digunakan dalam perhitungan rasio KPMM adalah
sebesar modal yang dibutuhkan untuk menutup risiko pasar.
6. Modal pelengkap tambahan (tier 3) yang memenuhi persyaratan namun tidak digunakan dalam
perhitungan rasio KPMM sebagaimana dimaksud pada angka 4, dihitung sebagai rasio kelebihan
modal pelengkap tambahan (excess tier 3 capital ratio), dengan formula:
Rasio kelebihan modal pelengkap tambahan =
Kelebihan modal pelengkap tambahan
ATMR (risiko kredit) + ATMR (risiko pasar)

Dengan demikian perhitungan rasio kecukupan modal atau kebutuhan penyediaan modal
minimum (KPMM) dapat menggunakan formulir seperti tabel 8 (untuk bank yang tidak memenuhi
anak perusahaan) dan tabel 9 untuk bank umum yang memiliki anak perusahaan.

Tabel 7
Formulir perhitungan aktiva tertimbang menurut risiko sesuai SE BI No. 8/3/DPNP per 30 Januari
2006
Nominal Bobot
No. Aktiva Administratif ATMR
(Rp) Risiko (Rp)
A AKTIVA NERACA (Rupiah dan Valas)
I Aktiva Neraca (Rupiah dan Valas)
1. Kas 0
2. Emas dan Commemorative Coins:
2.1. Emas dan mata uang emas 0
2.2. Commemorative coins 0
3. Bank indonesia
3.1. Giro pada bank indonesia 0
3.2. Sertifikat bank indonesia 0
3.3. Call money 0
3.4. Lainnya 0
4. Tagihan pada bank lain:
4.1. Pada bank sentral negara lain *) 0
4.2. Pada bank lain yang dijamin oleh *) 0
pemerintah pusat dan bank sentral
4.3. Pada bank lain *) 20
5. Surat berharga yang dimiliki:
5.1. Treasury bill negara lain *) 0
5.2. Sertifikat bank sentral negara lain *) 0
5.3. Surat berharga pasar uang/pasar modal dll
5.3.1. Yang diterbitkan dan dijamin oleh bank
sentral dan pemerintah pusat *) 0
5.3.2. Yang diterbitkan dan dijamin dengan
uang kas, uang kertas asing, emas, mata
uang emas, serta giro, deposito
tabungan pada bank bersangkutan,
sebesar nilai dari jaminan tersebut. *) 0
5.3.3. Yang diterbitkan atau dijamin oleh bank
lain, pemerintah daerah, lembaga non
departemen di Indonesia, dan bank
pembangunan multilateral *) 20
5.3.4. Yang diterbitkan dan dijamin oleh BUMN
dan perusahaan milik pemerintahan
pusat negara lain *) 50
5.3.5. Yang diterbitkan dan dijamin oleh
swasta lainnya *) 100
6. Kredit
6.1. Kredit yang diberikan kepada atau dijamin
oleh/dengan:
6.1.1. Bank sentral *) 0
6.1.2. Pemerintah pusat *) 0
6.1.3. Uang kas, uang kertas asing, emas, mata *) 0
uang emas serta giro, deposito tabungan
pada bank bersangkutan sebesar nilai
dari jaminan tersebut.
6.1.4. Bank lain, pemerintah daerah, lembaga **) 20
non departemen di Indonesia, bank
pembangunan multilateral
6.1.5. BUMN dan perusahaan milik pemerintah *) 50
pusat negara lain
6.1.6. Pihak-pihak lainnya. *) 100

