Pneumonia Pada Anak
Pneumonia Pada Anak
By pdpersi.co.id
Surabaya - Pneumonia sebenarnya bukan penyakit baru. Tahun 1936 pneumonia menjadi
penyebab kematian nomor satu di Amerika. Penggunaan antibiotik, membuat penyakit ini bisa
dikontrol beberapa tahun kemudian. Namun pada ahun 2000, kombinasi pneumonia dan
influenza kembali merajalela.
Karena inilah, selain penyebaran infeksi ke seluru tubuh, penderita pneumonia bisa meninggal.
Sebenarnya pneumonia bukanlah penyakit tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam dan
diketahui ada 30 sumber inefksi dengan sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur,
berbagai senyawa kimia maupun partikel.
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya
pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus ( biasanya
siebut bronchopneumonia). Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karean paru
meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per
menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang 1 tahun, dan 40 kali per menit atau lebih
pada usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pada anak dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal
diagnosis pneumonia.
Pneumonia berat ditandai dengan adanya batuk atau (juga disertai) kesukaran bernapas, napas
sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam pada anak usia 2 bulan sampai anak
usia kurang dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga pneumonia sangat berat dengan
gejala batuk, kesukaran bernapas disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum.
Sementara untuk anak di bawah 2 bulan, pneumonia berat ditandai dengan frekuensi pernapasan
sebanyak 60 kali per menit atau lebih atau (juga disertai) penarikan kuat pada dinding dada
sebelah bawah.
Perbedaan yang mendasar antara pneumonia dan TBC terletak pada jenis mikroorganisme yang
menginfeksi. Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri, virus, atau
mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus), bakteri yang umum adalah streptococcus
Pnemoniae, Staphylococcus Aureus, Klebsiella sp, Pseudomonas sp.
Sedangkan yang disebabkan virus, misalnya virus influensa. Pada TBC, jenis mikroorganisme
yang menginfeksinya adalah mikrobakterium tuberculosis. Balita rentanterken penyakit
pneumonia, umumnya dikerenakan lemahnya atau belum sempurnanya sistem kekebalan tubuh
mereka. Oleh sebab itu, mikroorganisme atau kuman lebih mudah menembus pertahanan tubuh.
Jenis bakteri Pneumococcus atau pneumokok belakangan semakin populer seiring dengan
dikenalnya jenis penyakit Invasive Pneumococcal Disease (IPD). Selain pneumonia, yang
termasuk IPD adalah radang selaput otak (meningitis) atau infeksi darah (bakteremia). Pada
pneumonia yang disebabkan oleh bakteri pneumokok, kerap menimbulkan komplikasi dan
mengakibatkan penderita juga terkena meningitis atau bakteremia.
Bakteri pneumokok ini dapat masuk melalui infeksi pada daerah mulut dan tenggorokan,
menembus jaringan mukosa lalu masuk ke pembuluh darah, mengikuti aliran darah sapai ke
paru-paru dan selaput otak. “Akibatnya, timbul peradanganpada paru dan dan daerah selaput
otak.
Gejala khususnya adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat, dahak berwarna kehijauan
atau seperti karet, serta gambaran hasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru.
Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi
tubuh untuk mematikan kuman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu, penderita mengalami
kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk oksigen.
Namun, gejala awalnya yang tergolong sederhana seringkali membuat orang tua kurang waspada
terhadap penyakit ini. Orang tua sering datang terlambat membawa anaknya ke dokter. Karena
gejala awal panas dan batuk, orang tua sring mengobati sendiri di rumah dengan obat biasa, bila
sudah sesak baru dibawa ke dokter. Sebaiknya bila anak mengalami panas tinggi dan batuk,
segeralah dibawa ke dokter untuk dicari tahu penyebabnya.
Untuk pneumonia oleh virus sampai saat ini belum ada panduan khusus, meski bebrapa obat
antivirus telah digunakan. Kebanyakan pasien juga bisa diobati di rumah. Biasanya dokter yang
menangani pneumonia akan memilihkan obat sesuai pertimbangan masing-masing, setelah suhu
pasien kembali normal, dokter akan menginstruksikan pengobatan lanjutan untuk mencegah
kekambuhan dikarenakan serangan berikutnya bisa lebih berat dibanding yang pertama. Selain
antibotka, pasien juga akan mendapat pengobatan tambahan berupa pengaturan pola makan dan
oksigen untuk meningkatkan jumlah oksigen dalam darah.
