KASUS 5 CKD
Oleh :
Annisa Puspita Dewi (1820353876)
Aprida Swastika Dewi (1820353877)
2.1 Definisi
Penyakit Ginjal Kronis (Chronic Kidney Disease) adalah suatu proses patofisiologi
dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible serta
umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Penderita gagal ginjal memerlukan terapi pengganti
ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009). Gagal ginjal kronis
(Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan ditandai
dengan uremia. Uremia adalah suatu keadaan dimana urea dan limbah nitrogen yang beredar
dalam darah yang merupakan komplikasi akibat tidak dilakukannya dialisis atau transplantasi
ginjal (Nursalam, 2006).
2.2 Etiologi
Susceptibility Factors adalah faktor yang terkait peningkatan resiko CKD tetapi tidak
terbukti secara langsung menyebabkan CKD. Faktor-faktor ini umumnya tidak bisa
dimodifikasi dengan terapi farmakologis atau modifikasi gaya hidup
Initiation Factors faktor yang secara langsung menyebabkan CKD. Faktor-faktor ini
dimodifikasi dengan terapi farmakologis.
Contoh: Hipertensi, diabetes mellitus, ISK.
Progression Factors faktor yang berakibat pada penurunan fungsi ginjal lebih cepat.
Faktor ini dapat dimodifikasi dengan terapi farmakologi atau modifikasi gaya hidup.
2.3 Klasifikasi
Penyakit Chronic Kidney Disease (CKD) dapat diklasifikasikan menurut dua hal yaitu,
menurut etiologi dan menurut derajat (stage) penyakit. Menurut diagnosis etiologi penyakit
chronic kidney disease dikelompokkan menjadi beberapa golongan klasifikasi yaitu di antaranya
penyakit ginjal diabetes, penyakit ginjal non diabetes, dan penyakit pada transplantasi dijabarkan
lebih lanjut sebagai berikut:
Klasifikasi Penyakit CKD berdasar etiologi
Penyakit Tipe Mayor
Penyakit Ginjal Diabetes Penyakit DM Tipe 1, Tipe 2
Penyakit Ginjal Non diabetes Penyakit Glomerular (autoimun, infeksi
sistemik)
Penyakit Vascular (HT)
Penyakit Tubulointerstisial (obstruksi
keracunan obat)
Penyakit Transplantasi Rejeksi Kronik
Sesuai rekomendasi The National kidney Foundation Kidney Disease Improving Global
Outcomes (NKF-KDIGO) tahun 2012 terdapat 5 klasifikasi CKD berdasar Glomerulus Filtration
Rate :
Nilai GFR menunjukan seberapa besar fungsi ginjal yang dimiliki oleh pasien sekaligus sebagai
dasar penentuan terapi oleh dokter. Semakin parah CKD yang dialami, maka nilai GFRnya akan
semakin kecil (National Kidney Foundation, 2010).
2.4 Patofisiologi
Kerusakan ginjal secara kronik menyebabkan hilangnya nefron secara ireversibel.
Akibatnya, kerja ginjal hanya ditanggung oleh nefron yang tersisa, terjadi peningkatan
tekanan filtrasi glomerolus dan hiperfiltrasi. Peningkatan tekanan yang melebihi
kemampuan nefron ini memicu terjadinya fibrosis dan sklerosis sehingga pada akhirnya
laju destruksi nefron meningkat dan mempercepat progresivitas menjadi uremia. Uremia
adalah kumpulan gejala yang terjadi bila fungsi renal yang tersisa tidak mampu
memenuhi kerjanya.
Pengurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional nefron
yang masih tersisa (surviving nephrons) sebagai upaya kompensasi, yang diperantarai
oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth factors. Hal ini mengakibatkan
terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah
glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung singkat, akhirnya diikuti oleh proses
maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti
dengan penurunan fungsi nefron yang progresif, walaupun penyakit dasarnya sudah tidak
aktif lagi.
2.5 Manifestasi Klinik
Chronic Kidney Disease biasanya merupakan penyakit tersembunyi tidak seperti penyakit
kronis lainnya seperti gagal jantung, chronic obstructive lung disease. Pada kondisi CKD tidak
memperlihatkan tanda-tanda berbahaya untuk diagnosis, hampir tidak pernah muncul pada stage
awal dan beberapa pasien mengalami prognosis yang berjalan dengan lambat (Arici, 2014).
