Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PRAKTIKUM RUMAH SAKIT

KASUS 5 CKD

Dosen pengampu : Dr. Rina Herowati, M.Si., Apt.

Oleh :
Annisa Puspita Dewi (1820353876)
Aprida Swastika Dewi (1820353877)

PROGRAM PROFESI APOTEKER ANGKATAN XXXV


FAKULTAS FARMASI
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Chronic Kidney Disease atau gagal ginjal kronik merupakan keadaan klinis kerusakan
ginjal yang progresif dan ireversibel (Wilson, 2005) yang ditandai dengan hilangnya sejumlah
besar nefron fungsional yang akan berkurang sedikitnya 70 persen di bawah normal. Penyebab
terbanyak dari gagal ginjal kronis adalah diabetes melitus, hipertensi, maupun glomerulonefritis.
Walaupun begitu banyak penyakit yang dapat menimbulkan gagal ginjal kronis, namun hasil
akhirnya sama yaitu penurunan jumlah nefron fungsional (Guyton & Hall, 1997).
Chronic Kidney Disease adalah kondisi ireversibel di mana fungsi ginjal menurun dari
waktu ke waktu. CKD biasanya berkembang secara perlahan dan progresif, kadang sampai
bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak menyadari bahwa kondisi mereka telah parah.
Tindakan konservatif yang digunakan pada pengobatan gagal ginjal adalah tindakan yang
ditujukan untuk mencegah dan mengatasi komplikasi. Hiperkalemia, asidosis metabolik,
hipertensi, perikarditis, gagal jantung kongestif, anemia, koagulopati, gangguan metabolisme
mineral dan gangguan endokrin merupakan beberapa komplikasi yang akan dialami oleh
penderita gagal ginjal kronik (McPhee & Papadakis, 2010). Kondisi fungsi ginjal memburuk,
kemampuan untuk memproduksi erythropoietin yang memadai terganggu, sehingga terjadi
penurunan produksi baru sel-sel darah merah dan akhirnya terjadi anemia. Dengan demikian,
anemia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada CKD, dan sekitar 47% pasien dengan
CKD anemia (Denise, 2007).
Diabetes mellitus tipe 2 adalah penyakit yang penyebabnya multifaktor mencakup faktor
genetik dan faktor lingkungan. Faktor-faktor risiko DM antara lain overweight (BMI ≥ 25),
hipertensi (sistolik ≥ 140 mmHg), peningkatan LDL (Low Density Llipoprotein) dan trigliserid
(≥ 250 mg/dl), rendahnya kadar HDL (High Density Lipoprotein) ≤ 35 mg/dl, gangguan toleransi
glukosa, kurangnya aktivitas - 5 - 5 fisik, ras, riwayat diabetes gestasional atau bayi lahir besar
(>4 kg), dan adanya riwayat penyakit pembuluh darah (Dannis L, 2005)
BAB II
ISI

2.1 Definisi
Penyakit Ginjal Kronis (Chronic Kidney Disease) adalah suatu proses patofisiologi
dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible serta
umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Penderita gagal ginjal memerlukan terapi pengganti
ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009). Gagal ginjal kronis
(Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan ditandai
dengan uremia. Uremia adalah suatu keadaan dimana urea dan limbah nitrogen yang beredar
dalam darah yang merupakan komplikasi akibat tidak dilakukannya dialisis atau transplantasi
ginjal (Nursalam, 2006).
2.2 Etiologi
 Susceptibility Factors adalah faktor yang terkait peningkatan resiko CKD tetapi tidak
terbukti secara langsung menyebabkan CKD. Faktor-faktor ini umumnya tidak bisa
dimodifikasi dengan terapi farmakologis atau modifikasi gaya hidup
 Initiation Factors faktor yang secara langsung menyebabkan CKD. Faktor-faktor ini
dimodifikasi dengan terapi farmakologis.
Contoh: Hipertensi, diabetes mellitus, ISK.
 Progression Factors faktor yang berakibat pada penurunan fungsi ginjal lebih cepat.
Faktor ini dapat dimodifikasi dengan terapi farmakologi atau modifikasi gaya hidup.