6.2. KPR yang dijamin oleh hak tanggungan *) 40


pertama dengan tujuan dihuni
6.3. Kredit pegawai/pensiun *) 50
6.4. Kredit usaha kecil *) 85
7. Tagihan lainnya
7.1. Tagihan lainnya kepada atau dijamin
7.1.1. Bank sentral *) 0
7.1.2. Pemerintah pusat *) 0
7.1.3. Uang kas, yang kertas asing, emas, mata *) 0
uang emas, serta giro, deposito tabungan
pada bank bersangkutan sebesar nilai dari
jaminan tersebut.
7.1.4. Bank lain, pemerintah daerah, lembaga *) 20
non departemen di Indonesia, bank
pembangunan multilateral
7.1.5. BUMN dan perusahaan milik pemerintah *) 50
pusat negara lain
7.1.6. Pihak-pihak lainnya. *) 100
8. Penyertaan *) 100
Penyertaan pada anak perusahaan -/-
9. Aktiva tetap dan inventaris (nilai buku)
9.1. Tanah gedung +/+ 100
9.2. Akumulasi penyusutan gedung -/-
9.3. Inventaris +/+ 100
9.4. Akumulasi penyusutan inventaris -/-
10. Antar kantor aktiva (netto)
10.1. Kegiatan operasional di Indonesia (aktiva) 100
10.2. Kegiatan operasional di Indonesia (pasiva) 100
10.3. Kegiatan operasional di luar Indonesia 100
(aktiva)
10.4. Kegiatan operasional di luar Indonesia 100
(pasiva)
11. Rupa-rupa aktiva 100
12. Tidak terinci 100
13. ATMR Aktiva Neraca

B REKENING ADMINISTRATIF (Rupiah dan Valas)


1. Fasilitas kredit yang belum digunakan yang
disediakan sampai dengan akhir tahun takwim
berjalan yang disediakan bagi, atau dijamin
oleh/dengan, atau yang dijamin surat berharga
yang diterbitkan oleh:
1.1. Fasilitas kredit yang diberikan/dijamin
1.1.1. Bank sentral *) 0
1.1.2. Pemerintah pusat *) 0
1.1.3. Uang kas, uang kertas asing, emas, mata *) 0
uang emas, serta giro, deposito,
tabungan pada bank bersangkutan
sebesar nilai dari jaminan tersebut.
1.1.4. Bank lain, pemerintah daerah, lembaga *) 10
non departemen di Indonesia, bank
pembangunan multilateral
1.1.5. BUMN dan perusahaan milik pemerintah *) 25
pusat negara lain
1.1.6. Pihak – pihak lainnya *) 50

1.2. KPR yang dijamin oleh hipotik pertama *) 20


dengan tujunan untuk dihuni
1.3. Kredit pegawai/pensiunan *) 25
1.4. Kredit usaha kecil *) 42,5
2. Jaminan bank:
2.1. Dalam rangka pemberian kredit termasuk
Standby L/C dan risk sharing serta
endosemen atau aval surat – surat berharga
yang diberikan atas permintaan:
2.1.1. Bank sentral dan pemerintah pusat *) 0
2.1.2. Bank lain, pemerintah daerah, lembaga *) 20
non departemen di Indonesia, bank
pembangunan multilateral
2.1.3. BUMN dan perusahaan milik pemerintah *) 50
pusat negara lain
2.1.4. Pihak-pihak lainnya *) 100

2.2. Bukan dalam rangka pemberian kredit,


seperti bid bonds, performanve bonds dan
advance payment bonds yang diberikan atas
permintaan:
2.2.1. Bank sentral dan pemerintah pusat *) 0
2.2.2. Bank lain, pemerintah daerah, lembaga *) 10
non departemen di Indonesia, bank
pembangunan multilateral
2.2.3. BUMN dan perusahaan milik pemerintah *) 25
pusat negara lain
2.2.4. Pihak-pihak lainnya *) 50

2.3. L/C yang masih berlaku (tidak termasuk


standby L/C) yang diberikan atas
permintaan:
2.3.1. Bank sentral dan pemerintah pusat *) 0
2.3.2. Bank lain, pemerintah daerah, lembaga *) 4
non departemen di Indonesia, bank
pembangunan multilateral
2.3.3. BUMN dan perusahaan milik pemerintah *) 10
pusat negara lain
2.3.4. Pihak – pihak lainnya *) 20
3. Jumlah ATMR rekening administratif

C. Jumlah ATMR (A13+B.3) ..........


Keterangan:
*) diisi dengan jumlah nominal setelah dikurangi cadangan khusus penyisihan penghapusan
aktiva yang telah dibentuk oleh bank.
**) diisi dengan jumlah setelah dikurangi dengan penyisihan dalam rangka restrukturisasi kredit
dan pendapatan yang ditangguhkan yang berasal dari restrukturisasi kredit.

