Anda di halaman 1dari 19

KEGAGALAN PASAR DAN CAMPUR TANGAN PEMERINTAH

MATA KULIAH EKONOMI PUBLIK

Dosen : Amrita Nugraheni Saraswaty, SE.,M.Sc.

KELOMPOK 1:

1. Neneng Megawati (1607511049)


2. Gagas Pangukir Permono Adji (1607511050)
3. Kadek Krisna Wahyudi (1607511053)
4. Ida Bagus Gaga Yudi Prawira (1607511054)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
PROGRAM REGULER
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga terwujud
makalah yang berjudul “KEGAGALAN PASAR DAN CAMPUR TANGAN
PEMERINTAH ”.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi nilai tugas kelompok pada mata
kuliah Ekonomi Publik. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan
kepada pembaca tentang bagaimanakah Kegagalan Pasar, apa sajakah Faktor Penyebab
Kegagalan Pasar, bagaimanakah Kegagalan Pemerintah, bagaimanakah Analisis Ekonomi
Birokrat dan bagaimanakah Birokrat dan Efisiensi Alokatif.
Selama proses penulisan makalah ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari
berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung dalam penulisan makalah
ini. Untuk itu dari hati yang paling dalam penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulisan makalah ini.
Seperti kata pepatah, tak ada gading yang tak retak, oleh karena itu kami meminta maaf
apabila dalam penyusunan makalah ini ada kesalahan. Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak lubang yang terliang dan masih banyak rongga yang
terangah. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran para pembaca agar
makalah ini menjadi baik dan bermanfaat bagi setiap orang.

Jimbaran, 12 Februari 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Kegagalan Pasar.................................................................................................3
2.2 Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Pasar.........................................................3
2.3 Kegagalan Pemerintah.......................................................................................9
2.4 Analisis Ekonomi Birokrat.................................................................................10
2.5 Birokrat dan Efisiensi Alokatif..........................................................................13
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpula..........................................................................................................16
3.2 Saran..................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pasar dapat menjadi alokasi sumber daya yang efisien bila asumsi-asumsinya terpenuhi,
antara lain pelaku bersifat rasional, memiliki informasi sempurna, pasar berbentuk persaingan
sempurna, dan barang bersifat privat. Tetapi pada kenyataannya, asumsi-asumsi ideal tersebut
sulit terpenuhi di dunia nyata. Sebagai akibatnya terjadilah kegagalan pasar di mana pasar
gagal menjadi alat alokasi yang efisien.
Kegagalan pasar terjadi apabila mekanisme pasar tidak dapat berfungsi secara efisien
dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi yang ada dalam masyarakat . Dalam hal ini,
mekanisme pasar akan menyebabkan barang yang dihasilkan menjadi terlalu banyak atau
terlalu sedikit dan dalam hal yang sangat ekstrim kegagalan pasar akan menyebabkan pasar
tidak terjadi sehingga barang dan jasa tertentu tidak dihasilkan oleh pasar tersebut.
Esensi timbulnya kegagalan pasar timbul karena masyarakat tidak bertindak secara
kooperatif, sebab perilaku kooperatiflah yang akan menyebabkan terjadinya kondisi Pareto
Optimal. Dalam hal terjadinya kegagalan pasar, maka pemerintah diharapkan untuk ikut
campur didalamnya.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan beberapa permasalahan


sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Kegagalan Pasar ?
2. Apasajakah Faktor Penyebab Kegagalan Pasar ?
3. Bagaimanakah Kegagalan Pemerintah ?
4. Bagaimanakah Analisis Ekonomi Birokrat ?
5. Bagaimanakah Birokrat dan Efisiensi Alokatif ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat diketahui tujuan penulisannya adalah sebagai
berikut:
1. Mahasiswa/i dapat mengetahui konsep Kegagalan Pasar.
2. Mahasiswa/i dapat mengetahui Faktor Penyebab Kegagalan Pasar.
3. Mahasiswa/i dapat mengetahui Kegagalan Pemerintah.
4. Mahasiswa/i dapat mengetahui Analisis Ekonomi Birokrat.
5. Mahasiswa/i dapat mengetahui Birokrat dan Efisiensi Alokatif.