2.3 Klasifikasi
Penyakit Chronic Kidney Disease (CKD) dapat diklasifikasikan menurut dua hal yaitu,
menurut etiologi dan menurut derajat (stage) penyakit. Menurut diagnosis etiologi penyakit
chronic kidney disease dikelompokkan menjadi beberapa golongan klasifikasi yaitu di antaranya
penyakit ginjal diabetes, penyakit ginjal non diabetes, dan penyakit pada transplantasi dijabarkan
lebih lanjut sebagai berikut:
Klasifikasi Penyakit CKD berdasar etiologi
Penyakit Tipe Mayor
Penyakit Ginjal Diabetes Penyakit DM Tipe 1, Tipe 2
Penyakit Ginjal Non diabetes Penyakit Glomerular (autoimun, infeksi
sistemik)
Penyakit Vascular (HT)
Penyakit Tubulointerstisial (obstruksi
keracunan obat)
Penyakit Transplantasi Rejeksi Kronik
Sesuai rekomendasi The National kidney Foundation Kidney Disease Improving Global
Outcomes (NKF-KDIGO) tahun 2012 terdapat 5 klasifikasi CKD berdasar Glomerulus Filtration
Rate :
Nilai GFR menunjukan seberapa besar fungsi ginjal yang dimiliki oleh pasien sekaligus sebagai
dasar penentuan terapi oleh dokter. Semakin parah CKD yang dialami, maka nilai GFRnya akan
semakin kecil (National Kidney Foundation, 2010).

2.4 Patofisiologi
 Kerusakan ginjal secara kronik menyebabkan hilangnya nefron secara ireversibel.
Akibatnya, kerja ginjal hanya ditanggung oleh nefron yang tersisa, terjadi peningkatan
tekanan filtrasi glomerolus dan hiperfiltrasi. Peningkatan tekanan yang melebihi
kemampuan nefron ini memicu terjadinya fibrosis dan sklerosis sehingga pada akhirnya
laju destruksi nefron meningkat dan mempercepat progresivitas menjadi uremia. Uremia
adalah kumpulan gejala yang terjadi bila fungsi renal yang tersisa tidak mampu
memenuhi kerjanya.
 Pengurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional nefron
yang masih tersisa (surviving nephrons) sebagai upaya kompensasi, yang diperantarai
oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth factors. Hal ini mengakibatkan
terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah
glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung singkat, akhirnya diikuti oleh proses
maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti
dengan penurunan fungsi nefron yang progresif, walaupun penyakit dasarnya sudah tidak
aktif lagi.
2.5 Manifestasi Klinik
Chronic Kidney Disease biasanya merupakan penyakit tersembunyi tidak seperti penyakit
kronis lainnya seperti gagal jantung, chronic obstructive lung disease. Pada kondisi CKD tidak
memperlihatkan tanda-tanda berbahaya untuk diagnosis, hampir tidak pernah muncul pada stage
awal dan beberapa pasien mengalami prognosis yang berjalan dengan lambat (Arici, 2014).
Gejala umum terkait dengan stadium 1 sampai 4 meliputi edema, sesak nafas, palpitasi, kram
dan nyeri otot, depresi, kecemasan, kelelahan, dan disfungsi seksual.
Tanda-tanda
■ Kardiovaskular-pulmonal: Edema dan hipertensi yang memburuk, Bukti elektrokardiografi
hipertrofi ventrikel kiri, aritmia, hiperhomosisteinemia, dan dislipidemia
■ Gastrointestinal: Penyakit refluks gastroesofagus, penurunan berat badan
■ Endokrin: Hiperparatiroidisme sekunder, penurunan vitamin D aktivasi, β2-mikroglobulin
deposisi, dan asam urat
■ Hematologis: Anemia CKD, defisiensi besi, dan perdarahan
■ Cairan / elektrolit: Hiperon atau hiponatremia, hiperkalemia, dan asidosis metabolik (Dipiro,
2008).

2.6 Pemeriksaan CKD


Kerusakan ginjal dapat dideteksi secara langsung maupun tidak langsung. Bukti langsung
kerusakan ginjal dapat ditemukan pada pencitraan atau pemeriksaan histopatologi biopsi ginjal.
Pencitraan meliputi ultrasonografi, computed tomography (CT), magnetic resonance imaging
(MRI), dan isotope scanning dapat mendeteksi beberapa kelainan struktural pada ginjal.
Histopatologi biopsi renal sangat berguna untuk menentukan penyakit glomerular yang
mendasari. Bukti tidak langsung pada kerusakan ginjal dapat disimpulkan dari urinalisis.
Inflamasi atau abnormalitas fungsi glomerulus menyebabkan kebocoran sel darah merah atau
protein. Hal ini dideteksi dengan adanya hematuria atau proteinuria (Scottish Intercollegiate
Guidelines Network, 2008).
Tabel Petunjuk CKD menurut Dipiro 7th Ed, 2008