Pada beberapa kasus, pneumonia yang sudah mengalami komplikasi tersebut bisa meninggalka
efek samping. Anak dapat mengalami berbagai efek samping seperti gangguan kecerdasan,
gangguan perkembangan motorik, gangguan pendengaran dan keterlambatan berbicara.
Walaupun demikian, anak dengan pneumonia juga bisa sembuh total dan hidup dengan normal.
Pencegahan
Penanggulangan penyakit pneumonia menjadi fokus kegiatan program P2ISPA (Pemberantasan
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Program ini mengupayakan agar istilah pneumonia
lebih dikenal masyarakat, sehingga mumudahkan kegiatan penyuluhan dan penyebaran informasi
tentang penanggulannya Program P2ISPA mengklasifikasi penderita ke dalam 2 kelompok usia.
Yaitu, usai di bawah 2 bulan (Pneumonia Berat atau Bukan Pneumonia) dan usia 2 bulan sampai
kurang dari 5 tahun.
Klasifikasi Bukan Pneunomia mencakup kelompok balita penderita batuk yang tidak
menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya penarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam. Penyakit ISPA diluar pneumonia ini antara lain batuk-
pilek biasa, pharyngitis, tonsilitis dan otitis. Ungkapan klasik bahwa “mencegah lebih baik
daripada mengobati” benar-benar relevan dengan penyakit pneumonia ini. Mengingat
pengobatannya semakin sulit, terutama terkait dengan meningkatnya resistensi bakteri
pneumokolus, maka tindakan pencegahan sangatlah dianjurkan.
Pencegahan penyakit IPD, termasuk pneumonia, dapat dilakukan dengan cara vaksinasi
pneumokokus atau sering juga disebut sebagai vaksin IPD. Peluang mencegah Pneumonia
dengan vaksin IPD adalah sekitar 80-90%.
Adapun mengenai waktu ideal pemberian vaksin IPD, adalah sebanyak 4 kali, yakni pada saat
bayi berusia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan dan diulang lagi pada usai 12 bulan. Vaksin itu aman dan
dapat diberikan bersamaan dengan vaksin lain seperti Hib, MMR maupun Hepatitis B.
Selain imunisasi, pencegahan pneumonia dengan menjaga keseimbangan nutrisi anak dan
mengupayakan agar anak memiliki daya tahan tubuh yang baik, antara lain dengan cara istirahat
yang cukup juga olahraga.
Pasien yang terinfeksi pneumonia akan panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah, dan
denyut jantungnya meningkat cepat.Bibir dan kuku mungkin membiru karena tubuh kekurangan
oksigen. Pada kasus yang ekstrem, pasien akan mengigil, gigi bergemeletuk, sakit dada, dan
kalau batuk mengeluarkan lendir berwarna hijau. Sebelum terlambat, penyakit ini masih bisa
diobati. Bahkan untuk pencegahanvaksinnya pun sudah tersedia.
Pneumonia Mikoplasma
Pneumonia jenis ini berbeda gejala dan tanda-tanda fisiknya bila dibandingkan dengan
pneumonia pada umumnya. Karena itu, pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus yang
belum ditemukan ini sering juga disebut pneumonia yang tidak tipikal (Atypical Pneumonia).
Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski mamiliki
karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar luas.
Mikoplasma menyerang segala usia. Tetapi paling sering pada anak pria remaja dan usia muda.
Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati.
Gejala yang paling sering adalah batuk berat, namun dengan sedikit lendir. Demam dan
menggigil hanya muncul di awal, dan pada beberapa pasien bisa mual dan muntah. Rasa lemah
baru hilang dalam waktu lama.
1. Memberikan ASI ekslusif selama enam bulan pertama, hal tersebut merupakan langkah
penting untuk memastikan bayi anda mendapatkan gizi yang cukup serta membangun
kekebalan alami terhadap bakteri maupun virus.
2. Memberikan vaksin yang disarankan oleh dokter dalam satu tahun pertama kelahiran.
3. Menjaga kebersihan lingkungan.
4. Membiasakan anak untuk hidup sehat seperti tidak jajan sembarangan dan mencuci
tangan sebelum makan.
Source : The green Darmo Hospital Magazine Edisi : Juli - September 2012