Abstrak
Berita Acara Pemeriksaan (BAP) merupakan bukti tertulis dari tindakan penyidikan, terdiri atas
beberapa lembaran tanya jawab antara penyidik dan yang diperiksa serta unsur-unsur yang dikenai
pasal pidana. Penggunaan bahasa juga sangat berpengaruh dalam pembuatan BAP, karena isi dalam
BAP tersebut harus jelas dan maknanya mudah dipahami. Tujuan dari penelitian ini adalah
mendeskripsikan diksi dan gaya bahasa dalam BAP tindak pidana persetubuhan, pencurian,
pembunuhan, dan perusakan tanaman di Polres Jember. Penyediaan data menggunakan metode
dokumentasi, simak, dan wawancara. Analisis data menggunakan metode deskriptif dan padan
referensial pada data diksi, serta metode deskriptif dan metode agih dengan teknik ganti pada data
gaya bahasa. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat diksi bersinonim yang digunakan
secara berdampingan, kata yang bermakna denotasi, kata yang bermakna konotasi, penggunaan
singkatan, dan penggunaan akronim. Gaya bahasa terdapat gaya bahasa repetisi, eufemisme,
pleonasme, metafora, dan personifikasi.
Abstract
Police Investigation Report (BAP) is a written evidence of investigation measures, consisting of
several sheets of questions and answers between the investigator and the investigated party as well
as the elements which are subject to crime. The use of language is also very influential in the
making of BAP because the contents of BAP should be clear, and the points must be easily
understood. This research aimed to describe the dictions and language style in BAP for criminal
acts of intercourse, theft, murder, and destruction of crops at District Police of Jember. The
provision of data used documentation, listening, and interview. Data analysis used descriptive
method and and correspondence method of data on dictions as well as descriptive method and
distribution method by substitution technique of data on the language styles. The results showed
there were synonymous dictions used side by side, denotation, connotative words, the use of
abbreviations, and the use of acronyms. There were language styles of repetition, euphemism,
pleonasm, metaphors, and personification.
dengan huruf, dan terdapat penulisan tahun seseorang yang diperiksa untuk dimintai
menggunakan angka, misalnya “11 April 2013”. keterangan, seseorang yang diperiksa tersebut
Hal tersebut tidak berpengaruh terhadap hasil dari adalah seseorang yang terlibat dalam perkara
penyidikan, karena yang terpenting dalam hukum dan tidak menutup kemungkinan
pembuatan BAP antara penyidik dan yang berasal dari berbagai status sosial di
diperiksa sama-sama memahami, perkara dalam masyarakat. Setelah pembuatan BAP penyidik
penyidikan jelas, unsur-unsur pasal tindak pidana meminta yang diperiksa untuk membaca ulang
sesuai dengan perkara yang dikenakan, dan BAP atau membacakannya guna memastikan
dapat diterima oleh kejaksaan serta dapat lanjut keterangan dari yang diperiksa sudah benar.
sampai tahap pengadilan. Seseorang yang diperiksa tersebut yang
Menurut Ningsih et al. (2007:72) diksi berasal dari berbagai status sosial di
adalah ketepatan pemilihan kata. Penggunaan masyarakat tentunya ada yang mengerti dan
ketepatan pemilihan kata dalam BAP dipengaruhi ada yang tidak mengerti mengenai penggunaan
oleh kebutuhan bahasa yang berupa istilah-istilah bahasa dalam BAP. Pada penelitian ini peneliti
khusus digunakan dalam penulisan BAP oleh tertarik untuk mengungkap diksi dan gaya
seorang penyidik. Ketepatan pemilihan kata bahasa dalam BAP, supaya dapat mengerti dan
tersebut berdampak terhadap hasil perkara yang memahami isi dari BAP. Berdasarkan uraian
telah diselidiki sebagai bukti autentik. Terdapat tersebut permasalahan yang dikaji sebagai
pada data BAP dengan perkara berikut:
pembunuhan, .........menghilangkan jiwa orang 1) bagaimanakah penggunaan diksi dalam
lain atau setidak-tidaknya dengan sengaja BAP di Polres Jember?;
melukai berat orang lain yang menjadikan mati 2) bagaimakah penggunaan gaya bahasa dalam
orangnya. Pada data tersebut terdapat kata yang BAP di Polres Jember?.
bersinonim dan digunakan secara berdampingan.