2.7 Terapi Farmakologi dengan berbagai kondisi


Tujuan yang diharapkan dari terapi CKD adalah memperlambat perkembangan CKD,
minimalisasi perkembangan atau keparahan komplikasi. Penanganan CKD dapat dilakukan
melalui terapi farmakologi dan non-farmakologi. Strategi terapi yang digunakan dipilih
berdasarkan ada atau tidak adanya diabetes pada pasien.
Terapi hipertensi
Terapi antihipertensi seharusnya termasuk ACE inhibitor (derajat A) atau angiotensinreceptor
blocker (derajat A).
Tekanan darah seharusnya ditargetkan kurang dari 130mm Hg sistolik (derajat C) dan kurang
dari 80 mmHg diastolic (derajat B).

Dipiro 9 th Ed

Terapi DM
Terapi anemia
Anemia CKD
KDIGO: Hemoglobin (Hb) < 13 g / dL (130 g / L; 8.07 mmol / L) untuk pria dewasa dan kurang
dari 12 g / dL (120 g / L; 7,45 mmol / L) untuk wanita dewasa.

Terapi hiperlipidemia
• Pedoman KDIGO merekomendasikan pengobatan dengan statin (misalnya atorvastatin 20
mg, fluvastatin 80 mg, rosuvastatin 10 mg, simvastatin 20 mg) pada orang dewasa
berusia 50 dan lebih tua dengan stadium 1 sampai 5 CKD tidak pada dialisis..

• Gemfibrozil (1200mg setiap hari) mungkin dipertimbangkan sebagai alternatif


pengobatan statin untuk pasien dengan gagal ginjal kronik (stadium 1-3) yang berisiko
kardiovaskular intermediate atau tinggi dengan kadar kolesterol HDL rendah (<1.0
mmol/L)

• Statin dan fibrat tidak disarankan bersamaan pad pasien gagal ginjal kronik stadium 4
karena risiko rabdomiolisis.
Terapi Obesitas
Orlistat 180 atau 360 mg dalam 3 hari dosis terbagi/hari sebagai penghambat lipase
yang menginduksi penurunan berat badan dengan menurunkan penyerapan lemak
makanan, orlistat juga dapat memperbaiki profil lipid dan kontrol glukosa.
Orlistat disetujui penggunaan jangka panjang tetapi penggunaannya dapat
mengganggu penyerapan siklosporin dan kontrasepsi oral.

2.8 Terapi Non Farmakologi


- Evaluasi pembatasan diet protein :
Rekomendasi The National Kidney Foundation : asupan protein pd px dg GFR <
25 ml/menit = 0,6 g/kg/hari
- Pembatasan diet garam
diet garam dpt meningkatkan BP, GFR, dan menurunkan aliran plasma ginjal
- Diet rendah kolesterol dan lemak
membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak terlalu tinggi.
Kadar kolesterol darah yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan
kolesterol dalm dinding pembuluh darah. Diet ini bertujuan untuk menurunkan kadar
kolesterol darah dan menurunkan berat badan bagi penderita yang kegemukan/obesitas.
Beberapa yang perlu diperhatikan dalam mengatur diet :
1. hindari penggunaan lemak hewan, margarine, mentega, terutama makanan yang
digoreng dengan minyak
2. batasi konsumsi daging, hati, limpa, dan jenis jeroan lainnya
3. batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir dalam seminggu.
- Olahraga
Aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan darah, paling tidak 30 menit/hari beberapa hari
dalam seminggu ideal untuk kebanyakan pasien. Studi menunjukkan kalau olahraga
aerobic, jogging, jalan kaki dan menggunakan sepeda dapat menurunkan tekanan darah.
Keuntungan ini dapat terjadi walaupun tanpa disertai penurunan berat badan (Depkes,
2006).
- Mengurangi berat badan
Terdapat hubungan antara perubahan berat badan dan perubahana tekanan darah sekitar
25/15 mmHg setiap kilogram penurunan berat badan (Suwarso, 2010).
- Meningkatkan konsumsi buah dan sayur
Buah dan sayuran banyak mengandung vitamin dan mineral. Buah yang banyak
mengandung kalium dapat menurunkan tekanan darah yang ringan. Selain itu kalium juga
untuk mengganti kehilangan kalium akibat dari rendahnya natrium.
- Nutrisi
- Menghindari rokok.
BAB III
KASUS
Soal 5. Chronic Kidney Disease

