Anda di halaman 1dari 20

REFLEKSI KASUS AGUSTUS 2016

“MORBILI PADA ANAK”

Nama : Fadjriansyah Wahid


No. Stambuk : N 111 15 049
Pembimbing : dr. Kartin Akune, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2016
PENDAHULUAN

Morbili merupakan penyakit endemik dan sangat infeksius yang disebabkan

oleh virus yang umumnya menyerang anak-anak. Virus ini merupakan virus RNA,

termasuk dalam famili paramixovirus. Penularan penyakit morbili terjadi secara

droplet melalui udara. 2

Campak atau morbili adalah suatu infeksi virus akut yang memiliki 3 stadium

yaitu(1)Stadium inkubasi yang berkisar antara 10 sampai 12 hari setelah pajanan

pertama terhadapvirus dan dapat disertai gejala minimal maupun tidak bergejala,

(2)Stadium prodromal yangmenunjukkan gejala demam, konjungtivitis, pilek, dan

batuk yang meningkat sertaditemukannya enantem pada mukosa (bercak Koplik), dan

(3)Stadium erupsi yang ditandaidengan keluarnya ruam makulopapular yang

didahului dengan meningkatnya suhu badan.2

Epidemi campak di Indonesia timbul secara tidak teratur. Didaerah perkotaan

epidemi campak terjadi setiap 2-4 tahun.Wabah terjadi pada kelompok anak yang

rentan terhadap campak, yaitu didaerah dengan populasi balita banyak mengidap gizi

buruk dan daya tahan tubuh yang lemah sehinggah mudah menyebabkan infeksi

sekunder atau penyulit. Penyulit yang paling sering dijumpai ialah bronkopneumonia

(75,2%), gastroenteritis (7.1%), ensefalitis (6,7%) dan lain-lain(7,9%).1

Transmisi campak terjadi melalui udara, kontak langsung maupun melalui

droplet dari penderita saat gejala yang ada minimal bahkan tidak bergejala. Penderita

2
masih dapat menularkan penyakitnya mulai hari ke-7 setelah terpajan hingga 5 hari

setelah ruam muncul. Biasanya seseorang akan mendapat kekebalan seumur hidup

bila telah sekali terinfeksi oleh campak.1

Campak merupakan penyakit endemis, terutama dinegara berkembang.Di

Indonesia penyakit campak sudah dikenal sejak lama.Dimasa lampau campak

dianggap sebagai suatu hal yang harus dialami setiap anak, sehingga anak yang

terkena campak tidak perlu diobati, mereka beranggapan bahwa penyakit campak

dapat sembuh sendiri bila ruam sudah keluar.Ada kepercayaan bahwa penyakit

campak akan berbahaya bila ruam tidak keluar pada kulit sebab ruam akan muncul

didalam organ lain seperti tenggorokan, paru, periut dan usus. Hal ini diyakini akan

menyebabkan anak sesak nafas atau diare, yang dapat menyebabakan kematian.2

Berikut akan dilaporkan sebuah kasus mengenai Morbili pada pasien anak
yang dirawat di Rumah Sakit Wirabuana Palu.

3
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. F
Umur : 10 Bulan 10 hari
Jenis kelamin : Laki - Laki
Agama : Islam
Tanggal masuk : 26 Juli 2016

II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Demam

Riwayat penyakit sekarang : Pasien masuk dengan keluhan demam yang


dialami sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam naik turun. Demam
turun dengan pemberian obat penurun panas namun kemudian demam naik lagi.
Demam tidak disertai kejang (-), menggigil (-). Tidak ada perdarahan gusi
ataupun mimisan. Pada malam hari sebelum masuk rumah sakit ibu pasien
mengeluhkan munculnya ruam kemerahan yang awalnya di lihat ibunya timbul
di bagian leher kemudian menjalar di bagian wajah, dada, punggung dan
diseluruh badan. Mata pasien sering berair dan kemerahan. Selain itu, pasien
juga mengalami batuk (+) disertai lendir berwarna putih (+), beringus (+). Sesak
nafas (-), Mual (+), Muntah (+) 1x berisi makanan, Anoreksia (+). Buang air
besar biasa dan buang air kecil lancar.

Riwayat penyakit dahulu : Pasien tidak pernah menderita penyakit yang


sama sebelumnya.

Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada yang mengalami keluhan yang sama

4
Riwayat sosial-ekonomi : Menengah ke atas
Riwayat Kehamilan dan persalinan :
Pasien lahir di RS Wirabuana. bayi lahir secara normal dengan usia
kehamilan cukup bulan. Riwayat maternal G3P2A0. Berat Badan Lahir : 3.000
gram, Panjang Badan Lahir 46 cm.

