Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dimasa yang serba modern ini, sangat dibutuhkan tenaga yang terampil
baik di kota ataupun di desa. Karena dengan adanya teknologi yang serba
canggih ini juga sangat membantu dan mempermudah dalam melakukan
suatu pekerjaan.
Teknik membubut merupakan salah satu dasar dan merupakan
keterampilan yang harus dikuasai oleh setiap mahasiswa teknik mesin. Pada
umumnya setiap mahasiswa teknik mesin harus dapat memahami serta
menguasai teknik-teknik dalam membubut pada mesin bubut. Di dalam
praktikum mesin bubut ini juga akan membahas tentang cara dalam proses
membubut, pengenalan mesin bubut, alat-alat yang digunakan dalam
praktikum mesin bubut dan faktor-faktor keamanan selama praktikum mesin
bubut.
Dengan menguasai teknik-teknik dasar membubut, diharapkan agar
setiap mahasiswa teknik mesin mempunyai keahlian yang dapat diandalkan
untuk mengimbangi kemajuan teknologi.
Proses produksi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang suatu
proses transformasi atau konvensi dari material atau bahan baku (baik logam
maupun non logam) menjadi suatu produk setengah jadi ataupun produk jadi
yang lebih berguna dengan memakai mesin-mesin perkakas atau peralatan
tertentu dengan menggunakan metode yang sesuai.
Proses produksi salah satunya alat produksinya adalah mesin bubut,
mesin bubut merupakan perkakas untuk memproduksi suatu benda yang
mempunyai gerak utama berputar . gerakan putar inilah yang menyebabkan
terjadinya penyayatan oleh pahat (tool) terhadap benda kerja.
Dalam suatu proses pembuatan benda kerja yang diinginkan sangat
dibutuhkan mesin yang bagus agar diperoleh benda kerja yang bermutu baik
dan waktu kerja yang relatif singkat.
Proses membubut diantaranya adalah proses membubut bertingkat
presisi yaitu menyayat benda kerja kotak atau kubus dengan gerak pahat
sejajar dengan sumbu benda kerja secara bertingkat. Perencanaan proses

1
penyayatan benda kerja dilakukan dengan cara menentukan arah gerakan
pahat, kemudian menghitung elemen dasar proses bubut lurus yang sudah
disesuaikan.

B. Tujuan dari praktek ini diantaranya adalah sebagai berikut :


1. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara kerja proses mesin bubut
(turning) diantaranya bagian –bagian utama mesin bubut, jenis-jenis
pahat bubut, proses membubut bertingkat presisi mengunakan chuck
rahang 4.
2. Agar mahasiswa dapat mengoprasikan mesin bubut.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui proses bubut dengan benda kerja
selain bentuk silinder saja
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui perancangan proses membubut
brtingkat presisi mengunakan chuck rahang 4.

C. Waktu dan Tempat


Lokasi praktikum adalah tempat yang digunakan pada saat praktikum.
Waktu praktikum adalah waktu saat praktikum dilakukan.
Praktikum ini dilakukan pada :
Waktu : Semester 5
Tempat : Workshop Produksi FPTK UPI

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Mesin Bubut
Mesin bubut adalah mesin perkakas yang terbuat dari bahan baja
yang berfungsi untuk membuat benda kerja dengan gerak utama berputar.
Prinsip kerja mesin bubut adalah benda kerja berputar searah jarum jam atau
berlawanan arah jarum jam dengan dengan melakukan gerak makan dan
pahat bergerak ke arah kiri dan kanan dengan melakukan gerak potong.
Pekerjaan yang biasa dilakukan dengan mesin bubut diantaranya adalah :
a). Bubut rata luar
b). Bubut rata dalam
c). Bubut tirus
d). Bubut bertingkat
e). Bubut rata permukaan
f). Bubut alur
g). Bubut ulir
h). Bubut kartel
i). Bor atau lubang

Gambar 1. Mesin Bubut

B. Proses Membubut
Proses bubut adalah proses pemesinan untuk menghasilkan bagian-
bagian mesin berbentuk silinder yang dikerjakan dengan menggunakan Mesin
Bubut. Prinsip dasarnya dapat didefinisikan sebagai proses pemesinan
permukaan luar benda silindris atau bubut rata diantaranya dengan benda
kerja yang berputar, dengan satu pahat bermata putung tunggal dan dengan

3
gerakan pahat sejajar terhadap sumbu benda kerja pada jarak tertentu
sehingga akan membuang permukaan luar benda kerja.

C. Jenis-Jenis Mesin Bubut


1. Mesin bubut ringan
Mesin bubut ini dimaksudkan untuk latihan dan pekerjaan ringan.
Bentuk peralatannya kecil dan sederhana. Dipergunakan untuk mengerjakan
benda-benda kerja yang berukuran kecil. Mesin ini terbagi atas mesin bubut
bangku dan model lantai, konstruksinya merupakan gambaran mesin bubut
bangku dan model lantai, konstruksinya merupakan gambaran mesin bubut
yang besar dan berat.

2. Mesin bubut sedang (Medium Lathe)

Konstruksi mesin ini lebih cermat dan dilengkapi dengan penggabungan


peralatan khusus. Oleh karena itu mesin ini digunakan untuk pekerjaan yang
lebih banyak variasinya dan lebih teliti. Fungsi utama adalah untuk
menghasilkan atau memperbaiki perkakas secara produksi.

4
3. Mesin bubut standar (Standard Lathe)
Mesin ini dibuat lebih berat, daya kudanya lebih besar daripada yang
dikerjakan mesin bubut ringan dan mesin ini merupakan standar dalam
pembuatan mesin-mesin bubut pada umumnya.

4. Mesin bubut meja panjang (Long Bed Lathe)

Mesin ini termasuk mesin bubut industri yang digunakan untuk


mengerjakan pekerjaan-pekerjaan panjang dan besar, bahan roda gigi dan
lainnya.

5
D. Bagian-bagian utama Mesin Bubut
Dari gambar diatas terdapat bagian-bagian utama dari mesin bubut
diantaranya :
1) Meja Mesin (Bed)
Meja mesin bubut berfungsi sebagai dudukan kepala lepas, eretan,
penyangga diam (steady rest) dan merupakan tumpuan gaya pemakanan
waktu pembubutan. Bentuk alas ini bermacam-macam ada yang datar dan
ada yang salah satu kedua sisinya mempunyai ketinggian tertentu.
Permukaannya halus dan rata sehingga gerakan kepala lepas dan lain-lain
diatasnya lancar. Bila alas ini kotor atau rusak akan mengakibatkan
jalannya eretan tidak lanacar sehingga akan diperoleh hasil pembubutan
yang tidak baik atau kurang presisi.

Gambar 5. Meja Mesin


2) Kepala Tetap (Headstock)
Kepala Tetap (Headstock) merupakan bagian dari kerangka mesin
bubut yang berfungsi sebagai dudukan cekam (chuck), plat pembawa,
kolet, senter tetap dan lain-lain.