BAB II
PEMBAHASAN

2
2.1 Kegagalan Pasar
Kegagalan pasar terjadi apabila mekanisme pasar tidak dapat berfungsi secara efisien
dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi yang ada dalam masyarakat . Dalam hal ini,
mekanisme pasar akan menyebabkan barang yang dihasilkan menjadi terlalu banyak atau
terlalu sedikit dan dalam hal yang sangat ekstrim kegagalan pasar akan menyebabkan pasar
tidak terjadi sehingga barang dan jasa tertentu tidak dihasilkan oleh pasar tersebut.
Esensi timbulnya kegagalan pasar timbul karena masyarakat tidak bertindak secara
kooperatif, sebab perilaku kooperatiflah yang akan menyebabkan terjadinya kondisi Pareto
Optimal.
Dalam banyak hal, terjadinya kegagalan pasar disebabkan biaya transaksi pertukaran
bukanlah tanpa biaya, misalnya saja, biaya untuk memperoleh informasi, biaya tawar-menawar,
biaya untuk melakukan kontrak, biaya dalam perencanaan, dan sebagainya. Bagi konsumen,
untuk memperoleh informasi mengenai kualitas suatu jenis barang yang akan dibeli
memerlukan biaya yang tidak sedikit, begitu juga mengenai kualitas input yang akan dibeli
oleh produsen.
Dalam hal terjadinya kegagalan pasar, maka pemerintah diharapkan untuk ikut campur
tangan agar alokasi sumber ekonomi dapat tercapai secara efisien. (Guritno, 2000:31)

2.2 Faktor-faktor Penyebab Kegagalan Pasar


Kegagalan pasar dapat terjadi karena adanya faktor-faktor dibawah ini, yaitu:
2.2.1 Adanya Common goods (Barang Bersama)
Dasar adanya sistem pasar persaingan adalah adanya hak pemilikan yang memberikan
hak pemilikan kepada setiap individu atas suatu barang sehingga ia dapat mengecualikan orang
lain untuk memanfaatkan barang itu. Untuk beberapa jenis barang, hak pemilikan tidak dapat
diberikan kepada satu individu melainkan diberikan kepada sekelompok masyarakat , misalnya
saja sebidang padang rumput milik desa dan sebagainya.
Masalah yang ditimbulkan dalam kasus kekayaan bersama ada 2 faktor yaitu
indivisibility dan jumlah kelompok masyarakat. Adanya indivisibility menyebabkan suatu
kekayaan tidak dapat diberikan hak pemilikannya kepada setiap anggota kelompok. Apabila
jumlah kelompok hanya dua orang , maka diantara kedua orang itu akan dapat dibuat suatu
perjanjian yang mengatur penggunaan kekayaan tersebut secara optimal akan tetapi apabila
anggota kelompok semakin banyak maka biaya untuk memperoleh persetujuan menjadi
semakin besar dan mahal .

3
Dalam hal kekayaan bersama, apabila seseorang merasakan manfaat dan bersedia
menanggung biaya tanpa harus ikut menanggung free riders . Free riders adalah suatu sikap
yang tidak menyatakan dengan sebenarnya manfaat suatu barang atau jasa dengan maksud agar
ia dapat memanfaatkan barang tersebut tanpa harus membayarnya atau tanpa ikut menanggung
biaya pengadaan barang atau jasa tersebut.
Selain perlunya campur tangan pemerintah dalam mengatur kekayaan bersama ,
pemerintah juga harus menetapkan sistem pembayaran yang sifatnya dipaksakan karena jelas
setiap individu tidak bersedia untuk menanggung biaya. Setiap pembayaran paksaan tersebut
adalah yang umumnya disebut pajak.

