Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Otitis media serosa merupakan salah satu penyakit telinga tengah yang
biasanya terjadi pada anak. Pada populasi anak, Otitis media serosa dapat timbul
sebagai suatu kelainan jangka pendek (short-term) menyertai suatu infeksi saluran
pernapasan atas, ataupun sebagai proses kronis yang disertai gangguan dengar berat,
keterlambatan bicara dan bahasa hingga perubahan struktur membran timpani dan
tulang pendengaran. Sekitar 80% anak mengalami satu kali episode otitis media
serosa sebelum usia 10 tahun dengan sebagian besar kasus terjadi pada rentang usia 6
bulan sampai 4 tahun dan sekitar 50% anak mengalami otitis media serosa.1
Pada tahun 2010 WHO melaporkan prevalensi keseluruhan otitis media non-
supuratif kronis sebanyak 3,8%. Sebuah penelitian cross-sectional di Saudi Arabia
menunjukkan data prevalensi otitis media serosa pada 1488 anak-anak 6-12 tahun
adalah 7,5%. Dilaporkan prevalensi otitis media serosa pada anak usia 0-14 tahun di
Jakarta Timur sebanyak 1,3%. Belum ada data nasional baku di Indonesia yang
melaporkan kejadian otitis media serosa.1,2
Otitis media serosa adalah terdapatnya cairan di telinga tengah tanpa adanya
tanda dan gejala inflamasi akut dengan membran timpani yang utuh. Adanya cairan di
telinga tengah menyebabkan penurunan fungsi membran timpani dan telinga tengah
sehingga menyebabkan menurunnya fungsi pendengaran. Adanya infeksi saluran
nafas atas (seperti rhinitis dan adenoiditis) dan disfungsi saluran tuba eustachius
mempunyai peranan penting ada timbulnya otitis media serosa. Bakteri dan hasilnya
(endotoksin) dapat masuk ke telinga tengah dan menyebabkan reaksi peradangan,
sehingga timbul eksudat. Cairan di telinga tengah pada otitis media kronis bisa jadi
sangat kental dan ditemukan sisa – sisa bakteri dan endotoksin.2
1
Gejala klinis yang paling penting ialah kurangnya pendengaran. Kadang –
kadang terdapat rasa tekanan dalam telinga. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
gambaran selaput gendang telinga yang sering tampak tertarik ke dalam. Bila sukar
dinilai, pemeriksaan timpanometri perlu dilakukan untuk membuktikan adanya
tekanan udara yang menurun atau adanya cairan di dalam telinga tengah.1
Otitis media serosa biasanya akan sembuh sendirinya dalam waktu minggu
atau bulan. Penatalaksanaan yang tepat dapat mempercepat proses penyembuhan.
Selama cairan masih terakumulasi di tengah telinga, maka akan mengurangi fungsi
pendengaran. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak-anak.
Gangguan ini tidak akan menjadi ancaman bagi kehidupan tetapi dapat
mengakibatkan komplikasi serius.2
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Telinga dibagi atas telinga luar (Auris externa), telinga tengah (Auris Media),
telinga dalam (Auris interna) :
a. Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
tympani. Telinga luar atau pinna merupakan gabungan dari tulang rawan yang
diliputi kulit. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit.4
3
Gambar 1. Anatomi telinga
b. Telinga Tengah
Telinga tengah terletak di dalam pars petrosa ossis temporalis yang terdiri dari
Membran tympani, Cavum tympani, Tuba eustachius, Prosesus mastoideus dan
selulae mastoideus.3
4
Secara anatomis terdiri dari 2 bagian :4
1. Pars tensa : dibawah plika maleolaris anterior dan posterior terdiri dari 3
lapisan :
- Lapisan luar stratum cutaneum
- Lapisan tengah stratum fibrosum
- Lapisan dalam stratum mukosum
2. Pars flaccida ( Shrapnell’s membran) terdiri dari 2 lapisan :
- Lapisan luar stratum cutaneum
- Lapisan dalam stratum mukosum
Kavum tympani
Berbentuk kubus dengan batas-batas :6
5
- Anterior : tuba eustachius.
- Posterior : aditus ad antrum,kanalis fasialis pars vertikal.
- Superior : tegmen tympani (meningen/otak).
- Inferior : vena jugularis (bulbus jugularis).