Menurut Keraf (1996:114) gaya bahasa Metode Penelitian
adalah cara mengungkapkan bahasa. Bahasa Sesuai dengan objek yang dikaji metode
dalam BAP yang ditulis oleh penyidik terdapat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
bahasa-bahasa yang khas. Bahasa tersebut telah metode deskriptif kualitatif. Menurut Bogdan
disesuaikan dengan kebutuhan dan aturan-aturan dan Taylor (dalam Moleong, 2001:3),
yang telah ditetapkan pada instansi kepolisian penelitian deskriptif adalah prosedur penelitian
Polres Jember. Pada data BAP perkara yang menghasilkan data deskriptif berupa
pembunuhan terdapat kalimat, ... sengaja kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
melakukan kekerasan dalam rumah tangga atau perilaku yang diamati.
terhadap orang yang masih sedarah dan hidup Data yang digunakan dalam penelitian
dalam rumah tangganya.... Pada data tersebut ini terdapat dua data yaitu data tulis dan data
terdapat gaya bahasa metafora pada kata orang lisan. Data tulis berupa kalimat yang di
yang masih sedarah yang memiliki arti saudara dalamnya menunjukkan diksi dan gaya bahasa
kandung. Penggunaaan gaya bahasa seperti pada dalam BAP tindak pidana di Polres Jember.
contoh di atas menarik untuk diteliti, karena Data lisan berupa informasi yang
penggunaan gaya bahasa tersebut tentunya menunjukkan makna dari penggunaan diksi
memiliki makna tersendiri dari bahasa hukum dan gaya bahasa oleh penyidik pada saat
Indonesia. pembuatan BAP. Sumber data tulis adalah
Bahasa yang terdapat dalam BAP adalah BAP tindak pidana di Polres Jember, yang
bahasa Indonesia variasi hukum, sehingga berupa BAP tindak pidana persetubuhan,
memunculkan kata-kata maupun istilah-istilah pencurian, pembunuhan, dan perusakan
khusus yang sesuai dengan kebutuhan dalam tanaman. Sumber data lisan adalah penyidik
pembuatan, terutama BAP di Polres Jember. sebagai pembuat BAP. Dipilihnya sumber data
Dalam pembuatan BAP penyidik melibatkan tersebut, karena pada BAP tersebut ditemukan
kata yang berupa diksi dan gaya bahasa yang (1)penggunaan kata bersinonim, (2)
menarik untuk diteliti dan dari penyidik diperoleh penggunaan kata bermakna denotasi, (3)
informasi yang berupa makna dari penggunaan penggunaan kata bermakna konotasi, (4)
diksi dan gaya bahasa. penggunaan singkatan, dan (5) penggunaan
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, akronim. Penggunaan diksi tersebut dapat
peneliti menggunakan metode dokumentasi, diuraikan sebagai berikut.
simak, dan wawancara. Metode dokumentasi
digunakan guna mencari data yang terdapat 1.1.1. Penggunaan Kata Bersinonim
dalam catatan BAP tindak pidana di Polres Kata bersinonim adalah bentuk bahasa
Jember.Metode selanjutnya yang digunakan yang maknanya mirip atau sama dengan
dalam penelitian ini adalah metode simak, yang bentuk bahasa lain (KBBI, 1989:178). Pada
dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa BAP terdapat beberapa bentuk kata yang
yang ada di BAP.Selanjutnya, peneliti memiliki makna yang mirip atau hampir sama,
menggunakan teknik lanjutan teknik catat, yaitu namun kedua bentuk kata tersebut selalu
mencatat data yang telah ditemukan yaitu berupa digunakan secara berdampingan. Penggunaan
penggunaan diksi dan gaya bahasa yang terdapat kata bersinonim dalam BAP berupa kategori
dalam BAP. Pada saat mencatat data, data verba dan nomina. Berikut uraiannya.
tersebut diklasifikasikan berdasarkan penggunaan 1) Kata bersinonim yang berkategori verba
diksi dalam BAP di Polres Jember, meliputi: (1) Verba adalah kata kerja, secara sintaksis
penggunaan kata bersinonim, (2) penggunaan dapat didampingi dengan kata tidak dan tidak
kata bermakna denotasi, (3) penggunaan kata dapat didampingi dengan kata sangat, lebih,
bermakna konotasi, (4) penggunaan singkatan, dan agak (Kridalaksana, 1990:51).