Gejala umum terkait dengan stadium 1 sampai 4 meliputi edema, sesak nafas, palpitasi, kram
dan nyeri otot, depresi, kecemasan, kelelahan, dan disfungsi seksual.
Tanda-tanda
■ Kardiovaskular-pulmonal: Edema dan hipertensi yang memburuk, Bukti elektrokardiografi
hipertrofi ventrikel kiri, aritmia, hiperhomosisteinemia, dan dislipidemia
■ Gastrointestinal: Penyakit refluks gastroesofagus, penurunan berat badan
■ Endokrin: Hiperparatiroidisme sekunder, penurunan vitamin D aktivasi, β2-mikroglobulin
deposisi, dan asam urat
■ Hematologis: Anemia CKD, defisiensi besi, dan perdarahan
■ Cairan / elektrolit: Hiperon atau hiponatremia, hiperkalemia, dan asidosis metabolik (Dipiro,
2008).
Dipiro 9 th Ed
Terapi DM
Terapi anemia
Anemia CKD
KDIGO: Hemoglobin (Hb) < 13 g / dL (130 g / L; 8.07 mmol / L) untuk pria dewasa dan kurang
dari 12 g / dL (120 g / L; 7,45 mmol / L) untuk wanita dewasa.
Terapi hiperlipidemia
• Pedoman KDIGO merekomendasikan pengobatan dengan statin (misalnya atorvastatin 20
mg, fluvastatin 80 mg, rosuvastatin 10 mg, simvastatin 20 mg) pada orang dewasa
berusia 50 dan lebih tua dengan stadium 1 sampai 5 CKD tidak pada dialisis..
• Statin dan fibrat tidak disarankan bersamaan pad pasien gagal ginjal kronik stadium 4
karena risiko rabdomiolisis.
Terapi Obesitas
Orlistat 180 atau 360 mg dalam 3 hari dosis terbagi/hari sebagai penghambat lipase
yang menginduksi penurunan berat badan dengan menurunkan penyerapan lemak
makanan, orlistat juga dapat memperbaiki profil lipid dan kontrol glukosa.
Orlistat disetujui penggunaan jangka panjang tetapi penggunaannya dapat
mengganggu penyerapan siklosporin dan kontrasepsi oral.
Ny. RM, 37 tahun, menderita DM datang ke klinik untuk kontrol rutin. Hasil lab-nya
menunjukkan serum creatinin 1,4 mg/dL (biasanya 1,1 mg/dL). Ia menyatakan selalu berusaha
patuh pada jadwal minum obat dan sudah berhenti merokok. Beberapa minggu terakhir ia
berusaha menurunkan berat badannya. Ia kadang merasa pusing dan kelelahan, yang biasanya
mereda setelah ia berhenti minum obat penurun tekanan darahnya selama beberapa hari.
Riwayat penyakit:
DM tipe 2 (10 tahun). Hipertensi (4 tahun). Hiperkolesterol (5 tahun, sebelumnya tidak patuh
dalam menjaga diet).
Riwayat keluarga:
Ayah penderita DM, meninggal karena kecelakaan pada usia 64 tahun. Ibu menderita hipertensi,
meninggal pada usia 50 tahun karena infark miokardial.
Riwayat sosial:
Seorang guru, menikah, 1 anak. Tidak merokok.
Ia baru saja menjalani diet rendah karbohidrat, namun menyebabkan ia mengkonsumsi diet kaya
protein. Ia menyatakan ingin hamil lagi dan berencana menghentikan kontrasepsi oralnya.
Review of system:
Kadang sakit kepala, terutama saat menstruasi. Kadang pusing dan lemah di sore hari.
Riwayat pengobatan:
Metformin 1,000 mg po 3.d.d. (8 tahun)
Gliburide 10 mg po 2.d.d. (6 tahun)
Hydrochlorothiazide 25 mg po 1.d.d. (2 tahun)
Pravastatin 40 mg po 1.d.d. (1,5 tahun, dosis dinaikkan 1 tahun yll)
Acetaminophen 650 mg po tiap 6 jam (prn sakit kepala )
Kontrasepsi oral (10 tahun)
Ferrous sulfate 300 mg po 2.d.d. (1 tahun, berhenti karena konstipasi)
Multivitamin po 1.d.d..
Alergi terhadap golongan sulfa & makrolida.
Pengujian fisik:
Tanda vital: TD 156/94, HR 76, RR 18, T 37,9°C; BB 82,5 kg, TB 155 cm.