Tuba eustachius
Tuba eustachius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah
dengan nasofaring. Fungsi tuba ini adalah untuk ventilasi, drainase sekret dan
menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke telinga tengah. Ventilasi
berguna untuk menjaga agar tekanan udara dalam telinga tengah selalu sama
dengan tekanan udara luar. Adanya fungsi ventilasi tuba ini dapat dibuktikan
dengan melakukan perasat valsava dan perasat toynbee.4
Tuba eustachius terdiri atas tulang rawan pada dua pertiga kearah nasofaring
dan sepertiganya terdiri atas tulang. Pada anak, tuba lebih pendek, lebih besar
dan kedudukannya lebih horizontal dari tuba orang dewasa.4
6
Tuba eustachius biasanya dalam keadaan tertutup dan baru terbuka apabila
oksigen diperlukan masuk ke telinga tengah atau pada saat mengunyah,
menelan dan menguap.4
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau
puncak koklea disebut holikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan
skala vestibuli. Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap.4
Koklea
Bagian koklea labirin adalah suatu saluran melingkar yang pada manusia
panjangnya 35 mm. Koklea bagian tulang membentuk 2,5 kali putaran yang
mengelilingi sumbunya. Sumbu ini dinamakan modiolus, yang terdiri dari
pembuluh darah dan saraf. Ruang di dalam koklea bagian tulang dibagi dua
oleh dinding (septum). Bagian dalam dari septum ini terdiri dari lamina
spiralis ossea. Bagian luarnya terdiri dari anyaman penyambung, lamina
spiralis membranasea.4
Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala
timpani sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala
vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi
endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli
(Reissner’s membrane) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis.
Pada membran ini terletak organ corti.4
7
Pada skala media terdapat bagian lain yang berbentuk lidah yang disebut
membran tektoria dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri
dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis corti, yang membentuk
organ corti.3
Gambar 4. Koklea
Vestibulum
Vestibulum letaknya diantara koklea dan kanalis semisirkularis yang
juga berisi perilimfe. Pada vestibulum bagian depan, terdapat lubang
(foramen ovale) yang berhubungan dengan membran timpani, tempat
melekatnya telapak (foot plate) dari stapes. Di dalam vestibulum
terdapat gelembung-gelembung bagian membran sakkulus dan
utrikulus. Gelembung-gelembung sakkulus dan utrikulus berhubungan
satu sama lain dengan perantara duktus utrikulosakkularis, yang
bercabang melalui duktus endolimfatikus yang berakhir pada suatu
lipatan dari duramater, yang terletak pada bagian os piramidalis.
Lipatan ini dinamakan sakkus endolimfatikus,saluran ini buntu.3,4
Kanalis semisirkularis
Di kedua sisi kepala terdapat kanalis semisirkularis yang tegak lurus
satu sama lain. Didalam kanalis tulang, terdapat kanalis bagian
membran yang terbenam dalam perilimfa.3,4
8
Kanalis semisirkularis horizontal berbatasan dengan antrum
mastoideum dan tampak sebagai tonjolan, tonjolan kanalis
semisirkularis horizontalis (lateralis).3,4
Kanalis semisirkularis vertikal (posterior) berbatasan dengan fossa
crania media dan tampak pada permukaan atas os petrosus sebagai
tonjolan, eminentia arkuata. Kanalis semisirkularis posterior tegak lurus
dengan kanalis semisirkularis superior. Kedua ujung yang tidak
melebar dari kedua kanalis semisirkularis yang letaknya vertikal
bersatu dan bermuara pada vestibulum sebagai krus komunis.4
Kanalis semisirkularis membranasea letaknya didalam kanalis
semisirkularis ossea. Diantara kedua kanalis ini terdapat ruang berisi
perilimfe. Didalam kanalis semisirkularis membranasea terdapat
endolimfe. Pada tempat melebarnya kanalis semisirkularis ini terdapat
sel-sel persepsi. Bagian ini dinamakan ampulla.4
2.1.2 Fisiologi Pendengaran
9
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus
auditorius sampai korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.5
2.2 Definisi
Nama lain dari otitis media serosa adalah otitis media efusi, otitis media
musinosa, otitis media sekretoria, otitis media mucoid (glue ear).6
10
2.3 Epidemiologi
Infeksi telinga tengah menjadi masalah medis yang paling sering pada bayi dan
anak-anak umur pra sekolah, dan diagnosa utama yang paling sering pada anak-anak
yang lebih muda dari usia 15 tahun yang diperiksa di tempat praktek dokter.11
Pada tahun 1990, 12,8 juta kejadian otitis media terjadi pada anak-anak usia di
bawah 5 tahun. Anak-anak dengan usia di bawah 2 tahun, 17% memiliki peluang
untuk kambuh kembali. 30-45% anak-anak dengan OMA dapat menjadi OME setelah
30 hari, dan 10% lainnya menjadi OME setelah 90 hari, sedikitnya 3,84 juta kasus
OME terjadi pada tahun tersebut, 1.28 juta kasus menetap setelah 3 bulan.11
Otitis media serosa merupakan penyakit yang sering di derita oleh bayi dan
anak-anak. Diluar negeri, khususnya di Negara yang mempunyai 4 musim penyakit
ini di temukan dengan angka insiden dan prevalensi yang tinggi. Dari beberapa
kepustakaan dapat disimpulkan rata-rata insiden otitis media serosa sebesar 14% -
62%, sedang peneliti lain ada yang melaporkan angka rata-rata prevelensi sebesar 2%
- 52%.11
11
mengenai penyakit ini, atau tidak terdeteksi karena minimalnya keluhan pada anak
yang menderita otitis media serosa.11
2.4 Etiologi
12
2. Infeksi
Berbagai virus pada saluran pernapasan atas dapat menginvasi telinga tengah
dan merangsang peningkatan produksi sekret. Virus yang paling sering dijumpai
pada anak-anak, yaitu respiratory syncytial virus (RSV), influenza virus, atau
adenovirus (sebanyak 30-40%). Kira-kira 10-15% dijumpai parainfluenza virus,
rhinovirus atau enterovirus.7
Selain virus, bakteri juga dapat menginvasi telinga tengah. Tiga jenis bakteri
penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus pneumoniae (40%), diikuti
oleh Haemophilus influenzae (25-30%) dan Moraxella catarhalis (10-15%).
