PENDAHULUAN
1. Keadaan lingkungan
2. Perilaku masyarakat
3. Pelayanan masyarakat
4. Gizi
5. Kependudukan
6. Pendidikan
7. Keadaan sosial ekonomi
(Widoyono. 2008)
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa :
Untuk mengetahui gambaran penyakit diare yang terjadi pada
penderita di Puskesmas Pembina
1.4 Manfaat
Hasil dari Tugas pengenalan profesi (TPP) diharapkan akan bermanfaat yaitu
untuk:
1. Menambah ilmu mengenai diare.
2. Menambah pengetahuan tentang penanggulangan dan pengobatan
diare.
3. Menambah pengalaman dan observasi lapangan.
Panjang usus besar (kolon dan rectum) 1.500cm, yang terdiri dari
sekum, kolon asenden, kolon tranversum, kolon desenden, kolon sigmoid dan
rektum. Dinding usus besar mempunyai tiga lapis yaitu lapisan mukosa
(bagian dalam), yang berfungsi untuk mencernakan dan absorpsi makanan,
lapisan muskularis (bagian tengah) yang berfungsi untuk menolak makanan
ke bagian bawah, dan lapisan serosa (bagian luar), bagian ini sangat licin
sehingga dinding usus tidak berlengketan satu sama lain di dalam rongga
abdomen.
Berbeda dengan mukosa usus halus, pada mukosa kolon tidak
dijumpai villi dan kelenjar biasanya lurus-lurus dan teratur. Permukaan
mukosa terdiri dari pelapis epitel tipe absortif (kolumnar) diselang seling sel
goblet. Pelapis epitel kripta terdiri dari sel goblet. Pada lamina propria secara
sporadik terdapat nodul jaringan limfoid. Sel berfungsi mengabsorpsi air,
lebih dominan pada kolon bagian proksimal (asendens dan tranversum),
sedangkan sel goblet lebih banyak dijumpai pada kolon descenden.
Lamina propria lebih seluler (sel plasma, limfosit dan eosinofil) pada
bagian proksimal dibanding dengan distal dan rektum. Pada bagian distal
kolon, sel plasma hanya ada dibawah epitel permukaan. Sel paneth bisa
ditemukan pada sekum dan kolon asenden. Pada anus terdapat sfingter anal
internal (otot polos) dan sfingter anal eksternal (otot rangka) yang mengitari
anus
(Isselbacher, 1999)
Fungsi kolon
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gr atau 200 ml/24 jam. (Sudoyo, 2009)
Diare adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa
lender dan darah. Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air
besarnya lebih dari 3-4 kali per hari, keadaan ini tidak dapat disebut diare,
tetapi masih bersifat fisiologis atau normal. Selama berat badan bayi
meningkat normal, hal tersebut tidak tergolong diare, tetapi merupakan
(Juffrie, 2010)
Untuk bayi yang minum ASI secara eksklusif definisi diare yang praktis
adalah meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistensinya menjadi
cair yang menurut ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya. Kadang-
kadang pada seorang anak buang air besar kurang dari 3 kali perhari, tetapi
konsistensinya cair, keadaan ini sudah dapat disebut diare. (Soeparto, 1999)
(Widoyono. 2008)
(Sudoyo, 2009)
Sekitar lima juta anak di seluruh dunia meninggal karena diare akut. Di
Indonesia pada tahun 1970 sampai 1980-an, prevalensi penyakit diare sekitar
200 – 400 per 1000 –penduduk per tahun. Dari angka prevalensi tersebut, 70
– 80% menyerang anak di bawah usia lima tahun (balita). Golongan umur ini
mengalami 2 – 3 episode diare per tahun. Diperkirakan kematian anak akibat
diare sekitar 200 – 250 ribu setiap tahunnya. (Widoyono. 2008)
Angka kematian diare menurun dari tahun ke tahun, pada tahun 1975
angka kematian sebesar 40 – 50% dan tahun 1980-an sebesar 24%. Di
Indonesia, laporan yang masuk ke Departemen Kesehatan menunjukkan
bahwa setiap anak mengalami serangan diare sebanyak 1,6 – 2 kali setahun.