6
Gambar 6. Kepala Tetap

3) Kepala Lepas (Tailctock)


Kepala Lepas digunakan untuk dudukan senter putar sebagai
pendukung benda kerja pada saat pembubutan, dudukan bpr tangkai tirus
dan cekam bor sebagai menjepit bor. Kepala lepas dapat bergeser
sepanjang alas mesin, porosnya berlubang tirus sehingga memudahkan
tangkai bor untuk dijepit. Tinggi kepala lepas sama dengan tinggi kepala
tetap. Kepala lepas ini terdiri dari dua bagian yaitu alas dan badan, yang
diikat dengan dua baut pengikat (A) yang terpasang pada kedua sisi alas
kepala lepas sekaligus berfungsi untuk pengatur pergeseran badan kepala
lepas untuk keperluan agar dudukan senter putar sepusat dengan senter
tetap atau sumbu mesin, atau tidak sepusat yaitu pada waktu membubut
tirus diantara dua center.
Selain roda berputar (B), kepala lepas juga terdapat dua lagi lengan
pengikat yang satu (C) dihubungkan dengan alas yang dipasang mur,
dimana fungsinya untuk mengikat kepala lepas terhadap alas mesin agar
tidak terjadi pergerakan kepala lepas dari kedudukannya. Sedangkan yang
satunya (D) dipasang pada sisi tabung luncur atau rumah senter putar, bila
dikencangkan berfungsi agar tidak terjadi pergerakan longituginal sewaktu
membubut.

7
Gambar 7. Kepala Lepas
4) Eretan (Carriage)
Eretan (Carriage) berfungsi untuk menggerakan pahat pada saat
penyayatan benda kerja. Eretan terdiri dari eretan memanjang, eretan
melintang dan eretan atas. Kegunaan eretan ini adalah untuk memeberikan
pemakanan yang besarnya dapat diatur menurut kehendak operator yang
dapat terukur dengan ketelitian tertentu yng terdapat pada roda
pemutarnya. Perlu diketahui bahwa semua eretan dapat dijalankan secara
otomatis maupun manual.

Gambar 8. Eretan (carriage)

8
E. Alat Kelengkapan Mesin Bubut
Alat kelengkapan mesin bubut merupakan alat yang digunakan untuk
keperluan dalam membubut produk atau benda kerja. Dalam pekerjaan
pembubutan salah satu alat kelengkapan mesin bubut yang sering digunakan
adalah pahat bubut. Inilah beberapa alat kelengkapan mesin bubut diantaranya
adalah :
1) Pahat Bubut (cutting tool)
Sesuai dengan bentuk dan penggunaannya pahat bubut dapat
dinamakan pahat kasar, pahat penyelesaian, pahat pemotong , pahat alur,
pahat ulir dan pahat radius. Jenis-jenis pahat bubut yang banyak digunakan
di industri maupun dibenkel antara lain karbon, HSS, karbida, diamond
dan keramik. Dilihat dari arah gerak penyayatannya pahat bubut dibedakan
atas pahat bubut kiri dan pahat bubut kanan. Pahat bubut kiri menyayat
dari arah kiri ke arah kanan sedangkan pahat bubut kanan menyayat dari
arah kanan ke arah kiri. Agar sesuai dengan penggunaanya seperti
kekerasan bahan, bentuk dan jenis benda kerja, maka pahat bubut dibuat
sedemikian rupa sehingga masing-masing memiliki spesifikasi, seperti
gambar dibawah ini :

Gambar 9. Macam-macam pahat bubut


a. Pahat alur h. Pahat kasar lurus kiri
b. Pahat profil cembung i. Pahat kasar lurus kanan
c. Pahat profil cekung j. Pahat kasar tekuk kiri
d. Pahat ulir luar k. Pahat kasar tekuk kanan
e. Pahat ulir dalam l. Pahat penyelesaian lurus
f. Pahat samping kiri m. Pahat penyelasaian lurus
g. Pahat samping kanan n. Pahat bubut dalam

9
a. Pahat bubut rata kanan

Pahat bubut rata kanan memilki sudut baji 80º dan sudut-sudut
bebas lainnya sebagaimana gambar 26, pada umumnya digunakan untuk
pembubutan rata memanjang yang pemakanannya dimulai dari kiri ke arah
kanan mendekati posisi cekam.

b. Pahat bubut rata kiri

Pahat bubut rata kiri memilki sudut baji 55º, pada umumnya
digunakan untuk pembubutan rata memanjang yang pemakanannya
dimulai dari kiri ke arah kanan mendekati posisi kepala lepas.

c. Pahat bubut muka

10
Pahat bubut muka memilki sudut baji 55º, pada umumnya
digunakan untuk pembubutan rata permukaan benda kerja (facing) yang
pemakanannya dapat dimulai dari luar benda kerja ke arah mendekati titik
senter dan juga dapat dimulai dari titik senter ke arah luar benda kerja
tergantung arah putaran mesinnya.

d. Pahat bubut ulir

Pahat bubut ulir memilki sudut puncak tergantung dari jenis ulir
yang akan dibuat, sudut puncak 55° adalah untuk membuat ulir jenis
whitwhort. Sedangkan untuk pembuatan ulir jenis metrik sudut puncak
pahat ulirnya dibuat 60°.

11
e. Penggunaan pahat bubut luar

Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa salahsatu alat potong yang


sering digunakan pada proses pembubutan adalah pahat bubut. Bentuk,
jenis dan bahan pahat ada bermacam-macam yang tentunya disesuaikan
dengan kebutuhan. Prosesnya adalah benda kerja yang akan dibubut
bergerak berputar sedangkan pahatnya bergerak memanjang, melintang
atau menyudut tergantung pada hasil pembubutan yang diinginkan.

f. Pahat bubut dalam

Sealin pahat bubut luar, pada proses pembubutan juga sering


menggunakan pahat bubut dalam. Pahat jenis ini digunakan untuk
membubut bagian dalam atau memperbesar lubang yang sebelumnya telah
dikerjakan dengan mata bor. Bentuknya juga bermacam-macam dapat

12
berupa pahat potong, pahat alur ataupun pahat ulir, ada yang diikat pada
tangkai pahat. Bentuk ada yang khusus sehingga tidak diperlukan tangkai
pahat. Contoh pemakaian pahat bubut dalam ketika memperbesar lubang
dan membubut rata bagian dalam.

4. Pahat potong

Pahat potong adalah jenis pahat potong yang menggunakan tangkai


digunakan untuk memotong benda kerja.

13
5. Pahat bentuk

Pahat bentuk digunakan untuk membentuk permukaan benda kerja,


bentuknya sangat banyak dan dapat diasah sesuai bentuk yang dikehendaki
operatornya. adalah jenis-jenis pahat berbentuk radius.