Kira-kira 5% kasus dijumpai patogen-patogen yang lain seperti Streptococcus
pyogenes (group A betahemolytic), Staphylococcus aureus, dan organisme gram
negatif. Meskipun hasil yang didapatkan bila dilakukan kultur lebih rendah.7
3. Alergi
Bagaimana faktor alergi berperan dalam menyebabkan otitis media serosa masih
belum jelas. Akan tetapi dari gambaran klinis di percaya bahwa alergi
memegang peranan. Dasar pemikirannya adalah analogi embriologik, dimana
mukosa timpani berasal sama dengan mukosa hidung. Setidak-tidaknya
manifestasi alergi pada tuba Eustachius merupakan penyebab okulasi kronis dan
selanjutnya menyebabkan efusi. Namun demikian dari penelitian kadar IgE yang
menjadi kriteria alergi atopik, baik kadarnya dalam efusi maupun dalam serum
tidak menunjang sepenuhnya alergi sebagai penyebab.7,8
Etiologi dan patogenesis otitis media serosa oleh karena alergi mungkin
disebabkan oleh satu atau lebih dari mekanisme di bawah ini :7,8
- Mukosa telinga tengah sebagai organ sasaran (target organ).
- Pembengkakan oleh karena proses inflamasi pada mukosa tuba Eustachius.
- Obstruksi nasofaring karena proses inflamasi, dan
- Aspirasi bakteri nasofaring yang terdapat pada sekret alergi ke dalam ruang
telinga tengah.
13
4. Status imunologi
Faktor imunologis yang cukup berperan dalam otitis media serosa adalah
sekretori IgA. Immunoglobulin ini diproduksi oleh kelenjar di dalam mukosa
kavum timpani. Sekretori IgA terutama ditemukan pada efusi mukoid dan
dikenal sebagai suatu imunoglobulin yang aktif bekerja dipermukaan mukosa
respiratorik. Kerjanya yaitu menghadang kuman agar tidak kontak langsung
dengan permukaan epitel, dengan cara membentuk ikatan komplek. Kontak
langsung dengan dinding sel epitel adalah tahap pertama dari penetrasi kuman
untuk infeksi jaringan. Dengan demikian IgA aktif mencegah infeksi kuman.12
5. Otitis media yang belum sembuh sempurna
Terapi antibiotik yang tidak adekuat pada OMSA dapat menonaktifkan infeksi
tetapi tidak dapat menyembuhkan secara sempurna. Akan menyisakan infeksi
grade yang rendah. Proses ini dapat merangsang mukosa untuk menghasilkan
cairan dalam jumlah banyak. Jumlah sel goblet dan kelenjar mukus juga
bertambah.7
6. Idiopatik
2.5 Patogenesis
Otitis media efusi dapat terjadi sepanjang stadium resolusi dari OMA setelah
melewati stadium hiperemis. Pada anak-anak yang menderita OMA, sebanyak 45%
akan menjadi efusi yang persisten setelah 1 bulan, tetapi jumlah ini berkurang
menjadi 10% setelah 3 bulan.11
14
Infeksi (peradangan) yang disebabkan bakteri dan virus dapat mendorong
peningkatan produksi dan kekentalan sekret di dalam mukosa telinga tengah. Infeksi
yang mengarah kepada peradangan mukosa yang edema dapat menyebabkan
obstruksi tuba eustachi. Kelumpuhan silia yang sementara yang disebabkan oleh
eksotoksin bakteri akan menghambat proses penyembuhan dari OME.11
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena
gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan
organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan
pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 dB (bisikan halus). Namun cairan
15
yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45dB
(kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang
paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang
telinga karena tekanannya.11
Saat lahir tuba eustachius berada pada bidang paralel dengan dasar tengkorak,
sekitar 10° dari bidang horizontal, dan memiliki lumen yang pendek dan sempit.
Semakin bertambah usia, terjadi perubahan bermakna, terutama saat mencapai
usia 7 tahun, dimana lumen tuba eustachius lebih panjang dan lebar, serta
ujungproksimal tuba eustachius di nasofaring terletak 2-2,5 cm dibawah orifisium
tuba eustachius di telinga tengah atau membentuk sudut 45° terhadap bidang
horisontal telinga. Selain itu terdapat pula beberapa faktor resiko pada anak,
antara lain :11
Terjadi penurunan yang tajam dari prevalensi terjadinya OME pada anak-anak
dengan usia diatas 7 tahun, yang menandakan meningkatnya fungsi tuba eustachi dan
matangnya sistem imun.11
16
dari pembuluh kapiler mukosa dan kadang-kadang disertai ruptur pembuluh darah,
sehingga cairan di telinga tengah dan rongga mastoid tercampur darah.11
2.6 Klasifikasi
a. Otitis media serosa akut
Otitis media serosa akut adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga
tengah secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba.