Kejadian luar biasa (KLB) diare di Indonesia masih terus terjadi hampir
setiap musim sepanjang tahun sehingga pemberantasannya menjadi suatu hal
yang sangat penting. (Widoyono. 2008)
Tabel 2.1 Kejadian luar biasa (KLB) diare di Indonesia tahun 1996 – 2000
(Widoyono. 2008)
2. Penyakit Infeksi
a. Infeksi parasit
Entamoeba histolytica
Giardia lamblia
Cryptosporidium
Balantidium koli
Helmentiasiis
(Sujono, 2013)
Tabel 2.2 Penyebab Diare Pada Komunitas Anak di Negara Seluruh Dunia
Rotavirus
Rotavirus
ETEC
Adenovirus
Adenovirus
SLV*
EPEC
Campylobacter
Anak – anak Giardia
Shigella
Shigella
Salmonella
EAggEC
Cryptosporidium
Campylobacter
VTEC
Salmonella
ETEC
Campylobacter
Salmonella
Salmonella
Shigella
NLV
Orang dewasa NLV
Giardia
Vibrio
Cryptosporidium
Cryptosporidium
VTEC
Giardia
*Sapporo-like virus (SLV) muncul sebagai penyebab penting diare yang didapat
di komunitas pada anak kecil di negara industri seluruh dunia, data prevalensi di
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi sebagai berikut:
(Widoyono. 2008)
Diare dengan gizi buruk - Diare jenis apapun yang disertai tanda gizi buruk
2.9 Penularan
Penyakit diare sebagian besar (75%) disebabkan oleh kuman seperti virus
dan bakteri. Penularan penyakit diare melalui orofekal terjadi dengan
mekanisme berikut ini :
1. Melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare dapat terjadi
bila seseorang menggunakan air minum yang sudah tercemar, baik
tercemar dari sumbernya, tercemar selama perjalanan sampai ke rumah –
rumah atau tercemar pada saat disimpan di rumah. Pencemaran di rumah
terjadi bila tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang
a. Umur
Helmentiasis biasanya ditemukan pada usia muda, walaupun kadang-
kaang ditemukan pada usia lanjut, berkaiitan dengan pekerjaan sehari-
hari misalnya petani. Sebaliknya kolitis ulserosa, ielitis terminalis,
divertikulosis, tumor ganas di intestinum atau kolon, kelainan
dipankreas biasa ditemukan pada usia antara 40-50 tahun.
b. Jenis kelamin
(sujono. 2013)
1. Tujuan umum
b. Semua umur:
Menurunkan prevalensi
Menurunkan CFR di rumah sakit
Menurunkan CFR pada KLB
2. Kebijaksanaan
3 Strategi
a. Tatalaksana pasien di rumah
Meningkatkan pemberian cairan rumah tangga (CRT) seperti air tajin,
larutan gula garam, dan air kelapa.
Meneruskan pemberian makanan lunak dan tidak bersifat merangsang
lambung, di tambah makanan ekstra setelah diare.
Membawa pasien ke sarana kesehatan bila:
- Buang air besar makin sering dan banyak
- Makin kehausan
- Tidak dapat makan atau minum
- Demam
- Ditemukan darah pada tinja
- Kondisi makin memburuk dalam 24 jam
b. Tatalaksana penderita di sarana kesehatan
CFR
Jumlah kematian yang disebabkan oleh diare x 100%
(Widoyono. 2009)
Penilaian A B C
1. Lihat :
2) Preventif
a. Untuk mencegah diare akibat infeksi rotavirus, bisa diberikan vaksin
rotavirus per-oral (melalui mulut).
b. Untuk mencegah penyebaran infeksi, sebaiknya setelah merawat
bayi yang sakit, tangan harus dicuci bersih-bersih
3) Kuratif :
Dapertemen kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare
bagi semua kasus diare diderita anak balita baik dirawat dirumah
maupun sedang dirawat sakit, yaitu :
1. Rehidrasi dengn menggunakan oralit baru
Berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatasi
dehidrasi. Diare yang disebabkan karena virus tidak menyebabkan
kekurangan elektrolit seberat pada disentri. Oleh sebab itu para ahli
diare mengembangkan formula baru oralit dengan tingkat
osmolaritas yang lebih rendah, osmolaritas larutan baru lebih
mendekati osmolaritas plasma, sehingga kurang menyebabkan risiko
terjadinya hipernatremia.
