Anda di halaman 1dari 68

PENERAPAN METODE CHILDREN LEARNING IN SCIENCE

BERBASIS LABORATORY WORK UNTUK


MENINGKATKAN PERFORMANSI DAN HASIL BELAJAR
PESERTA DIDIK KELAS X SMAN 5 JEMBER
TAHUN AJARAN 2016/2017

PROPOSAL SKRIPSI
(untuk memenuhi tugas matakuliah Penelitian Tindakan Kelas)
Kelas B

Dosen Pengampu:
Dr. Nurul Umamah M.Pd

Oleh

Rarasati Putri Hadi


130210302087

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016

1
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN
JUDUL............................................................................................................... 1
DAFTAR ISI........................................................................................................... 2
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. . 6
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. ..6
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Metode Pembelajaran CLIS .............................................................. 9
2.2 Laboratory Work ............................................................................... 18
2.3 Performansi ....................................................................................... 33
2.4 Hasil Belajar...................................................................................... 40
2.5 Metode Pembelajaran CLIS untuk meningkatkan performansi ........ 41
2.6 Metode Pembelajaran CSIL untuk meningkatkan hasil belajar ........ 44
2.7 Metode Pembelajaran CLIS untuk meningkatkan performansi dan
hasil belajar ...................................................................................... 44
2.8 Laboratory Work untuk meningkatkan Performansi ........................ 45
2.9 Laboratory Work untuk meningkatkan hasil belajar ........................
2.10 Laboratory Work untuk meningkatkan performansi dan hasil belajar
2.11 Metode Pembelajaran CLIS berbasis Laboratory Work untuk
meningkatkan performansi dan hasil belajar ...................................
2.12 Penelitian yang relevan ...................................................................
2.13 Kerangka Berpikir ...........................................................................
2.14 Hipotesis Penelitian ........................................................................
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat penelitian.............................................................................. 47
3.2. Subyek penelitian ............................................................................. 47

2
3.3 Definisi operasional .......................................................................... 48
3.4 Jenis dan pendekatan penelitian ........................................................ 50
3.5 Desain Penelitian .............................................................................. 52
3.6 Metode Pengumpulan Data ............................................................... 61
3.7 Analisis Data ..................................................................................... 64
3.8 Indikator Keberhasilan ......................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 68

BAB 1. PENDAHULUAN

3
Pada bagian ini akan memaparkan bagian dari pendahuluan yang meliputi:
(1) Latar Belakang; (2) Rumusan Masalah; (3) Tujuan Penelitian dan (4) manfaat
Penelitian.

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam era globalisasi ini, semua ilmu pengetahuan dan teknologi
berkembangan sangat pesat. Kita dituntut untuk selalu bisa mengikuti
perkembangan tersebut. Dalam mengikuti perkembangan IPTEK itu, kita harus
memiliki bekal pendidikan yang cukup agar tdak tertinggal. Dan membuat
Indonesia selalu bisa bersaing dengan negara lain. Generasi muda yang akan
bersaing kelak dan mereka harus disiapkan sejak dini melalui kegiatan
pembelajaran disekolah khususnya. Sekolah merupakan pusat kegiatan belajar
mengajar bagi peserta didik dan pendidik. Kurikulum 2013 digunakan sebagai
pedoman kegiatan pembelajaran tersebut. Dalam kurikulum 2013, menggunakan
Pendekatan Saintifik. Pendekatan Saintifik dirasa cocok untuk mempersiapkan
para peserta didik untuk menghadapi era globalisasi. Menurut Kemendikbud
(2014:04) alasan untuk mengembangkan Kurikulum karena Kompetensi masa
depan sebagai berikut. Kemampuan berkomunikasi; Kemampuan berpikir jernih
dan kritis; Kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan;
Kemampuan menjadi warga negara yang bertanggungjawab; Kemampuan
mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda;
Kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal; Memiliki minat luas
dalam kehidupan; Memiliki kesiapan untuk bekerja; Memiliki kecerdasan sesuai
dengan bakat/minatnya; dan Memiliki rasa tanggungjawab terhadap lingkungan.

Dengan beberapa kompetensi diatas, pendidik harus mampu menerapkan


pembelajaran yang sesuai agar peserta didik memiliki kompetensi tersebut. Dalam
ruang kelas utamanya, pendidik bisa memberikan pembelajaran yang diinginkan
agar tujuan pembelajaran bisa tercapai. Namun kegiatan pembelajaran tak hanya
bisa dilakukan dikelas, disekitar sekolah bahkan diluar lingkungan sekolah pun
bisa dilakukan. Menurut Kemendikbud (2014:24) sesuai dengan Tema
Pengembangan Kurikulum 2013 (sesuai UU 20/2003) Kurikulum yang dapat

4
menghasilkan insan indonesia yang: Produktif, Kreatif, Inovatif, Afektif melalui
penguatan Sikap, Keterampilan, dan Pengetahuan yang terintegrasi. Sehingga
pendidik pun harus produktif, kreatif, inovatif, terampil dan mampu menciptakan
pengetahuan yang terintegrasi. Jika hanya dilakukan dikelas, tidak semua tema itu
bisa diterapkan. Ada beberapa kegiatan pembelajaran yang hanya bisa dilakukan
diluar. Kata “pembelajaran” sendiri adalah terjemahan dari instruction, yang
banyak dipakai dalam dunia pendidikan. Pembelajaran itu sendiri mempunyai arti
suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan
pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru,
dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material meliputi buku-buku,
papan tulis, dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas
dan perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga
komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik,
belajar, ujian dan sebagainya. (Hamalik, 2008: 57)

Untuk melalukan kegiatan pembelajaran diluar kelas, pendidik harus memiliki


metode pembelajaran yang sesuai. Peneliti akan menggunakan metode Children
Learning in Science berbasis laboratory work. Metode yaitu cara yang sistematik
yang digunakan untuk mencapai tujuan yang akan dicapai (Pasaribu &
Simanjuntak, 1993: 13-14). Metode pembelajaran atau kyoojuhou merupakan
salah satu komponen penting dalam kegiatan belajar mengajar yang perlu dikuasai
oleh pengajar. Istilah metode kadang-kadang tertukar dengan istilah pendekatan
atau teknik pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran tentu saja tidak dapat
dilakukan dengan baik, bila pengajar tidak mengetahui metode pembelajaran yang
ada. Dengan menggunakan variasi beberapa metode, diharapkan tidak
membosankan bagi pembelajar, serta dapat mengatasi masalah yang dihadapi oleh
pengajar pada situasi atau kondisi tertentu dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar (Danasasmita,2009:25). Peneliti menerapkan metode CLIS dengan
harapan mampu meningkatkan performansi dan hasil belajar peserta didik.
Menurut peneliti, pembelajaran sejarah khususnya tidak hanya dilakukan dikelas.

5
Melainkan dapat dilakukan diluar kelas, agar peserta didik tidak jenuh dan lebih
memahami materi pembelajaran. Karena mendapatkan pengetahuan melalui
pengalaman nyata. Dan juga dapat digunakan sebagai inovasi pembelajaran bagi
pendidik.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1.2.1 bagaimanakah penerapan model pembelajatan CLIS berbasis laboratory
work untuk meningkatkan performansi peserta didk mata pelajaran
Sejarah Indonesia kelas X SMAN 5 Jember Tahun Ajaran 2016/2017?
1.2.2 bagaimanakah penerapan model pembelajaran CLIS berbasis laboratory
work untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik mata pelajaran
Sejarah Indonesia kelas X SMAN 5 Jember Tahun Ajaran 2016/2017?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan Rumusan Masalah diatas, maka Tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.3.1 untuk meningkatkan Performansi peserta didik pada mata pelajaran
sejarah kelas X IIS di SMAN 5 Jember dengan model pembelajaran
CLIS berbasis Laboratory Work;
1.3.2 untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran
sejarah kelas X IIS di SMAN 5 Jember dengan model pembelajaran
CLIS berbasis Laboratory Work.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi peneliti, bagi peserta
didik, bagi guru, calon guru sejarah, bagi pihak sekolah, dan bagi peneliti
selanjutnya. yaitu:

1.4.1 bagi peneliti,

6
hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai penerapan metode pembelajaran CLIS berbasis Laboratory
Work, serta untuk memperoleh pengalaman pada proses belajar-
mengajar;

1.4.2 bagi peserta didik,


hasil penelitian ini dapat meningkatkan performansi dan hasil belajar,
rasa ingin tahu, kemampuan berfikir, memperluas wawasan sejarah,
serta meningkatkan prestasi belajar khususnya pada mata pelajaran
Sejarah Indonesia;
1.4.3 bagi pendidik dan calon pendidik Sejarah Indonesia,
hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan dalam proses belajar-
mengajarnya di kelas saat kondisi kelas memang memungkinkan untuk
diaplikasikan model pembelajaran ini, serta menambah wawasan
pendidik dan calon pendidik Sejarah Indonesia;
1.4.4 bagi pihak sekolah,
hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah, dan
meningkatkan keterampilan dalam pengelolaan dan pengembangan
sekolah, meningkatkan situasi dan kondisi sekolah yang kondusif, dan
menambah fungsi sekolah sebagai tempat pengembangan pengetahuan;
1.4.5 bagi peneliti selanjutnya,
hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi
pengembangan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penerapan
metode pembelajaran CLIS berbasis Laboratory Work bagi
pengembangan atau peningkatan kompetensi peserta didik di sekolah-
sekolah lainnya.

Bab 2. Tinjauan Pustaka

7
Bab ini akan memaparkan mengenai teori dan konsep-konsep yang relevan
dengan masalah penelitian. Hal-hal yang dikaji meliputi: (1) Metode
Pembelajaran CLIS; (2) Laboratory Work; (3) Performansi; (4) Hasil Belajar; (5)
Metode Pembelajaran CLIS untuk meningkatkan performansi; (6) Metode
Pembelajaran CSIL untuk meningkatkan hasil belajar; (7) Metode Pembelajaran
CLIS untuk meningkatkan performansi dan hasil belajar; (8) Laboratory Work
untuk meningkatkan Performansi; (9) Laboratory Work untuk meningkatkan hasil
belajar; (10) Laboratory Work untuk meningkatkan performansi dan hasil belajar
(11) Metode Pembelajaran CLIS berbasis Laboratory Work untuk meningkatkan
performansi dan hasil belajar. Berikut penjelasan dari masing-masing.

2.1 Metode Pembelajaran Children Learning In Science


Metode pembelajaran atau kyoojuhou merupakan salah satu komponen
penting dalam kegiatan belajar mengajar yang perlu dikuasai oleh pengajar. Istilah
metode kadang-kadang tertukar dengan istilah pendekatan atau teknik
pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran tentu saja tidak dapat dilakukan
dengan baik, bila pengajar tidak mengetahui metode pembelajaran yang ada.
Dengan menggunakan variasi beberapa metode, diharapkan tidak membosankan
bagi pembelajar, serta dapat mengatasi masalah yang dihadapi oleh pengajar pada
situasi atau kondisi tertentu dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
(Danasasmita, 2009:25). Sudjana (2005:76) berpendapat bahwa metode
merupakan perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi
pembelajaran bahasa secara teratur, tidak ada satu bagian yang bertentangan, dan
semuanya berdasarkan pada suatu pendekatan tertentu. Menurut Sangidu
(2004:14) metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memulai pelaksanaan
suatu kegiatan penilaian guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Menurut
Salamun (dalam Sudrajat, 2009:7) menyatakan bahwa metode pembelajaran ialah
sebuah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda
dibawah kondisi yang berbeda. Hal itu berarti pemilihan metode pembelajaran
harus disesuaikan dengan kondisi pembelajaran dan hasil pembelajaran yang ingin
dicapai.

8
Pembelajaran sendiri memiliki beberapa pengertian, Pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik
agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran
dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan
kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik. Menurut Skinner, belajar adalah suatu perilaku. Pada saat
orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Dalam belajar ditemukan
adanya hal-hal berikut:· Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan
respons belajar.· Respons dari pebelajar· Konsekwensi yang bersifat menguatkan
respons tersebut. Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekwensi
tersebut, misal adanya sanksi tertentu bagi siswa yang melanggar. Piaget
menyatakan bahwa, pengetahuan dibentuk oleh individu, karena individu
melakukan inetraksi terus menerus dengan lingkungan. Namun karena lingkungan
terus mengalami perubahan, maka fungsi intelek pun juga semakin berkembang.
Sehingga Pembelajaran memiliki pengertian yaitu suatu kegiatan yang
menimbulkan interaksi ataupun respon terhadap pengetahuan yang didapatkan
secara terus menerus hingga mengalami perkembangan pengetahuan.

Ada tiga teori dalam pembelajaran yaitu teori pengkondisian klasik,


pengkondisian operan, dan pembelajaran sosial (Robbins, Stephen P, 2007: 70-
72).

a. Pengondisian klasik

Pengkondisian klasik adalah jenis pengkondisian di mana individu


merespon beberapa stimulus yang tidak biasa dan menghasilkan respons
baru. Teori ini tumbuh berdasarkan eksperimen untuk mengajari anjing
mengeluarkan air liur sebagai respons terhadap bel yang berdering, dilakukan
pada awal tahun 1900-an oleh seorang ahli fisolog Rusia bernama Ivan
Pavlov.

b. Pengondisian operant

9
Pengkondisian operan adalah jenis penglondisian di mana perilaku
sukarela yang diharapkan menghasilkan penghargaan atau mencegah sebuah
hukuman. Kecenderungan untuk mengulang perilaku seperti ini dipengaruhi
oleh ada atau tidaknya penegasan dari konsekuensi-konsekuensi yang
dihasilkan oleh perilaku. Dengan demikian, penegasan akan memperkuat
sebuah perilaku dan meningkatkan kemungkinan perilaku tersebut diulangi.
Menurut Skinner (1971:100), Apa yang dilakukan Pavlov untuk
pengkondisian klasik, oleh psikolog Harvard, B. F. Skinner, dilakukan
pengkondisian operant. Skinner mengemukakan bahwa menciptakan
konsekuensi yang menyenangkan untuk mengikuti bentuk perilaku tertentu
akan meningkatkan frekuensi perilaku tersebut.

c. Pembelajaran sosial

Pembelajaran sosial adalah pandangan bahwa orang-orang dapat belajar


melalui pengamatan dan pengalaman langsung. Meskipun teori pembelajaran
sosial adalah perluasan dari pengkondisian operant, teori ini berasumsi bahwa
perilaku adalah sebuah fungsi dari konsekuensi. Teori ini juga mengakui
keberadaan pembelajaran melalui pengamatan dan pentingnya persepsi dalam
pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pengertian dari para ahli dapat diambil kesimpulan,


bahwa Metode Pembelajaran merupakan Sebuah cara ataupun strategi
pembelajaran yang inovatif dan kreatif dalam menyampaikan materi pembelajaran
yang dilakukan oleh pendidik untuk memotivasi peserta didik dan disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran yang ingin bisa dicapai oleh peserta didik. Sehingga
metode pembelajaran adalah cara atau strategi seorang pendidik dalam kegiatan
belajar mengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran secara menarik, agar
peserta didik termotivasi untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar secara aktif
agar tujuan pembelajaran bisa tercapai. Karena pada Kurikulum 2013, peserta
didik harus terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan pendidik
hanya sebagai fasilitator untuk menyediakan suasana kegiatan belajar mengajar
yang kondusif.