Keadaan akut ini dapat disebabkan antara lain oleh :6
1. Sumbatan tuba, pada keadaan tersebut terbentuk cairan di telinga
tengah disebabkan oleh tersumbatnya tuba secara tiba-tiba seperti
pada barotrauma.
2. Virus, terbentuknya cairan di telinga tengah yang berhubungan
dengan infeksi virus pada jalan nafas atas.
3. Alergi, terbentuknya cairan di telinga tengah yang berhubungan
dengan keadaan alergi pada jalan nafas atas.
4. Idiopatik.
17
Gambar 7. Otitis media serosa akut
18
Gambar 8. Otitis media serosa kronik
19
tahun keadaan ini sering diketahui waktu dilakukan pemeriksaan THT
atau dilakukan uji pendengaran.6
2.8 Diagnosis
a. Anamnesis 6
Pasien mengeluhkan pendengaran yang berkurang.
Rasa terumbat pada telinga.
Suara sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda pada telinga yang
sakit.
Terasa seperti ada cairan yang bergerak dalam telinga pada saat posisi
kepala berubah.
Rasa sedikit nyeri dalam telinga.
Tinnitus dan vertigo kadang ada dalam bentuk ringan.
b. Pemeriksaan fisik
Untuk mendiagnosis otitis media serosa pada pemeriksaan fisik perlu
dilakukan pemeriksaan otoskopi, timpanogram, audiogram dan kadang
tindakan miringotomi untuk memastikan adanya cairan dalam telinga
tengah.9
1. Otoskopi
Pemeriksaan otoskopi dilakukan untuk kondisi, warna, dan
translusensi membran timpani. Macam-macam perubahan atau
kelainan yang terjadi pada membran timpani dapat dilihat
sebagaimana berikut.9
a. Membran timpani retraksi yaitu bila manubrium malei terlihat
lebih pendek dan lebih horizontal, membran keliatan lebih
20
cekung dan refleks cahaya memendek. Warna mungkin berubah
agak kekuningan.
b. Membran timpani yang suram dan berwarna kekuningan yang
mengganti gambaran tembus cahaya selain itu letak segitiga
reflek cahaya pada kuadran antero inferior memendek, mungkin
saja didapatkan pula peningkatan pembuluh darah kapiler pada
membran timpani tersebut. Pada kasus dengan cairan mukoid
atau mukupurulen membran timpani terlihat lebih muda (krem).
c. Atelektasis, membran timpani biasanya tipis, atrofi dan mungin
menempel pada inkus, stapes dan promontium, khususnya pada
kasus yang sudah lanjut, biasanya kasus yang seperti ini karena
disfungsi tuba eustachius dan otitis media efusi yang sudah
berjalan lama.
d. Gambaran air fluid level atau bubles biasanya ditemukan pada
otitis media serosa yang berisi cairan serous.
e. Membran timpani berwarna biru gelap atau ungu diperlihatkan
pada kasus hematotimpanum yang disebabkan oleh fraktur tulang
temporal, leukemia, tumor vaskuler telinga tengah. Sedangkan
warna biru yang lebih muda mungkin disebabkan oleh
barotrauma.
f. Gambaran lain adalah ditemukan sikatrik dan bercak kalsifikasi.
21
e. Didapatkan air fluid levels atau buble,atau
f. Mobilitas membran berkurang atau fiksasi.