2.2.2 Adanya Unsur Ketidaksempurnaan Pasar


Pada pasar persaingan sempuran maka setiap produsen maupun konsumen merupakan
satu unit yang sangat kecil sehingga baik konsumen maupun produsen secara individual tidak
akan dapat mempengaruhi harga dengan cara menambah atau mengurang barang yang dijual
ayau barang yang dibeli.
Diagram 1 menunjukan kurva biaya marjinal (MC=Marginal Cost), kurva penerimaan
(MR=Marginal Revenue) dan kurva penerimaan rata-rata (AR=Average Revenue) pada suatu
pasar persaingan sempurna.produsen yang melaksanakan prinsip keuntungan yang maksimum
akan menghsilkan barang X pada tingkat produksi dimana MC=MR, yaitu pada tingkat
produksi OX1. Pada tingkat produksi sebesar X2 biaya marjinal sebesar BX2 sedangkan
penerimaan marjinal sebesar AX2. Jadi dengan memproduksi X2 maka produsen memperoleh
keuntungan AB sehingga tindakan yang logis bagi produsen adalah menaikkan jumlah barang
yang dihasilkan. Sebaliknya, pada tingkat produksi OX3 biaya marjinal sebesar CX3 lebih besar
daripada penerimaan marjinal DX3 sehingga produksi X3 menimbulkan kerugian bagi produsen
dan tindakan yang logis diambil adalah mengurangi produksinya. Jadi tingkat produksi OX1
adalah yang optimal karen pada produksi X1 biaya marjinal sama dengan penerimaan marjinal.
Pada tingkat produksi OX1 tersebut alokasi sumber ekonomi tercapai secara efisien. Pada titik
E, MC=P0 yang berarti produsen menetapkan harga sesuai dengan tambahan biaya yang
diperlukan untuk menghasilkan satu unit terakhir (MC). Harga yang terjadi (P 0) digunakan
seluruhnya untuk membayar factor produksi yang diperlukan untuk menghasilkan X1.
Sebaliknya, konsumen bersedia membayara sesuai dengan yang ditunjukkan oleh kurva
permintaan, yaitu sebesar P0 per unit barang (AR=P0).

4
Diagram 1
Pasar persaingan sempurna

Pada tingkat harga P0 konsumen bersedia membayar harga tersebut untuk membeli barang X 1.
Jadi, di sini ju7mlah barang yang diminta produsen sama dengan harga yang mau dibayar oleh
konsumen. Karena itu, kondisi alokasi sumber ekonomi yang efisien terjadi apabila MC = AR
= P. Pada pasar persaingan sempurna, keinginan konsumen dan produsen selaras pada jumlah
brang sebanyak OX1.
Pada pasar monopoli, produsen yang mempunyai prinsip keuntungan yang maksimal
akan mengahsilkan barang X sebanyak OX1, yaitu tingkat produksi di mana MC=MR, pada
gambar di bawah ini produksi sebesar OX 1 tersebut, harga yang dipungut sebesar OP 1,
sedangkan biaya yang diperlukan untuk menghasilkan output X1 hanya sebesar CX1 yang
berarti produsen memperoleh keutungan monopolis.

5
Diagram 2
Pasar Monopoli

Efisiensi Penggunaan Sumber ekonomi dan produksi tercapai pada titik B yaitu pada tingkat
produksi OX2 dan harga OP2. Pada titik B tersebut konsumen bersedia membayar harga barang
sebesar Rp BX2 atau sebesar Rp OP2 dan biaya yang diperlukan produsen untuk menghasilkan
tambahan barang terakhir (MC) juga sebesar Rp OP2.
1.) Monopoli Alamiah
Ada beberapa jenis barang yang hanya dapt diproduksikan oleh satu produsen saja.
Betapa pun pemerintah berusaha untuk menghapus monopoli pada produksi satu industri, akan
tetapi persaingan di antara produsen yang ada akan menyebabkan hanya satu produsen saja
yang mampu bertahan.

6
Diagram 3
Industri pada Keadaan Monopoli Ilmiah

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa permintaan akan barang X sangat kecil,
sehingga kurva permintaan (AR) memotong kurva biaya rata-rata (AR) pada bagian yang
menurun. Apabila produsen berproduksi pada tingkat produksi yang oleh masyarakat dianggap
efisien, yaitu pasa MC=AR produsen akan menghasilkan OX 1 unit barang, dan menjula barng
X dengan harga OP0. Tetapi pada tingkat produksi OX1 produsen akan rugi sehingga tingkat
produksi OX1 tidak dapat berlangsung dalm waktu yang lama atau dalam jangka panjang. Pada
OX1, penerimaan total sebesar OX1AP0 sedangkan pengeluran total sebesar OX1BX1. Sehingga
terdapat kerugian sebesar BAP0P1. Apabila barang tersebut harus diproduksikan sebanyak OX 1
unit, maka tidak akan ada seorang produsen pun yang mau menghasilkannya. Oleh karena itu
pemerintah harus campur tangan yang dapt diwujudkan dalm beberapa bentuk. Campur tangan
pemerintah dapat dengan cara memproduksikan barang tersebut oleh pemerintah, atau produksi
barang X dapat diserahkan kepada pihak swasta dengan memberikan ganti rugi sebesar
POABP1, sehingga produsen swasta tidak menderita rugi karena besarnya subsidi tersebut
memnyebabkan penerimaan total sama dengan pengeluaran total (TR=TC).

