Disusun oleh :
Disusun Oleh :
Disusun Oleh :
20130310087
Telah dipresentasikan
Disahkan oleh:
Dokter pembimbing,
Identitas
Nama : Tn. MH
Umur : 46 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Suruh
MRS : 15 Januari 2018
Anamnesis
Keluhan Utama: Sulit menggerakkan bahu sebelah kiri
Riwayat Singkat :
Bahu kiri sulit digerakkan sejak HMRS (15 Januari 2018). Selain itu pasien juga
mengeluhkan adanya kelainan bentuk pada bahu sebelah kiri. Keluhan ini dirasakan setelah
pasien merasa pusing dan terjatuh tidak sadarkan diri. Sesaat setelah kejadian, pasien
mengeluhkan adanya nyeri. Selain itu, pasien juga merasakan adanya keterbatasan gerak pada
bahu sebelah kiri dan memutuskan membawa ke RSUD Salatiga. Di RSUD Salatiga pasien
dicoba untuk direposisi namun tidak berhasil.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien tidak pernah mempunyai gangguan kondisi kesehatan sebelumnya. Pasien tidak
pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya. Pasien tidak pernah di operasi sebelumnya. Riwayat
sakit maag (-), Riwayat sakit asma (-), hipertensi (+), DM (-)
RIWAYAT KEBIASAAN
Pasien jarang olahraga
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Sakit : Sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4V5M6
Tanda Vital
Tekanan Darah : 160/80 mmHg
Nadi : 90 x / menit
RR : 22 x / menit
Suhu : 36,6 oC (per axilar)
Kondisi Umum
Kepala/Leher : conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflex cahaya (+/+),
pupil isokor ø 3 mm, jejas (-).
Thorax : Jejas (-), pergerakan dada simetris,
Pulmo : Vesikuler, Rhonki(-/-) , Wheezing (-/-)
Jantung : S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Jejas (-), flat, soefl, distensi (-), Bising Usus (+) normal
- -
Ektremitas : akral hangat, edema , lihat status lokalis
- -
Status Lokalis :
Regio brachii sinistra
Look = Deformitas (+), Eksorotasi (-), Abduksi (-), edema (-)
Feel = Nyeri Tekan (+), krepitasi (-), a. Radialis dan Ulnaris (+),
capillary refill time < 2”
Move = Sendi bahu : ekstensi (+) terbatas, fleksi (+) terbatas, internal
rotasi (+) terbatas, eksternal rotasi (+) terbatas.
Sendi siku : ekstensi (+) normal, fleksi (+) normal, supinasi (+)
normal, pronasi (+) normal.
Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium Darah
Leukosit : 14,15 ribu/ul
Hemoglobin : 14,7 g/dl
Hematokrit : 41,4 %
Trombosit : 279.000 K/µL
GDS : 162 mg/dl
HbS Ag : negatif
Ab HIV : negatif
Ureum : 36,0 mg/dl
Creatinin : 1,5 mg/dl
Radiologi
Pre Reposisi
Post Reposisi
Resume
Pasien datang ke IGD RSUD Salatiga dengan keluhan nyeri pada sendi bahu kiri sejak
HMRS. Os mengaku keluhannya dimulai sejak malam SMRS, Saat kejadian os sedang berada di
rumahnya dan mengeluhkan pusing kepala dan akhirnya os terjatuh dengan tangan kiri menahan
beban tubuh. Os mengaku ada mendengar bunyi “krek” pada sendi bahunya saat kejadian. Sejak
kejadian itu, os mengeluh tangannya nyeri dan tidak bisa digerakkan. Nyeri yang dirasakan
berpindah dari punggung kiri ke bahu dan ke lengan bawah.Sendinya terasa kaku dan tidak bisa
digerakkan . Pada awalnya Os menyangka bahawa tangannya cuma keseleo. Os meyangkal
adanya bengkak (-) pada sendi bahunya, demam(-), mual (- ) muntah (-). Pada status lokalis :
Regio Glenohumeral sinistra, pada :Look, tampak deformitas pada sendi bahu, bahu kiri terlihat
lebih rendah dari bahu kanan , Feel :Tenderness (+), hangat (-), Nyeri tekan (+), CRT <2”,
pulsasi arteri radialis ++/++, Move : Terbatas akibat nyeri , Kekuatan motorik : 55 33 / 55 55
Range of Motion (ROM) : sendi glenohumeral , Abduksi : 20 ◦ menurun , normalnya :
180◦, Adduksi : 60◦ menurun, normalnya : 75◦, Fleksi : 20◦ menurun, normalnya : 160-180◦,
Ekstensi : 20◦ menurun, normalnya : 60◦, Rotasi lateral dan rotasi medial tidak dapat dilakukan
karena nyeri,.Pemeriksaan khusus seperti Drop Arm test, tidak dapat dilakukan karena pasien
sangat nyeri . Pada pemeriksaan laboratorium dalam batas normal dengan sedikit peningkatan
pada kasar GDS yaitu 162. Pada pemeriksaan rontgen region sendi glenohumeral menunjukkan
adanya fraktur dan dislokasi dari sendi glenohumeral kiri.