Oralit baru dengan low osmolaritas juga menurunkan kebutuhan
suplementasi intravena dan mampu mengurangi pengeluran tinja
hingga 20% serta mengurangi muntah hingga 30%. Oralit baru ini
telah direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF untuk diare akut
non-kolera pada anak.
- Untuk anak berumur < 2 tahun : 50-100 ml tiapn kali BAB
- Untuk anak berumur 2 atau lebih : 100-200 ml tiapn kali BAB
(Guarino, 2001 dan Hans S, 2001)
METODE PELAKSANAAN
Alat yang akan digunakan pada tugas pengenalan profesi kali ini adalah
sebagai berikut:
1. Kuesioner
Kuesioner adalah sebuah alat pengumpulan data yang nantinya data
tersebut akan diolah untuk menghasilkan informasi tertentu. Dalam hal ini,
observer menggunakan kuesioner terbuka. Kuesioner ini dapat dilihat pada
lampiran.
2. Alat Tulis
Alat tulis digunakan untuk mencatat hasil kunjungan pasien diare di
masyarakat.
3. Kamera
Kamera digunakan untuk dokumentasi, yakni sebagai bukti bahwa
mahasiswa telah melaksanakan tugas pengenalan profesi, khususnya
eksplorasi penyakit diare di masyarakat. Bukti tersebut nantinya akan
dilampirkan pada laporan akhir.
4. Komputer / Laptop
(Blok XIII)
No Jenis Kegiatan
Minggu IV-
Minggu I Minggu II Minggu III
Selesai
1. Penyusunan proposal
2. Observasi
3. Pembahasan
4. Penyusunan Laporan
4.1 Hasil
3. Teruskan ASI-makan
4. Berikan antibiotic secara selektif
5. Berikan nasihat kepada ibu/keluarga
6. Apakah pihak puskesmas Iya, kami mengacu pada program “Lintas Diare”
memiliki standar tetap untuk
penatalaksanaan diare?
7. Kapan pasien dengan Bila pasien terlihat adanya tanda dehidrasi berat maka
febuari
Umur Laki-laki Perempuan
1 bulan 11 5
1-4 tahun 6 3
5-9 tahun 3 3
10-14 tahun 4 1
Maret
Umur Laki-laki Perempuan
7 hari-bulan 2 0
1 bulan 15 14
1-4 tahun 13 15
5-9 tahun 10 10
10-14 tahun 10 0
April
Umur Laki-laki Perempuan
7 hari-bulan 0 1
1 bulan 5 1
1-4 tahun 10 15
5-9 tahun 14 14
10-14 tahun 4 1
Mei
Juni
Umur Laki-laki perempuan
7 hari-bulan 5 0
1 bulan 5 1
1-4 tahun 12 5
5-9 tahun 7 4
10-14 tahun 1 1
11. Apakah pihak puskesmas Ya, sudah
sudah melaksanakan
program pemberantasan
diare yang dicanangkan oleh
pemerintah?
12. Apa saja yang sudah Melakukan penyuluhan.
dilakukan oleh pihak 1. Cuci tangan sebelum makan
puskesmas dalam 2. Sanitasi lingkungan
pencegahan diare? 3. PHBS
13. Bagaimana penanggulangan Memberikan nasihat kepada masyarakat agar selalu
pasien saat kejadian luar menjaga kebersihan. (seperti mencuci tangan sebelum
biasa (KLB)? makan dan membuang kotoran pada tempatnya)
-jangka panjang
-jangka pendek Meminta kepada pemerinta agar dibuatkan WC umum di
-pelatihan petugas daerah yang masih menggunakannya sungai untuk
mencuci, buang air besar, mandi, buang air kecil, dan
masak.
Pada tanggal 16 Juni 2014, kami melakukan tanya jawab dengan petugas
kesehatan bernama suaidah di Puskesmas Pembina di jalan faqih Usman No. 2329
Rt.43, Kec. Seberang ulu I. Plaju Palembang. Dari hasil wawancara yang telah
kami lakukan, responden mengatakan diare merupakan kondisi dimana seseorang
buang air besar dengan tinja yang lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja
yang lebih dari 3x sehari. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka, yakni diare
merupakan buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari
200 gr atau 200 ml/24 jam. (Sudoyo, 2009).