dan (5) penggunaan akronim. Penggunaan gaya Penggunaan diksi kata bersinonim yang
bahasa dalam BAP di Polres Jember, meliputi: (1) berkategori verba terdapat dalam BAP tindak
gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, dan (2) pidana persetubuhan pada bagian pertanyaan
gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya pada data (1) berikut:
makna. Metode selanjutnya yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode wawancara (1) Berapa kali adik telah diperkosa
mendalam dengan menggunakan pedoman dan atau dicabuli oleh P. TO,
wawancara kepada informan. Metode analisis jelaskan? (BAP persetubuhan,
data pengunaan diksi berbeda dengan metode LP1295).
analisis data penggunaan gaya bahasa dalam BAP
di Polres Jember. Analisis diksi menggunakan Pada data (1) di atas kata diperkosa dan
metode deskriptif kualitatif dan metode padan dicabuli adalah kata yang berkategori verba.
dengan teknik dasar dan teknik lanjutannya. Kata diperkosa berasal dari kata perkosa yang
Analisis gaya bahasa menggunakan metode bermakna ‘memaksa dengan kekerasan’
deskriptif kualitatif dan metode agih dengan (KBBI, 1989:673). Pada kata dicabuli berasal
teknik dasar dan teknik lanjutannya. dari kata cabul yang bermakna ‘perbuatan
tidak senonoh melanggar kehormatan dan
Hasil dan Pembahasan kesusilaan’ (KBBI, 1989:142). Berdasarkan
1.1 Diksi dalam BAP Tindak Pidana di Polres pada makna secara umum kata diperkosa dan
Jember dicabuli memiliki makna yang hampir sama,
Diksi adalah pilihan kata (Ningsih et al., yaitu dinodainya kehormatan seseorang
2007:72). Pilihan kata yang tepat sangat dengan paksaan. Oleh karena itu, bedasarkan
diperlukan dalam pembuatan BAP karena bahasa makna pada umumnya kata diperkosa dan
yang terdapat dalam BAP haruslah tepat dalam dicabuli bersinonim atau memiliki makna
mengungkapkan kebenaran dan kejalasan suatu yang hampir sama. Berdasarkan pemaknaan
perkara. Diksi yang terdapat dalam BAP meliputi: dari BAP tindak pidana persetubuhan kata
diperkosa bermakna memaksa seseorang yang memperjelas data penyidikan dalam BAP.
tidak dikenal untuk melakukan hubungan badan
dengan cara kekerasan dan terdapat luka di tubuh 1.1.2. Penggunaan Kata Bermakna Denotasi
korban serta perbuatan tersebut hanya terjadi satu Kata bermakna denotasi adalah kata
kali. Kata dicabuli berdasarkan pemaknaan dari yang mengacu pada makna konseptual atau
BAP adalah meraba-raba atau memegang bagian makna dasar (Putrayasa, 2007:10). Pada BAP
intim tubuh seseorang dengan maksud melakukan terdapat beberapa bentuk bahasa yang
persetubuhan. Kata diperkosa dan dicabuli memiliki makna yang sama dengan makna
berdasarkan BAP tidak bersinonim dan memiliki bahasa pada umumnya. Penggunaan kata
makna yang berbeda, serta kata tersebut bermakna denotasi dalam BAP berupa kategori
digunakan secara bersamaan karena memiliki verba, nomina, pronomina, dan konjungsi.
makna yang berbeda dan untuk memperjelas data Data yang menunjukkan penggunaan kata
penyidikan dalam BAP. bermakna denotasi dalam BAP sebagai
2) Kata bersinonim yang berkategori nomina berikut.