10
Dan metode pembelajaran ada berbagai macam disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai dalam kompetensi dasar tersebut. Karena Setiap
kompetensi dasar, memiliki tujuan atau indikator yang berbeda. Pendidik harus
cerdas memilih metode yang tepat untuk kegiatan belajar mengajar tersebut.
Karena sering terjadi, peserta didik tidak mampu mencapai tujuan atau indikator
pembelajaran akibat dari pendidik salah memilih metode pembelajaran yang tepat.
Misalnya Kompetensi Dasar 4.11 Menyajikan gambaran peristiwa-peristiwa
sekitar Proklamasi 17Agustus 1945 dan artinya bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara dalam bentuk media visual. Metode pembelajaran yang bisa diterapkan
oleh pendidik yaitu menggunakan Metode pembelajaran Picture and Picture.
Tidak akan cocok jika menggunakan Metode Ceramah. Dalam penelitian ini, akan
menerapkan Metode Pembelajaran Children Learning In Science berbasis
Laboratory Work untuk meningkatkan performansi dan hasil belajar peserta didik.
Metode pembelajaran Children Learning In Science memiliki beberapa
pengertian yaitu, Model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS)
adalah kerangka berpikir untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan
terjadinya kegiatan belajar mengajar yang melibatkan siswa dalam kegiatan
pengamatan dan percobaan dengan menggunakan LKS. Model pembelajaran
CLIS bertujuan membentuk pengetahuan (konsep) ke dalam memori siswa agar
konsep tersebut dapat bertahan lama, karena model pembelajaran CLIS memuat
sederetan tahap-tahap kegiatan siswa dalam mempelajari konsep yang
diajarkan(areknerut.wordpress.com, 2012). model pembelajaran CLIS memuat
sederetan tahap-tahap kegiatan siswa dalam mempelajari konsep yang diajarkan.

Menurut Driver (1988) tahapan-tahapan CLIS secara umum yaitu:


1) Orientasi (orientation)
Tahap orientasi merupakan tahapan yang dilakukan guru dengan tujuan
untuk memusatkan perhatian siswa. Orientasi dapat dilakukan dengan cara
menunjukkan berbagai fenomena yang terjadi di alam, kejadian yang dialami
siswa dalam kehidupan sehari-hari atau demonstrasi. Selanjutnya
menghubungkannya dengan topik yang akan dibahas. Dalam kegiatan

11
pembelajaran mata pelajaran Sejarah Indonesia, bisa dihubungkan dengan
permasalahan yang sedang terjadi dan ada hubungannya dengan kejadian sejarah
atau materi pelajaran sejarah. Misalnya tanggal 01 Juni 2016, Jokowi menetapkan
akan menjadi hari libur nasional mulai tahun depan. Dikarenakan tanggal 01 Juni
1945 merupakan Hari Lahirnya Pancasila, dasar negara Indonesia. Proses lahirnya
Pancasila terdapat dalam Kompetensi Dasar 3.8 Menganalisis peristiwa
pembentukan pemerintahan pertama Republik Indonesia dan maknanya bagi kehidupan
kebangsaan Indonesia masa kini.

2) Pemunculan gagasan (elicitation of ideas)


Kegiatan ini merupakan upaya yang dilakukan oleh pendidik untuk
memunculkan gagasan peserta didik tentang topik yang dibahas dalam
pembelajaran. Cara yang dilakukan bisa dengan meminta siswa untuk menuliskan
apa saja yang mereka ketahui tentang topik yang dibahas atau bisa dengan cara
menjawab pertanyaan uraian terbuka yang diajukan oleh pendidik. Bagi pendidik
tahapan ini merupakan upaya eksplorasi pengetahuan awal siswa. Oleh karena itu,
tahapan ini dapat juga dilakukan melalui wawancara internal. Misalnya saja,
peserta didik diberi tugas menuliskan apa saja yang mereka ketahui mengenai
kelahiran Pancasila.

3) Penyusunan ulang gagasan (restructuring of ideas)


a. Pengungkapan dan pertukaran gagasan (clarification and exchange)
Pada langkah ini, siswa mendiskusikan jawaban dalam msing-masing
kelompok kecil sambil melakukan kegiatan praktikum. Hasil diskusi ditulis
dalam selembar kertas dan dijelaskan oleh salah seorang siswa pada setiap
kelompok. Melalui diskusi ini siswa bisa mengungkapkan kembali dan saling
bertukar gagasan (Nuraiman Wijaya, 1997:23). Dalam kegiatan praktikum ini,
dapat dilakukan dengan cara mencari informasi melalui koran,buku ataupun
media online diperpustakaan ataupun melihat video dokumenter dilaboratorium
sejarah.

b. Pembukaan situasi konflik (exposure to conflict situation)

12
Pada langkah ini siswa mengalami konflik gagasan dengan menyelidiki
perbedaan antara gagasan awal dengan gagasan yang diperoleh dari fenomena
selama kegiatan praktikum. Pembukaan situasi konflik dapat dilakukan dengan
cara, pendidik menunjuk salah seorang peserta didik untuk mengemukakan
hasil observasinya, sedangkan peserta didik lainnya menanggapinya.

c. Konstruksi gagasan baru dan evaluasi ( construction of new ideas and


evaluation)
Pada langkah ini, peserta didik mengkontruksikan gagasan baru dan
mengevaluasi gagasan dengan bimbingan pendidik. Pengungkapan dan
pertukaran gagasan merupakan upaya untuk memperjelas atau mengungkapkan
gagasan awal peserta didik tentang suatu topik secara umum, misalnya dengan
cara mendiskusikan jawaban peserta didik pada langkah kedua dalam
kelompok kecil, kemudian salah satu anggota kelompok melaporkan hasil
diskusi ke seluruh kelas. Dalam kegiatan ini pendidik tidak membenarkan atau
menyalahkan gagasan peserta didik.
Pada tahap pembukaan ke situasi konflik, peserta didik diberi
kesempatan untuk mencari peristiwa sekitar lahirnya Pancasila yang sedang
dipelajari di dalam buku teks. Selanjutnya peserta didik mencari beberapa
perbedaan antara konsep awal mereka dengan konsep ilmiah yang ada dalam
buku teks.
Tahap kontruksi gagasan baru dan evaluasi dilakukan dengan tujuan
untuk mencocokkan gagasan yang sesuai dengan fenomena yang dipelajari
guna mengkontruksi gagasan baru. Peserta didik diberi kesempatan untuk
melakukan percobaan atau observasi, kemudian mendiskusikannya dalam
kelompok untuk menyusun gagasan baru.

4) Penerapan gagasan (application of ideas)


Pada tahap ini peserta didik dibimbing untuk menerapkan gagasan baru
yang dikembangkan melalui percobaan atau observasi ke dalam situasi baru.
Gagasan baru yang sudah direkonstruksi dalam aplikasinya dapat digunakan

13
untuk menganalisis isu-isu dan memecahkan masalah yang ada di lingkungan.
Misalnya saja, untuk menghargai jasa para pahlawan dan mengingat sejarah
lahirnya Pancasila maka Pemerintah menetapkan tanggal 01 Juni sebagai hari
libur nasional. Karena mulai banyak masyarakat bahkan generasi muda yang
tidak mengetahui sejarah lahirnya Pancasila.

5) Mengkaji ulang perubahan gagasan (review change in ideas)

Konsepsi yang telah diperoleh siswa perlu diberi umpan balik oleh guru
untuk memperkuat konsep sejarah tersebut. Dengan demikian, siswa yang
konsepsi awalnya tidak konsisten dengan konsep sejarah akan dengan sadar
mengubahnya menjadi konsep sejarah. Dimana konsep sejarah yaitu Beberapa
konsep yang dikembangkan dalam ilmu sejarah seperti perubahan, peristiwa,
sebab dan akibat, nasionalisme, peradaban, perbudakan, waktu, feminisme,
liberalisme, dan konservatisme. Penjelasan mengenai konsep-konsep tersebut
adalah sebagai berikut:

a. Perubahan

Konsep perubahan merupakan istilah yang mengacu kepada sesuatu hal


yang menjadi “tampil berbeda”. Konsep tersebut demikian pentng dalam
sejarah dan pembelajaran sejarah, mengingat sejarah itu sendiri pada
hakikatnya adalah perubahan. Seorang futuris ternama Amerika Serikat Alvin
Toffler (1981) mengemukakan bahwa perubahan tidak sekedar penting dalam
kehidupan, tetapi perubahan itu sendiri adalah kehidupan.

b. Peristiwa

Konsep peristiwa memiliki arti sebgaai suatu kejadian yang menarik


maupun luar biasa karena memiliki keunikan. Dalam penelitian sejarah,
peristiwa selalu menjadi objek kajian, mengingat salah satu karakteristik ilmu
sejarah adalah mencari keunikan-keunikan yang terjadi pada peristiwa tertentu,
dengan penekanan pada tradisi-tradisi relativisme.

14
c. Sebab dan Akibat

Istilah sebab merujuk kepada pengertian faktor-faktor determinan


fenomena pendahulu yang mendorong terjadinya sesuatu perbuatan,
perubahan, maupun peristiwa berikutnya, sekaligus sebagai suatu kondisi yang
mendahului peristiwa. Sedangkan akibat adalah sesuatu yang menjadikan
kesudahan atau hasil suat perbuatan maupun dampak dan peristiwa.

d. Nasionalisme

Konsep nasionalisme, secara sederhana memiliki arti rasa kebangsaan,


dimana kepentingan negara dan bangsa mendapat perhatian besardalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

e. Kemerdekaan/ Kebebasan

Konsep kemerdekaan atau kebebasan adalah nilai utama dalam kehidupan


politik bagi setiap negara dan bangsa maupun umat manusia yang senantiasa
diagung-agungkan, sekalipun tidak selamanya dipraktikkan. Arti penting
kemerdekaan ini dapat dilihat pada ketentuan yang mengatur hak-hak asasi
manusia, sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Hak-Hak Manusia Universal
yang disetujui dengan suara bulat oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-
Bangsa tanggal 10 Desember 1948.

d. Kolonialisme

Konsep kolonialisme merujuk kepada bagian imperialisme dalam ekspansi


bangsa-bangsa Eropa Barat ke berbagai wilayah lainnya di dunia sejak abad
ke-15 dan 16. Pada puncak perkembangannya, kolonialisme merajalela pada
abad ke-19. Dimana hampir setiap negara di Eropa memiliki daerah jajahan di
Asia, Afrika, dan Amerika.

e. Revolusi

15
Konsep revolusi menunjuk pada suatu pengertian tentang perubahan sosial
politik yang radikal, berlangsung cepat, dan besar-besaran. Revolusi terjadi
ketika berbagai kesulitan perang dan krisis keuangan negara berhasil diatasi,
namun memiliki institusi-institusi yang rentan terhadap revolusi. Skocpol yang
mengidentifikasi tiga ciri kelembagaan yang menyebabkan kerentanan revolusi
tersebut, yaitu:

1. Lembaga militer negara sangat inferior terhadap militer dari negara-negara


pesaingnya.
2. Elite yang otonom mampu menentang atau menghadang implementasi
kebijaksanaan yang dijalankan pemerintah pusat.
1. Kaum petani memiliki organisasi pedesaan yang otonom.

f. Fasisme

Konsep fasisme atau facism adalah nama pengorganisasian pemerintah dan


masyarakat secara totaliter oleh kediktatoran partai tunggal yang sangat
memiliki rasa nasionalis yang sempit, rasialis, militeristis, dan imperialis.

g. Komunisme

Pada dasarnya, konsep dari istilah komunisme merujuk kepada setiap


pengaturan sosial yang didasarkan pada kepemilikan, produksi, konsumsi, dan
swapemerintahan yang diatur secara komunal atau bersama-sama.

h. Peradaban

Konsep peradaban atau civilization merupakan konsep yang merujuk pada


suatu entitas kultural seluruh pandangan hidup manusia yang mencakup nilai,
norma, institusi, dan pola pikir terpenting dari suatu masyarakat yang

16
terwariskan dari generasi ke generasi (Bozeman dalam Hungtinton, 1998:41).
Selain itu, peradaban menunjuk kepada suatu corak maupun tingkatan moral
yang menyangkut penilaian terhadaptotalitas kebudayaan. Jadi, peradaban
jauh melebihi luasnya dari suatu kebudayaan yang saling mempengaruhi.

i. Perbudakan

Pada hakikatnya, konsep perbudakan atau siavery adalah istilah yang


meggambarkan suatu kondisi dmana seseorang maupun kelompok tidak
memiliki kedudukan dan peranan sebagai manusia yang memiliki hak asasi
sebagai manusia yang layak.

j. Waktu

Konsep waktu dalam hal ini (hari,tanggal, bulan, tahun, windu, dan ahad)
merupakan konsep esensial dalam sejarah. Begitu pentingnya mengenai waktu
yang digunakan baik pada riset historis dan empiris dalam prespektif
kronologis, fungsional, strukturalis, maupun simbolis. Secara alternatif,
ilmuwan atau sejarawan dapat menggunakan penempatan subjektif darisaat
kemarin, sekarang, dan akan datang. Mengenai pentingnya pemahaman tentang
waktu, menurut Sztompka (2004: 58-59) terdapat enem fungsi waktu, yaitu (a)
sebagai penyelaras tindakan, (b) sebagai koordinasi, (c) sebgai bagian dalam
tahapan atau rentetan peristiwa, (d) menempati ketepatan,(e) menentukan
ukuran, (f) untuk membedakan suatu masa tertentu dengan lainnya.

k. Fenimisme

Istilah fenimisme adalah nama suatu gerakan emansipasi wanita dari


subordinasi pria. Menurut Maggie Humm (2000:354), semua gerakan feminis
mengandung tiga unsur asumsi pokok. Pertama, gender adalah suatu konstruksi