Tabel 8
Formulir Perhitungan Rasio Kecukupan Modal Minimum Dengan Memperhitungkan Risiko Pasar
(Tanpa Atau Tidak Ada Perusahaan Anak)
1. Total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk risiko kredit (sesuai ketentuan yang berlaku
mengenai KPMM)*
A
2. Modal inti (setelah diperhitungkan faktor pengurang, sesuai ketentuan yang berlaku mengenai
KPMM)*
B
3. Modal Pelengkap (setelah diperhitungkan faktor pengurang, sesuai ketentuan yang berlaku mengenai
KPMM)*
C
4. Penyertaan yang dilakukan Bank D
5. Rasio Kewajiban Penyertaan Modal Minimum (CAR) untuk Risiko Kredit E
6. Total ATMR Risiko Pasar
Risiko suku bunga Risiko Perubahan Harga Option 12,5xTotal
Risiko Nilai
Risiko Suku Risiko Nilai Total (Ekuivalen
Risiko Spesifik Risiko Umum Tukar
Bunga Tukar ATMR)
F G H I J K L
7. Modal Inti yang dialokasikan untuk mengantisipasi Risiko Pasar (minimun 28.5% x total beban modal) M
8. Modal Pelengkap yang dialokasikan untuk mengantisipasi Risiko Pasar (yaitu yang dapat ditambahkan
untuk Modal Pelengkap Tambahan)
N
9. Modal Pelengkap Tambahan yang memenuhi persyaratan
Kelebihan Pinjaman Subordinasi yang tidak dapat diperhitungkan dalam Modal Pelengkap
Pinjaman Subordinasi dengan maturitas awal minimum 2 tahun dan memenuhi kriteria Pinjaman
O
Subordinasi yang dapat diperhitungkan sebagai komponen modal
10. Modal pelengkap tambahan yang dialokasikan untuk mengantisipasi risiko pasar P
11. Total Modal (Modal inti + Modal Pelengkap + Modal Pelengkap Tambahan) Q
12. Dikurangi: ATMR untuk risiko kredit atas seluruh surat berharga dalam Trading Book yang telah
diperhitungkan risiko spesifik
R
13. Total ATMR (Risiko Kredit + Risiko Pasar) S
14. Rasio kewajiban penyediaan modal minimum setelah memperhitungkan risiko kredit dan risiko pasar T
15. Rasio kelebihan modal pelengkap tambahan U
Keterangan:
E = ((B+C)-D) / A;
K = F+G+H+I+J;
L = 12,5 x K;
S = A+L;
T = Q/S;
U = (O-P) / Q

Tabel 9
Perhitungan Rasio Kecukupan Modal Dengan Memperhitungkan Risiko Pasar (Konsolidasi atau Ada
Anak Perusahaan)
1. Total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk risiko kredit (sesuai ketentuan yang berlaku
mengenai KPMM)*
A
2. Modal inti (setelah diperhitungkan faktor pengurang, sesuai ketentuan yang berlaku mengenai KPMM)* B
3. Modal Pelengkap (setelah diperhitungkan faktor pengurang, sesuai ketentuan yang berlaku mengenai
KPMM)*
C
4. Penyertaan yang dilakukan Bank D
5. Rasio Kewajiban Penyertaan Modal Minimum (CAR) untuk Risiko Kredit E
6. Total ATMR Risiko Pasar
Risiko suku
Risiko Ekuitas Risiko Perubahan Harga Option
bunga Risiko 12,5xTotal
Risiko
Nilai Risiko Risiko Risiko Risiko Total (Ekuivalen
Risiko Risiko komoditas Risiko Risiko
Tukar spesifik umum suku nilai ATMR)
Spesifik Umum ekuitas komoditas
bunga tukar
F G H I J K L M N O P Q
7. Modal Inti yang dialokasikan untuk mengantisipasi Risiko Pasar (minimun 28.5% x total beban modal) R
8. Modal Pelengkap yang dialokasikan untuk mengantisipasi Risiko Pasar (yaitu yang dapat ditambahkan
untuk Modal Pelengkap Tambahan)
S
9. Modal Pelengkap Tambahan yang memenuhi persyaratan
Kelebihan Pinjaman Subordinasi yang tidak dapat diperhitungkan dalam Modal Pelengkap
Pinjaman Subordinasi dengan maturitas awal minimum 2 tahun dan memenuhi kriteria Pinjaman
T
Subordinasi yang dapat diperhitungkan sebagai komponen modal
10. Modal pelengkap tambahan yang dialokasikan untuk mengantisipasi risiko pasar U
11. Total Modal (Modal inti + Modal Pelengkap + Modal Pelengkap Tambahan) V
12. Dikurangi: ATMR untuk risiko kredit atas seluruh surat berharga dalam Trading Book yang telah
diperhitungkan risiko spesifik
W
13. Total ATMR (Risiko Kredit + Risiko Pasar) X
14. Rasio kewajiban penyediaan modal minimum setelah memperhitungkan risiko kredit dan risiko pasar Y
15. Rasio kelebihan modal pelengkap tambahan Z
Keterangan:
E = ((B+C)-D) / A;
P = F+G+H+I+J+K+L+M+N+O;
Q = 12,5 x P;
X = A+Q;
Y = V/X;
Z = (T-U) / V