Pada mata ditemukan microaneurism.
Laboratorium:
Na 145 mEq/L Hgb 10,6 g/dL Fasting Lipid Profile:
K 4,9 mEq/L Hct 36,5% T, chol 226 mg/dL 108
Cl 106 mEq/L WBC 10,8 × 103/mm3 Trig 134 mg/dL
CO 27 mEq/L Plt 148 × 103/mm3 LDL 150 mg/dL
BUN 28 mg/dL Ca 9,4 mg/dL HDL 47 mg/dL
SCr 1,4 mg/dL Phos 2,6 mg/dL
Glu 192 mg/dL Uric acid 6,9 mg/dL
A1C 9,6% Alb 3,4 g/dL
A. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny. RM
Alamat :-
Umur : 37 thn
BB/TB : 82,5 kg/155 cm
Sex : Perempuan
Pekerjaan : Guru
Pendidikan :-
Status Perkawinan : Menikah
C. RIWAYAT KELUARGA
Ayah penderita DM, meninggal karena kecelakaan pada usia 64 tahun. Ibu menderita
hipertensi, meninggal pada usia 50 tahun karena infark miokardial.
D. RIWAYAT SOSIAL
Seorang guru, menikah, 1 anak. Tidak merokok.
Ia baru saja menjalani diet rendah karbohidrat, namun menyebabkan ia mengkonsumsi diet
kaya protein. Ia menyatakan ingin hamil lagi dan berencana menghentikan kontrasepsi
oralnya.
Review of system:
Kadang sakit kepala, terutama saat menstruasi. Kadang pusing dan lemah di sore hari.
E. RIWAYAT ALERGI
Alergi terhadap golongan sulfa & makrolida.
F. RIWAYAT MASUK RS : -
G. KELUHAN/TANDA UMUM
Tanggal Subjektif Objektif
- Kadang sakit kepala, terutama saat BB 82,5 kg
menstruasi. Kadang pusing dan TB 155 cm.
lemah di sore hari. TD 156/94
HR 76
RR 18
T 37,9°C
Pada mata ditemukan
microaneurism.
Data Laboratorium
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Nilai Normal Keterangan
Pemeriksaan Hematologi
Na 145 mEq/L 135 – 145 mEq/L Normal
K 4,9 mEq/L 3,5 – 5 mEq/L Normal
Cl 106 mEq/L 97 - 106 mEq/L Normal
CO 27 mEq/L 25,3 mEq/L Tinggi
BUN 28 mg/dL 6 - 24 mg/dL Tinggi
SCr 1,4 mg/dL 0,5 – 1,2 mg/dL Tinggi
Glukosa 192 mg/L <100 mg/dL Tinggi
A1C 9,6% 4 – 5,6% Tinggi
Hgb 10,6 g/dL 12 - 16 g/dL Rendah
Hct 36,5% 35% - 45% Normal
WBC 3
10,8 x 10 /mm 3
3200 – 10.000/mm3 Tinggi
Plt 148 x 103/mm3 170 – 380 x 103/mm3 Rendah
Ca 9,4 mg/dL 8,8 – 10,4 mg/dL Normal
Phos 2,6 mg/dL 2,6-4,6 mg/dL Normal
Urin Acid 6,9 mg/dL 2,3 – 6,6 mg/dL Tinggi
Alb 3,4 g/dL 3,4 – 5,4 g/dL Normal
Profil Lipid Puasa
T, Cholestrol 226 mg/dL <200 mg/dL Tinggi
Trigliserid 134 mg/dL 35 - 135 mg/dL Normal
LDL 150 mg/dL Nilai normal : <130 mg/dL Normal
Nilai batas : 130 - 159 mg/dL
Risiko tinggi : ≥160 mg/dL
HDL 47 mg/dL 30 - 70 mg/dL Normal
H. RIWAYAT PENGOBATAN
Nama obat Dosis Signa Lama
Metformin 1000 mg 3.d.d 8 tahun
Gliburide 10 mg 2.d.d 6 tahun
Hydrochlorthiazide 25 mg 1.d.d 2 tahun
Pravastin 40 mg 1.d.d 1,5 tahun (dosis dinaikkan 1 tahun yll)
Acetaminophen 650 mg Prn -
Kontrasepsi oral - - 10 tahun
Ferrous sulfate 300 mg 2.d.d 1 tahun
Multivitamin - 1.d.d -
(140 − 𝑢𝑠𝑖𝑎)𝑥𝐵𝐵
𝐶𝑙𝑐𝑟 =
72𝑥𝑆𝑐𝑟
(140 − 37)𝑥50
𝐶𝑙𝑐𝑟 = 𝑥 0,85
72𝑥1,4
5150
𝐶𝑙𝑐𝑟 = 𝑥 0,85
100,8
𝐶𝑙𝑐𝑟 = 43,42 𝑚𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Termasuk dalam Gagal Ginjal Stage 3 (kerusakan ginjal dengan penurunan GFR yang sedang)
J. ASSESMENT
K. Care Plan
1. Pasien mengalami diabetes mellitus, pada kasus ini diberikan terapi dengan golongan
biguanide dan sulfonilurea dimana gula darah masih belum terkontrol, sehingga
direkomendasikan untuk penggunaan insulin dimana goal A1C < 7% (<0.07) (dipiro 9).
