D. Patofisiologi
1. Stasis vena
Aliran darah vena cenderung lambat, bahkan dapat stasis terutama di
daerah yang mengalami imobilisasi cukup lama. Stasis vena merupakan faktor
predisposisi terjadinya trombosis lokal, karena dapat mengganggu mekanisme
pembersihan aktivitas faktor pembekuan darah sehingga memudahkan
terbenuknya trombosis
2. Kerusakan pembuluh darah
Kerusakan pembuluh darah dapat berperan dalam proses pembentukan trombosis
vena,melalui:
Trauma langsung yang mengakibatkan faktor pembekuan
Aktivasi sel endotel oleh sitokin yang dilepaskan sebagai akibat
kerusakan jaringan dan proses peradangan.
3. Perubahan daya beku darah
Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan sistem pembekuan darah dan
sistem fibrinolisis. Kecenderungan thrombosis terjadi apabila aktivitas pembekuan
darah meningkat atau aktivitas fibrinolisis menurun. DVT sering terjadi pada
kasus aktivitas pembekuan darah meningkat, seperti pada hiperkoagulasi,
defisiensi anti-trombin III, defisiensi protein-C, defisiensi protein S, dan kelainan
plasminogen terbentuknya trombosis.
Sumber : Jurnal penatalaksana Deep Vein Trombosis
E. Faktor Resiko
Faktor risiko trombosis dapat dibagi menjadi dua:
1. Faktor risiko yang diturunkan : faktor-faktor V leiden, defisiensi
plasminogen, defisionsi faktor XII, disfibrinogenemia, malfungsi vena
koigenital, defisiensi anti trombin, defisiensi protein C dan S.
2. Faktor risiko yang didapat : trauma dan tindakan bedah, keganasan,
kehamilan, pemakaian terapi hormononal, gagal jantung, perjalanan panjang
dengan pesawat terbang, hiperhomosisteinemia, antibody foslipid,
hiperviskositas, dan imobilitas.
Sumber : Sub Bagian Hematologi, Bagian Penyakit Dalam, RS Dr. Sudjito
FK.UGM, Yogyakarta
F. SOAP
1. Subjektif
-
2. Objektif
Nilai INR = 12
3. Assessment
Pengobatan dengan warfarin tidak menimbulkan efek samping pendarahan
meskipun nilai INR nya tinggi
4. Plan
Melakukan konsultasi kepada dokter dengan menanyakan sudah berapa
lama pasien menggunakan obat warfarin dan menanyakan nilai INR pasien
sebelum dilakukan pengobatan dengan warfarin, apabila pasien sudah
menggunakan obat warfarin dan nilai INR mengalami kenaikan yang drastis
maka menyarankan kepada dokter untuk dilakukan penghentian pemberian
obat warfarin karena dapat meningkatkan resiko pendarahan meskipun tidak
ada tanda-tanda pendarahan pada pasien. Selain itu, memberikan saran kepada
dokter untuk memberikan obat golongan lain seperti golongan LMWH (Low-
Molecular-Weight Heparin) untuk pengobatan deep vein thrombosis nya dan
memberikan saran kepada pasien untuk melakukan pengobatan secara non
farmakologi. INR >8,0, tidak ada perdarahan atau perdarahan minor– hentikan
warfarin, mulai gunakan kembali bila INR <5,0. (PIONAS).
G. Penatalaksanaan Farmakoterapi
1. Terapi Farmakologi
Obat yang bisa disarankan kepada pasien untuk digunakan adalah obat
pilihan lain adalah fondaparinux. Fondaparinux adalah penta sakarida sintetik
yang bekerja menghambat faktor xa dan trombin. Diberikan subkutan,
bioavailabilitasnya 100%, dengan konsentrasi plasma puncak 1,7 jam setelah
pemberian. Dapat digunakan sebagai profilaksis dan terapi kondisi akut
dengan dosis 5 mg (bb <50 kg), 7,5 mg (bb 50-100 kg), atau 10 mg (bb >100
kg) subkutan, sekali sehari. Efek samping trombositopeni dan osteoporosis
obat golongan lmwh lebih jarang terjadi pada pasien.