Kemampuan dan Kepandaian Bayi :


Mulai tengkurap usia 4 bulan, duduk di usia 7 bulan, muncul gigi 9
bulan. Berdiri usia 12 bulan.

Anamnesis Makanan :
ASI diberikan sejak usia 0 – 6 bulan, susu formula dan pemberian bubur
saring dari usia 6 - sekarang..

Riwayat Imunisasi :
Pasien belum imunisasi campak

III. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
2. Pengukuran Tanda vital :
Nadi : 120kali/menit, reguler, kuat angkat
Suhu : 37,9 °C
Respirasi : 36 kali/menit
Berat badan : 8 kg
Tinggi badan : 77 cm
Lingkar Kepala : 50 cm
Status gizi : Gizi Baik
Z Score (0, -1) Gizi Baik

5
3. Kulit : Warna : Sawo matang
Turgor : Cepat kembali (< 2 detik)
Efloresensi : Macula eritemtosa pada wajah, leher dan
Seluruh tubuh

4. Kepala: Bentuk : Normocephal


Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut, tebal,
alopesia (-)

5. Mata : Palpebra : edema (-/-)


Konjungtiva : hiperemis (+/+)
Sklera : ikterik (-/-)
Reflek cahaya : (+/+)
Refleks kornea : (+/+)
Cekung : (-/-)

6. Hidung : Pernapasan cuping hidung : Tidak ada


Epistaksis : Tidak ada
Sekret : Ada

7. Mulut : Bibir : Mukosa bibir basah, tidak hiperemis


Gigi : Tidak ada karies
Gusi : Tidak berdarah
Bukal : Bercak koplik pada mukosa
8. Lidah : Tidak kotor

9. Leher
 Pembesaran kelenjar leher : Getah bening -/-,

6
 Pemesaran kelejar di ketiak : Getah bening -/-,
 Faring : Tidak hiperemis
 Tonsil : T1/T1 tidak hiperemis
10. Toraks
a. Dinding dada/paru :
Inspeksi : Bentuk simetris bilateral
Palpasi : Vokal fremitus simetris kiri dan kanan sama
Perkusi : Sonor +/+
Auskultasi : Bronchovesikuler +/+, Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
Perkusi : Cardiomegali (-)
Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 murni, regular. Murmur (-),
Gallop (-)
11. Abdomen
Inspeksi : Bentuk : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
Perkusi : Bunyi : Timpani
Palpasi : Nyeri tekan : (-)
Hati : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba
12. Ekstremitas : Akral hangat +/+, edema (-/-), Rumple leede test (-)
13. Genitalia : Dalam batas normal
14. Otot-otot : hipotrofi (-), kesan normal
15. Refleks : fisiologis +/+, patologis -/-

7
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin 15,5 13,2-17,3 g/dl
Leukosit 4,2 3,8-10,6 ul
Eritrosit 45,51 4,4-5,9 Juta/ul
Hematokrit 45,1 40-52 %
Trombosit 269 150-440 Ribu/ul

V. RESUME
Pasien Laki-laki usia 10 bulan 10 hari masuk rumah sakit dengan
keluhan demam yang dialami sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
Demam naik turun. Demam turun dengan pemberian obat penurun panas namun
kemudian demam naik lagi. Demam tidak disertai kejang (-), menggigil(-).
Tidak ada perdarahan gusi ataupun mimisan. Pada malam hari sebelum masuk
rumah sakit ibu pasien mengeluhkan munculnya ruam kemerahan yang
awalnya di lihat ibunya timbul di bagian leher kemudian menjalar di bagian
wajah, dada, punggung dan diseluruh badan. Mata pasien sering berair dan
kemerahan. Selain itu, pasien juga mengalami batuk(+) disertai lendir
berwarna putih (+), bercak koplik pada mukosa bukal, beringus (+). Buang air
besar biasa dan buang air kecil lancar. Pemeriksaan fisik : Keadaan umum
tampak sakit sedang; Kesadaran composmentis; BB 8 kg; PB 77 cm; LK 50
cm. Tanda-tanda vital, nadi : 120 kali/menit, regular; suhu 37,9 °C; respirasi
36 kali/menit. Pada kulit ditemukan ruam (+), macula eritema pada wajah,
leher dan seluruh tubuh. Pada pemeriksaan konjungtiva ditemukan hiperemis
(+/+). Pada pemeriksaan thorax ditemukan bronchovesikuler +/+. Pada
abdomen Peristaltik + kesan normal.Pemeriksaan laboratorium darah rutin
WBC 4,2 x 103 /uL; RBC 5,51 x 106 /uL; HGB 15,5 g/dL; HCT 45,1 %; PLT
269 x 103 /uL.