6. Pahat keras

Pahat keras yaitu pahat yang terbuat dari logam keras yang
mengandung bahan karbon tinggi yang dipadu dengan bahan-bahan lainnya,
seperti Cemented Carbid, Tungsten, Wide dan lain-lain. Pahat jenis ini tahan
terhadap suhu kerja sampai dengan kurang lebih 1000° C, sehingga tahan
aus/gesekan tetapi getas/rapuh dan dalam pengoperasiannya tidak harus
menggunakan pendingin, sehingga cocok untuk mengerjakan baja, besi tuang,
dan jenis baja lainnya dengan pemakanan yang tebal namun tidak boleh
mendapat tekanan yang besar. Di pasaran pahat jenis ini ada yang berbentuk

14
segi tiga, segi empat dan lain-lain yang pengikatan dalam tangkainya dengan
cara dipateri keras (brassing) atau dijepit menggunakan tangkai dan baut
khusus.

7. Bor senter

Bor senter digunakan untuk membuat lubang senter diujung benda


kerja sebagai tempat kedudukan senter putar atau tetap yang
kedalamannnya disesuaikan dengan kebutuhan yaitu sekitar 1/3 ÷ 2/3 dari
panjang bagian yang tirus pada bor senter tersebut. Pembuatan lubang
senter pada benda kerja diperlukan apabila memilki ukuran yang relatif
panjang atau untuk mengawali pekerjaan pengeboran.

8. Kartel

Kartel adalah suatu alat yang digunakan untuk membuat alur-alur


kecil pada permukaan benda kerja, agar tidak licin yang biasanya terdapat
pada batang-batang penarik atau pemutar yang dipegang dengan tangan.
Hasil pengkartelan ada yang belah ketupat, dan ada yang lurus tergantung
gigi kartelnya

15
2) Cekam (Chuck)
Cekam adalah sebuah alat yang digunakan untuk menjepit benda
kerja. Jenisnya ada yang berahang tiga atau sepusat (Self centering Chuck)
dan ada juga yang beranhang empat atau tidak sepusat (Independenc
Chuck).

Gambar 14. Cekam Rahang 3 Sepusat (Self cntering Chuck)

Gambar 15. Cekam Rahang 4 (Independenc Chuck)

16
3) Senter
Senter digunakan untuk mendukung benda kerja dilubang
senternya pada saat membubut. Macam-macan senter diantaranya adalah :
a) Senter penuh
b) Senter ujung kecil
c) Senter separuh
d) Senter dengan dudukan peluru
e) Senter ujung bola
f) Senter berputar
g) Senter segi empat

Gambar 16. Senter Mati dan Senter Putar


F. Parameter-Parameter Kerja Mesin Bubut
Berdasarkan proses pegerjaan benda kerja eksentrik dihasilkan parameter-
parameter perhitungan kerja mesin bubut sebagai berikut :
1) Feeding dan Putaran Mesin
Feeding adalah jarak pergeseran pahat dalam satu putaran benda
kerja, feeding akan mempengaruhi kualitas permukaan bend kerja. Untuk
pengerjaan pengasaran atau awal (roughing) feeding diperbesar,
sedangkan untuk penyelesaian (finishing) feeding diperkecil. Untuk
feeding pengasaran (roughing) adalah sebesar 0,07 sampai 0,2 mm per
putaran, sedangkan untuk penyelesaian (finishing) adalah sebesar 0,02
sampai 0,05 mm per putaran. Dalam mengatur feeding dilakukan melalui
tuas-tuas yang terdapat pada kepala tetap dalam keadaan mesin tidak
berputar supaya tidak terjadi kerusakan pada mesin.
Putaran mesin bubut sangat dipengaruhi oleh kondisi pemotongan,
sedangkan kondisi pemotongan ditentukan oleh jenis bahan yang
dikerjakan, jenis baha n pahat dan sudut-sudut pahat. Dalam memebubut
sebaiknya jika beban bahan berat maka putaran mesin diperlambat,

17
sedangkan jika beban bahan ringan maka putaran mesin dinaikan. Dalam
pelaksanaannya putaran mesin diatur mellui tuas pengatur putaran yang
terdapat di kepala tetap. Adapun rumus mencari putaran mesin adalah
sebagai berikut :
n = Vc x 1000 (rpm)
πxd
keterangan :
n = Putaran mesin (rpm)
Vc = Kecepatan potong pahat (meter/menit)
d = Diameter benda kerja (mm)

Tabel Kecepatan Potong Material (Joko Darmanto; 2007; 49)


Pahat HSS Pahat Carbida
No. Material
Halus Kasar Halus Kasar
1 Baja perkakas 75-100 25-45 185-230 110-140
2 Baja karbon rendah 70-90 25-40 170-215 90-120
3 Baja karbon menengah 60-85 20-40 140-185 75-110
4 Perunggu 40-45 25-30 110-140 60-75
5 Aluminium 85-110 45-70 185-215 120-150
6 Besi cor 70-110 30-45 140-215 60-90

2) Waktu Kerja Mesin


Waktu kerja mesin adalah waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan pada mesin. Dalam hal ini keterampilan
pekerja sangat menentukan.
Waktu kerja mesin = waktu kerja efektif mesin + waktu kerja
terbuang + waktu persiapan.
Waktu kerja efektif mesin adalah waktu yang dimanfaatkan secara
efektif untuk melaksanakan penyayatan benda kerja, dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
T= L (menit)
F x n
Keterangan :
T = Waktu kerja efektif (menit)
L = Panjang benda yang dikerjakan (mm)
f = feeding (mm/putaran)
n = Putaran mesin (rpm)

18
Catatan : Berlaku jika mesin dijalanan otomatis.

Waktu kerja terbuang adalah waktu operasi mesin tanpa melakukan


penyayatan, misal langkah balik. Jika langkah balik ini dilakukan secara
otomatis, maka rumus diatas dapat digunakan untuk menghitungwaktunya,
jika dilakukan secara manual, sangat ditentuan oleh keterampilan pekerja.
Waktu persiapan adalah waktu waktu yang dibutuhkan untuk
mempersiapkan mesin agar bisa dioprasikan dengan aman, seperti
pengaturan feeding, pengaturan putaran, pemasangan pahat dan benda
kerja. Dalam hal ini keterampilan pekerja sangat menentukan.