TABEL 10
Contoh perhitungan KPPM Bank Umum
30 juni 2006
No. Keterangan
(diaudit)
Komponen Modal
A. Modal Inti 2.146.573
1. Modal Disetor 811.494
2. Cadangan Tambaham Modal (Disclosed Reserves)
a. Agio saham 9.779.667
b. Disagio (-/-)
c. Modal sumbangan
d. Cadangan umum dan tujuan 265.096
e. Laba tahun berjalan setelah diperhitungkan pajak
f. Rugi tahun – tahun lalu (-/-) (8.824.362)
g. Laba tahun berjalan setelah diperhitungkan pajak 114.658
h. Rugi tahun berjalan (-/-)
I i. Selisih penjabaran laporan keuangan kantor cabang luar negeri
1. Selisih lebih
2. Selisih kurang (-/-)
j. Dana setoran awal
k. Penurunan nilai penyertaan pada portofolio tersedia untuk dijual (-/-)
3. Goodwill (-/-)
4. Selisih penilaian aktiva dan kewajiban akibat kuasi reorganisasi

B. MODAL PELENGKAP (maksimal 100% dari modal inti) 847.253


1. Cadangan revaluasi aktiva tetap 633.3
2. Selisih penilaian aktiva dan kewajiban akibat kuasi reorganisasi
3. Cadangan umum penyisihan penghapusan aktiva produktif/PPAP (maksimum 172.554
1,25% dari ATMR)
4. Modal pinjaman
5. Pinjaman subordinasi, (maksimum 50% dari modal inti) 41.399
6. Peningkatan Harga Saham pada portofolio tersedia untuk dijual (45%)

c. Modal Pelengkap Tambahan yang memenuhi persyaratan


d. modal Pelengkap Tambahan yang dialokasikan untuk mengantisipasi Risiko Pasar
II Total Modal Inti dan Modal Pelengkap (I.A. + I.B.) 2.993.826
Total modal inti, Modal Pelengkap dan Modal Pelengkap Tambahan yang dialokasikan 2.993.826
III
untuk mengantisipasi Risiko Pasar (I.A. + I.B. + I.D.)
IV Penyertaan (-/-) -3.499
V Total Modal untuk Risiko Kredit (II – IV) 2.990.327
VI Total Modal untuk Risiko Kredit dan Risiko Pasar (III – IV) 2.990.327
VII Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) Kredit 13.804.344
VIII Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) Pasar 1.163.194
IX Rasio Kewajiban Penyertaan Modal Minimum Yang Tersedia Untuk Risiko Kredit (V:VII) 21,66%
Rasio Kewajiban Penyertaan Modal Minimum Yang Tersedia Untuk Risiko Kredit 19,98%
X
(V:VII+VIII)
XI Rasio Kelebihan Modal Pelengkap Tambahan ((C-D):(VII+VIII))
XII Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Yang Diwajibkan 8,00%

Anda mungkin juga menyukai