2. Untuk mengatasi hipertensi disertai CKD berdasarkan guideline diterapi menggunakan
ACEI/ARB. Sehingga penggunaan HCT belum tepat dan diganti dengan gol. ACEI
captopril dosis awal 2,5mg 1x sehari. Dosis penunjang lazim 10-20 mg (Menurut
guideline terapi JNC 7 dan Dipiro edisi 9), tetapi pada kasus ini pasien ingin hamil lagi
sehingga direkomendasikan golongan CCB yaitu nifedipin dosis 30 mg 1x sehari 1 tablet
sesudah makan.
3. Pemberian acetaminophen tetap dilanjutkan untuk mengatasi gejala yang timbul seperti
sakit kepala. Obat ini digunakan dengan dosis 650 mg jika sakit kepala.
4. Pemberian pravastatin sudah tepat karena dengan pemberian obat ini kadar kolesterol
sudah stabil. Obat ini digunakan 1x sehari pada waktu sebelum tidur, tetapi karena pasien
ingin hamil lagi direkomendasikan penggunaan obat asam nikotinat dengan dosis 375 mg
1x sehari 1 tablet setelah makan sebelum tidur.
5. Pada pemeriksaan laboratorium hemoglobin pasien rendah (dibawah nilai normal), yang
menandakan pasien mengalami Anemia. efek samping dari ferrous sulfate yaitu
konstipasi dapat diberikan laxadine 3-6 sendok takar (5 ml) jika terjadi konstipasi saja.
6. Pemberian multivitamin tetap dilanjutkan karena untuk mengatasi gejala pasien yang
mudah kelelahan. Multivitamin ini diminum 1x sehari sesudah makan.
7. Diberikan orlistat 120 mg 3x sehari 1 tablet diminum 1 jam setelah makan untuk
mengatasi obesitas pasien (Dpiro edisi 9).
8. Kontrasepsi oralnya dihentikan karena pasien ingin hamil lagi.
L. Terapi Non-Farmakologi
Diet rendah protein dapat membantu memperlambat perkembangan CKD
- Menghindari stress fisik dan mental karena dapat meningkatkan tekanan darah dan gula
darah.
- Melakukan olahraga rutin yang ringan seperti jalan di pagi hari
- Mengkonsumsi makanan sehat, buah dan sayur-sayuran
- Minum air putih yang cukup
Arthur, Guyton, MD. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kesehatan. Philadelphia: W.B. Saunders
Company.
Denise, (2007) Assessment of the Impact of Weekly Versus Monthly Erythropoiesis Stimulating
Protein Therapy on Patients with CKD and Their Families. Nephrology Nursing Journal
McPhee, S.J., Papadakis, M.A., and Tierney, L.M., 2008. Current Medical Diagnosis and
Treatment, 47th edition, New York: McGraw-Hill Companies, Inc., pp. 793-798.
National Kidney Foundation. 2010. K/DOQI Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney
Disease: Evaluation, Clasification and Stratification. Tersedia pada:
https://www.kidney.org/sites/default/files/docs/ckd_evaluation_classification_stratification.pdf .
Price, SA, Wilson, LM. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 2 Ed/6.
Hartanto H, Susi N, Wulansari P, Mahanani DA, editor. Jakarta: EGC; 2005. BAB 53, Penyakit
Serebrovaskular; hal. 1106-1129
Scottish Intercollegiate Guideline Network. 2008. Management of Chronic Heart Failure (SIGN
Guideline No 95). Scottish Int Guidel Netw. ;1-9.