3. Timpanometri
Timpanometri adalah suatu alat untuk mengetahui kondisi dari sistem
telinga tengah. Pengukuran ini memberikan gambaran tentang
mobilitas membran timpani, keadaan persendian tulang pendengaran,
keadaan dalam telinga tengah termasuk tekanan udara di dalamnya, jadi
berguna dalam mengetahui gangguan konduksi dan fungsi tuba
eustachius.10
Grafik hasil pengukuran timpanometri atau timpanogram dapat untuk
mengetahui gambaran kelainan di telinga tengah. Meskipun ditemukan
banyak variasi bentuk timpanogram akan tetapi pada prinsipnya hanya
ada tiga tipe, yakni tipe A, tipe B, dan tipe C.10
Pada penderita OME gambaran timpanogram yang sering didapati
adalah tipe B. Tipe B bentuknya relatif datar, hal ini menunjukkan
gerakan membran timpani terbatas karena adanya cairan atau pelekatan
dalam kavum timpani. Grafik yang sangat datar dapat terjadi akibat
22
perforasi membran timpani, serumen yang banyak pada liang telinga
luar atau kesalahan pada alat yaitu saluran buntu.10
Pemeriksaan timpanometri dapat memperkirakan adanya cairan di
dalam kavum timpani yang lebih baik dibanding dengan pemeriksaan
otoskopi saja.10
4. Audiogram
Dari pemeriksaan audiometrik nada murni didapatkan nilai ambang
tulang dan udara. Gangguan pendengaran lebih sering ditemukan pada
pasien OME dengan cairan yang kental (glue ear). Meskipun demikian
beberapa studi mengatakan tidak ada perbedaan yang signifikan antara
cairan serous dan kental terhadap gangguan pendengaran, sedangkan
volume cairan yang ditemukan di dalam telinga tengah adalah lebih
berpengaruh.9
Pasien dengan otitis media serosa ditemukan adanya gangguan
pendengaran dengan tuli konduksi ringan sampai sedang sehingga tidak
begitu berpengaruh dengan kehidupan sehari-hari. Tuli bilateral
persisten lebih dari 25 dB dapat mengganggu perkembangan intelektual
dan kemampuan berbicara anak.9
Bila hal ini dibiarkan bisa saja ketulian bertambah berat yang berakibat
buruk pada pasien. Akibat buruk ini dapat berupa gangguan lokal pada
telinga maupun gangguan yang lebih umum, seperti gangguan
perkembangan bahasa dan kemunduran dalam pelajaran sekolah. Pasien
dengan tuli konduksi yang lebih berat mungkin sudah didapatkan
fiksasi atau putusnya osikel.9
Garis pedoman OME yang disusun bersama oleh AAFP, AAOHNS dan
AAP menyatakan bahwa audiologi merupakan salah satu komponen
pemeriksaan pasien OME. Pemeriksaan audiometrik direkomendasikan
pada pasien dengan OME selama 3 bulan atau lebih, kelambatan
23
berbahasa, gangguan belajar atau dicurigai terdapat penurunan
pendengaran bermakna.9
Berdasarkan beberapa penelitian, tuli konduksi sering berhubungan
dengan OME dan berpengaruh pada proses mendengar kedua telinga,
lokalisasi suara, persepsi bicara dalam kebisingan. Penurunan
pendengaran yang disebabkan oleh OME akan mengahalangi
kemampuan awal berbahasa yang didapat.9
5. Radiologi
Pemeriksaan raidologi foto mastoid dulu efektif diugunakan untuk
skrining OME, tetapi sekarang jarang dikerjakan. Anamnesis riwayat
penyakit dan pemeriksaan fisik banyak diagnosis penyakit ini. CT scan
sangat sensitif dan tidak diperlukan untuk diagnosis. Meskipun CT
Scan penting untuk menyingkirkan adanya komplikasi dari otitis media
misalnya mastoiditis, trombosis sinus sigmoid ataupun adanya
kolesteatoma. CT scan penting khususnya pada pasien dengan OME
unilateral yang harus dipastikan adanya massa di nasofaring telah
disingkirkan.9
2.10 Penatalaksanaan
Dokter umum harus merujuk ke ahli THT setiap kali curiga terdapat gangguan
tuli konduktif persisten pada anak-anak, terutama mereka dengan tanda-tanda
keterlambatan perkembangan bahasa. Selain itu, harus dirujuk ke ahli THT jika
penyakit ini berulang, jika terapi medis tersedia yang sesuai yang diberikan dokter
24
umum tidak membaik, dan/atau jika ditemukan kriteria untuk intervensi operasi.
Sejumlah besar bukti epidemiologi menunjukkan bahwa pantas dilakukan modifikasi
faktor risiko pada intervensi pelayanan primer. Modifikasi berikut ini mungkin
membantu :12
25
dibandingkan dengan hanya memakai antibiotik. Studi lain menemukan bahwa
steroid topikal intranasal saja atau kombinasi dengan antibiotik tidak memiliki
manfaat jangka pendek maupun jangka panjang dalam pengelolaan anak-anak dengan
otitis media serosa.8
Hidung tersumbat, rinore, dan sinusitis sering menyertai otitis media,
antihistamin dan dekongestan dapat dipertimbangkan untuk menghilangkan gejala-
gejala yang terkait terutama jika disebabkan oleh alergi. Antihistamin mencegah
degranulasi sel mast dan pelepasan histamin yang dapat menyebabkan peradangan
mukosa akibat peningkatan obstruksi hidung dan peningkatan produksi lendir. Studi
besar terkontrol secara acak dari 430 anak-anak mengungkapkan bahwa tingkat
penyembuhan otitis media serosa tidak meningkat secara signifikan dengan mukolitik
dibandingkan plasebo. Temuan 2 uji lebih kecil lainnya mengkonfirmasi hasil ini.