2.2.3 Barang Publik


Beberapa jenis barang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, akan tetapi tidak seorangpun
yang bersedia menghasilkannya atau mungkin dihasilkan oleh pihak swasta akan tetapi dalam
jumlah yang terbatas, misalnya pertahanan, peradilan, dan sebagainya. Jenis barang tersebut

7
dinamakan barang public murni yang mempunyai dua karakteristik utama, yaitu
penggunaannyan tidak bersaingan (nonrivalry) dan tidak dapat diterapkan prinsip pengecualian
(non excludabilty).oleh karena oihak swata tidak mau menghasilkan barang public murni, maka
pemerintahlah yang harus menghasilkannya agar kesejahteraan seluruh masyarakat dapat
ditingkatkan.

2.2.4 Eksternalitas
Masalah lain yang menyebabkan kegagalan pasar dalam mengalokasikan factor-faktor
produksi secara efisiem adalah adanya apa yang disebut dampak sampingan atau eksternalitas.
Eksternalitas timbul karena tindakan konsumsi atau produksi dari satu pihak mempunyai
pengaruh terhadap pihak yang lain dan tidak ada kompensasi yang dibayar oleh pihak yang
menyebabkan atau kompensasi yang diterima oleh pihak yang terkena dampak tersebut. Jadi
dua syarat terjadinya eksternalitas, yaitu:
1) Adanya pengaruh dari suatu tindakan, dan
2) Tidak adanya kompensasi yang dibayarkan atau diterima
Dalam perekonomian terdapat empat kemungkinan eksternalitas, yaitu:
1) Konsumen-konsumen, yaitu tindakan seorang konsumen yang menimbulkan eksternalitas
bagi konsumen lain, misalnya contoh permainan piano.
2) Konsumen-produsen, yaitu tindakan seorang konsumen yang menimbulkan eksternalitas
(positif atau negative) terhadap produsen, misalnya olahraga yang dilakukan buruh
menyebabkan mereka menjadi sehat sehingga produktivitas meningkat dan
menguntungkan produsen.
3) Produsen-konsumen, contohnya adalah pabrik yang menyebabkan polusi sungai sehingga
mengganggu penduduk yang menggunakan air sungai tersebut.
4) Produsen-produsen, contohnya adalah seperti dikemukakan di atas, di mana sebuah
pabrik yang menimbulakan polusi air mengakibatkan kenaikan biaya produksi
perusahaan lain yang mengunakan air sebagai salah satu faktor produksi.

2.2.5 Adanya Pasar Tidak Lengkap (Incomplete Market)


Suatu pasar dikatakan lengkap apabila pasar tersebut menghasilkan semua barang dan
jasa yang biaya produksinya lebih kecil daripada harga yang mau dibayar oleh masyarakat. Ada
beberapa jenis jasa yang tidak diusahakan oleh pihak swasta dalam jumlah yang cukup
walaupun biaya penyediaan jasa tersebut lebih kecil daripada apa yang mau dibayar oleh
masyarakat.
2.2.6 Adanya Kegagalan Informasi

8
Pada beberapa kasus masyarakat sangat membutuhkan informasi yang tidak dapat
disediakan oleh swasta, misalnya saja prakiraan cuaca. Para petani, pelaut sangat
membutuhkan informasi mengenai prakiraan cuaca. Dalam hal ini, maka pemerintah harus
menyediakan informasi cuaca yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. (Guritno, 2000:32-50)