3) Kedalaman Pemotongan (a)


Kedalaman pemotongan (mm) dapat dilakuakn dengan penyetelan.
Kedalam pemotongan benda kerja berarti pengurangan garis tengah benda
kerja pada pembubutan memanjang, pada pada pembubutan membdang
atau muka berarti mengurangi panjang benda kerja. Besarnya kedalaman
pemotongan dapat dirumuskan sebagai berikut :
a = do – dm
2
Keterangan :
a = Kedalaman pemotongan atau Depth of cut (mm)
do = Diameter awal (mm)
dm = Diamter akhir (mm)
4) Kecepatan Makan (vf)
Kecepatan pemakanan pada mesin bubut adalah gerakan
pemakanan oleh pahat dalam proses pembubutan. Besarnya kecepatan
pemakanan tergantung pada kehalusan permukaan potong pada benda
kerja yang dikehendaki. Rumus untuk memcari kecepata pemakanan
adalah sebagai berikut :
vf = f x n
Keterangan :
vf = Kecepatan pemakanan (feed cutting) (mm/min)
f = Makan atau feed (mm)
n = Putaran spindle (rpm)
5) Kecepatan Penghasilan Geram (Z)
Kecepatan untuk menghasilkan geram dapat dirumuskan sebagai berikut :
Z =Axv
dimana, penampang geram sebelum dipotong :
A=fxa

19
jadi,
Z=fxaxv
Keterangan :
Z = Kecepatan menghasilkan geram (cm3/min)
A = Penampang geram (mm2)
f = Makan atau feed (mm)
v = Kecepatan (mm)

20
BAB III
PEMBAHASAN

A. Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja


1. Tentukan mesin bubut yang akan dipakai sesuai kebutuhan untuk
menghasilkan benda kerja yang diinginkan.
2. Periksa kondisi mesin seperti minyak pelumas, baut-baut pencekam.
3. Ketika pekerjaan membubut dilakukan harus benar-benar dipatikan baik
pahat bubut maupun benda kerja keduanya sudak diikat dengan kuat.
4. jangan menaruh alat atau benda kerja yang tidak diperlukan diatas kepala
tetap, sebab dikhawatirkan benda-benda tersebut akan jatuh menimpa
pencekam yang sedang berputar dan akhirnya bisa membuat celaka
operator atau orang yang ada disekitarnya.
5. Mengenakan pakaian kemeja atau kaos lengan pendek, apabila
mengenakan pakaina kemeja atau kaos lengan panjang maka harus dilipat
hinga siku.
6. Selalu menggunakan kacamata pelindung supaya ketika membubut benda
kerja, geram tidak terkena mata yang bisa membahayakan.
7. Sebaiknya gunakan seslalu pendingin secukupnya, supaya alat-alat
perlengkpan memebubut tetap awet dan bisa bertahan dengan lama.
8. Rambut pendek dan rapi, kalaupun panjng sebaiknya diikat hingga kuat
supaya tidak membahayakan ketika proses membubut.
9. Tidak diperkenankan memakai sarung tangan.
10. Ketika membubut dilarang berdiri tepan didepan benda kerja yang
berputar, seharusnya berdiri menyamping untuk menghindari bila benda
kerja terlepas tidak mengenai operator.
11. Tidak diperkenankan memakai sandal, setiap peserta praktikum sebaiknya
memakai sepatu safety yang tertutup rapi bagian depannya agar terhindar
dari alat-alat membubut atau bahan yang jatuh ke kaki.
12. Konsentrasi penuh pada pekerjaan, tidak boleh sambil bercanda atau
melamun dan dilarang keras meninggalkan mesin dalam keadaan berputar
atau menyala karena dapat menyebabkan kerusakan pada mesin.
13. Setelah seesai praktikum harus selalu membersihkan mesin-mesin, alat-
alat peralatan dan lingkungan kerja sekitar, serta mengambil alat
peralatannya ke tempat semula.

B. Alat dan Bahan

21
1. ST 37 ukuran 49 mm x 48 mm x 47mm
2. Mesin bubut
3. Chuck Cekam 4
4. Senter putar
5. Kacamata safety
6. Kunci chuck
7. Kunci posh
8. Dail Indikator
9. Pahat bubut rata
10. Jangka sorong (sketmat)

C. Perhitungan Membubut Muka


Perhitungan dan perancangan bubut muka sebagai berikut :
1) Perhitungan Kecepatan
Roughing => n = Vc x 1000
πxd
= 30 x 1000
3,14 x 50
= 30.000
52,34
= 191,08 rpm
Karena di informasi mesin bubut tidak ada putaran 191,08 rpm maka
gunakanlah putaran yang mendekati yang tersedia dalam mesin bubut,
kami menggunakan kecepatan 180 rpm

Finishing => n = Vc x 1000


πxd
= 50 x 1000
3,14 x 50
= 50.000
157
= 318,4 rpm
Karena di informasi mesin bubut tidak ada putaran 573,17 rpm maka
gunakanlah putaran yang mendekati yang tersedia dalam mesin bubut,
kami menggunakan kecepatan 300 rpm

2. Waktu Bubut Muka 1


Sisi 49 mm, menjadi 45 mm

Roughing => T = L = 35 = 35 = 0,97 menit


f x n 0,2 x 180 36
depth of cut = 1 mm = membutuhkan 2 x bubut muka
= 2 x 0,97

22
= 1,94 menit
Dikarenakan ada dua sisi yang dikerjakan maka
= 2 x 1,94 menit
= 3,88 menit

Sisi 45 mm menjadi 44 mm
Finishing => T = L = 35 = 35 = 2,33 menit
f x n 0,05 x 300 15
depth of cut = 0,5 mm = membutuhkan 1 x sayatan
= 1 x 2,33
= 2,33 menit
Dikarenakan ada dua sisi yang dikerjakan maka
= 2 x 2,33 menit
= 4,66 menit

3. Waktu Bubut Muka 2


Sisi 48 mm, menjadi 46 mm

Roughing => T = L = 35 = 35 = 0,97 menit


f x n 0,2 x 180 36
depth of cut = 1 mm = membutuhkan 1 x bubut muka
= 1 x 0,97
= 0,97 menit
Dikarenakan ada dua sisi yang dikerjakan maka
= 2 x 0,97 menit
= 1,94 menit

Sisi 46 mm menjadi 44 mm
Finishing => T = L = 35 = 35 = 2,33 menit
f x n 0,05 x 300 15
depth of cut = 0,5 mm = membutuhkan 2 x sayatan
= 2 x 2,33
= 4,66 menit
Dikarenakan ada dua sisi yang dikerjakan maka
= 2 x 4,66 menit
= 6,32 menit

23
4. Waktu Bubut Muka 3
Sisi 47 mm, menjadi 45 mm

Roughing => T = L = 35 = 35 = 0,97 menit


f x n 0,2 x 180 36
depth of cut = 1 mm = membutuhkan 1 x bubut muka
= 1 x 0,97
= 0,97 menit
Dikarenakan ada dua sisi yang dikerjakan maka
= 2 x 0,97 menit
= 1,94 menit

Sisi 45 mm menjadi 44 mm
Finishing => T = L = 35 = 35 = 2,33 menit
f x n 0,05 x 300 15
depth of cut = 0,5 mm = membutuhkan 1 x sayatan
= 1 x 2,33
= 2,33 menit
Dikarenakan ada dua sisi yang dikerjakan maka
= 2 x 2,33 menit
= 4,66 menit