Operasi menjadi terapi yang paling banyak diterima untuk otitis media efusi
persisten (OME), dan ini jelas efektif. Intervensi termasuk miringotomi dengan atau
tanpa penempatan tuba, adenoidektomi, atau keduanya. Tonsilektomi telah terbukti
sedikit bermanfaat sebagai pengobatan primer dari otitis media efusi. Rekomendasi
pedoman klinis bagi intervensi operasi dari The American Academy of Family
Physicians (AAFP), American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery
(AAO-HNS), dan American Academy of Pediatrics (AAP) :8
26
Pada pasien otitis media serosa dengan gangguan pendengaran, hilangnya 40
dB atau lebih besar menjadi indikasi absolut untuk dimasukkan tabung pemerataan
tekanan sedangkan kehilangan sekitar 21-40 dB adalah indikasi relatif. Selain itu,
pedoman klinis menyarankan terapi lebih agresif untuk anak - anak beresiko
terjadinya keterlambatan perkembangan khususnya dalam perkembangan bicara dan
bahasa. Anak-anak yang mungkin berisiko termasuk salah satu dari berikut:9
27
Komplikasi kedua tersering adalah timpanosklerosis, yang tidak mungkin secara
klinis signifikan kecuali terjadinya perluasan. Perforasi persisten adalah komplikasi
paling umum yang ketiga. Meskipun frekuensi yang tepat tidak diketahui (kira-kira
2%), perforasi persisten meningkat dengan nyata jika tabung tekanan pemerataan
ditempatkan lebih dari 18 bulan. Komplikasi ini juga diketahui meningkat dengan
penempatan tabung tympanostomy (T-tubes) yang dirancang untuk tinggal di
membran timpani lebih lama dari Grommet-tube tipikal. Umumnya digunakan untuk
pasien dengan otitis media berulang atau kronis yang gagal dengan penempatan
Grommet-tube. Komplikasi potensial lainnya termasuk pembentukan jaringan
granulasi, kolesteatom, dan tuli sensorineural.9
Meskipun adenoidektomi pernah menjadi pengobatan utama untuk otitis
media efusi (OME), penempatan tabung pemerataan tekanan (PETs) kini disukai
karena mudah dan resiko rendah. Pengobatan dengan hanya adenoidektomi
ditemukan hampir sama efektifnya dengan penempatan tabung pemerataan tekanan
untuk pengobatan otitis media efusi. Apabila adenoidektomi dilakukan dengan
penempatan tabung pemerataan tekanan, frekuensi penyakit berulang, interval bebas
penyakit, dan durasi penyakit semua membaik, dibandingkan dengan penggunaan
hanya salah satu prosedur.9
Terdapat 3 alasan dilakukan adenoidektomi. Alasan pertama adalah
pengangkatan karena pembesaran kelenjar gondok menutup jalan nasofaring dan
koana sehingga menyebabkan tekanan yang berlebihan selama nasofaring menelan.
Ini berpotensi terjadinya refluks tuba Eustachius. Namun, berbagai penelitian telah
mengungkapkan bahwa hasil adenoidektomi tidak tergantung dari ukuran adenoid.
Temuan ini menunjukkan bahwa proses-proses lain dari massa adenoid sederhana
yang terlibat. Alasan kedua pengangkatan untuk perbaikan fungsi tuba Eustachius,
kelenjar gondok yang sangat besar secara fisik mungkin menutup muara tuba
Eustachius, meskipun Bluestone dkk telah menunjukkan bahwa ini jarang terjadi.
Alasan ketiga untuk adenoidektomi adalah untuk menghapus sumber inflamasi
potensial dan terdapatnya infeksi pada muara tuba Eustachius. Ketika dilakukan
28
dengan benar, adenoidektomi dapat digunakan untuk membuat mukosa nasofaring
licin, yang menurunkan kolonisasi bakteri yang dapat terjadi di kriptus jaringan
adenoid.9
Pasien dinasehatkan bahwa jika terjadi lebih dari 2 episode otorrhea sebelum
6 bulan follow-up yang dijadwalkan, mereka harus kontrol ke ahli THT di samping
dokter umumnya. Disarankan pengangkatan tabung pemerataan tekanan yang belum
secara spontan diekstrusi antara 18-24 bulan setelah penempatan karena
meningkatnya risiko perforasi membran timpani persisten. Peraturan itu umumnya
dilakukan pada set pertama gaya Grommet-tube. Sebuah tim multidisiplin harus
mengikuti ketat dan mengobati dengan cepat terkait keterlambatan perkembangan
bahasa. Intervensi harus termasuk penggunaan alat bantu dengar, jika diperlukan.9
Pengobatan pada kedua kondisi ini mula-mula bersifat medis dan kemudian
jika perlu, secara bedah. Pengobatan medis termasuk antibiotik, antihistamin,
dekongestan, latihan ventilasi tuba eustakius dan hiposensitisasi alergi.
Hiposensitisasi alergi hanya dilakukan pada kasus-kasus yang jelas memperlihatkan
alergi dengan tes kulit. Bila terbukti alergi makanan, maka diet perlu di batasi.
Antihistamin hanya diberikan pada anak-anak atau dewasa dengan kongesti hidung
atau sinus penyerta. Antihistamin maupun dekongestan tidak berguna bila tidak ada
kongesti nasofaring. Pasien kemudian dinilai akan adanya gangguan penyerta lain
seperti sinusitis kronik, polip hidung, obstruksi hidung, dan hipertrofi adenoid.