2.3 Kegagalan Pemerintah


Adanya kegagalan pasar merupakan salah satu sebab mengapa pemerintah harus turun
tangan agar kesejahteraan masyarakat dapat tercapai secara optimal. Walaupun demikian, tidak
selamanya campur tangan pemerintah menyebabkan peningkatan kesejahteraan masyarakat,
bahkan secara sistematis senantiasa terjadi kegagalan pemerintah (government failures). Ini
disebabkan karena pemerintah melaksanakan fungsi alokasi tidak dengan cara efisien. Ketidak
efisienan pemerintah disebabkan oleh 4 hal, yaitu :
1) Informasi yang terbatas
Banyak kebijakan pemerintah yang tidak dapat dilihat dampak karena sangat rumit dan
sulit untuk diperitungkan sebelumnya. Misalnya, kebijakan pemerintah untuk
menghapuskan subsidi pupuk bagi petani sangat sulit untuk diperhitungkan secara akurat
dampaknya bagi seluruh masyarakat.
2) Pengawasan yang terbatas atas reaksi pihak swasta
Suatu kebijakan pemerintah akan menimbulkan reaksi pihak swasta dan sering sekali
pemerintah tidak dapat menghambat reaksi tersebut. Misalnya saja, apabila pemerintah
menurunkan subsidi BBM khususnya bensin. Ini akan menyebabkan pemilik mobil
beralih kepemilikan kendaraan yang menggunakan solar sehingga pemerintah akan solar
menigkat dan harganya naik. Dalam hal ini, karena pertimbangan untuk memiliki mobil
sepenuhnya beranda pada swasta/masyarakat maka pemerintah tidak dapat melarang
seseorang untuk menjual mobil yang menggunakan bensin ke mobil yang menggunakan
solar.
3) Pengawasan yang terbatas atas perilaku birokrat
Pemerintah tidak dapat mengawasi secara ketat perilaku para birokrat, sedangkan
pelaksanaan kebijaksanaan kebijakan pemerintah umumnya didelegasikan pada berbagai
tingkatan birokrat yang mempunyai persepsi dan kepentingan yang berbeda-beda
sehingga kebijakan pemerintah mungkin menimbulkan hasil yang berbeda dengan apa
yang diinginkan. Misalnya kebijakan deregulasi pemerintah yang bermaksut untuk
mengurangi perizinan, pada pelaksanaan di daerah kadang berbeda dengan apa yang
digariskan oleh pemerintah pusat.
4) Hambatan dalam proses politik

9
Dalam suatu Negara demokrasi terdapat pemisahan wewenang antara kekuasaan
eksekutif dan kekuasaan legislative. Sering terjadi kebijakan yang akan dilaksanaka oleh
eksekutif terhambat oleh proses pengambilan keputusan karena harus disetujui terlebih
dahulu oleh pihak legislative.

Adapun kegagalan lainnya oleh pemerintah disebabkan oleh;


1) Pemerintah tidak dapat mengantisipasi akibat kebijaksanaan yang diambilnya. Sering
kebijaksanaan yang diambil menimbulkan reaksi masyarakat yang tidak sesuai dengan
harapan Pemertintah. Misalnya, pemerintah memberikan subsidi pada BBM agar
masyarakat luas dapat menikmati BBM, namun ternyata yang memanfaatkannya adalah
yang kaya.
2) Pemerintah terbatas dalam mengendalikan akibat kebijaksanaan. Misalnya saja,
pemerintah mengendalikan harga sewa rumah yang dimaksutkan agar yang miskin dapat
menyewa rumah secara murah. Ternyata pengembang mengalihkan investasinya pada
pengembang lain.
3) Pemerintah di dalam membuat kebijakansanaan sering tidak memiliki kemampuan untuk
melaksanakannya karena birokrasinya tak mampu.
4) Pemerintah pada hakikatnya memberikan pelayanan pada kelompok tertentu atau
kepentingan tertentu (vested interest) dan mungkin memiliki kepentingan sendiri (self-
interest), serta bertentangan kepentingan (conflict of interest). (Guritno, 2000:50-52)