D. Perhitungan Membubut Dalam Bertingkat (Presisi)


Perhitungan dan perancangan bubut dalam bertingkat berikut :
Roughing => n = Vc x 1000
πxd
= 30 x 1000
3,14 x 44
= 30.000
138,16
= 217,13 rpm
Karena di informasi mesin bubut tidak ada putaran 217,13 rpm maka
gunakanlah putaran yang mendekati yang tersedia dalam mesin bubut, kami
menggunakan kecepatan 220 rpm

Finishing => n = Vc x 1000


πxd
= 50 x 1000
3,14 x 44
= 50.000
138,16
= 361,89 rpm

24
Karena di informasi mesin bubut tidak ada putaran 361,89 rpm maka
gunakanlah putaran yang mendekati yang tersedia dalam mesin bubut,
kami menggunakan kecepatan 430 rpm

1. Waktu Pengeboran Ø10 mm kedalaman 12 mm

tm =
Keterangan :
tm= Waktu Pengeboran d = diameter mata bor
ℓ = panjang pengeboran n = putaran mata bor (Rpm)
L = panjang total pengeboran f = pemakanan (mm/putaran)

Waktu pengeboran => tm = ℓ +0,3d = 12 + 0,3 + 10 = 22,3 = 2,53 menit


f.n 220 x 0,04 8,8

2. Waktu Bubut Dalam Bertingkat Bidang 1


Ø10 – Ø40 kedalaman 1 – 3 mm
Roughing => T = L = 15 = 15 = 0,34 menit
f x n 0,2 x 220 44
depth of cut = 1 mm = membutuhkan 2 x pemakanan
= 2 x 0,34
= 0,68 menit

Finishing => T = L = 15 = 15 = 0,69 menit


f x n 0,05 x 430 21,5
depth of cut = 0,5 mm = membutuhkan 2 x pemakanan
= 2 x 0,69
= 1,38 menit

3. Waktu Bubut Dalam Bertingkat Bidang 1


Ø10 – Ø36 kedalaman 3 – 6 mm
Roughing => T = L = 13 = 13 = 0,29 menit
fxn 0,2 x 220 44
depth of cut = 1 mm = membutuhkan 2 x pemakanan
= 2 x 0,29
= 0,58 menit
Finishing => T = L = 13 = 13 = 0,60 menit
fxn 0,05 x 430 21,5
depth of cut = 0,5 mm = membutuhkan 2 x pemakanan

25
= 2 x 0,60
= 1,2 menit

4. Waktu Bubut Dalam Bertingkat Bidang 1


Ø6,67 – Ø32 kedalaman 6 – 9 mm
Roughing => T = L = 12,6 = 12,6 = 0,28 menit
fxn 0,2 x 220 44
depth of cut = 1 mm = membutuhkan 2 x pemakanan
= 2 x 0,28
= 0,56 menit

Finishing => T = L = 12,6 = 12,6 = 0,58 menit


f x n 0,05 x 430 21,5
depth of cut = 0,5 mm = membutuhkan 2 x pemakanan
= 2 x 0,58
= 1,16 menit

5. Waktu Bubut Dalam Bertingkat Bidang 1

Ø3,33 – Ø28 kedalaman 9 – 12 mm


Roughing => T = L = 12,3 = 12,3 = 0,27 menit
fxn 0,2 x 220 44
depth of cut = 1 mm = membutuhkan 2 x pemakanan
= 2 x 0,27
= 0,54 menit

Finishing => T = L = 14,3 = 12,3 = 0,57 menit


f x n 0,05 x 430 21,5
depth of cut = 0,5 mm = membutuhkan 2 x pemakanan
= 2 x 0,57
= 1,17 menit

26
E. Gambar Kerja

Gambar 18. Gambar Benda Kerja

27
F. Tahap Pengerjaan
Bahan awal (ST 37 ukuran 49 mm x 48 mm x 47mm)

Gambar 19. Bahan awal

a. Bubut Muka (panjang 50 mm)


Perhitungan dan perancangan bubut muka sebagai berikut :
1) Perhitungan Kecepatan
Roughing => n = Vc x 1000
πxd
= 30 x 1000
3,14 x 50
= 30.000
52,34
= 191,08 rpm
Karena di informasi mesin bubut tidak ada putaran 191,08 rpm maka
gunakanlah putaran yang mendekati yang tersedia dalam mesin bubut,
kami menggunakan kecepatan 180 rpm

Finishing => n = Vc x 1000


πxd
= 50 x 1000
3,14 x 50
= 50.000
157
= 318,4 rpm
Karena di informasi mesin bubut tidak ada putaran 573,17 rpm maka
gunakanlah putaran yang mendekati yang tersedia dalam mesin bubut,
kami menggunakan kecepatan 300 rpm

28
2) Perhitungan waktu bubut muka sisi 1 dan 2

Sisi 49 mm, menjadi 45 mm

Roughing => T = L = 35 = 35 = 0,97 menit


f x n 0,2 x 180 36
depth of cut = 1 mm = membutuhkan 2 x bubut muka
= 2 x 0,97
= 1,94 menit
Dikarenakan ada dua sisi yang dikerjakan maka
= 2 x 1,94 menit
= 3,88 menit

Sisi 45 mm menjadi 44 mm
Finishing => T = L = 35 = 35 = 2,33 menit
f x n 0,05 x 300 15
depth of cut = 0,5 mm = membutuhkan 1 x sayatan
= 1 x 2,33
= 2,33 menit
Dikarenakan ada dua sisi yang dikerjakan maka
= 2 x 2,33 menit
= 4,66 menit
Langkah Kerja
Gambar Kerja

Langkah - langkah Alat - alat


Pasang benda kerja pada chuck rahang 4. Buka chuck - Mesin Bubut
- Kunci Chuck 4
dengan kunci chuk satu persatu. Lalu ukur terlebih
- Jangka Sorong

29
dahulu benda kerja cari ukuran 49 mm. setelah ketemu - Pahat Rata Kiri
- Kunci Tool Post
letakan benda kerja pada chuck 4 dengan posisi ukuran
- Center putar
49 mm memanjang seperti gambar diatas. Pasang center
putar. Usahakan benda kerja harus benar benar center
dengan mengukukur ketepatan tengahnya dengan
menggunakan center putar yang ditempelkan ditengah
benda kerja. Pasang pahat bubut rata kencangkan
menggunakan tool post, lalu centerkan pahat bubut rata
dengan center putar. Lalu titik nol kan pahat dengan
benda kerja gerakannya dari luar benda kerja menuju
tengah benda kerja.

30
Gambar Kerja

Langkah - langkah Alat - alat


Setelah benar – benar center, dan siap lakukan proses - Mesin Bubut
- Kunci Chuck 4
bubut muka, pada awal bubut muka ini kita sebut bidang
- Jangka Sorong
1, yalakan mesin bubut dengan putaran berlawanan arah - Pahat Rata Kiri
- Kunci Tool Post
jarum jam dan dengan putaran 180 untuk roughing
- Center putar
kedalaman pemotongan 1mm lakukan 2x pemakanan dan
pemotongan finishing dengan kedalaman pemotongan 0,5
mm, lakukan sebanyak 2x dengan mengubah kecepatan
putaran mesin bubut 300 rpm.
Jika sudah buka chuhck 4 dan pasangkan benda kerja
pada sisi yang membelakangi bidang 1. Lakukan bubut
muka lagi pada bidang 2 dan hal yang sama seperti
diatas, sehingga ukuran menjadi 44 mm.