8
VI. DIAGNOSIS : Morbili
VII. TERAPI
 IVFD RL 12 tpm
 Cotrimoxazole sirup 2 x ¾ sendok teh
 Paracetamol sirup 4 x 1cth
 Vitamin A 100.000 i. Unit
 GG 1/4 tab 3 x 1 pulv
 CTM 0,8 g

VIII. ANJURAN
- Pemeriksaan isolasi virus (apusan mukosa hidung)
- Pemeriksaan serologi

IX. FOLLOW UP
Tanggal : 27/Juli/2016
Subjek (S) :Demam (+) 3 hari, Batuk (+) berlebdir putih, beringus (+),
ruam kemerahan di seluruh tubuh
Objek (O) :
Tanda Vital
- Denyut Nadi : 98kali/menit
- Respirasi : 20kali/menit
- Suhu : 37,90C
Mata : Conjungtivitis +/+
Kulit : Tampak ruam maculopapuler eritematosa pada wajah, leher,
perut, punggung, tangan dan kaki
Assesment (A) : Morbili
Plan (P) :
- IVFD RL 12 tpm

9
- Cotrimoxazole sirup 2 x ¾ sendok teh
- Paracetamol sirup 4 x 1cth
- Vitamin A 100.000 i. Unit
- GG 1/4 tab
3 x 1 pulv
- CTM 0,8 g

FOLLOW UP
Tanggal : 28/Juli/2016
Subjek (S) : Demam (+) hari ke 4, Batuk (+), beringus (+), Makulopapular
eritema (+)..
Objek (O) :
Tanda Vital
- Denyut Nadi : 90kali/menit
- Respirasi : 22kali/menit
- Suhu : 39,30C
Mata : Conjungtivitis +/+
Kulit : tampak ruam maculapapuler eritematosa pada wajah, leher,
perut, punggung, tangan dan kaki
Assesment (A) : Morbili
Plan (P) :
- IVFD RL 12 tpm
- Cotrimoxazole sirup 2 x ¾ sendok teh
- Paracetamol sirup 4 x 1cth
- Vitamin A 100.000 i. Unit
- GG 1/4 tab
3 x 1 pulv
- CTM 0,8 g

10
FOLLOW UP
Tanggal : 29/Juli/2016
Subjek (S) :Demam (+) hari ke 5, Batuk (+), beringus (+),Makulopapular
eritema (+)..
Objek (O) :
Tanda Vital
- Denyut Nadi : 88 kali/menit
- Respirasi : 22 kali/menit
- Suhu : 38,1 0C
Mata : Conjungtivitis +/+
Kulit : Tampak ruam maculapapuler eritematosa pada wajah, leher,
perut, punggung, tangan dan kaki
Assesment (A) : Morbili
Plan (P) :
- IVFD RL 12 tpm
- Cotrimoxazole sirup 2 x ¾ sendok teh
- Paracetamol sirup 4 x 1cth
- Vitamin A 100.000 i. Unit
- GG 1/4 tab
3 x 1 pulv
- CTM 0,8 g

FOLLOW UP
Tanggal : 30/Juli/2016
Subjek (S) :Demam (+) hari ke 6, Batuk mulai berkurang (+), beringus (+),
Makulopapular eritema (+).
Objek (O) :
Tanda Vital
- Denyut Nadi : 92kali/menit

11
- Respirasi : 20 kali/menit
- Suhu : 37,70C
Mata : Conjungtivitis +/+
Kulit : Tampak ruam maculapapuler eritematosa pada wajah, leher,
perut, punggung, tangan dan kaki
Assesment (A) : Morbili
Plan (P) :
- IVFD RL 12 tpm
- Cotrimoxazole sirup 2 x ¾ sendok teh
- Paracetamol sirup 4 x 1cth
- Vitamin A 100.000 i. Unit
- GG 1/4 tab
3 x 1 pulv
- CTM 0,8 g

Follow Up
Tanggal 31 Juli 2016 pasien di pulangkan untuk rawat jalan dan kontrol di poli.