2.4 Analisis Ekonomi Birokrasi


Suatu system ekonomi tergantung pada kerangka institusional dan dalam hal pembahasan
mengenai sector public yang penting adalah birokrasi. Birokrasi dapat didefinisikan sebagai
berbagai departemen yang menangani berbagai penyediaan jasa yang dihasilkan oleh
pemerintah. Setiap biro merupakan organisasi yang bukan bertujuan untuk mencari keuntungan
yang dibiayi dengan memberikan gaji dan bukan dari penjualan output yang dihasilkannya.
Setiap biro dalam melaksanakan tugas dapat saling bekerja sama (komplementer) atau bersaing
dalam menggunakan sumber ekonomi yang langka.
Peranan pemerintah dalam bidang alokasi adalah untuk menjamin tercapainya
penggunaan sumberdaya ekonomi yang efisien yang tidak dapat dicapai melalui mekanisme
pasar bebas. Ekonomis membedakan efisiensi menjadi dua, yaitu alokatif efisiensi dan X-
efisiensi.
Sudah dikatakan bahwa pemerintah mempunyai peranan yang sangat besar dalam
pencapaian alokasi sumberdaya ekonomi yang efisien. Akan tetapi, Birokrat yang terdiri dari
banya organ pemerintah tidaklah melaksanakan fungsi pemerintah tanpa mempertanyakan
10
kebijakan pemerintah sebagaimana dikemukakan oleh Weber.Pandangan Weber ini
dimodifikasi oleh Niskanen yang menyatakan birokrat, sebagaimana juga dengan orang lain,
adalah pihak yang memaksimumkan kepuasannya, yaitu gaji, jumlah karyawan, reputasi, dan
status sosial. Karena fungsi utilitas birokrat berkaitan dengan besarnya anggaran, maka seorang
birokrat yang berusaha mencapai kepuasan yang maksimum berarti pula ia merupakan orang
yang memaksimumkan anggaran pemerintah. Karena seorang birokrat bukanlah seorang yang
netral terhadap proses pembuatan anggaran pemerintah . oleh karena itu, birokrat cenderung
akan menghasilkan barang atau jasa yang lebih besar daripada yang seharusnya sehinggah
terjadi efisiensi dalam pengunaan sumber ekonomi oleh pemerintah.

11
Analisis Niskanen dapat dijelaskan dengan Diagram dibawah :

Kurva CED menunjukan kurva permintaan sedangkan kurva LRMC = LRAC


menunjukan biaya marginal dan biaya rata-rata jangka panjang yang kita asumsikan
mempunyai struktur biaya konstan (constant rerutrn to scale). Mr menunjukan kurva
penerimaan marginal.
Perusahaan swasta yang berada dalam posisi monopoli akan menentukan tingkat output
sebesar Q1, menetapkan harga sebesar OP1 dan memperoleh keuntungan monopoli sebesar
P1CBP1. Sebuah perusahaan yang tidak memperoleh keuntungan akan menghasilkan output
sebesar OQ2 dan akan menetapkan harga sebesar OP2. Kita asumsikan birokrat memperoleh
anggaran sebesar OP2AQ3 yang ditentukan oleh proses politik. Birokrat tersebut cenderung
akan menghasilkan outpt yang dihasilkan pengusaha monopolis atau pengusaha yang tidak
menjamin Pareto Optimal maka orang monopolis cederung akan menghasilkan output di
bawah tingkat output optimum, sebaliknya seorang birokrat cenderung akan menghasilkan
output yang lebih besar daripada output optimum. Keduanya, menimbulkan walfare loss. Pada
asus perusahaan monopolis, walfare loss sebesar CBFv dan pada kasus birokrat walfare loss

12
sebesar FAG yang merupakan pengurangan kesejahteraan masyarakat dan merupakan kerugian
bagi seluruh masyarakat. (Guritno, 2000: 52-54)

2.5 Birokrat dan Efisiensi Alokatif


Analisis ekonomi mengenai birokrasi pertama kali dikemukakan secara formal oleh
Niskanen yang kemudian dikembangkan oleh ekonom lainnya. Diagram dibawah ini
menjelaskan analisis Niskanen.