DiagnosaKerja
Fraktur Dislokasi Shoulder Joint Sinistra
Penatalaksanaan
Rencana reposisi tertutup
Injeksi Hypobach 200mg
Injeksi Ketorolac 2x1 amp
Injeksi Ranitidin 2x1 amp
Injeksi Ceftriaxon 2x1 amp
Prognosis
Dubia ad bonam
Laporan Operasi
Tanggal 16 Januari 2018
Dilakukan reposisi secara reduksi tertutup (manuver Kocher) dengan menggunakan general
anestesi.
Dilakukan balutan perban elastis secara “Velpeau Bandage”.
Dipasang arm sling
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Fraktur
Fraktur adalah hilangnya kontuinitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik
bersifat total maupun parsial.
Proses Terjadinya Fraktur
Untuk mengetahui dan bagaimana tulang mengalami kepatahan, kita harus mengetahui keadaan
fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat menyebabkan tulang patah. Tulang kortikal
mempunyai struktur yang dapat menahan kompresi dan tekanan memuntir (shearing).
Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama tekanan
membengkok, memutar dan tarikan. Fraktur dapat terjadi akibat (1) peristiwa trauma tunggal; (2)
tekanan yang berulang-ulang; atau (3) kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologis).
1. Fraktur akibat peristiwa trauma
Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena jaringan lunak juga
pasti rusak. Pemukulan (pukulan sementara) biasanya menyebabkan fraktur melintang dan
kerusakan pada kulit di atasnya penghancuran kemungkin akan menyebabkan fraktur kominutif
disertai kerusakan jaringan lunak yang luas. Bila terkena kekuatan tak langsung tulang dapat
mengalami fraktur pada tempat jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu, kerusakan jaringan
lunak di tempat fraktur mungkin tidak ada. Kekuatan dapat berupa: (1) pemuntiran yang
menyebabkan fraktur spiral; (2) penekukan yang menyebabkan fraktur melintang; (3) penekukan
dan penekanan, yang mengakibatkan fraktur yang sebagian melintang tetapi disertai fragmen
kupu-kupu berbentuk segitiga yang terpisah; (4) kombinasi dari pemuntiran, penekukan, dan
penekanan yang menyebabkan fraktur oblik pendek; atau (5) penarikan dimana tendon atau
ligamen benar-benar menarik tulang sampai terpisah. Uraian di atas terutama berlaku pada tulang
panjang. Tulang bersepon, misalnya tulang vertebrae atau kalkaneus, bila terkena oleh kekuatan
yang cukup besar akan mengalami fraktur kominutif akibat penghancuran. Pada lutut atau siku,
ekstensi yang terhalang dapat menyebabkan fraktur avulsi pada patela atau olekranon dan dalam
beberapa keadaan,kerja otot yang dihalangi dapat melepaskan perlekatan otot tulang.
Klasifikasi Fraktur
Klasifikasi fraktur dapat dikelompokkan berdasarkan etiologis, klinis, dan radiologis,.
A. Klasifikasi Radiologi
- Fraktur traumatik :Terjadi karena trauma tiba-tiba.
- Fraktur patologis : terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis di
dalam tulang.