17
yang menekan kaum wanita sehingga cenderung menguntungkan pria. Kedua,
konsp patriarki-dominasi kaum pria dalam lembaga-lembaga sosial melandasi
konstruk tersebut. Ketiga, pengalaman dan pengetahuan kaum wanita harus
dilibatkan untuk mengembangkan suatu masyarakatnonseksis di masa
mendatang.

l. Liberalisme

Konsep liberalisme mengacu kepada sebuah doktrin yang maknanya hanya


dapat diungkapkan melalui penggunaan kata-kata sifat yang menggambarkan
nuansa-nuansa khusus.

m. Konservatisme

Istilah konservatisme merujuk kepada doktrin yang menyakini bahwa


realitas suatu masyarakat dapat ditemukan pada perkembangan sejarahnya. Oleh
karena itu, pemerintah membatasi diri dalam campurtangan terhadap perilaku
kehidupan masyarakatnya, dalam arti tidak boleh melupakan akar-akar
sejarahnya

2.2 Laboratory Work


Proses belajar siswa tidak cukup hanya dengan mendengarkan dan
mencatat seperti yang umum terdapat di sekolah-sekolah tradisional.
Sardiman (1990:99) menggolongkan kegiatan proses siswa, antara lain sebagai
berikut:
a. Visual activities.
Yang termasuk di dalamnya misalnya: membaca, memperhatikan
gambar demonstrasi, percobaan.
b. Oral activities,
seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
c. Listening activities,

18
sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan diskusi, musik
dan pidato.
d.Writing activities,
contoh: menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
e. Drawing activities,
misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
f. Motor activities,
yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan,
membuat konstruksi, bermain, berkebun, beternak.
g. Mental activities,
misalnya: berminat, merasa bosan, gembira, bersemangat, berani,
tenang, gugup.
Jadi dengan klasifikasi aktivitas seperti uraian di atas, menunjukkan bahwa
aktivitas di sekolah itu cukup kompleks dan bervariasi. Jika berbagai macam
kegiatan tersebut dapat diciptakan di sekolah, tentu sekolah-sekolah itu akan lebih
dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang
maksimal. Sehingga ini semua merupakan tantangan yang menuntut jawaban dari
para pendidik. Kreativitas pendidik mutlak diperlukan agar dapat merencanakan
kegiatan peserta didik yang sangat bervariasi. Pada hakikatnya dapat disimpulkan
bahwa proses belajar peserta didik adalah segala kegiatan yang dilaksanakan
peserta didik mulai dari pelajaran dimulai sampai pelajaran diakhiri. Proses
belajar dikelas harus melibatkan seluruh aspek pembelajaran, diantaranya adalah
pendidik, kepala sekolah, komite sekolah, lingkungan dan lain-lain. Selain itu
sarana dan prasarana pembelajaran mutlak diperlukan supaya pembelajran
berlangsung efektif dan efisien.
Sehingga kegiatan diluar kelas bisa menjadi solusi untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Salah satunya Laboratory Work dan sejarah pun bisa
memiliki laboratorium kesejarahan.
Dalam dunia pendidikan disadari perlunya menghubungkan antara teori
dan praktek. Prinsip-prinsip akan dikaji dalam praktek. Apa yang terdapat dalam
pengalaman praktek dicari dasar-dasarnya dalam teori, dalam prinsip-prinsip.

19
Hubungan antara teori dan praktek seyoginya bersifat berlapis-lapis yang
integratif, di mana teori dan praktek secara bergantian dan bertahap saling isi
mengisi, saling mencari dasar, dan saling mengkaji. Sehubungan kaitan antara
teori dan praktek inilah laboratorium dan fasilitas lain dalam proses belajar-
mengajar patut mendapat perhatian. Di laboratorium berlangsung kegiatan kerja
laboratorium (laboratory work).
Laboratorium ialah tempat untuk melatih peserta didik dalam hal
keterampilan melakukan praktek, demonstrasi, percobaan, penelitian, dan
pengembangan ilmu pengetahuan. Laboratorium yang dimaksud di sini tidak
hanya berarti ruangan atau bangunan yang dipergunakan untuk percobaan ilmiah,
misalnya dalam bidang sains (science), biologi, kimia, fisika, teknik, dan
sebagainya; melainkan juga termasuk tempat aktivitas ilmiahnya sendiri baik
berupa percobaan/eksperimen, penelitian/riset, observasi, demontrasi yang terkait
dalam kegiatan belajar-mengajar. Dengan kata lain “laborary work” adalah
kegiatan (kerja) ilmiah dalam suatu tempat yang dilakukan oleh mahasiswa atau
guru/dosen atau pihak lain, baik berupa praktikum, observasi, penelitian,
demonstrasi dan pengembangan model-model pembelajaran yang dilakukan
dalam rangka kegiatan belajar-mengajar.
Jadi pengertian laboratorium tidak hanya termasuk di dalamnya gedung
atau ruang dan peralatannya, seperti misalnya laboratorium kimia, fisika, teknik,
dan sebagainya. Akan tetapi pengertian laboratorium termasuk juga sekolah/kelas
dan bahkan masyarakat sendiri. Lembaga kemasyarakatan, alam sekitar juga
merupakan laboratorium. Ia merupakan sumber belajar dan media dalam proses
belajar-mengajar yang tidak akan habis.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang disebut “laborary work”
adalah kegiatan kerja ilmiah yang dilakukan dalam sebuah laboratorium. Untuk
memberikan pemahaman yang sistemik berikut beberapa pengertian laboratorium
yang dapat diartikan dalam bermacam-macam segi :
a. Laboratorium dapat merupakan wadah yaitu tempat, gedung, ruang dan
segala macam alat/perlengkapan yang diperlukan untuk kegiatan ilmiah.
Dalam hal ini laboratorium dilihat sebagai perangkat keras (hardware).

20
b. Laboratorium dapat merupakan sarana media di mana dilakukan kegiatan
belajar-mengajar. Dalam pengertian ini laboratorium dilihat sebagai
perangkat lunak (software) dalam kegiatan ilmiah.
c. Laboratorium dapat diartikan sebagai pusat kegiatan ilmiah untuk
menemukan kebenaran ilmiah dan penerapannya.
d. Laboratorium dapat diartikan sebagai pusat inovasi. Dengan sarana dan
prasarana yang dimiliki oleh sebuah laboratorium diadakanlah kegiatan
ilmiah; eksperimentasi sehingga dapat diperoleh temuan-temuan baru
dalam bidang keilmuan yang membawa pembaharuan baik itu berupa
mesin-mesin, bahan-bahan baru, cara-cara kerja, dan sebagainya.
e. Dilihat dari segi “clientele” maka laboratorium merupakan tempat di mana
peserta didik atau pendidik atau pihak lain melaksanakan kegiatan kerja
ilmiah dalam rangka kegiatan belajar-mengajar.
f. Dilihat dari segi kerjanya laboratorium merupakan tempat di mana
dilakukan kegiatan kerja untuk menghasilkan sesuatu. Dalam hal demikian
ini bidang teknik laboratorium dapat diartikan sebagai bengkel kerja.
g. Dilihat dari segi hasil yang diperoleh maka laboratorium dengan segala
saran adan prasarana yang dimiliki dapat merupakan dan berfungsi sebagai
pusat sumber belajar (PSB).

Macam Laboratorium
Macam ragam laboratorium dapat dilihat dari beberapa segi. Dilihat dari
segi pendekatannya ada beberapa macam, yakni (a) Persobalized Sytem of
Instruction (PSI), (b) Audio Tutorial Method (A-T), (c) Computer Assisted
Learning (CAL), (d) Learning Aids Laboratory (LAL), (e) Modular Laboratory
(M-L), (f) Integrated Laboratory (IL), (g) Project Work, dan (h) Participation in
Research (PIR)
a. Personalized System of Instruction
“Personalized System of Instruction” (PSI) ditemukan oleh Keller (1968)
merupakan pendekatan baru dalam bidang pembelajaran. Oleh karena itu PSI
sering disebut “The Keller Plan”. Karakteristik dari PSI adalah sebagai berikut:

21
a. Kemajuan peserta didik berdasarkan berdasar pada langkahnya sendiri,
didasarkan pada irama kerjanya. Ada yang cepat dan berinisiatif tinggi, ada
yang sedang-sedang saja, dan ada pula yang lamban dengan semboyan ”biar
lambat asal selamat”.
b. Sebelum mempelajari unit berikutnya, mahasiswa harus membuktikan
terlebih dahulu penguasaannya terhadap pembelajaran dan unit yang sudah
dipelajarinya dengan membuat satu atau beberapa tes.
c. Pelaksanaan perkuliahan yang dijalankan lebih dianggap memberikan
motivasi serta dapat memberikan informasi atau tambahan pengetahuan.
d. Staf pengajar bukan hanya dosen, tetapi juga peserta didik senior yang
berfungsi sebagai tutor.
e. Materi pembelajaran dibagi dalam unit-unit yang masing-masing terdiri dari
: (1) pengantar, (2) tujuan pembelajaran, (3) kegiatan pembelajaran, dan (4)
serangkaian pertanyaan yang berfungsi untuk memperdalam materi yang
telah dipelajari
b. Audio Tutorial Method
Pendekatan Audio Tutorial Method (A-T) ini semula dikembangkan oleh
Portlethwart (1969-1972) yang merupakan metode dalam pembelajaran biologi
di Purdue University. Materi atau bahan pembelajaran dibagi-bagi ke dalam
bagian-bagian untuk satu minggu lamanya yang berisi teori maupun praktek.
Bahan tersebut dimasukkan ke dalam kaset, di mana setiap mahasiswa dengan
manempati tempat yang tertentu (semacam “booth” dalam laboratorium
bahasa) belajar melalui kaset dengan peralatan laboratorium lain yang tersedia.
Karakteristik dari pendekatan “Audio Tutorial Method” ini adalah :
a. Pendekatan dengan media “audio tutorial” ini dipakai untuk mengatasi
besarnya kelas/jumlah mahasiswa dengan memberikan bimbingan dalam
pita kaset. Program belajar adalah didasarkan pada irama kerja atau
kecepatan maju peserta didik sendiri.
b. Dilihat dari segi tertentu ceramah yang dikasetkan dalam bentuk program
bimbingan bersifat memberikan motivasi saja.

22
c. Diperlukan umpan balik kerja mahasiswa untuk dapat mengetahui apakah
peserta didik tersebut dapat melanjutkan belajarnya pada bagian yang
berikut dengan menempuh serangkaian tes.
d. Tujuan yang diumumkan bersifat “behavioral”.
e. Dipakai “Criterion Referenced Testing”.
f. Terdapat integrasi antara teori dan praktek.
g. Dalam hal ini kaset dapat digolongkan sebagai media.

c. Computer Assisted Learning


Istilah “Computer Assisted Learning (CAL)” sering dipakai di kalangan
buruh dalam kerajaan Inggris, sedang istilah lain dengan isi yang sama adalah
“Computer Assisted Learning (CAL)” yang sering dipakai di kalangan guru-
guru di Amerika Serikat. Komputer dalam pendekatan ini dipakai sebagai
sarana atau media belajar. Seringkali komputer untuk membuat model atau
simulasi suatu situasi atau suatu proses yang baik mungkin tersedia untuk
dipelajari mungkin karena mahalnya atau karena kelangkaannya, sehingga
tidak mungkin untuk memperoleh pengalaman langsung dari padanya.
Perananan dosen digantikan oleh komputer karena dapat mengisi kekurangan-
kekurangan yang terdapat pada guru/dosen tersebut.
Karakteristik dari “Computer Assisted Learning” sebagai berikut :
a. peserta didik dapat belajar menurut irama kerjanya.
b.Diperlukan balikan untuk memungkinkan segera mengetahui apakah
seseorang memenuhi penguasaan atas materi atau untuk menentukan dapat atau
tidaknya belajar bagian yang berikutnya.
c.Komputer berfungsi sebagai tutor baik sebagai pemberi informasi, pemberi
tugas, pemberi tes, dan menilai hasil tes serta menentukan hasil yang dicapai
oleh peserta didik.
d.Selain sebagai tutor, komputer juga berfungsi sebagai simulator, sebagai
model yang memberikan kepada peserta didik fasilitas untuk berhitung
simulasi, model-model, dan pemecahan masalah.

23
d. Learning Aids Laborary
“Learning Aids Laborary (LAL)” dapat dirumuskan sebagai pusat di
mana peserta didik terlibat dalam belajar secara individual dengan memakai
sarana atau peralatan yang ada dalam laboratorium, misalnya AVA, komputer,
pameran, percobaan sendiri atau studi referensi.
Keberhasilan belajar dengan pendekatan LAL ini sangat tergantung pada
motivasi peserta didik itu sendiri, karena peralatan dalam laboratorium, baik
yang “hardware” maupun “software”nya tergantung pada niat, kemampuan,
dan irama kerja dari peserta didik sendiri. Laboratorium di sini hanya berfungsi
sebagai media belajar-mengajar.
Karakteristik dari “Learning Aids Laborary” adalah :
a. Amat tergantung dari irama kerja mahasiswa.
b. Dapat membangkitkan minat dan perhatian mahasiswa.
c. Seperti kerja laboratorium yang lain peserta didik dapat menghubungkan
dan mengintegrasikan antara teori dan praktek.
d. Peralatan yang tersedia dalam laboratorium berfungsi sebagai media.

e. Modular Laborary
Yang disebut dengan “Modular Laborary (M-L)” adalah laboratorium, di
mana peserta didik, dosen atau orang lain dapat melakukan kegiatan praktek
(dalam arti belajar) dengan menggunakan modul-modul yang tersedia. Yang
dimaksud dengan modul adalah suatu unit yang berdiri sendiri dari rangkaian
suatu perencanaan yang berseri dalam kegiatan pelajaran yang direncanakan
untuk membantu mahasiswa dalam melaksanakan sesuatu hal yang tertentu
akan lebih obyektif. Sedangkan modul itu sendiri dimaksudkan sebagai suatu
paket kurikulum yang disediakan untuk dapat dipakai belajar sendiri.
Penggunaan modul sebagi metode belajar-mengajar yang bersifat inovatif
antara lain dimaksudkan untuk mengatasi jumlah kelas yang sulit diperhatikan
perbedaan-perbedaan individual dari peserta didik
Karakteristik “Modular Laborary” sebagai suatu belajar-mengajar antara
lain adalah :

24
a. Sistem modul memungkinkan peserta didik belajar berdasarkaan irama
kerja yang dimilikinya.
b. Menurut penguasaan (mastery learning) atas apa yang telah dipelajarinya
sebelum berpindah ke modul yang lebih lanjut.
c. Dibutuhkan balikan yang dapat menentukan apakah mahasiswa tersebut
sudah siap mempelajari modul berikutnya, yaitu berdasarkan hasil tes yang
telah ditempuhnya.
d. Tujuan khusus pembelajaran biasanya dirumuskan “behavioral”.
e. Terdapat “Criterion Referenced Testing” untuk menentukan kesiapan
peserta didik mengambil modul berikutnya.
f. Fungsi modul di sini adalah sebagai media dalam proses belajar-mengajar.

f. Integrated Laborary
“Integrated Laborary (IL)” adalah laboratorium yang terintegrasi
berusaha mengintegrasikan, menyatakan disiplin yang terpisah-pisah atau sub-
sub disiplin ke dalam satu paket belajar dengan media laboratorium yang
terintegrasikan. Misalnya laboratorium kimia, fisika, dan biologi apalagi
disatukan dalam satu paket maka merupakan integrasi dari disiplin ilmu kimia,
ilmu fisika, dan ilmu hayat. Yang dipersatukan mungkin pula dalah sub disiplin
ilmunya, misalnya kesatuan program laboratorium untuk kimia organik, kimia
anorganik, kimia analitis, dan kimia fisis.
Contoh lain, Ilmu Pengetahuan Sosial amat dekat hubungannya dengan
Pendidikan Moral Pancasila. Oleh karenaya demi pemakaian laboratorium
yang berdayaguna dan berhasilguna maka “Integrated Laborary” untuk kedua
disiplin atau bidang studi tersebut amat bermanfaat.
Karakteristik IL adalah sebagai berikut :
a. Terdapat tumpang tindih antar bidang studi (interdisciplinary overlap).
b. Terdapat tumpang tindih dalam satu bidang studi (intradisciplinary
overlap), misalnya laboratorium kimia yang dipakai untuk kimia organik,
biokimia, kimia analisis, kimia fisis, dan sebagainya.
c. Terdapatnya simulasi profesional (profesional simulation).