Penatalaksanaan medis pada otitis media serosa diteruskan selama 3 bulan. Dalam
jangka waktu tersebut, cairan telah menghilang pada 90 persen pasien. Cairan yang
tetap bertahan merupakan indikasi koreksi bedah. Koreksi ini terdiri dari suatu insisi
miringotomi, pengeluaran cairan, dan seringkali juga pemasangan suatu tuba
penyeimbang tekanan. Tuba penyeimbang tekanan ini berfungsi sebagai ventilasi
yang memungkinkan udara masuk ke dalam telinga atengah, dengan demikian
menghilangkan keadaan vakum, dan membiarkan cairan mengalir dan diabsorpsi.9
29
Gambar 9. Skema Terapi Pada Otitis Media Serosa9
1. Lini pertama : Amoksisilin 500 mg p.o 7-10 hari atau jika alergi, Eritromycin 333
mg p.o 7-10 hari.
2. Lini kedua : Augmentin (amoxicillin dan asam clavulanic ) 875 mg 7-10 hari atau
Pediazole (Pediatrics) atau Sefalosporin generasi 3.
30
Tuba ventilasi dibiarkan pada tempatnya sampai terlepas sendiri dalam jangka waktu
enam bulan hingga satu tahun. Sayangnya karena cairan sering kali berulang,
beberapa anak memerlukan tuba yang dirancang khusus sehingga dapat bertahan
lebih dari satu tahun. Keburukan tuba yang tahan lama ini adalah menetapnya
perforasi setelah tuba terlepas. Pemasangan tuba ventilasi dapat memulihkan
pendengaran dan membenarkan membrane timpani yang mengalami retraksi berat
terutama bila ada tekanan negatif yang menetap.8
Keburukan utama dari tuba ventilasi adalah telinga tengah perlu dijaga agar
tetap kering. Untuk tujuan ini telah dikembangkan berbagai macam sumbat telinga.
Insisi miringotomi dan pemasangan tuba telah dikaitkan dengan pembentukan
kolesteatoma pada beberapa kasus (jarang). Drainase melalui tuba bukannya tidak
sering terjadi, dan dapat dikaitkan dengan infeksi saluran napas atas, atau
31
memungkinkan air masuk ke dalam telinga tengah, dan pada kasus-kasus tertentu
dapat merupakan masalah menetap yang tidak bisa dijelaskan. Pada kasus-kasus
demikian, penanganan medis dengan antibiotik sistemik atau tetes telinga harus
diteruskan untuk waktu yang lebih lama bahkan saat tuba masih terpasang. Gagalnya
penanganan dengan cara ini mengharuskan radiogram mastoid dan penilaian lebih
lanjut.8
32
Penelitian mutakhir (Gates) melaporkan bahwa adenoidektomi terbukti
menguntungkan sekalipun jaringan adenoid tersebut tidak menyebabkan obstruksi.12
Cairan di telinga tengah juga dapat terjadi pada orang dewasa. Paling
sering, masalah cairan pada orang dewasa mengikuti infeksi pernafasan
atas: sinusitis, alergi berat, atau terbang dengan pilek.Sebuah
kombinasi dekongestan dan antibiotik biasanya akan membersihkan infeksi dan
memungkinkan cairan mengalir. Pada beberapa orang dewasa, terutama mereka
dengan kondisi hidung atau sinus yang mendasari, cairan mungkin
tidak jelas. Pengobatan tambahan diperlukan oleh pasien. Obat yang mengandung
kortison, seperti Prednison atau Medrol, dapat diberikan selama enam atau tujuh hari.
Mereka sering efektif dalam membersihkan cairan ketika pengobatan lain gagal.12
33
Usaha pereventif terhadap barotrauma dapat dilakukan dengan selalu
mengunyah permen karet atau melakukan perasat Valsalva, terutama sewaktu
pesawat terbang mulai turun untuk mendarat.8
Jika otitis media serosa ternyata menetap dan mulai bergejala, maka pengobatan
medis mulai diindikasikan, seperti:
34
antibiotika juga meliputi dosis profilaksis yaitu ½ dosis yang digunakan pada
infeksi akut. Namun demikian perlu dipertimbangkan pula hubungan antara
antibiotika profilaksis dengan tingginya prevalensi dan meningkatnya spesies
bakteri yang resisten.12
4. Kortikosteroid.
Beberapa klinisi mengusulkan pemberian kortikosteroid untuk mengurangi
respon inflamasi di kompleks nasofaring-tuba Eustachius dan menstimulasi agent-
aktif di permukaan tuba Eustachius dalam memfasilitasi pergerakan udara dan
cairan melalui tuba Eustachius. Pemberian dapat berupa kortikosteroid oral atau
topikal (nasal), ataupun kombinasi. Berdasarkan clinicalguidance 1994,
pemberian steroid bersama-sama antibiotika pada anak usia 1-3 tahun mampu
memperbaiki klirens OME dalam 1 bulan sebesar 25%. Namun demikian karena
hanya memberikan hasil jangka pendek dengan kejadian OME rekuren yang
tinggi, serta resiko sekuele maka kortikosteroid tidak lagi direkomendasikan.12
5. Myringotomy
Anak-anak yang tidak dapat di terapi dengan antibiotik profilaksis atau dalam
masa infeksi/peradangan dapat disarankan untuk dilakukan operasi myringotomy.