Nomina adalah kata benda, secara 1) Kata bermakna denotasi yang berkategori
sintaksis tidak dapat didampingi dengan kata verba
tidak dan dapat didampingi dengan kata dari dan Verba adalah kata kerja, secara sintaksis
kata bukan (Kridalaksana, 1990:68). Penggunaan dapat didampingi dengan kata tidak dan tidak
diksi kata bersinonim yang berkategori nomina dapat didampingi dengan kata sangat, lebih,
terdapat dalam BAP tindak pidana persetubuhan dan agak (Kridalaksana, 1990:51).
bagian pertanyaan pada data (2) berikut: Penggunaan diksi bermakna denotasi yang
berkategori verba terdapat dalam BAP tindak
(2) Apakah sewaktu P. TO memperkosa pidana pencurian pada Bab Pendahuluan pada
dan atau mencabuli adik, P. TO data (3) berikut:
melakukannya dengan tipu muslihat,
kebohongan, ataupun dengan (3) Ia (SPT Als SUPI) diperiksa dan
membujuk saudara (BAP didengar keterangannya sebagai
persetubuhan, LP 1295). Saksi sehubungan dengan terjadinya
tindak pidana pencurian... (BAP
Pada data (2) di atas frasa tipu muslihat pencurian, LP106).
dan kata kebohongan berkategori nomina. Frasa
tipu muslihat bermakna ‘upaya buruk’, ‘siasat’ Pada data (3) di atas kata didengar dan
(KBBI, 1989:952). Kata kebohongan bermakna diperiksa adalah kata yang berkategori verba.
‘perihal bohong’, ‘sesuatu yang bohong’ (KBBI, Kata didengar berasal dari kata dengar,
1989:123). Berdasarkan makna pada umumnya bermakna dapat ‘menangkap suara (bunyi)
kata tipu muslihat dan kebohogan memiliki dengan telinga’ (KBBI, 1989:196). Kata
makna yang hampir sama dan dapat dikatakan diperiksa berasal dari kata periksa, bermakna
sebagai makna yang bersinonim. Pada BAP ‘selidik’, ‘melihat dengan teliti untuk
tindak pidana persetubuhan frasa tipu muslihat mengetahui keadaan’ (KBBI, 1989:671).
adalah siasat atau upaya untuk menipu korban Berdasarkan makna dalam BAP kata didengar
untuk menuruti kemauan dari pelaku, dan kata bermakna mendengarkan keterangan dari yang
kebohongan bermakna perkataan yang tidak diperiksa. Kata diperiksa bermakna memeriksa
sebenarnya guna merayu korban agar mau dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
mengikuti kemauan pelaku. Berdasarkan makna yang berkaitan dengan perkara yang telah
dari BAP frasa tipu muslihat dan kata dilaporkan. Secara umum kata diperiksa dan
kebohongan memiliki makna yang hampir sama didengar memiliki makna yang sama dengan
atau sinonim, namun kata tersebut tetap makna dalam BAP dan menunjukkan makna
digunakan secara bersama dengan tujuan yang sebenarnya, namun dalam BAP
maknanya lebih dikhususkan dan disesuaikan (KBBI, 1989:671). Berdasarkan makna dalam
dengan kegunaan bahasa tersebut. BAP kata pemeriksa adalah seorang penyidik
2) Kata bermakna denotasi yang berkategori yang melakukan penyidikan kepada saksi
nomina maupun tersangka. Kata pemeriksa adalah kata
Nomina adalah kata benda, secara yang memiliki makna sebenarnya, namun
sintaksis tidak dapat didampingi kata tidak, tetapi berdasarkan makna penyidik maknanya lebih
dapat diampingi kata dari dan kata bukan dikhususkan dan disesuaikan dengan
(Kridalaksana, 1990:51). Penggunaan diksi penggunaannya.
bermakna denotasi yang berkategori nomina 4)Kata bermakna denotasi yang berkategori
terdapat dalam BAP tindak pidana persetubuhan konjungsi
bagian Bab Pendahuluan pada data (4) berikut. Konjungsi adalah kata sambung yang
berfungsi menghubungkan bagian-bagian
(4) Telah melakukan pemeriksaan terhadap kalimat atau kalimat yang satu dengan kalimat
seorang yang belum pernah saya kenal yang lain dalam suatu wacana (Ningsih et al.,
mengaku bernama: (BAP 2007:67). Penggunaan diksi bermakna
persetubuhan, LP1295). denotasi yang berkategori konjungsi terdapat
dalam BAP tindak pidana persetubuhan bagian
Pada data (4) di atas kata pemeriksaan Bab Pendahuluan pada data (6) berikut:
adalah kata yang berkategori nomina. Kata
pemeriksaan bermakna ‘proses’, ‘cara’, (6) Pada hari ini Kamis Tanggal 31
‘perbuatan memeriksa’, ‘penyelidikan’, Oktober Tahun Dua Ribu tigabelas
‘pengusutan perkara’ (KBBI, 1989:671). sekira jam 12.00 WIB, saya: (BAP
Berdasarkan makna dari BAP kata pemeriksaan persetubuhan, LP1295)
berarti seorang penyidik yang telah melakukan
pengusutan terhadap suatu perkara atau Pada data (6) di atas kata sekira adalah
memeriksa seseorang yang terlibat terhadap kata yang berkategori konjungsi, berfungsi
perkara yang sedang diselidiki. Secara umum kata menghubungkan bagian-bagian ujaran yang
pemeriksaan dengan makna dari BAP memiliki setara maupun yang tidak setara. Kata sekira
makna yang hampir sama, dan tidak bermakna sekitar, kira-kira. Penggunaan kata
menimbulkan makna lain. Kata pemeriksaan sekira dalam BAP digunakan sebagai kata
terdapat pada semua BAP Bab Pendahuluan. hubung, digunakan untuk menguhubungkan
3) Kata bermakna denotasi yang berkategori klausa (a) Pada hari ini Kamis Tanggal 31
pronomina Oktober Tahun Dua Ribu tigabelas dan klausa
Pronomina adalah kata ganti yang (b) jam 12.00 WIB. Pengunaan kata sekira
mengacu ke nomina lain atau menggantikan dalam BAP mengandung makna yang
nomina (Ningsih et al., 2007:64). Penggunaan sebenarnya, terdapat dalam Bab Pendahuluan
diksi bermakna denotasi yang berkategori pada setiap pembuatan BAP.
pronomina terdapat pada BAP tindak pidana
persetubuhan yang dibuat oleh penyidik bagian 1.1.3. Penggunaan Kata Bermakna Konotasi
Bab Pendahuluan pada data (5) berikut: Kata bermakna konotasi adalah kata
yang memiliki makna tambahan dan memiliki
(5) Atas pertanyaan pemeriksa maka yang nilai rasa (Putrayasa, 2007:10). Pada BAP
diperiksa memberikan jawaban sebagai terdapat beberapa bentuk bahasa yang
berikut: (BAP persetubuhan, LP1295). memiliki makna tambahan yang berbeda
dengan makna bahasa pada umumnya.
Penggunaan kata bermakna konotasi dalam
Pada data (5) di atas kata pemeriksa
BAP berupa kategori verba dan nomina. Data
adalah kata berkategori pronomina. Kata
yang menunjukkan penggunaan kata bermakna
pemeriksa bermakna ‘orang yang memeriksa’
konotasi dalam BAP sebagai berikut. dalam kategori nomina. Kata peran bermakna
1) Kata bermakna konotasi yang berkategori bagian yang dilakukan dalam film atau
verba sandiwara (KBBI, 1989:666). Berdasarkan
Verba adalah kata kerja, secara sintaksis makna dalam BAP pencurian kata peran
dapat didampingi dengan kata tidak dan tidak bermakna bagian yang dilakukan dalam
dapat didampingi dengan kata sangat, lebih, dan pencurian, keterlibatan seseorang dalam
agak (Kridalaksana, 1990:51). Penggunaan kata melakukan pencurian (apa yang diperbuat).
bermakna konotasi yang berkategori verba Kata peran biasa digunakan untuk menyebut
terdapat dalam BAP tindak pidana persetubuhan lakon atau bagian yang dilakukan dalam film
bagian pertanyaan pada data (7) berikut: atau sandiwara, namun dalam BAP pencurian
kata peran juga digunakan untuk menanyakan
(7)Bagaimana awalnya sehingga adik apa yang diperbuat dalam melakukan
telah diperkosa Pak To, jelaskan? pencurian tersebut. Jadi, kata peran termasuk
(BAP persetubuhan, LP1295). ke dalam kata yang bermakna konotasi.