Ny. RM, 37 tahun, menderita DM datang ke klinik untuk kontrol rutin. Hasil lab-nya
menunjukkan serum creatinin 1,4 mg/dL (biasanya 1,1 mg/dL). Ia menyatakan selalu berusaha
patuh pada jadwal minum obat dan sudah berhenti merokok. Beberapa minggu terakhir ia
berusaha menurunkan berat badannya. Ia kadang merasa pusing dan kelelahan, yang biasanya
mereda setelah ia berhenti minum obat penurun tekanan darahnya selama beberapa hari.

Riwayat penyakit:
DM tipe 2 (10 tahun). Hipertensi (4 tahun). Hiperkolesterol (5 tahun, sebelumnya tidak patuh
dalam menjaga diet).

Riwayat keluarga:
Ayah penderita DM, meninggal karena kecelakaan pada usia 64 tahun. Ibu menderita hipertensi,
meninggal pada usia 50 tahun karena infark miokardial.

Riwayat sosial:
Seorang guru, menikah, 1 anak. Tidak merokok.
Ia baru saja menjalani diet rendah karbohidrat, namun menyebabkan ia mengkonsumsi diet kaya
protein. Ia menyatakan ingin hamil lagi dan berencana menghentikan kontrasepsi oralnya.
Review of system:
Kadang sakit kepala, terutama saat menstruasi. Kadang pusing dan lemah di sore hari.

Riwayat pengobatan:
Metformin 1,000 mg po 3.d.d. (8 tahun)
Gliburide 10 mg po 2.d.d. (6 tahun)
Hydrochlorothiazide 25 mg po 1.d.d. (2 tahun)
Pravastatin 40 mg po 1.d.d. (1,5 tahun, dosis dinaikkan 1 tahun yll)
Acetaminophen 650 mg po tiap 6 jam (prn sakit kepala )
Kontrasepsi oral (10 tahun)
Ferrous sulfate 300 mg po 2.d.d. (1 tahun, berhenti karena konstipasi)
Multivitamin po 1.d.d..
Alergi terhadap golongan sulfa & makrolida.

Pengujian fisik:
Tanda vital: TD 156/94, HR 76, RR 18, T 37,9°C; BB 82,5 kg, TB 155 cm.
Pada mata ditemukan microaneurism.

Laboratorium:
Na 145 mEq/L Hgb 10,6 g/dL Fasting Lipid Profile:
K 4,9 mEq/L Hct 36,5% T, chol 226 mg/dL 108
Cl 106 mEq/L WBC 10,8 × 103/mm3 Trig 134 mg/dL
CO 27 mEq/L Plt 148 × 103/mm3 LDL 150 mg/dL
BUN 28 mg/dL Ca 9,4 mg/dL HDL 47 mg/dL
SCr 1,4 mg/dL Phos 2,6 mg/dL
Glu 192 mg/dL Uric acid 6,9 mg/dL
A1C 9,6% Alb 3,4 g/dL

Hasil urinalisis (1 minggu yll):


(1+) glukosa, (+) keton, (3+) protein, (–) leukosit esterase dan nitrit; (–) RBC; (2–5) WBC.
Volume urin total 2,1 L, urine creatinine 62 mg/dL, urine albumin 687 mg/24 jam.
BAB IV
FORM DATA BASE PASIEN
UNTUK ANALISIS PENGGUNAAN OBAT

A. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny. RM
Alamat :-
Umur : 37 thn
BB/TB : 82,5 kg/155 cm
Sex : Perempuan
Pekerjaan : Guru
Pendidikan :-
Status Perkawinan : Menikah

B. RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU


- DM tipe 2 (10 tahun)
- Hipertensi (4 tahun)
- Hiperkolesterol (5 tahun, sebelumnya tidak patuh dalam menjaga diet).

C. RIWAYAT KELUARGA
Ayah penderita DM, meninggal karena kecelakaan pada usia 64 tahun. Ibu menderita
hipertensi, meninggal pada usia 50 tahun karena infark miokardial.

