Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah kebudayaan suku tengger ?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui kebudayaan masyarakat suku tengger.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEBUDAYAAN
1. BAHASA

Bahasa yang berkembang di masyarakat suku Tengger adalah bahasa


Jawa Tengger yaitu bahasa Jawi kuno yang diyakini sebagai dialek asli orang-
orang Majapahit. Bahasa yang digunakan dalam kitab-kitab mantra pun
menggunakan tulisan Jawa Kawi. Suku Tengger merupakan salah satu sub
kelompok orang Jawa yang mengembangkan variasai budaya yang khas.
Kekhasan ini bisa dilihat dari bahasanya, dimana mereka menggunakan bahasa
Jawa dialek tengger, tanpa tingkatan bahasa sebagaimana yang ada pada
tingkatan bahasa dalam bahasa Jawa pada umumnya.
2. KESENIAN
a) Seni Tari
Tari yang biasa dipentaskan adalah tari Roro Anteng dan Joko Seger yang
dimulai sebelum pembukaan upacara Kasada.
b) Seni bangunan
Bangunan untuk peribadatan berupa pura disebut punden, danyam, dan poten.
Poten adalah sebidang tanah dilautan pasir sebagai tempat berlangsungnya
upacara Kasada. Poten dibagi menjadi tiga mandala atau zone yaitu :
1. mandala utama disebut jeroan yaitu tempat pelaksanaan pemujaan yang
terdiri dari padma, bedawang, nala, bangunan sekepat, dan kori agung candi
bentar.
2. mandala madya atau zone tengah, disebut juga jaba tengah yaitu tempat
persiapan pengiring upacara yang terdiri dari kori agung candi bentar bale
kentongan, dan Bale Bengong.
3. mandala nista atau zone depan, disebut juga jaba sisi yaitu tempat peralhian
dari luar kedalam pura yang terdiri dari bangunan candi bentar dan bangunan
penunjang lainnya.
3. PENGETAHUAN
Pendidikan pada masyarakat Tengger sudah mulai terlihat dan maju
dengan dibangunnya sekolah-sekolah, baik tingkat dasar maupun menengah
disekitar kawasan Tengger. Sumber pengetahuan lain adalah mengenai
penggunaan mantra-mantra tertentu oleh masyarakat Tengger.
4. TEKNOLOGI
Dalam kehidupan suku Tengger, sudah mengalami teknologi
komunikasi yang dibawa oleh wisatawan-wisatawan domestik maupun
mancanegara sehingga cenderung menimbulkan perubahan kebudayaan. Suku
Tengger tidak seperti suku-suku lain karena masyarakat Tengger tidak
memiliki istana, pustaka, maupun kekayaan seni budaya tradisional. Tetapi
suku Tengger sendiri juga memiliki beberapa obyek penting yaitu lonceng
perungggu dan sebuah padasan di lereng bagian utara Tengger yang telah
menjadi puing.
5. RELIGI
Mayoritas masyarakat Tengger memeluk agama Hindu, namun agama
Hindu yang dianut berbeda dengan agama Hindu di Bali, yaitu Hindu Dharma.
Hindu yang berkembang di masyarakat Tengger adalah Hindu Mahayana.
Selain agama Hindu, agama laiin yang dipeluk adalah agama Islam, Protestan,
Kristen, dll. Berdasarkan ajaran agama Hindu yang dianut, setiap tahun mereka
melakukan upacara Kasono. Selain Kasodo, upacara lain yaitu upacara Karo,
Kapat, Kapitu, Kawulo, Kasanga. Sesaji dan mantra amat kental pengaruhnya
dalam masyarakat suku Tengger. Masyarakat Tengger percaya bahwa mantra-
mantra yang mereka pergunakan adalah mantra-mantra putih bukan mantra
hitam yang sifatnya merugikan.
6. ORGANISASI SOSIAL

a) Perkawinan
Sebelum ada Undang-Undang perkawinan banyak anak-anak suku
Tengger yang kawin dalam usia belia, misalnya pada usia 10-14 tahun. Namun,
pada masa sekarang hal tersebut sudah banyak berkurang dan pola
perkawinannya endogami. Adat perkawinan yang diterapkan oleh siuku
Tengger tidak berbeda jauh dengan adat perkawinan orang Jawa hanya saja
yang bertindak sebagai penghulu dan wali keluarga adalah dukun Pandita. Adat
menetap setelah menikah adalah neolokal, yaitu pasangan suami-istri bertempat
tinggal di lingkungan yang baru. Untuk sementara pasangan pengantin berdiam
terlebih dahulu dilingkungan kerabat istri.
b). Sistem kekerabatan
Seperti orang Jawa lainnya , orang Tengger menarik garis keturunan
berdasarkan prinsip bilateral yaitu garis keturunan pihak ayah dan ibu.
Kelompok kekerabatan yang terkecil adalah keluarga inti yang terdiri dari
suami, istri dan anak.
c). Sistem kemasyarakatan
Masyarakat suku Tengger terdiri atas kelompok-kelompok desa yang
masing-masing kelompok tersebut dipimpin oleh tetua. Dan seluruh
perkampungan ini dipimpin oleh seorang kepala adat. Masyarakat suku
Tengger amat percaya dan menghormati dukun di wilayah mereka
dibandingkan pejabat administratif karena dukun sangat berpengaruh dalam
kehidupan masyarakat Tengger. Masyarakat Tengger mengangkat masyarakat
lain dari luar masyarakat Tengger sebagai warga kehormatan dan tidak
semuanya bisa menjadi warga kehormatan di masyarakat Tengger. Masyarakat
muslim Tengger biasanya tinggal di desa-desa yang agak bawah sedangkan
Hindu Tengger tinggal didesa-desa yang ada di atasnya.
7. MATA PENCAHARIAN
Pada masa kini masyarakat Tengger umumnya hidup sebagai petani di
ladang. Prinsip mereka adalah tidak mau menjual tanah (ladang) mereka pada
orang lain. Macam hasil pertaniannya adalah kentang, kubis, wortel, tembakau,
dan jagung. Jagung adalah makanan pokok suku Tengger. Selain bertani, ada
sebagian masyarakat Tengger yang berprofesi menjadi pemandu wisatawan di
Bromo. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan menawarkan kuda yang
mereka miliki untuk disewakan kepada wisatawan.
8. KELAHIRAN , KEHAMILAN DAN NIFAS
9. LAIN-LAIN
Masyarakat suku tengger tidak mengenal nama Marga (keluarga) karena
di dalam Suku Tengger tidak mengenal kasta , namum biasanya cara
memanggil nama orang yang sudah berkeluarga dan mempunyai keturunan ,
mereka memanggil nama yang bersangkutan dengan nama anak pertamanya.
BAB III

PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai