Anda di halaman 1dari 3

Fraktur Cruris

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan karena trauma atau keadaan patologis.1 Sedangkan cruris adalah tungkai bawah
yang terdiri dari dua tulang panjang yaitu tulang tibia dan fibula. Lalu 1/3 distal dextra adalah
letak suatu patahan terjadi pada 1/3 bawah dari tungkai sebelah kanan. Jadi pengertian dari
fraktur cruris 1/3 distal dextra adalah patah tulang yang terjadi pada tulang tibia dan fibula
yang terletak pada 1/3 bagian bawah sebelah kanan.Pada fraktur cruris 1/3 distal dextra
disebabkan karena adanya trauma pada tungkai bawah kanan akibat benturan dengan benda
yang keras, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kasus fraktur cruris 1/3
distal dextra, tindakan yang biasa dilakukan untuk reposisi antar fragmen adalah dengan
reduksi terbuka atau operasi. Ini dilakukan karena pada kasus ini memerlukan pemasangan
internal fiksasi untuk mencegah pergeseran antar fragmen pada waktu proses penyambungan
tulang.2 Pada operasi ini dilakukan incisi untuk pemasangan internal fiksasi yang dapat
berupa intra medullary nail sehingga akan terjadi kerusakan pada kulit, jaringan lunak dan
luka pada otot yang menyebabkan terjadinya oedema, nyeri, keterbatasan lingkup gerak sendi
serta gangguan fungsional pada tungkai bawah. Setelah fraktur dapat terjadi kerusakan pada
sumsum tulang, endosteum dan jaringan otot. Pada fraktur cruris 1/3 distal dextra upaya
penanganan dilakukan tindakan operasi dengan menggunakan internal fiksasi. Pada kasus ini,
hal pertama yang dapat dilakukan adalah dengan incisi. Dengan incisi maka akan terjadi
kerusakan pada jaringan lunak dan saraf sensoris. Apabila pembuluh darah terpotong dan
rusak maka cairan dalam sel akan menuju jaringan dan menyebabkan oedema. Oedema ini
akan menekan saraf sensoris sehingga akan menimbulkan nyeri pada sekitar luka incisi. Bila
terasa nyeri biasanya pasien cenderung untuk malas bergerak. Hal ini akan menimbulkan
perlengketan jaringan otot sehingga terjadi fibrotik dan menyebabkan penurunan lingkup
gerak sendi (LGS) yang dekat dengan perpatahan dan penurunan nilai kekuatan otot. Waktu
penyembuhan pada fraktur sangat bervariasi antara individu satu dengan individu lainnya.3
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur antara lain : usia pasien, jenis
fraktur, banyaknya displacement, lokasi fraktur, pasokan darah pada fraktur dan kondisi
medis yang menyertai dan yang paling penting adalah stabilitas fragmen pada tulang yang
mengalami perpatahan. Apabila stabilitas antar fragmen baik maka penyembuhan akan sesuai
dengan target waktu yang dibutuhkan atau diperlukan. Secara fisiologis, tulang mempunyai
kemampuan untuk menyambung kembali setelah terjadi perpatahan pada tulang.
Pada fraktur, proses penyambungan tulang dibagi dalam 5 tahap yaitu:
a.Hematoma
Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma di sekitar dan di dalam fraktur.2 Hal ini
mengakibatkan gangguan suplay darah pada tulang yang berdekatan dengan fraktur dan
mematikannya.3
b.Proliferasi
Dalam 8 jam setelah fraktur terdapat reaksi radang akut disertai proliferasi sel di bawah
periosteum dan di dalam saluran medulla yang tertembus. Hematoma yang membeku
perlahan-lahan diabsorbsi dan kapiler baru yang halus berkembang ke dalam daerah itu.2
c.Pembentukan callus
Selama beberapa minggu berikutnya, periosteum dan endosteum menghasilkan callus yang
penuh dengan sel kumparan yang aktif. Dengan pergerakan yang lembut dapat merangsang
pembentukan callus pada fraktur tersebut.3
d.Konsolidasi
Selama stadium ini tulang mengalami penyembuhan terus-menerus. Fragmen yang patah
tetap dipertahankan oleh callus sedangkan tulang mati pada ujung dari masing-masing
fragmen dihilangkan secara perlahan, dan ujungnya mendapat lebih banyak callus yang
akhirnya menjadi tulang padat.3 Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa
bulan sebelum tulang cukup kuat untuk membawa beban yang normal.2
e.Remodeling
Tulang yang baru terbentuk, dibentuk kembali sehingga mirip dengan struktur
normal. Semakin sering pasien menggunakan anggota geraknya, semakin kuat tulang baru
tersebut.2
II.JENIS FRAKTUR
a.Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami
pergeseran.
b.Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang
c.Fraktur tertutup : fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit
d.Fraktur terbuka : fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan
tulang.
e.Greenstick : fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi lainnya membengkak.
f.Transversal : fraktur sepanjang garis tengah tulang
g.Kominutif : fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmen
h.Depresi : fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam
i.Kompresi : Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)
j.Patologik : fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau tendo pada daerah
perlekatannnya.

III.ETIOLOGI
a.Trauma
b.Gerakan pintir mendadak
c.Kontraksi otot ekstem
d. Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma

Daftar pustaka.
1. Sjamsuhidajat R. In : Umbas Editor. Buku Ajar Ilmu bedah. 3rd ed. Jakarta : EGC.,
2004. P 871-9
2. Apply G, Soloman L. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Edisi 7. Jakarta :
Widya Medika., 2004.
3. Peck, Chesnut. Penyakit Tulang Dan Patah Tulang. in Darmojo RB, Martono H.
Dalam Buku Ajar Geriatri Ilmu Kesehatan Lanjut Usia. Jakarta : FKUI, 2011 : Hal
263

Anda mungkin juga menyukai