D. RIWAYAT SOSIAL
Seorang guru, menikah, 1 anak. Tidak merokok.
Ia baru saja menjalani diet rendah karbohidrat, namun menyebabkan ia mengkonsumsi diet
kaya protein. Ia menyatakan ingin hamil lagi dan berencana menghentikan kontrasepsi
oralnya.

Review of system:
Kadang sakit kepala, terutama saat menstruasi. Kadang pusing dan lemah di sore hari.

E. RIWAYAT ALERGI
Alergi terhadap golongan sulfa & makrolida.

F. RIWAYAT MASUK RS : -

G. KELUHAN/TANDA UMUM
Tanggal Subjektif Objektif
- Kadang sakit kepala, terutama saat BB 82,5 kg
menstruasi. Kadang pusing dan TB 155 cm.
lemah di sore hari. TD 156/94
HR 76
RR 18
T 37,9°C
Pada mata ditemukan
microaneurism.

Data Laboratorium
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Nilai Normal Keterangan
Pemeriksaan Hematologi
Na 145 mEq/L 135 – 145 mEq/L Normal
K 4,9 mEq/L 3,5 – 5 mEq/L Normal
Cl 106 mEq/L 97 - 106 mEq/L Normal
CO 27 mEq/L 25,3 mEq/L Tinggi
BUN 28 mg/dL 6 - 24 mg/dL Tinggi
SCr 1,4 mg/dL 0,5 – 1,2 mg/dL Tinggi
Glukosa 192 mg/L <100 mg/dL Tinggi
A1C 9,6% 4 – 5,6% Tinggi
Hgb 10,6 g/dL 12 - 16 g/dL Rendah
Hct 36,5% 35% - 45% Normal
WBC 3
10,8 x 10 /mm 3
3200 – 10.000/mm3 Tinggi
Plt 148 x 103/mm3 170 – 380 x 103/mm3 Rendah
Ca 9,4 mg/dL 8,8 – 10,4 mg/dL Normal
Phos 2,6 mg/dL 2,6-4,6 mg/dL Normal
Urin Acid 6,9 mg/dL 2,3 – 6,6 mg/dL Tinggi
Alb 3,4 g/dL 3,4 – 5,4 g/dL Normal
Profil Lipid Puasa
T, Cholestrol 226 mg/dL <200 mg/dL Tinggi
Trigliserid 134 mg/dL 35 - 135 mg/dL Normal
LDL 150 mg/dL Nilai normal : <130 mg/dL Normal
Nilai batas : 130 - 159 mg/dL
Risiko tinggi : ≥160 mg/dL
HDL 47 mg/dL 30 - 70 mg/dL Normal

Hasil urinalisis (1 minggu yll):


No Parameter Nilai
1 Glukosa 1+
2 Keton +
3 Protein 3+
4 Leukosit Esterase dan Nitrit -
5 RBC -
6 WBC 2-5
7 Volume urin total 2,1 L
8 Urine creatinin 62 mg/dL
9 Urine albumin 687 mg/24 jam

H. RIWAYAT PENGOBATAN
Nama obat Dosis Signa Lama
Metformin 1000 mg 3.d.d 8 tahun
Gliburide 10 mg 2.d.d 6 tahun
Hydrochlorthiazide 25 mg 1.d.d 2 tahun
Pravastin 40 mg 1.d.d 1,5 tahun (dosis dinaikkan 1 tahun yll)
Acetaminophen 650 mg Prn -
Kontrasepsi oral - - 10 tahun
Ferrous sulfate 300 mg 2.d.d 1 tahun
Multivitamin - 1.d.d -

Perhitungan GFR persamaan Cockroft-Gault


𝐵𝐵 (𝑘𝑔)
BMI =
𝑇𝐵 (𝑚)2
82,5 𝑘𝑔
BMI =
(1,55 𝑚)2
BMI = 34,33 (Obesitas)

Dikarenakan Ny. RM obesitas jadi digunakan IBW :


IBW = 45,5 + [0,9 × (TB – 150)]
= 45,5 + (0,9 × 5)
= 50

(140 − 𝑢𝑠𝑖𝑎)𝑥𝐵𝐵
𝐶𝑙𝑐𝑟 =
72𝑥𝑆𝑐𝑟
(140 − 37)𝑥50
𝐶𝑙𝑐𝑟 = 𝑥 0,85
72𝑥1,4
5150
𝐶𝑙𝑐𝑟 = 𝑥 0,85
100,8
𝐶𝑙𝑐𝑟 = 43,42 𝑚𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