31
3) Perhitungan waktu bubut muka sisi 3 dan 4

Sisi 48 mm, menjadi 46 mm

Roughing => T = L = 35 = 35 = 0,97 menit


f x n 0,2 x 180 36
depth of cut = 1 mm = membutuhkan 1 x bubut muka
= 1 x 0,97
= 0,97 menit
Dikarenakan ada dua sisi yang dikerjakan maka
= 2 x 0,97 menit
= 1,94 menit

Sisi 46 mm menjadi 44 mm
Finishing => T = L = 35 = 35 = 2,33 menit
f x n 0,05 x 300 15
depth of cut = 0,5 mm = membutuhkan 2 x sayatan
= 2 x 2,33
= 4,66 menit
Dikarenakan ada dua sisi yang dikerjakan maka
= 2 x 4,66 menit
= 6,32 menit

32
Langkah Kerja
Gambar Kerja

Langkah - langkah Alat - alat


Pasang benda kerja pada chuck rahang 4. Buka chuck - Mesin Bubut
- Kunci Chuck 4
dengan kunci chuk satu persatu. Lalu ukur terlebih
- Jangka Sorong
dahulu benda kerja cari ukuran 48 mm. setelah ketemu - Pahat Rata Kiri
- Kunci Tool Post
letakan benda kerja pada chuck 4 dengan posisi ukuran
- Center putar
48 mm memanjang seperti gambar diatas. Usahakan
benda kerja harus benar benar center dengan mengukukur
ketepatan tengahnya dengan menggunakan center putar
yang ditempelkan ditengah benda kerja.

33
Gambar Kerja

Langkah - langkah Alat - alat


Setelah benar – benar center, lakukan proses bubut muka, - Mesin Bubut
- Kunci Chuck 4
pada bidang 3, yalakan mesin bubut dengan putaran
- Jangka Sorong
berlawanan arah jarum jam dan dengan putaran 180 - Pahat Rata Kiri
- Kunci Tool Post
untuk roughing, kedalaman pemotongan 1mm lakukan
- Center putar
1x pemakanan dan pemotongan finishing dengan
kedalaman pemotongan 0,5 mm, lakukan sebanyak 2x
dengan mengubah kecepatan putaran mesin bubut 300
rpm.
Jika sudah buka chuhck 4 dan pasangkan benda kerja
pada sisi yang membelakangi bidang 3. Lakukan bubut
muka lagi pada bidang 4 dan hal yang sama seperti
diatas, sehingga ukuran menjadi 44 mm.

34
4) Perhitungan waktu bubut muka sisi 5 dan 6

Sisi 47 mm, menjadi 45 mm

Roughing => T = L = 35 = 35 = 0,97 menit


f x n 0,2 x 180 36
depth of cut = 1 mm = membutuhkan 1 x bubut muka
= 1 x 0,97
= 0,97 menit
Dikarenakan ada dua sisi yang dikerjakan maka
= 2 x 0,97 menit
= 1,94 menit

Sisi 45 mm menjadi 44 mm
Finishing => T = L = 35 = 35 = 2,33 menit
f x n 0,05 x 300 15
depth of cut = 0,5 mm = membutuhkan 1 x sayatan
= 1 x 2,33
= 2,33 menit
Dikarenakan ada dua sisi yang dikerjakan maka
= 2 x 2,33 menit
= 4,66 menit

35
Langkah Kerja
Gambar Kerja

Langkah - langkah Alat - alat


Pasang benda kerja pada chuck rahang 4. Buka chuck - Mesin Bubut
- Kunci Chuck 4
dengan kunci chuk satu persatu. Lalu ukur terlebih
- Jangka Sorong
dahulu benda kerja cari ukuran 47 mm. setelah ketemu - Pahat Rata Kiri
- Kunci Tool Post
letakan benda kerja pada chuck 4 dengan posisi ukuran
- Center putar
47 mm memanjang seperti gambar diatas. Usahakan
benda kerja harus benar benar center dengan mengukukur
ketepatan tengahnya dengan menggunakan center putar
yang ditempelkan ditengah benda kerja.

36
Gambar Kerja

Langkah - langkah Alat - alat


Setelah benar – benar center, lakukan proses bubut muka, - Mesin Bubut
- Kunci Chuck 4
pada bidang 5, yalakan mesin bubut dengan putaran
- Jangka Sorong
berlawanan arah jarum jam dan putaran 180 untuk - Pahat Rata Kiri
- Kunci Tool Post
roughing, kedalaman pemotongan 1mm lakuka 1x
- Center putar
pemakanan dan pemotongan finishing dengan kedalaman
pemotongan 0,5 mm, lakukan sebanyak 1x dengan
mengubah kecepatan putaran mesin bubut 300 rpm.
Jika sudah buka chuhck 4 dan pasangkan benda kerja
pada sisi yang membelakangi bidang 5. Lakukan bubut
muka lagi pada bidang 6 dan hal yang sama seperti
diatas, sehingga ukuran menjadi 44 mm.Setelah selesai
ambil benda kerja kemudian ukur menggunakan jangka
sorong.

37
Gambar 20. Hasil Bubut Muka

b. Bubut dalam bertingkat bidang 1


1) Perhitungan Kecepatan
Perhitungan dan perancangan bubut dalam bertingkat berikut :
Roughing => n = Vc x 1000
πxd
= 30 x 1000
3,14 x 44
= 30.000
138,16
= 217,13 rpm
Karena di informasi mesin bubut tidak ada putaran 217,13 rpm maka
gunakanlah putaran yang mendekati yang tersedia dalam mesin bubut,
kami menggunakan kecepatan 220 rpm
Finishing => n = Vc x 1000
πxd
= 50 x 1000
3,14 x 44
= 50.000
138,16
= 361,89 rpm
Karena di informasi mesin bubut tidak ada putaran 361,89 rpm maka
gunakanlah putaran yang mendekati yang tersedia dalam mesin bubut,
kami menggunakan kecepatan 430 rpm

2) Perhitungan Waktu mengebor Ø10 mm kedalaman 12 mm

38
tm =
Keterangan :
tm= Waktu Pengeboran d = diameter mata bor
ℓ = panjang pengeboran n = putaran mata bor (Rpm)
L = panjang total pengeboran f = pemakanan (mm/putaran)

Waktu pengeboran => tm = ℓ +0,3d = 12 + 0,3 + 10 = 22,3 = 2,53 menit


f.n 220 x 0,04 8,8

Langkah Kerja
Gambar Kerja

Langkah - langkah Alat – alat


Pasang benda kerja pada chuck rahang 4. Buka chuck - Mesin Bubut
- Kunci Chuck 4
dengan kunci chuk satu persatu. Lalu pastikan benda
- Jangka Sorong
kerja presisi ditengah chuck dengan cara mengukur - Kunci Tool Post
- Center putar
panjang sisi-sis benda kerja menggunakan jangka sorong,
- Center Drill
tempelkan center putar dibenda kerja, kemudian putar - Mata bor Ø10
- Kunci bor
chuck secra perlahan, jika sudah center, ganti center putar

39
dengan mata bor Ø10 mm, kencangkan menggunakan
kunci bor.
Nyalakan mesin buubt dengan putaran berlawanan arah
jarum jam kecepatan 220 rpm, kemudian lakukan proses
pengeboran dengan perlahan – lahan dengan kedalaman
12 mm seperti gambar diatas.

