SH UJI DAYA BAKTERIOSTATIK Dan UJI KAPASITAS DISINFEKTAN FIKS
SH UJI DAYA BAKTERIOSTATIK Dan UJI KAPASITAS DISINFEKTAN FIKS
Kelompok 7/ AP1
Inten Nibras J J3E112054
Faisal Yusuf Ananda J3E112035
Nurul Agustianingsih J3E112104
Sitra Wulandari J3E112015
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
Bahan
- Aquadest
- Larutan kristal violet
- Suspensi Staphylococcus aureus
- Suspensi Escherichia coli
- Larutan pengencer
- Media NA
- Media NB
- Formaldehid 2%
- Iodium 4%
- Wipol 2%
- So klin 2%
Stlh 20’
Inkubasi T= 300C, 2 hari NA
Amati ( Hitung ) NB
Amati ( Hitung )
Biarkan dingin
9 ml 9ml
Suspensi E.coli
atau S.aureus
Lakukan goresan
langsung
Keterangan :
+ Pertumbuhan sedikit
++ Pertumbuhan agak banyak/agak keruh
+++ Pertumbuhan banyak/keruh
++++ Pertumbuhan sangat banyak / sangat keruh
2. Uji daya bakteriostatik
3.2 Pembahasan
Uji kapasitas disinfektan merupakan salah satu metode uji yang mengukur
seberapa besar efektifitas suatu bahan disinfektan sebagai bakteriostatik Tedja
Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang
digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti
bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah
mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya.Misalnya di rumah sakit, etanol dan
detergen kation dapat dipakai untuk dekontaminasi lantai, meja, bangku dan
dinding Sedangkan antiseptik didefinisikan sebagai bahan kimia yang dapat
menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur
danlain-lain pada jaringan hidup. Misalnya untuk cuci tangan dan obat luka.
(Sunatmo Tedja I,2012).
Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat berfungsi
sebagai bahan dalam proses sterilisasi. Dalam proses desinfeksi sebenarnya
dikenal dua cara, cara fisik (pemanasan) dan cara kimia (penambahan bahan
kimia). Banyak jenis bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi
umumnya dikelompokkan ke dalam golongan aldehid atau golongan pereduksi,
yaitu bahan kimia yang mengandung gugus -COH; golongan alkohol, yaitu
senyawa kimia yang mengandung gugus -OH; golongan halogen atau senyawa
terhalogenasi, yaitu senyawa kimia golongan halogen atau yang mengandung
gugus -X; golongan fenol dan fenol terhalogenasi, golongan garam amonium
kuarterner, golongan pengoksidasi, dan golongan biguanida.
Pada uji ini, digunakan media NA dan NB untuk mengetahui penghambatan
pertumbuhan bakteri. Suspensi ditambahkan pada interval waktu 0, 20, 40, dan
60 menit serta sampel pada menit ke-0 digunakan sebagai kontrol. Sampel
diinkubasi pada suhu 30°C selama 2 hari. Kemudian dihitung secara kuantitatif
jumlah koloni pada cawan petri dan diamati tingkat kekeruhan pada tabung reaksi.
Suspensi diberi perlakuan dengan disinfektan diantaranya: formaldehid 2 %,
iodin 4 %, komersial 2%, komersial 0,4%. Jumlah koloni pada uji kontrol dengan
suspensi E.coli 1 ml lebih sedikit daripada 0,1 ml. Hal itu terjadi karena praktikan
tidak memasukkan suspense sesuai dengan ketentuan atau bakteri yang telah mati
akibat keadaan panas pada lingkungan.
Berdasarkan uji kuantitatif dengan media NA, umumnya terjadi penurunan
jumlah koloni antara menit ke-0 dengan menit ke-20, akibat dari penambahan
disinfektan pada menit ke-20. Namun percobaan pada kelompok 7 tidak sesuai
dengan literatur, hal itu terjadi karena kesalahan prosedur yang diterapkan.
Setelah menit ke-20 hingga menit ke-60 umumnya jumlah koloni akan bertambah
karena penambahan suspensi setiap 20 menit dan kemampuan disinfektan yang
semakin berkurang. Hasil uji terhadap berbagai jenis disinfektan menunjukkan
kemampuan formaldehid 2% melebihi disinfektan lain. Hal itu karena
kemampuannya dalam mereduksi jumlah bakteri dan mempertahankan keadaan
walaupun ditambahkan suspensi pada interval waktu tertentu.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Hakim, J. 2008. Tanah Dan Sabun Tanah Sebagai Bahan Antimikroba Terhadap
Air Liur Anjing. Bogor : Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian
Bogor. Diakses melalui :
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/ 2017/A08jha.pdf.