25
d. Pada karya dalam arti penuh dengan kerja karena didisain untuk
dipergunakan bekerja, belajar dalam berbagai bidang studi, disiplin atau
sub disiplin ilmu.

g. Project Work (Belajar dengan Bekerja)


Belajar dengan bekerja atau “Project Work” merupakan suatu
pengalaman belajar tersendiri, di mana peserta didik dihadapakan kepada
masalah-masalah konkrit yang harus dipecahkan. Proyek di sini diartikan
sebagai suatu unit praktek dari suatu kegiatan yang memiliki nilai pendidikan
untuk menuju kepada satu atau lebih tujuan konkrit dalam hal penyelidikan dan
pemecahan masalah yang sering dipakai dalam penggunaan materi fisik,
direncanakan untuk disempurnakan oleh peserta didik dan pendidik dalam
menuju suatu kehidupan nyata yang wajar.
Dalam laboratorium “Project Work”, peserta didik atas nasehat pendidik
memilih satu topik proyek. Atas dasar pilihan itu dipilih kepustakaan untuk
mendapatkan informasi. Informasi ini merupakan dasar penyusunan rencana
kerja untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan terlebih dahulu. Barulah
kemudian menyusul fase kerja lapangan, eksperimen dengan berbagai alat yang
tersedia atau bila perlu dibuat terlebih dahulu. Langkah-langkah yang
dilaksanakan dan masalah yang timbul serta hasil-hasil yang kerja ilmiah.
Selama proses berlangsung, pendidik memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk berkonsultasi mengenai masalah-masalah yang dihadapi.
Ada tiga tipe dalam “Project Work” , yakni (1) Proyek dipakai sebagai
sarana untuk mendapatkan keterampilan dan pengetahuan, (2) Proyek dipakai
sebagai alat untuk secara umum mengembangkan keterampilan dan sikap, dan
(3) Orientasi proyek di mana proyeknya sendiri merupakan penentu utama dari
isi pembelajaran.
Karakteristik daripada “Project Work” ini adalah :
a. Kemajuan peserta didik ditentukan oleh irama kerjanya.
b. Membutuhkan pembimbing.
c. Tumpang tindih antar bidang studi (interdisciplinary overlap).

26
d. Dapat pula terjadi tumpang tindih dalam satu bidang satu bidang
(intradisciplinary overlap).
e. “profesional simulation”
f. Orientasinya pada riset.
g. Topik dapat dipilih sendiri oleh mahasiswa.
h. Merupakan rencana untuk belajar yang di dalamnya terdapat pengalaman
belajar.
i. Biasanya dilaksanakan oleh mahasiswa dalam bentuk tim.

h. Participation in Research
Dalam model “Participation in Research (PIR)” mahasiswa ikut serta
dalam riset nyata yang sedang diadakan oleh fakultas atau lembaga lain,
misalnya Lembaga Penelitian, Lembaga Pengabdian pada masyarakat, dan
sebagainya. Riset yang sedang dilaksanakan itu merupakan laboratorium di
mana mahasiswa mendapatkan pengetahuan langsung, baik terori maupun
praktek dari pengalaman kerja dalam riset tersebut. Dalam riset inilah
mahasiswa mempelajari konsep yang dipadukan dalam praktek dalam
kehidupan yang nyata.
Karakteristik dari pada “Participation in Research” ini adalah :
a. Kemajuan mahasiswa yang sejalan dengan irama kerjanya.
b. Tersedia tutor.
c. Terjadi tumpang tindih dalam satu bidang studi (intradisciplinary overlap).
d. Simulasi profesional.
e. Orientasi riset.
f. Rencana kerja/aktivitas.
g. Biasanya dilaksanakan dalam bentuk tim.
h. Di samping macam-macam laboratorium yang didasarkan pada segi
pendekatan, macam-macam laboratorium dapat pula didasarkan pada
bidang studi atau kelompok bidang studi, yakni :
i. Laboratorium untuk bidang scince, misalnya laboratorium IPA,
laboratorium Matematika, dan sebagainya.

27
j. Laboratorium untuk bidang studi tertentu, misalnya laboratorium Bahasa,
laboratorium PMP, laboratorium IPS, dan sebagainya.
k. Untuk bidang keguruan, misalnya PSB merupakan laboratorium di mana
PSB dapat memberikan fasilitas yang ada untuk mempelajari bidang ini,
misalnya AVA untuk program pembelajaran mikro. Sekolah Latihan dapat
pula merupakan laboratorium keguruan, dan sebagainya.
l. Untuk bidang keterampilan, misalnya laboratorium Keterampilan PKK,
Laboratorium Keterampilan Jasa, laboratorium Keterampilan Kerajinan,
dan laboratorium Keterampilan Teknik.

Fungsi Laboratorium
Secara garis besar fungsi laboratorium adalah sebagai berikut :
a. Memberikan kelengkapan bagi pelajaran teori yang telah diterima
sehingga antara teori dan praktek bukan merupakan dua hal yang terpisah,
melainkan dua hal yang merupakan suatu kesatuan. Keduanya saling
mengkaji dan saling mencari dasar.
b. Memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi mahasiswa.
c. Memberikan dan memupuk keberanian untuk mencari hakekat kebenaran
ilmiah dari sesuatu obyek dalam lingkungan alam dan lingkungan sosial.
d. Menambah keterampilan dalam mempergunakan alat media yang tersedia
untuk mencari dan menentukan kebenaran.
e. Memupuk rasa ingin tahu mahasiswa sebagai modal sikap ilmiah
seseorang calon ilmuwan.
f. Memupuk dan membina rasa percaya diri sebagai keterampilan yang
diperoleh, penemuan yang didapat dalam proses kegiatan kerja di
laboratorium.
Uraian manfaat kegiatan laboratorium tersebut dapat dikaitkan dengan
beberapa contoh manfaatnya dalam bidang studi tertentu. Di bidang IPS, misalnya
manfaat dari kegiatan laboratorium antara lain adalah: (1) Menimbulkan gairah
dan mendorong untuk belajar IPS, karena kegiatan laboratorium tekanan diberikan
pada aktivitas peserta didik, (2) Lebih meragakan konsep-konsep dan proses

28
pembelajaran IPS, (3) Mendorong penggunaan proses belajar-mengajar IPS yang
bersifat multi media, (4) Membantu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
profesional guru IPS, (5)
Di bidang keterampilan, misalnya keterampilan teknik manfaat dari
kegiatan di laboratorium antara lain adalah (1) Melatih peserta didik agar terampil
dalam melakukan kegiatan praktek keterampilan teknik untuk berbagai sub bidang
keterampilan, (2) Merakit dan memasang alat/perlengkapan laboratorium
keterampilan teknik, (3) Melakukan aktivitas percobaan guna mengecek, uji coba,
dan meneliti alat-alat laboratorium keterampilan teknik, ketetapan-ketetapan serta
standardisasi yang telah dibuat, (3) Membentuk dan mendisain komponen-
komponen tertentu dalam berbagai keahlian dengan menggunakan fasilitas
laboratorium keterampilan teknik, (4) Melayani peserta didik dan masyarakat
dalam melakukan praktek kependidikan melalui alat-alat laboratorium
keterampilan teknik sebagai media, dan (5) Merawat dan memperbaiki
alat/perlengkapan laboratorium keterampilan teknik.
Berlainan dengan 2 bidang studi di atas, rupanya bekerja/belajar dalam
laboratorium bahasa tidak dimaksudkan untuk mengembangkan bahasa dilihat
dari segi kontek atau isi melainkan lebih merupakan kegiatan untuk meningkatkan
keterampilan berbahasa. Dalam pendidikan nilai-nilai (value education), seperti
halnya dengan PMP, dengan penghargaan terhadap waktu, mencari dan
mendapatkan mufakat/konsensus dapat disimulasikan dalam permainan peranan,
dimana “job sheet” yang tersedia dalam laboratorium dapat dipergunakan.
Fungsi tersebut di atas dapat terwujud dengan baik apabila dosen mampu
menggunakan dan mengelola, serta mengembangkan laboratorium dalam rangka
proses balajar-mengajar.
Untuk dapat menunjang efektivitas pembelajaran, maka beberapa hal
penting yang harus dimiliki oleh suatu laboratorium yang teroganisir secara baik,
ialah
a. Efisien dan Efektif
Pengaturan alat/perlengkapan adalah merupakan yang paling penting,
sehingga memungkinkan bagi pendidik dan para peserta didik untuk dapat

29
bekerja dengan hasil yang maksimal serta waktu, bahan, tenaga yang
minimal.
b. Sehat dan Aman
Cahaya/penerangan yang baik, serta ventilasi/hawa yang cukup, tidak
terlalu bising, dan dengan penataan alat/perlengkapan yang baik akan
menciptakan suasana yang sehat dan aman atau tidak membahayakan.
c. Memenuhi kebutuhan psikologis peserta didik yang berpraktek.
Misalnya dapat memberikan kesan teratur, aman, dan menyenangkan
kepada peserta didik yang melaksanakan praktek. Sehingga bekerja/belajar
di laboratorium adalah merupakan pekerjaan/pelajaran yang mengasyikan
kepada mahasiswa.
d. Dapat dikontrol dosen pengelola setiap saat.
Hal ini bahwa dosen pengelola harus dapat melihat ke segala jurusan, serta
dapat mengedar peralatan mana yang sedang dipakai/dioperasikan.
Sehingga dengan demikian dosen tersebut dapat menilai situasi atau
keadaan dengan cepat dan tepat.
e. Menjamin keselamatan alat dan peserta didik.
Keselamatan alat/perlengkapan serta instrumen dan bahan-abahn baku
harus diperhatikan penggunaan dan keselamatannya. Hal ini lebih penting
lagi ialah memperhatikan keselamatan dari peserta didik itu sendiri
sebagai pekerja di laboratorium.
f. Memberikan suasana pandangan yang menyenangkan.
Dengan penataan warna yang menarik akan menciptakan suasana
pandangan yang menyenangkan di laboratorium, misalnya : dinding yang
dicat dengan warna hijau muda, biru muda, coklat, muda, dan warna-
warna lembut lainnya akan memberikan suasana pandangan yang
menyenangkan.

Prinsip Perencanaan Penggunaan Laboratorium


Seperti telah dikemukakan bahwa laboratorium adalah merupakan sarana
untuk menjembatani teori dan praktek. Dengan bekerja/belajar di laboratorium,

30
mahasiswa dapat konsep-konsep yang didapat dalam teori. Oleh karena itu
perencanaan penggunaan laboratorium dalam program belajar-mengajar harus
mengingat dimensi-dimensi berikut (1) Jenis atau macam laboratorium yang
digunakan, (2) Siapa yang akan menggunakan laboratorium tersebut, (3) Waktu
yang tersedia, (4) Alat/perlengkapan yang ada, (5) Bidang studi, dan (6) Konten
dalam arti topik.
Perencanaan penggunaan laboratorium yang tersedia harus memperhatikan
hal-hal tersebut di atas. Setiap jenis laboratorium mempersyaratkan penggunaan
dengan cara yang tertentu. Siapa yang akan menggunakan ikut menentukan
rencana pemanfaatan laboratorium. Hal ini erat juga hubungannya dengan macam
dan sudut penggunaan laboratorium.
Mengenai dimensi waktu perlu diperhatikan, antara lain (1) Waktu yang
tersedia bagi pendidik;(2) Waktu yang tersedia bagi mahasiswa; dan (3) Waktu
yang tersedia bagi pendidik apabila kita berfikir bahwa “client” akhir dari LPTK
adalah sekolah dengan pendidik pamongnya. Alat/perlengkapan yang tersedia
dalam laboratorium dan bagaimana cara menggunakannya akan berbeda-beda.
Oleh karena itu akan turut menentukan rencana pemanfaatan laboratorium sebagai
media proses belajar-mengajar. Penggunaan “Overhead Projector” (OHP) akan
lain dengan “Project Film”, dan akan lain pula dengan “Slide Projector”. Cara
bekerja dalam laboratorium IPA lain pula dengan laboratorium Matematika,
karena alat/perlengkapan yang dipakai pun berbeda.
Dimensi lain yang perlu diperhitungkan dalam perencanaan pemanfaatan
laboratorium adalah bidang studi atau disiplin ilmu. Laboratorium IPA lain
dengan laboratorium Bahasa, laboratorium PPKn lain pula dengan laboratorium
Keterampilan Teknik, dan seterusnya. Konten dan topik yang hendak dipelajari
melalui laboratorium akan berbeda pelaksanannya. Setiap topik memiliki dan
menuntut karakteristik penanganan penggunaan laboratorium tersendiri.