Gambar 20. Hasil Bor Ø10 mm

3) Waktu Bubut Dalam Bertingkat Bidang 1

Ø10 – Ø40 kedalaman 1 – 3 mm


Roughing => T = L = 15 = 15 = 0,34 menit
f x n 0,2 x 220 44
depth of cut = 1 mm = membutuhkan 2 x pemakanan
= 2 x 0,34 = 0,68 menit

Finishing => T = L = 15 = 15 = 0,69 menit


f x n 0,05 x 430 21,5
depth of cut = 0,5 mm = membutuhkan 2 x pemakanan
= 2 x 0,69 = 1,38 menit
Langkah Kerja
Gambar Kerja

40
Langkah - langkah Alat – alat
Arahkan pahat bubut rata dengan posisi nol pahat kepada - Mesin Bubut
- Kunci Chuck 4
diameter luar Ø10 hasil bor sebelumnya. Setelah sudah
- Jangka Sorong
nyalakan mesin bubut dengan putaran berlawanan arah - Kunci Tool Post
- Center Putar
jarum jam dan dengan kecepatan roughing 220 rpm,
- Pahat Rata Kiri
kemudian lakukan proses bubut dalam secara perlahan
dari Ø10 - Ø40, kedalaman pemakanan 1 mm lakukan 2x.
Lalu ubah kecepatan putaran menjadi 300 rpm untuk
melakukan finishing, dengan kedalaman pemotongan 0,5
mm lakukan 2x hingga total kedalaman untuk Ø40 adalah
3mm. Setelah selesai bebaskan pahat, matikan mesin lalu
ukur lebar lubang menggunakan jangka sorong.

41
Gambar 20. Hasil Bubut Dalam Ø40 mm kedalaman 3mm

Ø10 – Ø36 kedalaman 3 – 6 mm


Roughing => T = L = 13 = 13 = 0,29 menit
fxn 0,2 x 220 44
depth of cut = 1 mm = membutuhkan 2 x pemakanan
= 2 x 0,29
= 0,58 menit
Finishing => T = L = 13 = 13 = 0,60 menit
fxn 0,05 x 430 21,5
depth of cut = 0,5 mm = membutuhkan 2 x pemakanan
= 2 x 0,60
= 1,2 menit

42
Langkah Kerja
Gambar Kerja

Langkah - langkah Alat – alat


Arahkan pahat bubut rata dengan posisi nol pahat kepada - Mesin Bubut
- Kunci Chuck 4
diameter luar Ø10 hasil bubut dalam sebelumnya. Setelah
- Jangka Sorong
sudah nyalakan mesin bubut dengan putaran berlawanan - Kunci Tool Post
- Center Putar
arah jarum jam dan dengan kecepatan roughing 220 rpm,
- Pahat Rata Kiri
kemudian lakukan proses bubut dalam secara perlahan
dari Ø10 – Ø36, kedalaman pemakanan 1 mm lakukan
2x. Lalu ubah kecepatan putaran menjadi 300 rpm untuk
melakukan finishing, dengan kedalaman pemotongan 0,5
mm lakukan 2x hingga total kedalaman untuk Ø36 adalah
3mm. Setelah selesai bebaskan pahat, matikan mesin lalu
ukur lebar lubang menggunakan jangka sorong.

43
Gambar 20. Hasil Bubut Dalam Ø36 mm kedalaman 3mm

Ø6,67 – Ø32 kedalaman 6 – 9 mm


Roughing => T = L = 12,6 = 12,6 = 0,28 menit
fxn 0,2 x 220 44
depth of cut = 1 mm = membutuhkan 2 x pemakanan
= 2 x 0,28
= 0,56 menit

Finishing => T = L = 12,6 = 12,6 = 0,58 menit


f x n 0,05 x 430 21,5
depth of cut = 0,5 mm = membutuhkan 2 x pemakanan
= 2 x 0,58
= 1,16 menit

44
Langkah Kerja
Gambar Kerja

Langkah - langkah Alat – alat


Arahkan pahat bubut rata dengan posisi nol pahat kepada - Mesin Bubut
- Kunci Chuck 4
diameter luar Ø6,67 hasil bor tadi. Setelah sudah
- Jangka Sorong
nyalakan mesin bubut dengan putaran berlawanan arah - Kunci Tool Post
- Center Putar
jarum jam dan dengan kecepatan roughing 220 rpm,
- Pahat Rata Kiri
kemudian lakukan proses bubut dalam secara perlahan
dari Ø6,67 – Ø32, kedalaman pemakanan 1 mm lakukan
2x. Lalu ubah kecepatan putaran menjadi 300 rpm untuk
melakukan finishing, dengan kedalaman pemotongan 0,5
mm lakukan 2x hingga total kedalaman untuk Ø32 adalah
3mm. Setelah selesai bebaskan pahat, matikan mesin lalu
ukur lebar lubang menggunakan jangka sorong.

45
Gambar 20. Hasil Bubut Dalam Ø32 mm kedalaman 3mm

Ø3,33 – Ø28 kedalaman 9 – 12 mm


Roughing => T = L = 12,3 = 12,3 = 0,27 menit
fxn 0,2 x 220 44
depth of cut = 1 mm = membutuhkan 2 x pemakanan
= 2 x 0,27
= 0,54 menit

Finishing => T = L = 14,3 = 12,3 = 0,57 menit


f x n 0,05 x 430 21,5
depth of cut = 0,5 mm = membutuhkan 2 x pemakanan
= 2 x 0,57
= 1,17 menit

46
Langkah Kerja
Gambar Kerja

Langkah - langkah Alat – alat


Arahkan pahat bubut rata dengan posisi nol pahat kepada - Mesin Bubut
- Kunci Chuck 4
diameter luar Ø3,33 hasil bubut dalam sebelumnya.
- Jangka Sorong
Setelah sudah nyalakan mesin bubut dengan putaran - Kunci Tool Post
- Center Putar
berlawanan arah jarum jam dan dengan kecepatan
- Pahat Rata Kiri
roughing 220 rpm, kemudian lakukan proses bubut dalam
secara perlahan dari Ø3,33 – Ø28, kedalaman pemakanan
1 mm lakukan 2x. Lalu ubah kecepatan putaran menjadi
300 rpm untuk melakukan finishing, dengan kedalaman
pemotongan 0,5 mm lakukan 2x hingga total kedalaman
untuk Ø36 adalah 3mm. Setelah selesai bebaskan pahat,
matikan mesin lalu ukur lebar lubang menggunakan
jangka sorong.