- Anamnesis
Keluhannya apa yang membuat pasien datang ke puskesmas
Sejak kapan BAB cair
Berapa kali anak BAB dalam 1 hari
Apakah tinjanya ada darah
Apakah ada penyakit lain
- Pemeriksaan fisik
Melihat keadaan umum anak
Sadar atau tidak
Lemas atau terlihatsangat mengantuk
Apakah anak gelisah
Berikan minum, apakah dia mau minum. Jika iya, apakah ketika minum ia
tampak haus atau malas minum
Apakah matanya cekung atau tidak
Lakukan cubitan perut (turgor), apakah kulitnya kembali segera, lambat, atau
sangat lambat.
Hal ini sesuai pada penulisan. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan diare
seperti :
1. Lama waktu diare: diare akut (< 14 hari) dan diare kronis
(> 14 hari)
2. Disentri
3. Diare yang disertai dengan malnutrisi berat
4. Mekanisme patofisiologis: osmotik atau sekretorik.
5. Berat ringan diare: kecil atau besar.
1. Dehidrasi
2. Gangguan sirkulasi
3. Gangguan asam basa
4. Hipoglikemi
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Dapat dilihat dari table diatas penyakit diare di puskesmas Pembina banyak
menyerang anak-anak usia < 5 tahun dan jenis kelamin laki-laki.
5.1 Kesimpulan
1. Diare Kondisi dimana seseorang buang air besar dengan tinja yang
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja yang lebih dari 3x
sehari
2. Pada puskesmas untuk pengobatan diare merujuk pada “LINTAS
DIARE” atau lima langkah tuntaskan diare, dimana terdiri atas :
a. Oralit formula baru
1 bungkus oralit di masukkan ke dalam 1 gelas air matang (200cc)
o < 1 thn berikan: 50-100 cc cairan oralit setiap kali buang air besar
o > 1thn berikan: 100-200 cc cairan oralit setiap kali buang air besar
b. Tablet zink selama 10 hari berturut-turut
3 tablet (20 mg)
Untuk balita < 6 bln : ½ tablet (10 mg)/ hari
Untuk anak > 6 bln : 1 tablet (20 mg)/ hari
c. Teruskan ASI-makan
d. Berikan antibiotic secara selektif
e. Berikan nasihat kepada ibu/keluarga
3. Kejadian diare pada puskesmas Pembina pada satu tahun terakhir
lebih banyak diderita oleh anak < 5 tahun dengan jenis kelamin laki-
laki.
5.2 Saran
a. Diharapkan kepada semu anggota kelompok TPP lebih memahami
topik kasus yang dilaksanakan sehingga dapat menggali
informasiyang lebih baik lagi.
b. Pada pelaksanaan TPP selanjutnya diharapkan agar anggota tetap ikut
berpartisipasi dalam berjalannya TPP, pembuatan laporan, dan siding
pleno.
Jakarta : EGC
Silbernagl. Stefan., Florian. Lang, 2006. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi.
Jakarta : EGC
Soeparto P, Djupri LS, Sudarmo SM, Ranuh IRG. 1999. Gangguan Absorbsi-
Sekresi Sindrom Diare. Surabaya:Graha Masyarakat Ilmiah Kedokteran FK
Unair.
Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Marcellus, S.K., & Setiati, S. 2009. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi V. Jakarta: Interna Publishing
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa yang anda ketahui tentang diare?
2 Bagaimana cara anda menegakkan diagnosis diare?
-anamnesis
-pemeriksaan fisik
-pemeriksaan penunjang
3 Apa penyebab paling sering yang menyebabkan diare pada
pasien yang berobat ke Puskesmas Pembina?
-kelainan kolon
-malabsorbsi
-infeksi toksogenik (keracunan makanan)
-dll
4 Bagaimana cara membedakan diare akut dan kronis?
5 Bagaimana penatalaksanaan diare berdasarkan dari jenis-jenis
diare?
(obat apa yang diberikan dan berapa dosisnya)
6 Apakah pihak puskesmas memiliki standar tetap untuk
penatalaksanaan diare?
7 Kapan pasien dengan diagnosis harus di rujuk atau rawat jalan?
8 Bagaimana cara menilai derajat dehidrasi pada pasien diare?
9 Apa komplikasi yang dapat timbul pada pasien diare?
10 Dalam satu tahun terakhir ada berapa jumlah pasien yang
didiagnosis menderita diare yang berobat dipuskesma Pembina?
FOTO