MATERI KULIAH :
DIBUAT OLEH :
1
--------- = 0.000625 Dollar Singapura
Rp. 1.600
Perhitungan Kurs
Penjabaran pada kurs spot persyaratan pertama bagi transaksi mata uang asing
adalah bahwa transaksi tersebut dijabarkan ke dalam mata uang domestik (dalam hal ini
Rupiah) pada kurs spot yang terjadi pada tanggal tersebut. Semua aktiva, kewajiban,
penerimaan, serta pengeluaran yang timbul dari transaksi diubah kedalam Rupiah. Unit
pengukuran berubah dari mata uang asing ke mata uang fungsional Rupiah.
Asumsikan sebuah perusahaan Indonesia mengimpor persediaan dari perusahaan
Malaysia ketika kurs spot yang terjadi adalah Rp 730 per Ringgit Malaysia. Dalam transaksi
ditentukan pembayaran 10.000 Ringgit dalam 30 hari.
Importir Indonesia mencatat transaksi tersebut sebagai:
Persediaan Rp 7.300.000
Hutang dagang (ma) Rp 7.300.000
Kecuali untuk notasi mata uang asing (ma), jurnal tersebut dicatat seperti cara yang biasa.
Notasi tersebut digunakan untuk menunjukan bahwa hutang dinyatakan dalam mata uang
asing. Karena persediaan dinilai dan dinyatakan dalam Rupiah, tidak diperlukan penyesuaian
lebih lanjut pada akun persediaan
Jika hutang dagang dibayar pada saat kurs spot adalah Rp 720, pembayaran transaksi
tersebut dicatat sebagai:
Hutang dagang (ma) Rp. 7.300.000
Keuntungan pertukaran mata uang Rp. 100.000
Kas Rp. 7.200.000
(Kas yang dibutuhkan sama dengan 10.000 Ringgit x kurs spot Rp 720)
1 Desember 19x8
Persediaan Rp. 7.700.000
Hutang Dagang (ma) Rp. 7.700.000
Untuk mencatat pembelian barang dagang dari kebangsaan Malaysia
(10,000 Ringgit x kurs Rp. 770)
31 Desember 19x8
Hutang Dagang (ma) Rp 50.000
Keuntungan pertukaran mata uang Rp. 50.000
Untuk menyesuaikan hutang dagang dengan kurs pada akhir tahun
(10,000 Ringgit x (Rp. 770 – Rp. 765)
30 Januari 19x9
Hutang Dagang (ma) Rp 7.650.000
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB HARI SETIYAWATI, SE.,AK.,M.SI
AKUTANSI KEUANGAN LANJUTAN
1
Kerugian pertukaran Mata Uang Rp 100.000
Kas Rp7.750.000
Untuk mencatat pembayaran total kepada kebangsaan Malaysia
(10.000 Ringgit x kurs Rp. 775)
.
KONTRAK FORWARD MATA UANG DAN PERJANJIAN-PERJANJIAN LAINNYA
Perusahaan-perusahaan seringkali dapat menghindari keuntungan maupun kerugian
dari perubahan nilai kurs dengan cara melunasi atau meminta pelunasan langsung (transaksi
tunai) atau dengan melakukan operasi hedging.
Operasi hedging adalah kontrak penjualan atau pembelian mata uang asing untuk
menghindari risiko memegang hutang atau piutang dalam mata uang asing.
Strategi yang biasa digunakan untuk mengindari risiko fluktuasi nilai tukar adalah kontrak
berjangka. Dalam FASB 52 disebutkan bahwa kontrak berjangka adalah perjanjian untuk
melakukan pertukaran mata uang yang berbeda pada satu waktu tertentu di masa yang akan
dating, dan pada kurs tertentu yang disepakati (disebut forward rate).
PSAK No. 10 menyatakan bahwa transaksi valuta berjangka adalah transaksi pertukaran dua
valuta asing melalui pembelian kembali secara berjangka. Pertukaran mata uang serta bentuk-
bentuk perjanjian lain yang pada dasarnya sama dengan kontrak berjangka dianggap sebagai
kontrak berjangka untuk tujuan akuntansi.
Terdapat empat situasi dimana kontrak berjangka ini digunakan, yaitu :
1. Untuk berspekulasi dalam pergerakan harga nilai tukar
2. Untuk melakukan hedging atas posisi hutang bersih atau aktiva bersih mata uang asing
yang diekspos
3. Untuk melakukan hedging komitmen mata uang asing
4. Untuk melakukan hedging investasi bersih di entitas luar negeri
Melakukan Hedging atas Investasi Bersih dalam Suatu Entitas Luar Negeri
Keuntungan serta kerugian yang timbul dari transaksi mata uang asing yang ditujukan
untuk, dan dianggap efektif sebagai, hedging ekonomi (economic hedges) atas investasi
bersih dalam suatu entitas luar negeri dicatat sebagai penyesuaian translasi pada ekuitas.
Penggolongan sebagai penyesuaian translasi berarti bahwa keuntungan maupun kerugian
transaksi ini dikeluarkan dari pengaruh pendapatan bersih, dan sebagai gantinya, dilaporkan
sebagai kmponen dari ekuitas.
Prosedur untuk melakukan hedging atas investasi bersih dalam entitas luar negeri tidak dapat
diapliksikan kepada investasi luar negeri yang menggunakan mata uang domestic (dalam hal
ini Rupiah). Hedging atas investasi semacam ini dianggap sebagai tindakan spekulasi.
Pengungkapan Tambahan
FASB menambahkan satu proyek perangkat financial dan pembiayan di luar neraca
dalam agenda teknisnya pada tahun 1986. Tujuannya adalah untuk mengembangkan standar
menyeluruh bagi akuntansi dan pelaporan perangkat financial.
Hasil dari proyek ini adalah :
- FASB Statement No. 105, “Disclosure if Information about Financial Instruments with
Off-Balance-Sheet Risk and Financial Instruments with oncentrations of Credit Risk”
yang dikeluarkan pada tahun 1990.
- FASB Statement No. 107, “Disclosure about fair Value of Financial Instruments”,
dikeluarkan pada tahun 1991, dan
- FASB Statement No. 119, “Disclosure about Derivative Financial Instruments and
Value of Financial Instruments”, dikeluarkan tahun 1994.
Sebagian perusahaan dengan kontrak kurs forward substantial harus mengikuti persyaratan
pengungkapan tambahan untuk masing-masing pernyataan tersebut.
--------------------------------------