Termasuk dalam Gagal Ginjal Stage 3 (kerusakan ginjal dengan penurunan GFR yang sedang)

I. OBAT YANG DIGUNAKAN SAAT INI


No Nama obat Indikasi Dosis Rute Interaksi ESO Outcome
pemberian Terapi
obat
1 Metformin Diabetes 1000 PO Alkohol, Gangguan Menurunkan
Melitus Tipe 2 mg kontrasepsi oral, pencernaan, kadar gula
3.d.d acarbose, antara lain darah
simetidin mual, muntah,
diare ringan.
Anoreksia.
2 Gliburide Diabetes 10 mg PO Aspirin, bactrim, Mual Menurunkanka
Melitus 2.d.d benemid, byetta, Diare n kadar gula
monoamine Sembelit darah
oxidase inhibitor, Gangguan
warfarin pencernaan
3 Hydrochlorthiazide Hipertensi 25 mg PO Alcohol, aspirin, Pusing Menurunkan
1.d.d cholestyramine, Anoreksia tekanan darah
kortikosteroid, Anafilaksis
4 Pravastin hiperkolestreol 40 mg PO Clofibrat, Mual Menurunkan
1.d.d fenofibrat, Muntah kadar
gemfibrozil, asam Diare kolesterol
nikotin Sakit kepala
Nyeri dada
5 Acetaminophen Nyeri ringan 650 PO Alkohol, Efek samping Mengatasi
sampai sedang mg prn antikonvulsan, dalam dosis nyeri kepala
dan demam isoniazid, terapi jarang;
Fenotiazin, kecuali ruam
Antikoagulan oral kulit, kelainan
darah,
hepatotoksik
6 Kontrasepsi oral Mencegah - PO - - Mencegah
kehamilan kehamilan
7 Ferrous Sulfate Pencegahan 300 PO Tetrasiklin, gangguan Mencegah
dan mg fluorokuinolon, saluran cerna,: kekurangan zat
pengobatan 2.d.d levodopa, mual, diare, besi
anemia karena metildopa dan konstipasi,
kekurangan zat penisilinamin,
besi. antasida.
8 Multivitamin Untuk 1.d.d PO - - Daya tahan
menjaga daya tubuh terjaga
tahan tubuh

J. ASSESMENT

Problem SUBYEKTIF OBYEKTIF TERAPI Analisis DRP


Medik
Diabetes Glu 192 mg/dL Metformin Pemberian metformin dan Terapi
Melitus tipe 2 Glukosa 1+ 1000 mg gliburide untuk mngatasi sudah tepat
Keton + (3.d.d PO) riwayat penyakit DM
pasien
Gliburide 10
mg (2.d.d
PO)
CKD Lemah BUN 28 mg/dL - CKD dapat diterapi Belum
Cl 106 mEq/L dengan mengobati gejala diterapi
Clcr 43,42 ml/menit yang ada dan komplikasi
penyakit penyerta
Hipertensi Pusing, sakit Hidroklortia Pemberian hidroklortiazid Terapi
kepala, lemah zid 25 mg mengatasi hipertensi kurang
TD 156/94 mmHg
1.d.d PO pasien tepat

Hiperkolesterol T, chol 226 mg/dL Pravastatin Kadar kolesterol (fasting Terapi


Trig 134 mg/dL 40 mg 1.d.d lipid profile) pasien tinggi sudah tepat
LDL 150 mg/dL PO dilihat dari hasil lab
HDL 47 mg/dL
Anemia Lemah Hgb 10,6 g/dL Ferrous Kadar Hemoglobin pasien
sulfate 300 menurun
mg 2.d.d PO

Sakit kepala Acetaminop Pemberian acetaminophen Terapi


hen jika untuk mengatasi pusing sudah tepat
perlu yang dialami pasien saat
menstruasi