12
DISKUSI

Virus penyabab campak merupakan virus RNA, termasuk dalam genus

Morbilivirus dan famili Paramyxovirus. Kondisi anak yang belum mendapatkan

vaksinasi merupakan faktor terbesar penularan penyakit ini disebabkan belum adanya

antibodi yang terbentuk dalam tubuh anak selain itu dapat pula diakibatkan kegagalan

vaksinasi akibat berbagai kemungkinan contohnya adanya antibodi yang dibawa sejak

lahir yang dapat menetralisir virus vaksin campak yang masuk, vaksinnya rusak

akibat pemberian Ig yang diberikan bersama-sama.3

Virus campak ditularkan melalui infeksi droplet, masuk ke saluran nafas dan

berkembang biak di epitel nasofaring. Manifestasi klinis morbili terbagi menjadi

beberapa stadium yaitu : (1) stadium inkubasi sekitar10-12 hari tanpa gejala, (2)

stadium prodromal dengan gejala demam ringan samapi sedang, coryza, batuk,

konjungtivitis, bercak koplik dimukosa bukalis, (3) stadium erupsi, dengan rash

makulopapular yang muncul berturut-turut pada leher dan muka, tangan, kaki, dan

badann yang disertai dengan demam tinggi, (4) stadium konvalensi, dimana rash akan

menghilang mulai dari daerah awal timbulnya rash dan terjadi hiperpigmentasi pada

kulit.4

Morbili bersifat self limiting disease sehingga pengobatannya hanya bersifat

simptomatik, seperti harus diberikan cukup cairan dan kalori, dengan pemberian

antipiretik, antitusif ekspektoran, dan antikonvulsan bila perlu, untuk mengurangi

13
gejala yang muncul dan mencegah komplikasi yang dapat terjadi.Pasien campak

tanpa penyulit dapat berobat jalan.Sedangkan pada pasien dengan penyulit pasien

perlu dirawat inap.

Dalam penatalaksanaan campak tindakan yang paling penting dilakukan

adalah pencegahan:

1. Pencegahan Tingkat Awal (Priemordial Prevention) Pencegahan tingkat

awal berhubungan dengan keadaan penyakit yang masih dalam tahap

prepatogenesis atau penyakit belum tampak yang dapat dilakukan dengan

memantapkan status kesehatan balita dengan memberikan makanan bergizi

sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh

2. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention) Pencegahan tingkat

pertama ini merupakan upaya untuk mencegah seseorang terkena penyakit

campak, yaitu :

a. Memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya

pelaksanaan imunisasi campak untuk semua bayi.

b. Imunisasi dengan virus campak hidup yang dilemahkan, yang diberikan

pada semua anak berumur 9 bulan sangat dianjurkan karena dapat

melindungi sampai jangka waktu 4-5 tahun.

3. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention) Pencegahan tingkat

kedua ditujukan untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin untuk

mendapatkan pengobatan yang tepat. Dengan demikian pencegahan ini

14
sekurang-kurangnya dapat menghambat atau memperlambat progrefisitas

penyakit, mencegah komplikasi, dan membatasi kemungkinan kecatatan,

yaitu:

a. Menentukan diagnosis campak dengan benar baik melalui pemeriksaan

fisik atau darah.

b. Mencegah perluasan infeksi. Anak yang menderita campak jangan masuk

sekolah selama empat hari setelah timbulnya rash. Menempatkan anak

pada ruang khusus atau mempertahankan isolasi di rumah sakit dengan

melakukan pemisahan penderita pada stadium kataral yakni dari hari

pertama hingga hari keempat setelah timbulnya rash yang dapat

mengurangi keterpajanan pasienpasien dengan risiko tinggi lainnya.

c. Pengobatan simtomatik diberikan untuk mengurangi keluhan penderita

yakni antipiretik untuk menurunkan panas dan juga obat batuk.

Antibiotika hanya diberikan bila terjadi infeksi sekunder untuk mencegah

komplikasi. Pada kasus ini anak diberikan perawatan sebagai berikut :

 Antipiretik diberikan untuk menurunkan demam, pada pasien ini

diberikan Paracetamol dengan dosis 10-15mg/kgBB perdosis, setiap 6

jam sehari. Parasetamol merupakan pilihan lini pertama bagi

penanganan demam dan nyeri sebagai antipiretik dan analgetik.

Parasetamol digunakan bagi nyeri yang ringan sampai sedang. Semua

obat analgetik non opioid bekerja melalui penghambatan

15
siklooksigenase. Parasetamol menghambat siklooksigenase sehingga

konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu.