Pendahuluan dan pada setiap pembuatan BAP. dibacakan oleh penyidik usai penyidikan
dengan menggunakan bahasa yang mudah
1.2 Gaya bahasa dimengerti oleh yang dibacakannya atau
Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan seorang yang diperiksa tersebut membacanya
pikiran melalui bahasa secara khas (Keraf, sendiri, apabila tidak setuju dengan hasil BAP
1996:113). Penggunaan bahasa dalam BAP maka berhak meminta perbaikan kepada
terdapat gaya bahasa khas variasi dari bahasa penyidik, apabila setuju dengan hasil dari BAP
hukum. Gaya bahasa yang terdapat dalam BAP maka harus membubuhkan tanda tangan atau
meliputi: (1) penggunaan gaya bahasa cap jempol diakhir lembar pemeriksaan.
berdasarkan struktur kalimat, (2) penggunaan Berdasarkan pemaknaan tersebut frasa yang
gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya diperiksa berkategori pronomina, frasa
makna. Penggunaan gaya bahasa tersebut dapat tersebut terdapat dalam BAP bagian Bap
diuraikan sebagai berikut. Penutup pada semua BAP tindak pidana. Pada
beberapa frasa yang diperiksa dapat digantikan
1.2.1 Penggunaan Gaya Bahasa berdasarkan dengan kata -nya, yang berrmakna ‘bentuk
struktur kalimat varian ia/dia sebagai penunjuk pemilik’
Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat (KBBI, 1989:619). Kata -nya berkategori
adalah sebuah struktur kaliamat dijadikan hal pronomina, sehingga besar kemungkinan
terpenting atau hal pokok dalam membuat gaya beberapa kata tersebut dapat menggantikan.
bahasa (Keraf, 1996:124). Berdasarkan struktur Penggantian kata tersebut dapat dibuktikan
kalimat dalam BAP tindak pidana terdapat gaya dengan:
bahasa repetisi yaitu gaya bahasa perulangan
bunyi, suku kata, atau bagian kalimat yang (13a)Pemeriksaan ini dibuat kemudian
dianggap penting untuk memberi tekanan dalam dibacakan ulang kembali kepada
sebuah konteks yang sesuai. Penggunaan gaya yang diperiksa dengan
bahasa repetisi dalam BAP tindak pidana menggunakan bahasa yang mudah
perusakan tanaman bagian Bab Penutup pada data dimengertinya /membacanya sendiri
(13) berikut: dan yang diperiksa tetap pada
keterangannya semula untuk
(13) Pemeriksaan ini dibuat kemudian menguatkan keterangannya
dibacakan ulang kembali kepada yang membubuhkan cap jempol......(BAP
diperiksa dengan menggunakan bahasa persetubuhan, LP 1295)
yang mudah dimengerti / yang
diperiksa membacanya sendiri dan Berdasarkan pembuktian data (13a) di
yang diperiksa tetap pada atas, frasa yang diperiksa dapat digantikan
keterangannya semula untuk dengan kata -nya, karena makna dan kelas kata
menguatkan keterangannya yang yang terkandung sama dan tidak mengubah
diperiksa membubuhkan cap jempol... makna dalam kalimat tersebut.
(BAP persetubuhan, LP 1295)
4.2.1 Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung
Pada data (13) di atas frasa yang Tidaknya Makna
diperiksa termasuk gaya bahasa repetisi, karena Gaya bahasa berdasarkan langsung
frasa tersebut ditulis berulang-ulang dalam tidaknya makna diukur dari langsung tidaknya
sebuah kalimat. Frasa yang diperiksa ditulis makna, yaitu apakah acuan yang masih
berulang-ulang karena untuk memperjelas mempertahankan makna denotatifnya atau
maksud dalam sebuah kalimat tersebut bahwa sudah ada penyimpangan (Keraf, 1996:129).
yang diperiksa harus mengerti isi dari BAP Gaya bahasa berdasarkan ketidaklangsungan
sebagai hasil pemeriksaan terhadapnya, harus makna dibagi atas dua kelompok yaitu gaya
bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan. Berdasarkan pembuktian data (14aa) di
1) Gaya bahasa retoris atas, kata setubuhi dapat digantikan dengan
Gaya bahasa retoris merupakan gaya bahasa yang kata tiduri, karena makna dan kelas kata yang
berupa pertanyaan yang sebenarnya dan tidak terkandung sama dan tidak mengubah makna
memerlukan jawaban (Keraf, 1996:129). Gaya dalam kalimat tersebut.