K. Care Plan
1. Pasien mengalami diabetes mellitus, pada kasus ini diberikan terapi dengan golongan
biguanide dan sulfonilurea dimana gula darah masih belum terkontrol, sehingga
direkomendasikan untuk penggunaan insulin dimana goal A1C < 7% (<0.07) (dipiro 9).
2. Untuk mengatasi hipertensi disertai CKD berdasarkan guideline diterapi menggunakan
ACEI/ARB. Sehingga penggunaan HCT belum tepat dan diganti dengan gol. ACEI
captopril dosis awal 2,5mg 1x sehari. Dosis penunjang lazim 10-20 mg (Menurut
guideline terapi JNC 7 dan Dipiro edisi 9), tetapi pada kasus ini pasien ingin hamil lagi
sehingga direkomendasikan golongan CCB yaitu nifedipin dosis 30 mg 1x sehari 1 tablet
sesudah makan.
3. Pemberian acetaminophen tetap dilanjutkan untuk mengatasi gejala yang timbul seperti
sakit kepala. Obat ini digunakan dengan dosis 650 mg jika sakit kepala.
4. Pemberian pravastatin sudah tepat karena dengan pemberian obat ini kadar kolesterol
sudah stabil. Obat ini digunakan 1x sehari pada waktu sebelum tidur, tetapi karena pasien
ingin hamil lagi direkomendasikan penggunaan obat asam nikotinat dengan dosis 375 mg
1x sehari 1 tablet setelah makan sebelum tidur.
5. Pada pemeriksaan laboratorium hemoglobin pasien rendah (dibawah nilai normal), yang
menandakan pasien mengalami Anemia. efek samping dari ferrous sulfate yaitu
konstipasi dapat diberikan laxadine 3-6 sendok takar (5 ml) jika terjadi konstipasi saja.
6. Pemberian multivitamin tetap dilanjutkan karena untuk mengatasi gejala pasien yang
mudah kelelahan. Multivitamin ini diminum 1x sehari sesudah makan.
7. Diberikan orlistat 120 mg 3x sehari 1 tablet diminum 1 jam setelah makan untuk
mengatasi obesitas pasien (Dpiro edisi 9).
8. Kontrasepsi oralnya dihentikan karena pasien ingin hamil lagi.

L. Terapi Non-Farmakologi
Diet rendah protein dapat membantu memperlambat perkembangan CKD
- Menghindari stress fisik dan mental karena dapat meningkatkan tekanan darah dan gula
darah.
- Melakukan olahraga rutin yang ringan seperti jalan di pagi hari
- Mengkonsumsi makanan sehat, buah dan sayur-sayuran
- Minum air putih yang cukup

M. Monitoring dan evaluasi


Monitoring Subjektif
• Apakah tekanan darahnya sudah tidak mengganggu aktivitas hidup
• Apakah anemianya sudah terkontrol
• Tidak sakit kepala dan tidak mudah kelelahan
• Produksi urin meningkat
• Monitoring fungsi ginjal
Monitoring obyektif
1. Monitoring tekanan darah (Goal tekanan darah 140/80 mmHg),
2. Monitoring kadar gula darah (goal A1C < 7% (<0.07)),
3. Monitoring kadar kolesterol (Goal terapi <200 mg/dL)
4. Monitoring kadar GFR dan serum kreatinin, klirens kreatin pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Arthur, Guyton, MD. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kesehatan. Philadelphia: W.B. Saunders
Company.

Dannis L., Dan L, Eugene B, Stephen L, Jameson J. Harrison"Principles of Internal Medicine.


New York: McGraw-Hill; 2005

Denise, (2007) Assessment of the Impact of Weekly Versus Monthly Erythropoiesis Stimulating
Protein Therapy on Patients with CKD and Their Families. Nephrology Nursing Journal

Lanna, C., 2007. Kidney Anatomy. Medscape Reference.


emedicine.medscape.com/article/1948775-overview.

McPhee, S.J., Papadakis, M.A., and Tierney, L.M., 2008. Current Medical Diagnosis and
Treatment, 47th edition, New York: McGraw-Hill Companies, Inc., pp. 793-798.

National Kidney Foundation. 2010. K/DOQI Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney
Disease: Evaluation, Clasification and Stratification. Tersedia pada:
https://www.kidney.org/sites/default/files/docs/ckd_evaluation_classification_stratification.pdf .

Price, SA, Wilson, LM. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 2 Ed/6.
Hartanto H, Susi N, Wulansari P, Mahanani DA, editor. Jakarta: EGC; 2005. BAB 53, Penyakit
Serebrovaskular; hal. 1106-1129

Scottish Intercollegiate Guideline Network. 2008. Management of Chronic Heart Failure (SIGN
Guideline No 95). Scottish Int Guidel Netw. ;1-9.

Anda mungkin juga menyukai