Parasetamol menghambat siklooksigenase pusat lebih kuat dari pada

aspirin, inilah yang menyebabkan Parasetamol menjadi obat antipiretik

yang kuat melalui efek pada pusat pengaturan panas. Parasetamol

mempunyai efek samping yang paling ringan dan aman untuk anak-

anak. Untuk anak-anak di bawah umur dua tahun sebaiknya digunakan

Parasetamol, kecuali ada pertimbangan khusus lainnya dari dokter.

Dari penelitian pada anak-anak dapat diketahui bahawa kombinasi

Asetosal dengan Parasetamol bekerja lebih efektif terhadap demam

daripada jika diberikan sendiri-sendiri. Dosis yang akan diberikan

adalah

Dosis terendah = 8 (kgBB) x 10 (mg/kgBB) = 80 mg.

Dosis tertinggi = 8 (kgBB) x 15 (mg/kgBB) = 120 mg

Dapat menggunakan rumus A=( X : Y) x B

A : takaran obat yang akan diberikan (dalam ml)

B : jumlah takaran tiap kandungan dalam obat (dalam ml)

X : kebutuhan obat sesuai BB anak (dalam mg)

Y : kandungan obat dalam tiap takaran (dalam mg)

Jadi

Dosis = ( 80 mg : 120 mg ) x 5 ml = 3.3 ml

16
= ( 120 mg : 120 mg ) x 5 ml = 5 ml

 Antibiotik diberikan untuk infeksi sekunder dari ruam makulaeritema

dan mencegah komplikasi infeksi sekunder lain. Anti biotik yang

diberikan adalah Cortimoxazole yang mengandung trimetropin dan

sulfametoksazol dengan dosis anak 8 mg/ hari trimetropin dan 40

mg/hari sulfametoksazol. Dengan frekuensi pemberian adalah 2 kali

sehari. Antibiotik ini adalah obat ini pertama untuk kasus infeksi

bakteri.

Dosis :

Dosis terendah = 8 (kgBB) x 8 (mg/kgBB) = 64 mg/hari (32 mg/12h)

Dosis tertinggi = 8 (kgBB) x 40 (mg/kgBB) = 320 mg/hari (160

mg/12h)

Dosis pemberian (ml) : 240/5ml = 192/x ml

Dosisnya = 4 ml

 Untuk salbutamol digunakan untuk merangsang reseptor B2

adrenergik terutama pada otot bronkus.5 Efek utama yang diharapkan

adalah efek bronkodilatasi yang disebabkan akibat relaksasi otot

bronkus. Dosis yang diberikan untuk anak usia dibawah 2 tahun adalah

0,1mg/kgBB sampai 0,15 mg/kgBB setiap 6 jam secara orang. Untuk

pasien sesuai dengan berat badan kita dapat memberikan 0,8 mg-1,2

mg.

17
 GG (Glyceril Guaiacolate) ini bekerja sebagai ekspectoran dengan

meningkatkan volume dan mengurangi kekentalan sputum yang

terdapat pada di trakea dan bronki. Dapat meningkatkan reflek batuk

dan memudahkan untuk membuang sputum. Untuk dosis pada anak

dibawah usia 2 tahun secara individual hanya diberikan 25 mg sampai

50 mg setiap 4 jam secara oral.

 Terapi cairan Ringer Laktat digunakan untuk rehidrasi cairan. Dengan

jumlah pemberian :

TPM : BB x keb. Cairan/hari x f. tetesan

Lama pemberian x 60

Tpm : 8 kg x 100 ml/kgBB x 20

24 x 60

Tpm : 12 kali.

d. Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi protein bertujuan untuk

meningkatkan daya tahan tubuh penderita sehingga dapat mengurangi

terjadinya komplikasi campak yakni bronkhitis, otitis media, pneumonia,

ensefalomielitis, abortus, dan miokarditis yang reversibel

Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention) Pencegahan tingkat ketiga

bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian.

18
19
DAFTAR PUSTAKA

1. Soedarmono, P,S,S., Garna, H., Hadinegoro, S,R,S., 2002. Buku Ajar Ilmu

kesehatan Anak. Jakarta. IDAI

2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. 2000. Ilmu Kesehatan Anak 2. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan

Anak Fakultas Universitas Indonesia

3. Katzung, 2009, Farmakologi Dasar dan Klinik, ed II, ECG, Jakarta

4. Rampengan, H.T 2006, Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. EGC, Jakarta

5. Penyakit Tropik Dan Infeksi Anak. Kapita Selekta Kedokteran, Ed III jilid 2

FKUI. 2004

6. Berhrman, Richard E.2003. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th edition. WB

Saunders Company

20

Anda mungkin juga menyukai