Analisis Niskanen Mengenai Efesiensi Alokasi

Pada Diagram diatas ditunjukan kurva permintaan dari media voter yang merupakan
anggota masyarakat yang reprentatif. Apabila barang public disediakan dengan mekanisme
pasar maka kurva D merupakan kurva permintaan pasar. Pada kurva TB diperoleh dari
persamaan :

TB = aQ – Q2; a > 0; b > 0

13
A dan b merupakan besaran (konstan) sedangkan Q menunjukkan tingkat output (atau
jasa yang diberikan oleh birokrat). Kurva TB menunjukkan total manfaat yang diterima oleh
media voter (yang mewakili masyarakat). Dari persamaan TB kita dapat memperoleh kurva
MV:

Total Biaya untuk menghasilkan barang/jasa oleh birokrat diunjukan dengan persamaan:

TC = cQ + , di mana c>0 dan d >0 merupakan konstan, dan

Selanjutnya kita asumsikan bahwa birokrat merupakan penjual monopolis (dalam hal
ini birokrat menjual jasa) sedangkan legislative (dalam hal ini adalah DPR yang mewakili
rakyat) yang mempunyai dana, merupakan pembeli monopolis sehingga keduanya masing-
masing mempunyai bilateral monopoli. Birokrat menginginkan dana anggaran sebesar
mungkin sedangkan masyarakat menginginkan manfaat yang sebesar-besarnya, jadi dalam hal
ini kendala anggaran terjadi di mana biaya total tidak mugnkin melebihi manfaat total, atau:

cQ + =Q-

dan

= (a-c)/(b+d)

Output yang optimal terjadi pada tingkat roduksi di mana jarak MB dan MC yang
terbesar, yaitu output Q1, yaitu di mana MB = MC, atau;
a – 2bQ = c + dQ
Q1 = (a-c)/(b+d)
Dari persamaan-persamaan di atas maka dapatkkita simpulkan bahwa tingakt output di
mana TB = TV dua kali lipat lebih besar daripada tingakt output yang secara sosial optimal
(socially optimal). Hal ini bisa terjadi sebab birkrat meiliki informasi mengenai manfaat dan
biaya, informasi mana tidak dimiliki oleh legislative. Oleh karena itu, saat birokrat memajukan
anggaran kepada legislative, birokrat mengajukananggaran yang lebih besar daripada yang
secara sosial merupakan tingkat output yang optimal. Birokrat bisa mengambil surplus
kosumen dan mengalihkan pada produksi output yang lebih besar.

14
Model Niskanen menunjukan adanya kemungkinan terjadinya inefisensi dalam alokasi
sumber ekonomi yang berasal dari pada birokrat secara potensial yang merupakan salah satu
dari sumber terjadinya inefisiensi birokratif. Ada segolongan masyarakat yang menganggap
bahwa output pemerintah terlalu banyak, akan tetapi ada juga golongan masyarakat lainnya
yang menganggap bahwa output pemerintah terlalu sedikit, sedangkan media voter
menganggap bahwa output pemerintah sudah tepat. Ini menunjukan bahwa dalam masyarakat
terdapat berbagai pandangan mengenai besar kecilnya birokrasi, dan kita tidak mungkin
memuaskan semua orang. (Guritno, 2000: 54-56)

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kegagalan pasar adalah ketidakmampuan dari suatu perekonomian pasar untuk berfungsi
secara efisien dan menimbulkan kemantapan dalam kegiatan dalam kegiatan dan pertumbuhan
ekonomi. Kegagalan pasar terjadi karena beberapa faktor, yaitu adanya common goods, adanya
unsur ketidaksempurnaan pasar, adanya barang public, adanya eksternalitas, adanya pasar tidak

15
penuh (incomplete market), adanya kegagalan informasi, Unemployment, adanya ketidak
pastian. Kegagalan Pemerintah disebabkan oleh 4 faktor ketidak efisienan pemerintah, yaitu
informasi yang terbatas, Pengawasan yang terbatas atas reaksi pihak swasta, Pengawasan yang
terbatas atas perilaku birokrat dan Hambatan dalam proses politik. Peranan pemerintah dalam
bidang alokasi adalah untuk menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya ekonomi yang
efisien yang tidak dapat dicapai melalui mekanisme pasar bebas.

3.2 Saran
Diharapkan untuk pemerintah diharapkan ikut campur tangan agar alokasi sumber
ekonomi dapat tercapai secara efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Mangkoesoebroto, Guritno; 2004; Ekonomi Publik; Yogyakarta; BPFE-YOGYAKARTA

16

Anda mungkin juga menyukai