Prosedur Penggunaan Laboratorium


Penggunaan di sini berarti bagaimana mendayagunakan laboratorium yang
ada, agar bermanfaat bagi proses belajar-mengajar. Ada pun langkah-langkah

31
pemanfaatan laboratorium untuk program pembelajaran akan berlainan bagi setiap
bidang studi. Namun paling tidak langkah-langkah dan hal-hal berikut secara
umum terdapat dalam penyusunan program. Langkah-langkah atau hal-hal
tersebut adalah :
a. Analisis kurikulum secara keseluruhan, baik Mata kuliah, deskripsi mata
kuliah, pokok bahasan, dan sub pokok bahasanya.
b. Penentuan pokok bahasan.
c. Penentuan bobot taksonomik dari pokok bahasan.
d. Penentuan Standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan tujuan
pembelajaran
e. Pengembangan materi dari pokok bahasan.
f. Pengembangan disain pembelajaran.
g. Penetapan apakah seluruh bagian, satu atau dua bagian dari materi pokok
bahasan yang memerlukan laboratorium.
h. Alat/perlengkapan apakah yang akan dipergunakan dan harus disediakan.
i. Penetapan langkah-langkah dalam pembelajaran dengan memakai
laboratorium.
Fasilitas lain yang tersedia dalam masyarakat, Production House (PH),
Balai Produksi Media Televisi (BPMTV), bengkel kerja, lembaga-lembaga
kemasyarakatan, seperti Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), pasar,
bahkan masyarakat sendiri merupakan laboratorium; misalnya bagi IPS dan PPKn
yang tak ada habis-habisnya. Urutan langkah dalam penyusunan program
pembelajaran seperti tersebut di atas masih dapat dipakai dalam mempergunakan
fasilitas lain dalam program pembelajaran.

2.3 Performansi
Performansi atau Kinerja peserta didik merupakan salah satu hal yang
dinilai dalam kegiatan belajar mengajar oleh pendidik. Kinerja peserta didik
terdiri dari pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimilikinya. Peserta didik
harus memiliki bekal pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk bersaing di era
globalisasi ini. Pada perkembangan IPTEK yang sangat pesat kini, setiap individu

32
dituntut mampu mengikuti perkembangan IPTEK tersebut. Dengan memiliki
modal pengetahuan, sikap dan keterampilan yang baik, maka peserta didik mampu
bersaing. Untuk mengetahui apakah peserta didik telah memiliki ketiga
kemampuan tersebut dengan baik, maka dilakukanlah penilaian performansi.

Menurut Muslim Ibrahim (2002:09), penilaian performance adalah suatu


cara mengajar dan belajar yang melibatkan sekaligus proses dan produk pendidik
sama halnya dengan peserta didik, terlibat di dalam aktivitas, dan sebagai hasilnya
adalah perbuatan atau tindakan dan atau produk secara seimbang. Penilaian
kinerja (Performance assessment) secara sederhana dapat dinyatakan sebagai
penilaian terhadap kemampuan dan sikap siswa yang ditunjukkan melalui suatu
perbuatan. Menurut para ahli penilaian kinerja merupakan penilaian terhadap
perolehan, penerapan pengetahuan dan keterampilan yang menunjukkan
kemampuan siswa dalam proses maupun produk. Penilaian tersebut mengacu pada
standar tertentu. Terdapat istilah lainnya yang berkaitan dengan penilaian kinerja
yaitu penilaian alternatif (alternative assessment) dan penilaian otentik (authentic
assessment). Beberapa ahli (Marzano, 1994; Popham, 1995; Bookhart, 2001)
menyatakan bahwa istilah penilaian otentik kadang-kadang digunakan untuk
menjelaskan penilaian kinerja karena tugas-tugas asesmennya yang lebih dekat
dengan kehidupan nyata.

Istilah penilaian alternatif digunakan untuk penilaian kinerja karena


merupakan alternatif untuk penilaian tradisional-paper and pencil test (tes tertulis
obyektif). Standar diperlukan dalam penilaian kinerja untuk mengidentifikasi
secara jelas apa yang seharusnya siswa ketahui dan apa yang seharusnya siswa
dapat lakukan. Standar tersebut dikenal dengan istilah rubrik. Rubrik dapat
dinyatakan sebagai panduan pemberian skor yang menunjukkan sejumlah kriteria
performance pada proses atau hasil yang diharapkan. Rubrik terdiri atas gradasi
mutu kinerja siswa mulai dari kinerja yang paling buruk hingga kinerja yang
paling baik disertai dengan skor untuk setiap gradasi mutu tersebut. Dengan
mengacu pada rubrik inilah guru memberikan nilai terhadap kinerja siswa. Selain
dari rubrik, penilaian kinerja terdiri atas komponen lainnya yaitu task(tugas-

33
tugas). Task merupakan perangkat tugas yang menuntut siswa untuk menunjukkan
suatu performance (kinerja) tertentu.

Penilaian kinerja dapat menilai proses dan produk pembelajaran. Pada


pembelajaran sejarah indonesia, penilaian kinerja lebih menekankan proses
apabila dibandingkan dengan hasil. Penilaian proses secara langsung tentu lebih
baik karena dapat memantau kemampuan siswa secara otentik. Namun seringkali
penilaian proses secara langsung tersebut tidak dimungkinkan karena pengerjaan
tugas peserta didik memerlukan waktu lama sehingga siswa harus
mengerjakannya diluar jam pelajaran sekolah. Untuk mengatasi hal tersebut,
penilaian terhadap proses dan usaha peserta didik dapat dilakukan terhadap
produk. Misalnya untuk menilai kemampuan peserta didik dalam membuat
diorama, maka pendidik dapat melihat hasil /produk diorama peserta didik.
Melalui produk tersebut dapat dilihat kemampuan peserta didik dalam melakukan
tahapan pembuatan diorama dan usahanya. Usaha dan kemajuan belajar
mendapatkan penghargaan dalam penilaian kinerja. Hal tersebut menyebabkan
penilaian kinerja memiliki keunggulan untuk pembelajaran Sejarah Indonesia bila
dibandingkan dengan tes tradisional yang berorientasi pada pencapaian hasil
belajar.

Penilaian kinerja memiliki kekuatan apabila dibandingkan dengan


penilaian tradisional. Kekuatan tersebut dapat dirangkum sebagai berikut:
1) peserta didik dapat mendemonstrasikan suatu proses;
2) proses yang didemonstrasikan dapat diobservasi langsung;
3) menyediakan evaluasi lebih lengkap dan alamiah untuk beberapa
macam penalaran, kemampuan lisan, dan keterampilan-keterampilan
fisik;
4) adanya kesepakatan antara pendidik dan peserta didik tentang kriteria
penilaian dan tugas-tugas yang akan dikerjakan;
5) menilai hasil pembelajaran dan keterampilan-keterampilan yang
kompleks;
6) memberi motivasi yang besar bagi peserta didik; serta

34
7) mendorong aplikasi pembelajaran pada situasi kehidupan yang nyata.
Selain memiliki kekuatan, penilaian kinerja memiliki juga beberapa
keterbatasan yaitu;
1) sangat menuntut waktu dan usaha;
2) pertimbangan (judgement) dan penskoran sifatnya lebih subyektif;
3) lebih membebani pendidik; dan
4) mempunyai reliabilitas yang cenderung rendah.
Meskipun penilaian kinerja memiliki keterbatasan, penilaian kinerja tetap
perlu dilaksanakan pada pembelajaran biologi untuk mengatasi kelemahan darites
dalam menilai peserta didik.

Penyusunan Perangkat Penilaian


Perangkat penilaian kinerja sebaiknya dikembangkan melalui uji coba
dalam pembelajaran. Pendidik Sejarah Indonesia dapat menguji dan
mengembangkan task (tugas) dan rubric penilaian kinerja agar cocok dengan
kondisi di kelasnya serta sesuai dengan kemampuan siswa. Ujicoba dapat
dilakukan sambil guru mengajar di kelas. Hasil uji coba tersebut dapat dijadikan
sebagai dasar perbaikan perangkat penilaian kinerja agar menjadi lebih feasible
(dapat dikerjakan), lengkap dan aman dilakukan.
Beberapa pedoman untuk memeriksa kualitas perangkat penilaian kinerja
dapat dikemukakan sebagai berikut:
1) esensial dan valid (dihubungkan dengan standar dan tujuan utama
kurikulum);
2) otentik (problem dan proses mendekati atau sesuai dunia nyata);
3) integratif (menuntut integrasi pengetahuan, konsep, sikap dan kebiasaan
berpikir);
4) pengukuran bersifat open ended(merangsang munculnya pertanyaan-
pertanyaan sepanjang pengerjaan tugas);
5) problem menarik bagi siswa dan memerlukan ketekunan;
6) mendorong siswa menjadi pemikir yang divergen dan bijaksana;
7) feasible aktivitas aman bagi siswa dan dapat dikerjakan;

35
8) penilaian mengikuti keragaman gaya belajar siswa;
9) penggunaan kelompok kerja dapat merangsang proses berpikir
individual;
10) akuntabilitas individual (meskipun digunakan kelompok kerja, kinerja
individual harus mudah diobservasi);
11) terdapat sejumlah definisi (bila diperlukan) dan petunjuk yang jelas;
12) pengalaman siswa menjadi umpan balik untuk siklus perbaikan;
13)siswa memiliki beberapa format pilihan/ cara untuk mempresentasikan
produk akhir;
14) kriteria kualitas jelas bagi siswa sejak awal kegiatan;
15) panduan penskoran harus mudah digunakan.

Metode-metode yang dapat digunakan untuk penilaian kinerja antara lain:


1) observasi; 2) interviu; 3) portofolio; 4) penilaian essay; 5) ujian praktek
(practical examination); 6) paper; 7) penilaian proyek; 8) kuesioner; 9)daftar cek
(checklist); 10) penilaian oleh teman (peer rating); 11) penilaian diskusi; dan 13)
penilaian jurnal kerja ilmiah siswa.
Langkah-langkah utama yang perlu ditempuh ketika menyusun penilaian
kinerja yaitu:
1) menentukan indicator kinerja yangakan dicapai siswa;
2) memilih fokus asesmen (menilai proses/prosedur, produk, atau
keduanya);
3) memilih tingkatan realisme yang sesuai (menentukan seberapa besar
tingkat keterkaitannya dengan kehidupan nyata);
4) memilih metode observasi, pencatatan dan penskoran;
5) mengujicoba taskdan rubrik pada pembelajaran; serta
6) memperbaiki task dan rubrik berdasarkan hasil ujicoba untuk digunakan
pada pembelajaran berikutnya.

Berikut ini akan disajikan contoh rubrik penilaian dan format penilaian
kinerja atau performansi peserta didik.

36
2.1 Rubrik Penilaian Produk

Format Penilaian Produk Silsilah Kerajaan Singosari

Aspek yang dinilai Nilai Nilai


Kualitatif Kuantitatif

Ketepatan silsilah

Keakuratan nama-nama anggota kerajaan

Pemberian warna

Ketepatan penggunaan garis dan tanda


penghubung silsilah

Keterangan silsilah lengkap

Kerapian

Jumlah Nilai

2.2 Format Penilaian Produk Laporan penelitian

Aspek Nilai Nilai Deskripsi


yang Kualitati Kuantita
dinilai f tif

1 Pengantar Menunjukkan dengan tepat isi


laporan penelitian

2 Isi Kesesuaian antara judul dengan isi


dan materi. Menguraikan hasil
penelitian dengan tepat. Hal-hal
yang ditemukan dalam penelitian

3 Penutup Memberikan kesimpulan hasil


penelitian

4 Struktur/lo Penggambaran dengan jelas metode


gika yang dipakai dalam penelitian
penulisan

37
5 Orisinalita penelitian merupakan hasil sendiri
s
karangan

6 Penyajian, Bahasa yang digunakan sesuai EYD


bahasan dan komunikatif
dan
bahasa

Jumlah
skor

Skor yang dicapai Kriteria Penilaian : Sangat baik=4;


Baik= 3 Cukup=2 Kurang=1
Nilai Akhir=--------------------------- x
100=.

24

2.3 Rubrik Penilaian Proses

Contoh Pedoman Observasi Diskusi

Nama peserta didik: ________ Kelas: _____

No. Aspek Yang Dinilai Baik/ Cukup baik/ Kurang baik /


cukup aktif kurang aktif
aktif
(2) (1)
(3)

1. Kemampuan mengemukakan pendapat

2. Kemampuan bertanya
3. Kemampuan mempertahankan pendapat

4. Penguasaan Substansi materi

5. Keaktifan bertanya

6. Keaktifan mengemukakan pendapat

Skor yang dicapai ..

skor total/jumlah skor=18

Keterangan :

38
Baik mendapat skor =3

Cukup mendapat skor =2

Kurang baik mendapat skor =1

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
Nilai akhir = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟
x 100

Bahwasanya penilaian performansi atau kinerja peserta didik dapat


membantu pendidik dalam mengetahui apakah peserta didik telah memiliki
kompetensi yang diharapkan dan mampu mengaplikasikannya secara nyata pada
saat mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh pendidik. Penilaian performansi
merupakan indikator untuk mengetahui kinerja peserta didik berupa tingkat
pengetahuan, sikap dan keterampilan.

2.4 Hasil Belajar


Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana
Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas
mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono
(2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi
tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi pendidik, tindak mengajar diakhiri
dengan proses evaluasi hasil belajar.
Dari sisi peserta didik, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari
puncak proses belajar. Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27)
menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:
a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah
dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan
fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.
b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang
hal yang dipelajari.

39
c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk
menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan
prinsip.
d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-
bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.
e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya
kemampuan menyusun suatu program.
f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa
hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil
ulangan.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan
evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan
menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif
IPS yang mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan
penerapan (C3). Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa
pada aspek kognitif adalah tes.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di
kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri.
Sugihartono, dkk. (2007: 76- 77), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar, sebagai berikut:
a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis.
b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal
meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

40
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar di atas, peneliti
menggunakan faktor eksternal berupa penggunaan metode pembelajaran Children
Learning In Science berbasis Laboratory Work. Pelaksanaan metode pembelajaran
CLIS ini mengharuskan keterlibatan peserta didik secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran Sejarah Indonesia.

2.5 Metode Pembelajaran CLIS untuk meningkatkan performansi

Kurikulum 2013 (K-13) adalah kurikulum yang berlaku dalam Sistem


Pendidikan Indonesia. Kurikulum ini merupakan kurikulum tetap diterapkan oleh
pemerintah untuk menggantikan Kurikulum-2006 (yang sering disebut sebagai
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang telah berlaku selama kurang lebih 6
tahun. Kurikulum 2013 masuk dalam masa percobaanya pada tahun 2013 dengan
menjadikan beberapa sekolah menjadi sekolah rintisan. Kurikulum 2013 memiliki
empat aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, aspek sikap,
dan perilaku.Selain itu, pada Kurikulum 2013, pendekatan yang digunakan yaitu
Pnedekatan Saintifk. Kreativitas pendidik mutlak diperlukan agar dapat
merencanakan kegiatan peserta didik yang sangat bervariasi. Pada hakikatnya
dapat disimpulkan bahwa proses belajar peserta didik adalah segala kegiatan yang
dilaksanakan peserta didik mulai dari pelajaran dimulai sampai pelajaran diakhiri.
Performansi atau Kinerja peserta didik merupakan salah satu hal yang
dinilai dalam kegiatan belajar mengajar oleh pendidik. Kinerja peserta didik
terdiri dari pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimilikinya. Peserta didik
harus memiliki bekal pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk bersaing di era
globalisasi ini. Pada perkembangan IPTEK yang sangat pesat kini, setiap individu
dituntut mampu mengikuti perkembangan IPTEK tersebut. Dengan memiliki
modal pengetahuan, sikap dan keterampilan yang baik, maka peserta didik mampu
bersaing.
Berdasarkan beberapa penjelasan mengenai metode pembelajaran Children
Learning In Science untuk meningkatkan performansi menurut peneliti dirasa
sesuai guna meningkatkan performansi peserta didik. Hal tersebut dikarenakan

41
Model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) adalah kerangka
berpikir untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya kegiatan
belajar mengajar yang melibatkan siswa dalam kegiatan pengamatan dan
percobaan dengan menggunakan LKS. Dan diharapkan peserta didik mampu
meningkatkan performansinya dengan diterapkannya pembelajaran berdasarkan
pengalaman nyata.
Selain itu, kegiatan diluar kelas mampu menghilangkan rasa jenuh yang
biasa dialami peserta didik. Dengan melakukan kegiatan pembelajaran yang
berbeda dan menarik, motivasi belajar dalam diri peserta didik pasti mengalami
peningkatan. Jika motivasi belajar tinggi, maka untuk menerima materi atau
pengetahuan pasti lebih mudah dan mampu meningkatkan hasil belajar peserta
didik.

2.5 Laboratory Work untuk meningkatkan Performansi


Laboratorium ialah tempat untuk melatih peserta didik dalam hal
keterampilan melakukan praktek, demonstrasi, percobaan, penelitian, dan
pengembangan ilmu pengetahuan. Laboratorium yang dimaksud di sini tidak
hanya berarti ruangan atau bangunan yang dipergunakan untuk percobaan ilmiah,
misalnya dalam bidang sains (science), biologi, kimia, fisika, teknik, dan
sebagainya; melainkan juga termasuk tempat aktivitas ilmiahnya sendiri baik
berupa percobaan/eksperimen, penelitian/riset, observasi, demontrasi yang terkait
dalam kegiatan belajar-mengajar. Dengan kata lain “laborary work” adalah
kegiatan (kerja) ilmiah dalam suatu tempat yang dilakukan oleh mahasiswa atau
guru/dosen atau pihak lain, baik berupa praktikum, observasi, penelitian,
demonstrasi dan pengembangan model-model pembelajaran yang dilakukan
dalam rangka kegiatan belajar-mengajar.
Performansi atau Kinerja peserta didik merupakan salah satu hal yang
dinilai dalam kegiatan belajar mengajar oleh pendidik. Kinerja peserta didik
terdiri dari pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimilikinya. Peserta didik

42
harus memiliki bekal pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk bersaing di era
globalisasi ini. Pada perkembangan IPTEK yang sangat pesat kini, setiap individu
dituntut mampu mengikuti perkembangan IPTEK tersebut. Dengan memiliki
modal pengetahuan, sikap dan keterampilan yang baik, maka peserta didik mampu
bersaing.
Laboratory Work sangat cocok jika digunakan utnuk meningkatkan
performansi peserta didik. Hal ini dikarenakan peserta didik terbantu untuk
memiliki pengalaman nyata agar lebih mudah memahami materi pelajaran. Seperti
yang kita ketahui selama ini, kesulitan dalam mempelajari Sejarah Indonesia yaitu
peserta didik tidak mampu melakukan pengalaman nyata. Mereka cenderung
diberikan metode ceramah ataupun hanya sekedar membaca buku teks dan
merangkai sendiri konsep pengetahuan yang telah dimiliki. Namun setiap
manusia, dalam mengkonsep sebuah informasi berbeda-beda. Jika tidak
diarahkan, akan menyebabkan terjadi salah konsep yang akan tersimpan dalam
waktu lama.
2.6 Metode Pembelajaran CLIS berbasis Laboratory Work untuk
meningkatkan performansi

Berdasarkan beberapa penjelasan mengenai metode pembelajaran Children


Learning In Science untuk meningkatkan performansi menurut peneliti dirasa
sesuai guna meningkatkan performansi peserta didik. Hal tersebut dikarenakan
Model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) adalah kerangka
berpikir untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya kegiatan
belajar mengajar yang melibatkan siswa dalam kegiatan pengamatan dan
percobaan dengan menggunakan LKS. Dan dibantu dengan Laboratory Work
diharapkan peserta didik mampu meningkatkan performansinya dengan
diterapkannya pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata yang dilakukan
selama di laboratorium IPS.
Peserta didik dapat melakukan observasi langsung dan melatih
pengetahuan, sikap dan keterampilannya. Untuk melatih pengetahuan, peserta
didik dapat menyaksikan foto ataupun video dokumenter mengenai materi yang

43
sedang dipelajari. Dalam melatih sikap dan keterampilan, dengan kegiatann
pembuatan diorama misalnya. Peserta didik dapat melatih sikap saling kerjasama
dan keterampilan membuat diorama sejarah.
Sehingga metode pembelajaran CLIS berbasis Laboratory Work dapat
digunakan untuk meningkatkan performansi peserta didik kelas X SMAN 5
Jember.

2.7 Metode Pembelajaran CLIS untuk meningkatkan hasil be;ajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana


Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar peserta didik pada hakikatnya
adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih
luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono
(2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi
tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi pendidik, tindak mengajar diakhiri
dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi peserta didik, hasil belajar
merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.
Untuk meningkatkan hasil belajar, diperlukan metode pembelajaran yang
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam Kurikulum 2013, diharapkan
peserta didik mampu memiliki tiga kompetensi dasar, yaitu Pengetahuan, Sikap
dan Keterampilan. Peneliti mencoba menerapakn metode CLIS untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik. Dikarenakan peserta didik dapat
mengalami pengalaman nyata. Jika peserta didik mampu memahami dan
mengkonsep materi dengan baik. Maka hasil belajar peserta didik akan
meningkatkan. Dan dianggap berhasil penelitian tersebut.

2.8 Laboratory Work Untuk Meningkatkan Hasil Belajar


Laboratorium ialah tempat untuk melatih peserta didik dalam hal
keterampilan melakukan praktek, demonstrasi, percobaan, penelitian, dan
pengembangan ilmu pengetahuan. Laboratorium yang dimaksud di sini tidak
hanya berarti ruangan atau bangunan yang dipergunakan untuk percobaan ilmiah,

44
misalnya dalam bidang sains (science), biologi, kimia, fisika, teknik, dan
sebagainya; melainkan juga termasuk tempat aktivitas ilmiahnya sendiri baik
berupa percobaan/eksperimen, penelitian/riset, observasi, demontrasi yang terkait
dalam kegiatan belajar-mengajar. Dengan kata lain “laborary work” adalah
kegiatan (kerja) ilmiah dalam suatu tempat yang dilakukan oleh mahasiswa atau
guru/dosen atau pihak lain, baik berupa praktikum, observasi, penelitian,
demonstrasi dan pengembangan model-model pembelajaran yang dilakukan
dalam rangka kegiatan belajar-mengajar.
Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di
kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri.
Sugihartono, dkk. (2007: 76- 77), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar, sebagai berikut:
a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis.
b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal
meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar di atas, peneliti
menggunakan faktor eksternal berupa penggunaan Laboratory Work untuk
mendukung metode pembelajaran CLIS guna meningkatkan hasil belajar.
Dikarenakan ketidakberhasilan mata pelajaran Sejarah Indonesia, karena peserta
didik tidak mengalami pengalaman nyata dan mendapatkan gambaran konsep
materi sejarah dengan benar. Jika hanya melakukan ceramah atau mengerjakan
soal, tidak akan mampu membantu peserta didik mengkonsep ilmu yang telah
didapat agar tersimpan lama. Inovasi penggunaan laboratorium sejarah bisa
menjadi solusi dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas X SMAN 5
Jember.

45
BAB 3. METODE PENELITIAN

Pada Bab ini akan dijelaskan hal-hal yang berkaitan dengan metode
penelitian, meliputi: (1) tempat penelitian; (2) subyek penelitian; (3)definisi
operasional; (4)jenis dan pendkatan penelitian; (5) desain penelitian; (6) metode
pengumpulan data; (7) analisis data; dan (8) indicator keberhasilan.

3.1 Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 5 Jember yang beralamat di Jalan
Semangka 4, Patrang, Baratan. Adapun beberapa pertimbangan dilaksanakannya
penelitian di SMA Negeri 5 Jember, antara lain sebagai berikut;
1) Kesediaan dari kepala sekolah dan pendidik bidang studi Sejarah
Indonesia kelas X SMA Negeri 5 Jember untuk dijadikan tempat
penelitian;
2) SMA Negeri 5 Jember memiliki sarana dan prasarana yang memadai
untuk mendukung penelitian ini, seperti tersedianya laboratorium IPS;

46
3) Di SMA Negeri 5 Jember belum pernah ada penelitian dengan judul di
atas ataupun sejenisnya;
4) Karakteristik sekolah, pendidik dan peserta didik telah teridentifikasi
dengan baik;
5) Upaya peningkatan performansi dan hasil belajar peserta didik SMA
Negeri 5 Jember.

3.2 Subyek Penelitian


Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas X SMAN 5 Jember tahun
pelajaran 2016-2017. Dengan jumlah 40 peserta didik, yang terdiri dari 21 laki-
laki dan 19 Perempuan. Pemilihan kelas dilakukan setelah observasi dilaksanakan,
bahwasanya kemampuan performansi dan hasil belajar peserta didik kelas X
masih dirasa kurang serta hasil belajar peserta didik yang relative masih rendah.
Hal tersebut bisa juga terjadi dikarenakan peserta didik masih melakukan
penyesuaian dengan kondisi suasana SMA yang berbeda dengan SMP.
Performansi dan hasil belajar peserta didik selama kegiatan pembelajaran
berlangsung berbeda-beda, dalm kegiatan dikelas hanya didominasi oleh beberapa
peserta didik yang aktif dan telah menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah
saja. Masih banyak peserta didik yang kurang percaya diri, tidak begitu paham
dengan materi pelajaran, kurang mampu menerapkan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang telah didapatkan saat masih menjadi peserta didik SMP.
Berdasarkan observasi tersebut, maka peserta didik kelas X SMAN 5 Jember
dapat dijadikan sebagai subyek penelitian.

3.3. Definisi Operasional


Definisi operasional diberikan agar tidak terjadi kesalahan dalam
menafsirkan judul dalam penelitian ini.
a) Model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS)
Model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) adalah
kerangka berpikir untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya
kegiatan belajar mengajar yang melibatkan siswa dalam kegiatan pengamatan dan

47
percobaan dengan menggunakan LKS. Model pembelajaran CLIS bertujuan
membentuk pengetahuan (konsep) ke dalam memori siswa agar konsep tersebut
dapat bertahan lama, karena model pembelajaran CLIS memuat sederetan tahap-
tahap kegiatan siswa dalam mempelajari konsep yang diajarkan
(areknerut.wordpress.com, 2012).
Metode Children Learning In Science atau CLIS merupakan metode
pembelajaran yang akan diterapkan oleh peneliti guna meningkatkan performansi
dan hasil belajar peserta didik kelas X SMAN 5 Jember.

b) Media Laboratory Work


Laboratorium ialah tempat untuk melatih peserta didik dalam hal
keterampilan melakukan praktek, demonstrasi, percobaan, penelitian, dan
pengembangan ilmu pengetahuan. Laboratorium yang dimaksud di sini tidak
hanya berarti ruangan atau bangunan yang dipergunakan untuk percobaan ilmiah,
misalnya dalam bidang sains (science), biologi, kimia, fisika, teknik, dan
sebagainya; melainkan juga termasuk tempat aktivitas ilmiahnya sendiri baik
berupa percobaan/eksperimen, penelitian/riset, observasi, demontrasi yang terkait
dalam kegiatan belajar-mengajar. Dengan kata lain “laborary work” adalah
kegiatan (kerja) ilmiah dalam suatu tempat yang dilakukan oleh mahasiswa atau
guru/dosen atau pihak lain, baik berupa praktikum, observasi, penelitian,
demonstrasi dan pengembangan model-model pembelajaran yang dilakukan
dalam rangka kegiatan belajar-mengajar.
Jadi pengertian laboratorium tidak hanya termasuk di dalamnya gedung atau
ruang dan peralatannya, seperti misalnya laboratorium kimia, fisika, teknik, dan
sebagainya. Akan tetapi pengertian laboratorium termasuk juga sekolah/kelas dan
bahkan masyarakat sendiri. Lembaga kemasyarakatan, alam sekitar juga
merupakan laboratorium. Ia merupakan sumber belajar dan media dalam proses
belajar-mengajar yang tidak akan habis.
Penggunaan laboratorium IPS dalam penelitian ini merupakan media yang
digunakan untuk mendukung penerapan metode pembelajaran Children Learning

48
In Science atau CLIS yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan performansi
dan hasil belajar peserta didik kelas X SMAN 5 Jember.
c) Performansi
Performansi atau Kinerja peserta didik merupakan salah satu hal yang
dinilai dalam kegiatan belajar mengajar oleh pendidik. Kinerja peserta didik
terdiri dari pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimilikinya. Peserta didik
harus memiliki bekal pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk bersaing di era
globalisasi ini. Penilaian performance adalah suatu cara mengajar dan belajar yang
melibatkan sekaligus proses dan produk pendidik sama halnya dengan peserta
didik, terlibat di dalam aktivitas, dan sebagai hasilnya adalah perbuatan atau
tindakan dan atau produk secara seimbang. Penilaian kinerja (Performance
assessment) secara sederhana dapat dinyatakan sebagai penilaian terhadap
kemampuan dan sikap siswa yang ditunjukkan melalui suatu perbuatan.
Penilaian performansi peserta didik dilakukan untuk mengetahui apakah
penerapan metode pembelajaran Children Learning In Science berbasis
Laboratory Work dapat meningkatkan performansi peserta didik kelas X SMAN 5
Jember tahun ajaran 2016/2017.

d) Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan prestasi belajar yang dicapai peserta didik dalam
proses kegiatan pembelajaran dengan membawa suatu perubahan dan
pembentukan tingkah laku seseorang. Hasil belajar yang akan dinilai dalam
penelitian ini adalah ranah kognitif menganalisis (C4), dan sintesa (C5). Hasil
belajar dari penelitian ini dari sisi pendidik, pembelajaran diakhiri dengan proses
evaluasi hasil belajar. Aspek afektif disini dinilai, karena merupakan proses
pembelajaran. Sebab dalam penilaian performansi proses atau sikap dan
keterampilan peserta didik dalam mengerjakan tugas laboratoriumnya termasuk
dalam penilaian agar tercapainya tujuan pembelajaran dari kurikulum 2013.
Bahwasanya aspek yang harus dimiliki oleh peserta didik yaitu Pengetahuan,
Sikap dan Keterampilan. Aspek psikomotor yang diukur adalah membuat karya
tulis sejarah yang sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan.

49
Hasil belajar peserta didik menggunakan metode pembelajaran CLIS
berbasis Laboratory Work yang diukur melalui tes tertulis dan penilaian produk
yang dibuat oleh peneliti bersama pendidik, Tes dilakukan setelah kegiatan
pembelajaran selesai. Aspek psikomotor yang diukur adalah membuat karya tulis
sejarah ataupun produk sejarah yang telah diciptakan oleh peserta didik. Penilaian
ini dilakukan berdasarkan 3 siklus pelaksanaan yaitu siklus prtama, Siklus kedua,
dan siklus ketiga.

3.4 Jenis dan Pendekatan Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian
tindakan kelas merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan dengan mencermati
dan menganalisis sebuah kegiatan pembelajaran dan akan memberikan suatu
tindakan yang secara sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas dengan bertujuan
untuk memecahkan masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas
tersebut. Penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilakukan di kelas
dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran (Kunandar,
2010:44). Dalam hal ini arti kelas tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi
dalam pengertian yang lebih spesifik yaitu kelas adalah sekelompok siswa yang
dalam waktu yang sama dari guru yang sama pula. Dalam penelitian ini teori
tindakan yang digunakan adalah teori tindakan model Hopkins (Arikunto, 2006:
16).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Pendekatan kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,
dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber
data dilakukan secara purpovisme dan snowball, teknis pengumpulan data
triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono,
2014: 15).
Pendekatan kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada
sifat positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,

50
teknis pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,
pengumpulan data menggunakan instrument penelitian analisis data bersifat
kuantitatif/statistic dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditentetapkan (Sugiyono, 2014:16).
Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan penerapan metode
pembelajaran Children Learning In Science berbasis Laboratory work untuk
meningkatkan performansi dan hasil belajar peserta didik. Sedangkan pendekatan
kuantitatif digunakan untuk mengnalisis apakah ada perubahan signifikasi
terhadap performansi dan hasil belajar peserta didik setelah diterapkannya metode
pembelajaran Children Learning In Science berbasis Laboratory work, yang mana
penekanan dalam penelitian ini adalah performansi dan hasil belajar peserta didik.

3.5 Desain Penelitian


Peneliti akan menggunakan desain penelitian dengan model skema Hopkins
yang berbentuk spiral. Tahap-tahap dalam satu siklus penelitian meliputi
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Berikut merupakan gambar dari
keempat tahapan penelitian sesuai dengan model skema Hopkins
Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas Model Hopkins

51
Berdasarkan gambar model di atas, hal pertama yang akan dilakukan dalam
penelitian ini yaitu merencanakan atau membuat rancangan penelitian hal apa saja
yang akan dilakukan oleh peneliti; kemudian melakukan tindakan berupa
observasi lapangan maupun data, dalam rangka mengumpulkan data yang
dibutuhkan peneliti; kemudian hal terakhir yang dilakukan yaitu refleksi.
Penelitian ini dirancang dalam tiga siklus. Pelaksanaan siklus pertama, kedua, dan
ketiga terdiri dari tiga kali tatap muka. Setiap siklus terdapat empat fase, yaitu:
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Jika pada saat siklus pertama
belum Nampak menunjukkan peningkatan keterampilan performansi dan hasil
belajar pada peserta didik maka dilanjutkan pada siklus kedua. Pada siklus kedua
ini, lebih memperhatikan hasil refleksi dari siklus pertama sehingga dapat
memperbaiki hal apa saja yang kurang dalam perangkat pembelajaran yang
digunakan pada saat siklus pertama. Apabila pada siklus kedua sudah
menunjukkan peningkatan performansi dan hasil belajar peserta didik, maka

52
dilanjutkan siklus ketiga sebagai pemantapan untuk meyakinkan dan menstabilkan
yang terjadi dan pada siklus ini, kemudian penelitian dapat dihentikan.

3.5.1 Tindakan Pendahuluan


Tindakan pendahuluan merupakan langkah awal sebelum siklus
dilaksanakan. Tujuan dari tindakan pendahuluan yaitu untuk mengetahui
kondisi belajar peserta didik agar hasil yang diperoleh sesuai dengan harapan.
Namun sebelum melakukan observasi, peneliti telah memiliki rancangan
penelitian. Agar tidak kesulitan saat melakukan obsevasi. Kegiatan awal
penelitian ini antara lain sebagai berikut:
a) meminta ijin kepada Kepala SMAN 5 Jember dan pendidik bidang studi
Sejarah Indonesia khususnya kelas X untuk melaksanakan penelitian
tindakan kelas;
b) melakukan observasi saat kegiatan pembelajaran Sejarah Indonesia
berlangsung untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran dan aktivitas
peserta didik;
c) wawancara dengan pendidik mata pelajaran Sejarah Indonesia kelas X
mengenai kegiatan pembelajaran di kelas serta untuk mengamati kendala
apa saja tentang peserta didik dalam proses pembelajaran Sejarah
Indonesia;
d) wawancara dengan peserta didik kelas X;
e) menentukan jadwal penelitian selanjutnya.

3.5.2 Pelaksanaan Siklus I


Tahap-tahap pelaksanakan pada siklus I, II, dan III dalam penelitian ini
berdasarkan pada model skema Hopkins yang terdiri dari 4 fase yaitu:
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Adapun langkah-langkah yang
dilakukan pada siklus I yaitu sebagai berikut.
a. perencanaan
Pada tahap perencanaan ini kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan
meliputi.

53
1) Menyusun rencana perbaikan pembelajaran (RPP) sejarah dengan
menggunakan Metode Pembelajaran Children Learning In Science
berbasis Laboratory work terkait materi Jaman Pra Sejarah ataupun
materi sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dikonsultasikan
dengan pendidik;
2) Membuat daftar kelompok secara heterogen, setiap kelompok terdiri
dari 5 peserta didik;
3) Menyususn lembar kerja peserta didik (LKPD) terkait materi Jaman
Pra Sejarah maupun materi sekitar proklamsi kemerdekaan Indonesia
yang dikonsultasikan dengan pendidik;
4) Membuat lembar wawancara, observasi yang digunakan peneliti untuk
menilai keterampilan performansi dan hasil belajar peserta didik pada
saat menerapkan Metode Pembelajaran Children Learning In Science
berbasis Laboratory work;
5) Membuat soal tes/evluasi terkait materi Jaman Pra Sejarah ataupun
sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dikonsultasikan
dengan pendidik.

b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan tindakan dilakukan untuk meningkatkan keterampilan
performansi dan hasil belajar peserta didik melalui penerapan metode
pembelajaran Children Learning In Science berbasis Laboratory work
pada mata pelajaran Sejarah Indonesia. Pelajaran pada pertemuan pertama
dengan materi Jaman Pra Sejarah selama 2x45 menit. Adapun langkah-
langkah pelaksanaan tindakan sebagai berikut.
1) Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan merupakan tahap 1 yaitu eksplorasi. Kegiatan
ini dilakukan untuk mempersiapkan peserta didik sebelum memasuki
kegiatan inti pembelajaran. kegiatan pendahuluan dilakukan selama
±20 pada tahap 1 (eksplorasi) yaitu.

54
a) Pendidik membuka pelajaran dengan salam dan menyiapkan
peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran;
b) Memberikan motivasi belajar dengan melakukan Tanya jawab
terkait materi sebelumnya;
c) Pendidik memberikan apersepsi kepada peserta didik;
d) Menyampaikan tujuan pembelajaran tentang materi Jaman Pra
Sejarah ataupun peristiwa sekitar proklamasi yang akan dicapai;
e) Pendidik membimbing peserta didik membagi kelompok diskusi ke
dalam kelompok-kelompok kecil;
f) Menyampaikan langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan;
g) Pendidik memberikan aktivitas melalui kegiatan pengamatan
diruang laboratorium IPS mengenai benda-benda Jaman Pra
Sejarah ataupun foto, documenter mengenai peristiwa sekitar
proklamasi untuk melakukan eksplorasi;
h) Pendidik mendorong dan merangsang peserta didik untuk
mengemukakan ide, dan berkolaborasi dengan pendapat
kelompoknya serta merumuskan hipotesis terhadap media Moodle
tentang Jaman Pra Sejarah;
2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti dilakukan selama ±55 menit. Langkah-langkah yang
dilakukan dalam kegiatan inti sebagai berikut.
a) tahap 2 pemfokusan
(1) pendidik membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk
menetapkan konteks permasalahan berkaitan dengan ide
peserta didik tentang Jaman Pra Sejarah yang kemudian
dilakukan pengujian;
(2) pendidik membimbing peserta didik melakukan proses diskusi
kelompok;
(3) menguraikan ide peserta didik dari beberapa konsep yang
diperoleh dari kegiatan dilaboratorium IPS.

55
b) tahap 3 tantangan
pendidik mengarahkan peserta didik gar terjadi pertukaran ide
dengan metode pembelajaran Children Learning In Science antar
peserta didik.
c) tahap 4 penerapan
(1) pendidik membimbing dan membawa peserta didik
mengklarifikasi ide baru;
(2) pendidik membimbing peserta didik dalam menyelesaikan
permasalahan;
3) Penutup
a) pendidik melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang
berlangsung;
b) memberikan latihan soal kepada peserta didik untuk mengetahui
kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang telah
dipelajarinya.

c. Pelaksanaan Observasi
Kegiatan observasi dilakukan secara langsung oleh peneliti saat
proses pembelajaran di kelas, hal ini bertujuan untuk mengetahui secara
langsung efek atau perubahan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Pendidik dan peneliti mengamati keterampilan performansi pada proses
pembelajaran dengan penerapan metode pembelajaran Children Learning
In Science berbasis Laboratory work. Kegiatan ini dilakukan dengan
mencatat pada lembar observasi yang sesuai dengan indicator yang telah
disiapkan ssebelumnya. Dengan demikian peneliti dapat melihat
kekurangan atau kelemahan yang telah terjadi saat proses pembelajaran
sejarah dengan menggunakan Metode Pembelajaran Children Learning In
Science berbasis Laboratory work pada siklus I.
Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.
Kegiatan yang diobservasi adalah aktivitas pendidik dalam pembelajaran.
Aktivitas pendidik diamati untuk mengetahui apakah pendidik melakukan

56
langkah pembelajaran sesuai dengan rancangan pelaksanaan pembelajaran
(RPP) yang telah ada. Observasi yang akan dilakukan juga untuk
mengamati secara langsung berdasarkan pedoman penelitian yang telah
disusun. Pada tahap observasi, peneliti akan dibantu 2 orang observer.
Pemilihan observer merupakan teman sejawat dan juga observer yang
sudah pernah melakukan penelitian sejenis. Observer dalam penelitian ini
bertugas mengamati indicator-indikator keterampilan performansi peserta
didik dalam upaya penyelesaian permasalahan dalam metode pembelajaran
Children Learning In Science berbasis Laboratory work. Bentuk observasi
menampilkan aspek-aspek yang diamati dengan member tanda (√) pada
lembar yang telah disusun.
c) Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan untuk mengkaji semua hal yang
terjadi pada proses pembelajaran melalui tahap observasi dan evaluasi.
Kegiatan refleksi digunakan untuk melihat keterampilan performansi
peserta didik dan hasil belajar peserta didik setelah dilaksanakan kegiatan
pembelajaran menggunakan metode pembelajaran Children Learning In
Science berbasis Laboratory work. Hasil analisis ini akan digunakan untuk
menentukan langkah selanjutnya. Jika pada siklus I belum menunjukkan
adanya adanya peningkatan keterampilan performansi dan peningkatan
hasil belajar, maka akan dilakukan perbaikan terhadap perencanaan yang
dilanjutkan dengan siklus 2 sampai diperoleh peningkatan.

3.5.3 Pelaksanaan Siklus II


Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada siklus II yaitu sebagai
berikut.
a. perencanaan
Pada tahap perencanaan ini kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan
meliputi.
a. Menyusun rencana perbaikan pembelajaran (RPP) sejarah dengan
menggunakan Metode Pembelajaran Children Learning In Science

57
berbasis Laboratory work terkait materi Jaman Pra Sejarah ataupun
materi sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia yang
dikonsultasikan dengan pendidik;
b. Membuat daftar kelompok secara heterogen, setiap kelompok
terdiri dari 5 peserta didik;
c. Menyususn lembar kerja peserta didik (LKPD) terkait materi
Jaman Pra Sejarah maupun materi sekitar proklamsi kemerdekaan
Indonesia yang dikonsultasikan dengan pendidik;
d. Membuat lembar wawancara, observasi yang digunakan peneliti
untuk menilai keterampilan performansi dan hasil belajar peserta
didik pada saat menerapkan Metode Pembelajaran Children
Learning In Science berbasis Laboratory work;
e. Membuat soal tes/evluasi terkait materi Jaman Pra Sejarah ataupun
sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dikonsultasikan
dengan pendidik.

d. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan tindakan dilakukan untuk meningkatkan keterampilan
performansi dan hasil belajar peserta didik melalui penerapan metode
pembelajaran Children Learning In Science berbasis Laboratory work
pada mata pelajaran Sejarah Indonesia. Pelajaran pada pertemuan pertama
dengan materi Jaman Pra Sejarah selama 2x45 menit. Adapun langkah-
langkah pelaksanaan tindakan sebagai berikut.
4) Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan merupakan tahap 1 yaitu eksplorasi. Kegiatan
ini dilakukan untuk mempersiapkan peserta didik sebelum memasuki
kegiatan inti pembelajaran. kegiatan pendahuluan dilakukan selama
±20 pada tahap 1 (eksplorasi) yaitu.
i) Pendidik membuka pelajaran dengan salam dan menyiapkan
peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran;

58
j) Memberikan motivasi belajar dengan melakukan Tanya jawab
terkait materi sebelumnya;
k) Pendidik memberikan apersepsi kepada peserta didik;
l) Menyampaikan tujuan pembelajaran tentang materi Jaman Pra
Sejarah ataupun peristiwa sekitar proklamasi yang akan dicapai;
m) Pendidik membimbing peserta didik membagi kelompok diskusi ke
dalam kelompok-kelompok kecil;
n) Menyampaikan langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan;
o) Pendidik memberikan aktivitas melalui kegiatan pengamatan
diruang laboratorium IPS mengenai benda-benda Jaman Pra
Sejarah ataupun foto, documenter mengenai peristiwa sekitar
proklamasi untuk melakukan eksplorasi;
p) Pendidik mendorong dan merangsang peserta didik untuk
mengemukakan ide, dan berkolaborasi dengan pendapat
kelompoknya serta merumuskan hipotesis terhadap media Moodle
tentang Jaman Pra Sejarah;
5) Kegiatan Inti
Kegiatan inti dilakukan selama ±55 menit. Langkah-langkah yang
dilakukan dalam kegiatan inti sebagai berikut.
d) tahap 2 pemfokusan
(4) pendidik membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk
menetapkan konteks permasalahan berkaitan dengan ide
peserta didik tentang Jaman Pra Sejarah yang kemudian
dilakukan pengujian;
(5) pendidik membimbing peserta didik melakukan proses diskusi
kelompok;
(6) menguraikan ide peserta didik dari beberapa konsep yang
diperoleh dari kegiatan dilaboratorium IPS.
e) tahap 3 tantangan

59
pendidik mengarahkan peserta didik gar terjadi pertukaran ide
dengan metode pembelajaran Children Learning In Science antar
peserta didik.
f) tahap 4 penerapan
(3) pendidik membimbing dan membawa peserta didik
mengklarifikasi ide baru;
(4) pendidik membimbing peserta didik dalam menyelesaikan
permasalahan;
6) Penutup
d) pendidik melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang
berlangsung;
e) memberikan latihan soal kepada peserta didik untuk mengetahui
kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang telah
dipelajarinya.

e. Pelaksanaan Observasi
Setelah melakukan observasi pada siklus I, pada egiatan observasi
inipun dilakukan secara langsung oleh peneliti saat proses pembelajaran di
kelas, hal ini bertujuan untuk mengetahui secara langsung efek atau
perubahan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Pendidik dan peneliti
mengamati keterampilan performansi pada proses pembelajaran dengan
penerapan metode pembelajaran Children Learning In Science berbasis
Laboratory work. Kegiatan ini dilakukan untuk melihat dan mencatat
perubahan apa saja yang telah berhasil diraih. Apakah mengalami
penigkatan performansi dan hasil belajar peserta didik. Dengan demikian
peneliti dapat melakukan evaluasi pada tahap siklus III dan penelitian
dapat diakhiri.
Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.
Kegiatan yang diobservasi adalah aktivitas pendidik dalam pembelajaran.
Aktivitas pendidik diamati untuk mengetahui apakah pendidik melakukan
langkah pembelajaran sesuai dengan rancangan pelaksanaan pembelajaran

60
(RPP) yang telah ada. Observasi yang akan dilakukan juga untuk
mengamati secara langsung berdasarkan pedoman penelitian yang telah
disusun. Pada tahap observasi, peneliti akan dibantu 2 orang observer.
Pemilihan observer merupakan teman sejawat dan juga observer yang
sudah pernah melakukan penelitian sejenis. Observer dalam penelitian ini
bertugas mengamati indicator-indikator keterampilan performansi peserta
didik dalam upaya penyelesaian permasalahan dalam metode pembelajaran
Children Learning In Science berbasis Laboratory work. Bentuk observasi
menampilkan aspek-aspek yang diamati dengan member tanda (√) pada
lembar yang telah disusun.
f) Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan untuk mengkaji semua hal yang
terjadi pada proses pembelajaran melalui tahap observasi dan evaluasi.
Kegiatan refleksi digunakan untuk melihat keterampilan performansi
peserta didik dan hasil belajar peserta didik setelah dilaksanakan kegiatan
pembelajaran menggunakan metode pembelajaran Children Learning In
Science berbasis Laboratory work. Hasil analisis ini akan digunakan untuk
menentukan langkah selanjutnya. Kekurangan dan kelebihan yang telah
dicatat pada siklus I, akan diperbaiki saat di siklus II.

3.6. Metode Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara yang dilakukan peneliti
untuk mendapatkan data atau informasi relevan dan akurat yang ada di lapangan.
Pengumpulan data dilihat dari segi teknik atau cara dapat dilakukan dengn
wawancara, angket, observasi, serta gabungan antara ketiganya. Pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, observasi, wawancara, tes, dan
dokumentasi berhubungan dengan penelitian tersebut.

3.6.1 Metode Observasi


Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2013:145) mengemukakan bahwa,
observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis. Dua di antara yang

61
terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Observasi adalah
pengumpulan data dari pengamatan secara sistematik terhadap unsur-unsur
yang tampak dalam obyek penelitian. Manfaat melakukan obserbasi yaitu
sebagai alat pengumpulkan data secara efektif dan obyektif jika dilakukan
dengan cermat dan teliti (Kunandar, 2010:154).
Peneliti akan melakukan observasi langsung didalam kelas pada saat
kegiatan pembelajaran Sejarah Indonesia sedang berlangsung untuk
mengetahui sekiranya hal apa saja yang sebenarnya menjadi penyebab
rendahnya performansi dan hasil belajar peserta didik kelas X.

3.6.2 Metode Wawancara


Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2013:231) wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Peneliti
akan mewawancarai peserta didik dan pendidik mengenai hal apa saja yang
dirasa menjadi penyebab rendahnya tingkat performansi dan hasil belajar
kelas X.

3.6.3 Metode Tes


Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus
ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites. Tes
digunakan untuk mengukur sejauh mana seorang siswa telah menguasai
pelajaran yang telah disampaikan terutama meliputi aspek pengetahuan dan
keterampilan. (jihad asep 2007)

Ditinjau dari pelaksanannya, tes dibedakan atas 3 yaitu:

a. Tes tulis yaitu tes atau soal yang harus diselesaikan oleh siswa secara
tertulis
b. Tes lisan yaitu sekumpulan tes atau soal atau tugas pertanyaan yang
diberikan kepada siswa yang dilaksanakan dengan cara tanya jawab.
c. Tes perbuatan yaitu tugas yang pada umumnya berupa kegiatan praktek
atau melakukan kegiatan yang mengukur keterampilan

62
Ditinjau dari segi sistem penskorannya, tes dibedakan atas dua yaitu:
a. Tes objektif yaitu bentuk tes yang mengandung kemungkinan
jawaban atau respon yang harus dipilih oleh peserta tes dalam hal ini
peserta hanya memilih alternatif jawaban yang telah disediakan.
Adapun beberapa tes objektif anatara lain:
1) Tes pilihan ganda
2) Tes benar salah
3) Tes menjodohkan jawaban
b. Tes subjektif yaitu umumnya berbentuk tes uraian yang dimana
siswa dalam menjawab soal terseburt dilakukan dengan cara
mengekspresikan pikiran peserta tes. Adapun beberapa tes uraian
atau tes subjektif antara lain:
a. Tes uraian bebas
b. Tes uraian terbatas. (eko putro widoyoko 2009)
Untuk mendapatkan data yang lebih valid, peneliti harus melakukan tes
terhadap peserta didik mengenai performansi dan hasil belajar. Pemilihan tes akan
disesuaikan dengan situasi dan kondisi pembelajaran yang sedang berlangsung.

3.6.4 Metode Dokumentasi


Menurut Sugiyono (2013:240) dokumen merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-
karya monumental dari seorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya
catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan,
kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup,
sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni,
yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara
dalam penelitian kualitatif.
Dalam penelitian ini, peneliti dapat mendokumentasikan berupa foto
selama kegiatan pembelajaran berlangsung, dokumen hasil belajar peserta

63
didik, RPP, Video dan lain sebagainya yang dapat membantu peneliti
menemukan data yang dibutuhkan.

3.7 Analisis Data


Setelah semua data telah didapatkan, peneliti akan melakukan analisis data.
Menurut Sugiyono (2010:335) analisis data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih
mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga
mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.
Untuk menganalisa data dalam penelitian ini digunakan teknik analisa data
kualitatif dan data analisa kuantitatif.
1. Teknik Analisis Kualitatif
Dalam penelitian tindakan kelas ini, analisis data kualitatif ini
dilakukan secara deskriptif sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan
dan selesai di lapangan. Namun, analisis ini lebih difokuskan selama proses
di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. PTK ini merupakan
penelitian kualitatif-interaktif yang akan dipaparkan sebagai berikut:
a) Analisis Sebelum di Lapangan
Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data
sekunder, yang akan digunakan untuk menetukan fokus penelitian. Namun,
demikian dengan fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan
berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan.

b) Analisis Selama di Lapangan


Analisis data dalam penelitina kualitatif, dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung dan setelah pengumpulan data dalam periode
tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap
jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan,
maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu,

64
diperolah data yang dianggap kredibel. Miles and Huberman (1984),
mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya sudah jenuh.
Aktivitas dalam analisis data, yaitu data redukcion, data display, dan
conclusion drawing/verification.
1) Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.
2) Data display (penyajian data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam PTK ini penyajian data dilakukan dengan uraian
singkat yang bersifat naratif. Dengan mendisplay data, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.
3) Conclusion drawing/verification.
Langkah ketiga yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah apabila
tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data selanjutanya.
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung
oleh bukti-bukti yang valid saat peneliti kembalu ke lapangan mengumpulkan
data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang
kredibel.

2. Teknik Analisa Kuantitatif


Data kuantitatif (hasil belajar siswa) akan dianalisis secara
deskriptif untuk mengetahui kualitas hasil belajar siswa. Peningkatan hasil

65
belajar siswa dapat diketahui dengan cara membandingkan skor 58 individu
dengan skor kelompok, yang diperoleh sebelum dan setelah mengikuti
pelajaran. Analisis data hasil belajar diperoleh melalui hasil tes. Pada setiap
siklus dilakukan 1 kali tes evaluasi. Skor maksimal yang diperoleh siswa
adalah 100, sedangkan skor rata-rata tes siswa dapat dihitung dengan rumus :
X = nilai rata-rata
Nilai yang diperoleh melalui perhitungan tersebut akan digunakan
untuk menetapkan kualitas hasil belajar siswa dalam proses kegiatan
pembelajaran. Untuk memudahkan menginterpretasikan hasil belajar siswa
maka akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Selanjutnya baru
menetapkan kualitas kegiatan pembelajaran sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Kriteria Ketuntasan Minimal Kelas X SMAN 5 Jember adalah
70,00 maka standar ketuntasan individu dan standar ketuntasan klasikal akan
diinterpretasikan sebagai berikut: a) Standar Ketuntasan Individu Secara
perorangan (individual), dianggap telah “tuntas belajar” apabila daya serap
siswa mencapai 70,00. N x x ¦ 59 b) Standar Ketuntasan Klasikal Secara
klasikal, dianggap telah “tuntas belajar” apabila mencapai 80% dari jumlah
siswa yang mencapai daya serap minimal 70. Sedangkan untuk mengetahui
ketuntasan belajar (KB) secara klasikal menggunakan rumus sebagai berikut:
KB = Ketuntasan Belajar N = banyak siswa diatas 70 n = banyak siswa yang
mengikuti tes
Sedangkan evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran PKn. Dalam hal
ini materi pembelajaran yang dilaksanakan yaitu materi Keutuhan NKRI.
Evaluasi atau nilai akhir diperoleh dari nilai proses dan nilai tes. Nilai proses
dan nilai tes tersebut kemudian dirata-rata.

66
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, Didik. 2012. Model Pembelajaran Children Learning In


Science (CLIS). https://areknerut.wordpress.com/2012/11/16/model-
pembelajaran-children-learning-in-science-clis/[ diakses 10 Mei 2016]

Dahlan, Ahmad. 2014. Model Pembelajaran Children learning


In.http://www.eurekapendidikan.com/2014/11/model-pembelajaran-
children-learning-in.html[diakses 04 Juni 2016]

Hermanto. 2013. Model Pembelajaran Children Learning In Science


(CLIS), Keterampilan Proses Sains, Penguasaan Konsep, Multimedia
dan Pokok Bahasan Fluida.
https://ributhermanto201043118.files.wordpress.com/2013/09/jurnal-
79-model-clis-fluida.pdf [diakses 09 Juni 2016]

Iskandar, Akbar. 2011. Penelitian dan Evaluasi pendidikan.http://akbar-


iskandar.blogspot.co.id/2011/05/penilaian-kinerja.html 2011
PENELITIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN[diakses 09 juni
2016]

Kemendikbud. 2013. Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013.


http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/dokumen/Paparan/Paparan%20Wa
mendik.pdf . Jakarta[ diakses 11 Juni 2016]

Kemendikbud. 2014. Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 tentang


Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah Pasal 7

67
Kemendikbud. 2014. Permendikbud Nomor 160 Tahun 2014 tentang
Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013 Pasal 4

Kemendikbud. 2014. Permendikbud Nomor 64 Tahun 2014 tentang


Peminatan pada Pendidikan Menengah

NN. 2013. Bab 3.http://digilib.uinsby.ac.id/1041/6/Bab%203.pdf [diakses


07 Juni 2016]

NN. 2013. Kurikulum


2013.https://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_2013[diakses 01 juni
2016]

NN. 2016. Pembelajaran. https://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran


[diakses 08 Mei 2016]

Ratnawulan, Ana. 2013. Penilaian Kinerja dan Portofolio.


http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/197404
171999032-ANA_RATNAWULAN/handout_-
penilaian_kinerja_dan_portofolio.pdf [diakses 11 Juni 2016]

Robbins, Stephen P. 2007. Perilaku Organisasi Buku 1. Jakarta: Salemba


Empat

Skinner, B. F. Contingencies of Reinforcement. East Norwalk, CT:


Appleton, 1971

Tity. 2012. Model pembelajaran CLIS.


http://titybelajar.blogspot.co.id/2012/06/model-pembelajaran-clis.html
[diakses 07 Mei 2016]

68

Anda mungkin juga menyukai