- Fraktur stress : terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu tempat tertentu.
B. Klasifikasi Klinis
- Fraktur tertutup (simple fracture)
Suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.
- Fraktur terbuka (compound fracture)
Fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan
lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam) atau from without (dari luar).
- Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture)
Fraktur yang disertai dengan komplikasi misalnya malunion, delayed union, nonunion, infeksi
tulang.
C. Klasifikasi Radiologis
- Lokalisasi
- Diafisial.
- Metafisial.
- Intra-artikuler.
- Fraktur dengan dislokasi
Konfigurasi
- Fraktur transversal.
- Fraktur oblik.
- Fraktur spiral.
- Fraktur Z.
- Fraktur segmental.
- Fraktur kominutif, fraktur lebih dari dua fragmen.
- Fraktur baji biasanya pada vertebrae karena trauma kompresi.
- Fraktur avulsi, fragmen kecil tertarik oleh otot atau tendo misalnya
fraktur epikondilus humeri, fraktur trokanter mayor, fraktur patela.
- Fraktur depresi karena trauma langsung misalnya pada tulang tengkorak.
- Fraktur impaksi .
- Fraktur pecah (burst) dimana terjadi fragmen kecil yang berpisah
misalnya pada fraktur vertebrae, patela, talus, kalkaneus.
- Fraktur epifisis.
Diagnosa Fraktur
Diagnosis fraktur ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang yaitu radiologis. Pada pasien dengan riwayat trauma yang perlu ditanyakan adalah
waktu terjadinya, cara terjadinya, posisi penderita dan lokasi trauma. Bila tidak ada riwayat
trauma berarti merupakan fraktur patologis.
8. Adanya infeksi
Bila terjadi infeksi pada daerah fraktur, misal pada operasi terbuka fraktur tertutup atau fraktur
terbuka, maka akan mengganggu terjadinya penyembuhan.
9. Cairan sinovia
Pada persendian dimana terdapat cairan sinovia merupakan hambatan dalam penyembuhan
fraktur.
10. Gerakan aktif dan pasif anggota gerak
Gerakan aktif dan pasif anggota gerak akan meningkatkan vaskularisasi daerah fraktur tapi
gerakan yang dilakukan pada daerah fraktur tanpa imobilisasi yang baik juga akan mengganggu
vaskularisasi.
2.7. Komplikasi fraktur
2.7.1. Komplikasi Awal
a) Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun, cyanosis
bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan
emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b) Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot,
tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau
perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar
seperti gips dan embebatan yang terlalu kuat.
c) Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur
tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke
aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan
gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.
d) Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi
dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur
terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e) Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa
menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia.
f) Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa
menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
2.7.2. Komplikasi Dalam Waktu Lama
a) Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang
dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karenn\a penurunan suplai darah ke
tulang.
b) Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi dan memproduksi sambungan yang
lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang
berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan
karena aliran darah yang kurang.
c) Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat kekuatan dan
perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang
baik.
DISLOKASI
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan melindungi beberapa
organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit
pada gerakan dan menyediakan permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena fungsi
tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah semestinya tulang harus di jaga agar
terhindar dari trauma atau benturan yang dapat mengakibatkan terjadinya patah tulang dan atau
dislokasi tulang. Bentuk kaku (rigid) dan kokoh antar rangka yang membentuk tubuh
dihubungkan oleh berbagai jenis sendi. Adanya penghubung tersebut memungkinkan satu
pergerakan antar tulang yang demikian fleksibel dan nyaris tanpa gesekan. Tulang dan sendi
dipakai untuk melindungi berbagai organ vital di bawahnya disamping fungsi pergerakan
(locomotor) / perpindahan makhluk hidup. Sendi merupakan satu organ yang kompleks dan
tersusun atas berbagai komponen yang spesifik satu dengan lainnya.
Pada umumnya terdiri dari air dan tersusun atas serabut kolagen, proteoglikan, glikorptein
lain serta lubrikan asam hialuronat, struktur yang kompleks di atas memungkinkan suatu
pergerakan sendi yang luas (fungsi locomotor), frictionless dan tidak mengakibatkan kerusakan
besar dalam jangka panjang.