bahasa retoris yang terdapat dalam BAP tindak (2) Gaya bahasa eufemisme yang berkategori
pidana terdapat dua jenis yaitu eufemisme dan adjektiva
pleonasme. Berikut deskripsi tentang gaya bahasa Adjektiva adalah kata sifat, secara
retoris. sintaksis dapat didampingi dengan kata tidak,
a.Eufemisme dapat didampingi nomina, dapat didampingi
Eufemisme adalah ungkapan yang halus dengan kata lebih, sangat, dan agak (Ningsih
sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar et al., 2007:69). Penggunaan gaya bahasa
yang dianggap merugikan, atau yang tidak eufemisme yang berkategori adjektiva dalam
menyenangkan (Keraf, 1996:132). Penggunaan BAP tindak pidana pencurian bagian
gaya bahasa eufemisme dalam BAP berupa pertanyaan pada data (15) berikut:
kategori adjektiva dan verba. Data yang
menunjukkan penggunaan gaya bahasa (15) Dikarenakan saudara orang yang
eufemisme dalam BAP sebagai berikut. tidak mampu dan tidak dapat
(1) Gaya bahasa eufemisme yang berkategori menunjuk pengacara untuk
verba mendampingi saudara apakah
Verba adalah kata kerja, secara sintaksis saudara bersedia didampingi
dapat didampingi dengan kata tidak dan tidak penasehat hukum.. (BAP
dapat didampingi dengan kata sangat, lebih, dan pencurian, LP 106).
agak (Kridalaksana, 1990:51). Penggunaan gaya
bahasa eufemisme yang berkategori verba dalam Pada data (15) di atas frasa orang yang
BAP tindak pidana persetubuhan bagian tidak mampu termasuk gaya bahasa
pertanyaan pada data (14) berikut: eufemisme. Frasa tersebut bermakna orang
yang kurang mampu dalam ekonominya atau
(14)Bagaimana kondisi WATI setelah kekurangan dalam memenuhi kebutuhan
saudara setubuhi tersebut? Jelaskan. hidup. Berdasarkan pemaknaan tersebut frasa
(BAP persetubuhan, LP 1295). orang yang tidak mampu berkategori
adjektiva. Frasa orang yang tidak mampu
Pada data (14) di atas kata setubuhi dapat digantikan dengan kata miskin, yang
termasuk gaya bahasa eufemisme. Kata setubuhi bermakna ‘serba kekurangan (penghasilan
bermakna telah disetubuhi atau telah melakukan sangat rendah)’ (KBBI, 1989:187). Kata
hubungan badan. Berdasarkan pemaknaan miskin berkategori adjektiva, sehingga besar
tersebut kata setubuhi berkategori verba. Kata kemungkinan kata tersebut dapat
setubuhi dapat digantikan dengan kata tiduri, menggantikan. Penggantiannya kata tersebut
secara umum bermakna telah disetubuhi. Kata dapat dibuktikan dengan:
tiduri berkategori verba, sehingga besar
kemungkinan kata tersebut dapat menggantikan. (15a)Dikarenakan saudara miskin dan
Penggantian kata tersebut dapat dibuktikan tidak dapat menunjuk pengacara
dengan: untuk mendampingi saudara apakah
saudara bersedia didampingi
(14a)Bagaimana kondisi WATI setelah penasehat hukum.. (BAP pencurian,
saudara tiduri tersebut? Jelaskan. (BAP LP 106).
persetubuhan, LP 1295).
Berdasarkan pembuktian data (15a) di
atas, frasa orang yang tidak mampu dapat Metafora adalah gaya bahasa yang
digantikan dengan kata miskin, karena makna dan menggunakan kata-kata bukan arti yang
kelas kata yang terkandung sama dan tidak sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang
mengubah makna dalam kalimat tersebut. berdasarkan persamaan atau perbandingan
b. Pleonasme (Keraf, 1996:139). Penggunaan gaya bahasa
Pleonasme adalah gaya bahasa yang metafora dalam BAP berupa kategori verba
menggunakan kata-kata lebih banyak daripada dan nomina. Data yang menunjukkan
yang diperlukan untuk menyatakan suatu pikiran penggunaan gaya bahasa metafora dalam BAP
atau gagasan (Keraf, 1996:133). Penggunaan sebagai berikut.