2. Terapi Non Farmakologi
Penatalaksanaan non-farmakologis terutama ditujukan untuk mengurangi
morbiditas pada serangan akut serta mengurangi insidens posttrombosis
syndrome yang biasanya ditandai dengan nyeri, kaku, edema, parestesi,
eritema,dan edema. Untuk mengurangi keluhan dan gejala trombosis vena
pasien dianjurkan untuk istirahat di tempat tidur (bedrest), meninggikan
posisi kaki, dan dipasang compression stocking dengan tekanan kira-kira 40
mmHg.
STUDY KASUS 2
Infark miokard akut sering terjadi pada orang yang memiliki satu atau
lebih faktor resiko seperti : obesitas, merokok, hipertensi dan lain-lain. Faktor-
faktor ini disertai dengan proses kimiawi terbentuknya lipoprotein di tunika
intima yang dapat menyebabkan interaksi fibrin dan patelet sehingga
menimbulkan cedera endotel pembuluh darah korner.Interaksi tersebut
menyebabkan invasi dan akumulasi lipid yang akan membentuk plak fibrosa.
Timbunan plak menimbulkan lesi komplikata yang dapat menimbulkan
tekanan pada pembuluh darah dan apabila ruptur dapat terjadi thrombus.
Thrombus yang menyumbat pembuluh darah menyebabkan aliran darah
berkurang, sehingga suplay O2 yang diangkut dara ke jaringan miokardium
berkurang yang anaerob yang berakibat penumpukan asam laktat. Asam laktat
yang meningkat menyebabkan nyeri dan perubahan pH endokardium yang
menyebabkan perubahan elektro fisiologi endokardium, yang pada akhirnya
menyebabkan perubahan sistem konduksi jantung sehingga jantung mengalami
disritmia.Iskemik yang berlangsung lebih dari 30 menit menyebabkan
kerusakan otot jantung yang ireversibel dan kematian otot jantung (infark).
Miokardium yang mengalami kerusakan otot jantung atau nekrosis tidak lagi
dapat memenuhi fungsi kontraksi dan menyebabkan keluarnya enzim dari
intrasel ke pembuluh darah yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan
laboratorium. Otot jantung yang infark mengalami perubahan selama
penyembuhan.
E. Faktor Resiko
Sejarah keluarga
Sejarah sebelumnya dari CAD
Hipertensi
Merokok
Diabetes
F. SOAP
1. Subjektif
-
2. Objektif
-
3. Assesment
Penggunaan obat aspirin sesuai untuk pengobatan pasien yang memiliki
penyakit Infark Myocard Akut.
3. Plan
Penggunaan obat aspirin sesuai untuk pengobatan pasien yang
memiliki penyakit Infark Myocard Akut. Kecuali pasien yang
memiliki keluhan alergi terhadap obat apirin, dapat diganti dengan
obat clopidogrel.
G. Penatalaksanaan Farmakologi
a. Terapi Farmakologi
Pasien yang diduga infark miokard harus diberi aspirin (300 mg) secepat
mungkin untuk membatasi trombus. Aspirin menghambat COX‐1 dalam
platelet. Apabila Pasien yang alergi aspirin diberi clopidogrel 300 mg.
Mekanisme : Antiplatelet bekerja dengan cara mengurangi agregasi
platelet, sehingga dapat menghambat pembentukan trombus pada sirkulasi
arteri
b. Terapi non Farmakologi
Terapi non farmakologis dengan cara relaksasi menggunakan aroma terapi
lavender adalah metode yang menggunakan wewangian lavender untuk
meningkatkan kesehatan fisik dan emosi. Aroma lavender adalah aroma
alami yang di ambil dari tanaman aromatik lavender (Koensoemardiyah,
2009).