Dislokasi terjadi saat ligarmen memberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang berpindah
dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh factor penyakit atau
trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital). Dislokasi adalah keadaan
dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis, atau
Keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan
yang membutuhkan pertolongan segera.
Klasifikasi :
1. Dislokasi kongenital : Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
2. Dislokasi patologik : Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misal¬nya tumor,
infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
3. Dislokasi traumatik : Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan
mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami
pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan
disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan sistem vaskular.
Kebanyakan terjadi pada orang dewasa, beberapa jenis dislokasi pada sendi yang sering terjadi
antara lain terdapat dibawah ini :
I. Pengertian
- Dislokasi adalah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkoknya. Bila hanya sebagian
yang bergeser disebut subluksasi dan bila seluruhnya disebut dislokasi.
II. Diagnosa umum dislokasi:
- Anamnesis:
· Persendiannya lepas/keluar dari tempatnya
· Nyeri
· Spasme otot
· Gangguan fungsi- Pemeriksaan Fisik:
· Swelling/pembengkakan
· Deformitas: angulasi, rotasi, kehilangan bentuk yang normal, pemendekan
· Gerakan yang abnormal
· Nyeri setempat
A. Dislokasi Shoulder/Bahu
a. Definisi
Dislokasi shoulder adalah pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral, berada di
anterior dan medial glenoid (dislokasi anterior), di posterior (dislokasi posterior), dan di bawah
glenoid (dislokasi inferior). Sendi Bahu merupakan salah satu sendi besar yang paling sering
berdislokasi.Ini disebabkan karena banyaknya rentang gerakan sendi bahu,mangkuk sendi
glenoid yang dangkal serta adanya longgarnya ligament.
1. Dislokasi Anterior
- Dislokasi preglenoid subkorakoid, subklavikuler
- Mekanisme trauma:
Paling sering ditemukan, jatuh dalam keadaan out stretched, trauma pada scapula gambaran
klinis nyeri hebat dengan gangguan pergerakan bahu, kontur sendi bahu jadi rata, kaput
humerus bergeser ke depan pemeriksaan radiologist:
Kaput humerus terlihat di depan dan medial glenoid
- Pengobatan:
1. dengan bius umum
· Metode hipocrates: dibaringkan, tank anggota gerak, tekan kaput humeri
· Metode kocher: dilakukan tahap-tahap reposisi kocher
2. tanpa pembiusan
· Teknik menggantung lengan
2. Dislokasi Posterior
Mekanisme trauma
Jarang ditemukan, trauma langsung pada sendi bahu dalam keadaan rotasi interna.
Gambaran klinis
· Nyeri, benjolan dibagian belakang sendi pemeriksaan radiologis
· Khas: light bulb karena rotasi internal humerus
- Pengobatan
Reduksi dengan menarik lengan, rotasi interna, Imobilisasi 3-6 minggu
3. Dislokasi Inferior
Kaput humerus terjepit di bawah glenoid, dengan lengan arah ke atas pengobatan
dilakukan reposisi tertutup seperti dislokasi anterior, jika gagal dilakukan reposisi terbuka
dengan operasi
4. Dislokasi dengan Fraktur
Biasanya adalah dislokasi tipe anterior dengan fraktur
- Pengobatan
Dilakukan reposisi pada dislokasi maka fraktur akan tereposisi dan kembali melekat pada
humerus
b. Patofisiologi
Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan .Humerus terdorong kedepan,
merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi.Kadang-kadang bagian posterolateral
kaput hancur.Mesti jarang prosesus akromium dapat mengungkit kaput ke bawah dan
menimbulkan luksasio erekta [dengan tangan mengarah ;lengan ini hampir selalu jatuh
membawa kaput ke posisi da bawah karakoid
c. Indikasi Operasi
Dislokasi bahu yang tidak berhasil direduksi secara tertutup dan dislokasi yang sudah
neglected lebih dari 2 minggu.
d . Komplikasi reduksi tertutup pada dislokasi bahu akut
· Kerusakan nervus aksilaris
· Kerusakan pembuluh darah
· Tidak dapat tereposisi
· Kaku sendi
· Dislokasi rekuren, dilakukan tindakan operasi Putti-platt, Bristow dan bankart
- Perawatan Pasca reduksi tertutup
Imobilisasi dengan verban Velpeau atau collar cuff selama 3 minggu
- Follow up
Pengawasan posisi ekstremitas atas dalam posisi fleksi, adduksi dan internal rotasi untuk
dislokasi bahu anterior dan ekstensi, abduksi, dan eksternal rotasi untuk yang tipe posterior.