gaya bahasa pleonasme dalam BAP tindak pidana (1) Gaya bahasa metafora yang berkategori
persetubuhan bagian Bab pendahuluan pada data verba
(16) berikut: Verba adalah kata kerja, secara sintaksis
dapat didampingi kata tidak dan tidak dapat
(16)Bersediakah saudara saat ini diperiksa didampingi kata kata sangat, lebih, dan agak
untuk memberikan keterangan dengan (Kridalaksana, 1990:51). Penggunaan gaya
sebenar-benarnya? Jelaskan. (BAP bahasa metafora yang berkategori verba dalam
persetubuhan, LP 1295). BAP tindak pidana pencurian bagian Bab
Pendahuluan pada data (17) berikut:
Pada data (16) di atas frasa keterangan
dengan sebenar-benarnya termasuk gaya bahasa (17).... terjadinya tindak pidana
pleonasme pada kata sebenar-benarnya. Kata pencurian yang diikuti dengan
sebenar-benarnya berasal dari kata benar yang kekerasan atau ancaman kekerasan
berkategori nomina. Berdasarkan asal kata yang terhadap orang dengan maksud
berkategori nomina, kata keterangan dengan untuk mempersiapkan atau
sebenar-benarnya dapat diganti dengan kata mempermudah pencurian itu, atau
keterangan dengan benar, dengan contoh: bila tertangkap tangan, untuk
memungkinkan diri atau peserta
(16a)Bersediakah saudara saat ini diperiksa lainnya untuk melarikan diri... (BAP
untuk memberikan keterangan dengan pencurian, LP 106).
benar? Jelaskan.(BAP persetubuhan,
LP1295). Pada data (17) di atas frasa tertangkap
tangan termasuk dalam gaya bahasa metafora.
Berdasarkan pembuktian data (16a) di atas Makna tertangkap tangan yaitu terpergoki atau
frasa keterangan dengan benar dapat mewakili diketahuinya seorang pada saat melakukan
frasa keterangan dengan sebenar-benarnya, jadi tindak pidana atau sesudah melakukan tindak
unsur sebenar-benarnya mengandung kata yang pidana, pada saat orang banyak berteriak
lebih banyak daripada kata yang diperlukan. kepadanya telah melakukan tindak pidana, dan
seorang yang ikut membantu atau turut serta
2) Gaya bahasa kiasan dalam melakukan tindak pidana. Berdasarkan
Gaya bahasa kiasan dibentuk berdasarkan pemaknaan tersebut frasa tertangkap tangan
perbandingan atau persamaan, membandingkan berkategori verba. Frasa tersebut terdapat
sesuatu dengan hal lain, dan menemukan ciri-ciri dalam Pasal 365 Ayat (1) KUHP. Frasa
yang menunjukkan kesamaan antara dua hal tertangkap tangan dapat digantikan dengan
tersebut (Keraf, 1996:136). Gaya bahasa kiasan kata terpergok yang bermakna ‘diketahui oleh
yang terdapat dalam BAP tindak pidana meliputi: orang ketika melakukan kejahatan’ (KBBI,
metafora dan personifikasi. Berikut deskripsi 1989:671).Kata terpergok berkategori verba,
tentang gaya bahasa kiasan. sehingga besar kemungkinan kata tersebut
a.Metafora dapat menggantikan. Penggantian kata tersebut
dibedakan menjadi dua, yaitu: singkatan yang Sumarsono. 2007. Sosiolinguistik. Yogyakarta:
berkategori nomina dan konjungsi. Diksi yang Pustaka Pelajar.
menggunakan akronim dalam BAP berdasarkan
kelas kata dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
akronim yang berkategori nomina dan
demonstrativa. Singkatan dan akronim dalam
BAP digunakan untuk mempermudah penulisan
dalam BAP.
Gaya bahasa yang terdapat dalam BAP
tindak pidana di Polres Jember meliputi
penggunaan gaya bahasa berdasarkan struktur
kalimat yaitu gaya bahasa repetisi. Gaya bahasa
berdasarkan langsung tidaknya makna yaitu gaya
bahasa retoris jenis eufemisme dan pleonasme.
Gaya bahasa kiasan jenis metafora dan
personifikasi. Gaya bahasa yang terdapat dalam
BAP di Polres Jember secara keseluruhan
memiliki makna yang disesuaikan dengan
penggunaan bentuk bahasa dalam BAP.
Daftar Pustaka