Prosedur ini dilakukan di bawah anestesi umum.12
Operasi yang disebut myringotomy meliputi pembukaan kecil (small surgical
incision : melubangi gendang telinga untuk mengeluarkan cairan yang menumpuk
di belakangnya) ke dalam gendang telinga untuk mengeluarkan cairan dan
menghilangkan rasa sakit. Bukaan (potongan/insisi) ini akan sembuh dalam
beberapa hari tanpa tanda atau luka pada gendang telinga.12
Terkadang dibuat dua insisi pada membran timpani, insisi pertama di daerah
anteroinferior dan insisi kedua di daerah anterosuperior, untuk mengaspirasi
sekret yang tebal seperti lem.12
Myringotomy juga hanya dilakukan pada kasus-kasus khusus di mana terjadi
gejala yang sangat berat atau ada komplikasi. Cairan yang keluar harus dikultur.12
35
6. Pemasangan Tube Ventilasi (Grommet's Tube)
Terkadang tube ventilasi (umumnya dikenal sebagai Grommet’s tube)
diletakan di dalam bukaan tadi jika masalah tetap ada setelah jangka waktu yang
lama.12
Alat bantu dengar merupakan suatu alat akustik listrik yang dapat digunakan
oleh manusia dengan gangguan fungsi pendengaran pada telinga. Biasanya alat ini
36
dapat dipasang pada bahagian dalam telinga manusia ataupun pada bagian sekitar
telinga.12
Alat bantu dengar tersebut dibuat untuk memperkuat rangsangan bahagian sel-
sel sensorik telinga bagian dalam yang rusak terhadap rangsangan suara dan bunyi-
bunyian dari luar.12
Jika ingin menggunakan alat Bantu dengar ini maka terlebih dahulu harus
memeriksakan ambang pendengaran dengan alat yang dinamakan audiogram. Setelah
itu barulah dapat ditentukan jenis dan model apa yang cocok digunakan untuk kasus
kerusakan pendengaran yang dialami.12
ABD terdiri dari 3 komponen utama: mikrophon, amplifier dan speaker. ABD
menerima suara melalui mikrophone yang mengubah sinyal suara menjadi sinyal
listrik kemudian mengirimkannya ke amplifier. Amplifier meningkatkan kekuatan
sinyal listrik dan mengirimkannya ketelinga pemakai ABD melalui speaker.12
37
2.11 Komplikasi
2.12 Prognosis
Otitis media serosa biasanya akan sembuh sendirinya dalam waktu minggu atau
bulan. Penatalaksanaan yang tepat dapat mempercepat proses penyembuhan. Selama
cairan masih terakumulasi di tengah telinga, maka tidak akan mengurangi fungsi
pendengaran. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak-anak.
Gangguan ini tidak akan menjadi ancaman bagi kehidupan tetapi dapat
mengakibatkan komplikasi serius.1
38
BAB III
KESIMPULAN
Otitis media serosa sering terjadi pada bayi dan anak-anak sehingga cukup
sulit dalam melakukan diagnosis penyakitnya. Orang terdekat dan banyak
berinteraksi dengan anak tersebut akan menjadi sumber informasi yang baik.
39
DAFTAR PUSTAKA
1. Lucente F.E, EI Har G. 2009. Buku Ilmu THT Esensial Edisi 6. Balai Penerbit
EGC : Jakarta.
2. Broek P.V.D, Debruyne F.dkk. 2010. Buku Saku Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan Edisi 12. Balai Penerbit EGC : Jakarta.
3. Irwan A.G, Sugianto. 2010. Atlas Berwarna Teknik Pemeriksaan Kelainan
Telinga Hidung Tenggorokan. Balai Penerbit EGC : Jakarta.
4. Snell Richard. 2009. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Balai
Penerbit EGC : Jakarta.
5. Sherwood, Laurale. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 6. Balai
Penerbit EGC : Jakarta.
6. Djaafar, Zainul A.,dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan Kepala Leher. FK UI : Jakarta.
7. Higler, Boeis Adams. 1997. Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Balai Penerbit
EGC : Jakarta.
8. James B., Snow Jr. 2002. Manual of Otorhinolaryngology Head and Neck
Surgery. BC Decker : Hamilton London.
9. Anil K. 2010. Current Diagnosis and Treatment in Otolaryngology Head and
Neck Surgery. Publisher : McGraw-Hill Medical.
10. Rukmini S, Herawati. 2010. Buku Ajar Teknik Pemeriksaan Telinga Hidung dan
Tenggorok. Balai Penerbit EGC : Jakarta.
11. Helmes WB. 2012. Diagnosis and Therapy Disease of the Ear, Nose, and Throat.
(http://emedicine.medscape.com/, diakses pada tanggal 16 Oktober 2017).
12. Ballantyne J and Govers J. 2002. Disease of the Ear, Nose, and Throat. Publisher
: Butthworth.
40