Daerah lipatan aksilla harus diperhatikan terjadinya mycosis, dan kondisi yang lembab harus
dihindarkan dan diatasi. Latihan isometrik segera dilakukan dan latihan isotonik setelah 3
minggu.
e. Kontra indikasi operasi
Berhubung dengan kondisi medis/cedera penyerta yang tidak memungkinkan dilakukan
tindakan pembiusan
f. Diagnosis Banding
1. dislokasi akromioklavikula
2. fraktur klavikula
3. firaktur kolumna humeri
4. traktur humerus proksimal
g. Pemeriksaan penunjang
- Rontgen foto (X-ray)
Sinar –X pada bagian anteroposterior akan memperlihatkan bayangan yang tumpah tindih antara
kaput humerus dan fossa Glenoid,Kaput biasanya terletak di bawah dan medial terhadap
terhadap mangkuk sendi.
h. Komplikasi
·Komplikasi Dini
- Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat mengkerutkan otot deltoid dan
mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut.
- Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak.
·Komplikasi lanjut
- Kekakuan sendi bahu :Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan
sendi bahu ,terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan rotasi
lateral,yang secara otomatis membatasi Abduksi
- Dislokasi yang berulang: terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari bagian
depan leher glenoid
- kelemahan otot
Neglected
Neglected fraktur adalah yang penanganannya lebih dari 72 jam. sering terjadi akibat
penanganan fraktur pada extremitas yang salah oleh bone setter Umumnya terjadi pada yang
berpendidikan dan berstatus sosioekonomi yang rendahNeglected fraktur dibagi menjadi
beberapa derajat, yaitu:
a. Derajat 1 : fraktur yang telah terjadi antara 3 hari -3 minggu
DAFTAR PUSTAKA
1. Apley and Solomon, Fracture and Joint Injuries in Apley’s System of Orthopaedics and
Fractures, Seventh Edition, Butterwordh-Heinemann, London, 1993, pp. 499-515.
2. Armis, Prinsip-prinsip Umur Fraktur dalam Trauma Sistema Muskuloskeletal, FKUGM,
Yogyakarta, hal : 1-32.
3. Berend ME, Harrelson JM, Feagin JA, Fractures and Dislocation in Sabiston Jr DC,
Texbook of Surgery The Biological Basis of Modern Surgical Practice, Fifteenth Edition,
W.B. Saunders Company, Philadelphia, 1997, pp. 1398-1400.
4. Carter MA, Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi dalam Price SA, Wilson LM,
Patofisiologi Konsep-konsep Klinis Proses- proses Penyakit, Buku II, edisi 4, EGC,
Jakarta, 1994, hal 1175-80.
5. Dorland, Kamus Kedokteran, edisi 26, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1996,
hal 523,638,1119.
6. Rasjad C, Trauma dalam Pengantar Ilmu Bedah Orthopaedi, Bintang Lamumpatue
Ujung Pandang, 1998, hal : 343-525
7. Reksoprodjo, S, Pemeriksaan Orthopaedi dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah FKUI,
Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta, 1995, hal : 453-471.
8. Sjamsuhidajat R, Sistem Muskuloskeletal dalam Syamsuhidajat R, de Jong W, Buku
Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 1997, hal : 1124-1286
9. Chairuddin, Rasjad Prof, MD, PhD.Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. 2003. Makasar
10. http://bedahunmuh.wordpress.com/2010/05/20/dislokasi-bahu-akut/
11. http://dislokasisendibahu.blogspot.com/2011/04/dislokasi-pada-sendi-bahu.html
12. http://herdinrusli.wordpress.com/2009/03/06/fisioterapi-pada-dislokasi-shoulder-
anterior/