47
Gambar 20. Hasil Bubut Dalam Ø28 mm kedalaman 3mm

c. Bubut dalam bertingkat bidang 2, 3, 4, 5 dan 6


Lakukan proses yang sama seperti langkah di atas mulai dari pengeboran
Ø10, bubut dalam Ø40 – Ø28 terhadap semua bidang benda kerja,
dengan menggunakan parameter yang sama juga. Ini dikarenakan benda
kerja yang kita kerjakan merupakan benda kerja presisi dan diharapkan
hasil dari bubut dalam bertingkat dari semua bidang ini benar – benar
presisi.

Waktu pengeboran => tm = ℓ +0,3d



f.n
= 12 + 0,3 + 10 = 22,3 = 2,53 menit
220 x 0,04 8,8

Karena ada 6 bidang maka = 6 x 2,53 menit


= 15.18 menit

Waktu Bubut Dalam Bertingkat Bidang



Ø10 – Ø40 kedalaman 1 – 3 mm
Roughing => T = L = 15 = 15 = 0,34 menit
f x n 0,2 x 220 44

depth of cut = 1 mm = membutuhkan 2 x pemakanan


= 2 x 0,34 = 0,68 menit
Karena ada 6 bidang maka = 6 x 0,68 menit
= 4,08 menit

48
Finishing => T = L = 15 = 15 = 0,69 menit
f x n 0,05 x 430 21,5
depth of cut = 0,5 mm = membutuhkan 2 x pemakanan
= 2 x 0,69 = 1,38 menit
Karena ada 6 bidang maka = 6 x 1,38 menit
= 8,28 menit

Ø10 – Ø36 kedalaman 3 – 6 mm



Roughing => T = L = 13 = 13 = 0,29 menit
fxn 0,2 x 220 44
depth of cut = 1 mm = membutuhkan 2 x pemakanan
= 2 x 0,29
= 0,58 menit
Karena ada 6 bidang maka = 6 x 0,58 menit
= 3,48 menit

Finishing => T = L = 13 = 13 = 0,60 menit


fxn 0,05 x 430 21,5
depth of cut = 0,5 mm = membutuhkan 2 x pemakanan
= 2 x 0,60
= 1,2 menit
Karena ada 6 bidang maka = 6 x 1,2 menit
= 7,2 menit

49
Ø6,67 – Ø32 kedalaman 6 – 9 mm

Roughing => T = L = 12,6 = 12,6 = 0,28 menit
fxn 0,2 x 220 44
depth of cut = 1 mm = membutuhkan 2 x pemakanan
= 2 x 0,28
= 0,56 menit
Karena ada 6 bidang maka = 6 x 0,56 menit
= 3,36 menit

Finishing => T = L = 12,6 = 12,6 = 0,58 menit


f x n 0,05 x 430 21,5
depth of cut = 0,5 mm = membutuhkan 2 x pemakanan
= 2 x 0,58
= 1,16 menit
Karena ada 6 bidang maka = 6 x 1,16 menit
= 6,96 menit

Ø3,33 – Ø28 kedalaman 9 – 12 mm



Roughing => T = L = 12,3 = 12,3 = 0,27 menit
fxn 0,2 x 220 44
depth of cut = 1 mm = membutuhkan 2 x pemakanan
= 2 x 0,27
= 0,54 menit
Karena ada 6 bidang maka = 6 x 0,54 menit
= 3,24 menit

Finishing => T = L = 14,3 = 12,3 = 0,57 menit


f x n 0,05 x 430 21,5
depth of cut = 0,5 mm = membutuhkan 2 x pemakanan
= 2 x 0,57
= 1,17 menit
Karena ada 6 bidang maka = 6 x 1,17 menit
= 7,02 menit

50
Gambar 20. Hasil Bubut Dalam bertingkat disemua bidang

Gambar 23. Produk Jadi Bubut Eksentrik

51
G. Total Waktu Pengerjaan

Raughing Finishing WaktuTotal


No Langkah Pengerjaan Bidang
(menit) (menit) (menit)
1-2 3,88 menit 4,66 menit 8,54 menit
Waktu Bubut muka
1 3-4 1,94 menit 6,32 menit 8,26 menit
(Faceing)
5-6 1,94 menit 4,66 menit 6,66 menit
3 Bor Ø10 1-6 15,18 menit - 15,18 menit
Ø10 – Ø40 1-6 4,08 menit 8,28 menit 12,36 menit
Ø10 – Ø36 1-6 3,48 menit 7,2 menit 10,68 menit
Bubut
Ø6,67 –
4 dalam 1-6 3,36 menit 6,96 menit 10,32 menit
Ø32
bertingkat Ø3,33 –
1-6 3,24 menit 7,02 menit 10,26 menit
Ø28
5 Waktu penyetingan mesin - - - 30 menit
Waktu penyetingan bubut
6 Faceing dan bubut dalam - - - 60 menit
bertingkat
Total waktu yang dibutuhkan 172,26 menit

52
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum yang dilakukan di workshop Teknik
Mesin FPTK UPI, maka dapat saya simpulkan sebagai berikut :
1. Setiap mahasiswa dapat mengetahui dan memahami mesin bubut yang
digunakan ketika melakukan proses produksi bubut selain bentuk benda
silinder dan bubut presisi menggunakan chuck 4
2. Kecepatan dalam menggerakkan longitudinal feed handwheel ataupun cross
slide handwheel sangat mempengaruhi halus kasarnya hasil pembubutan.
3. Hasil bubutan yang baik akan ditandai dengan sayatan yang berbentuk
panjang-panjang.
4. Ketepatan memilih bagian mana dahulu yang hendak dikerjakan akan sangat
menentukan untuk menyelesaikan benda kerja tepat waktu.
5. Penyetingan chuck 4 dengan benda kerja sangat menentukan hasil dari
proses pengerjaan bubut dalam bertingkat presisi, jika dalam setingan
chuck dengan benda kerja simetris dari bidang 1 – 6 maka hasilnya tampak
rapih seperti gambar contoh diatas yang sudah dipaparkan.
6. Setiap peserta praktikum akan mengetahui dan memahami tentang
keselamatan dan kesehatan kerja yang aman agar tidak terjadi suatu hal
yang tidak dingginkan ketika melakukan praktikum bubut presisi dalam
bertingkat ini.
7. Gunakan alat ukur seperti jangka sorong dengan baik, cek terlebih dahulu
keakuratan jangka sorong sebelum dipakai, karena jika janka sorong yang
dipakai tidak akurat lagi maka hasilnya juga akan tidak simetris yang
diharapkan.

53
B. Saran
1. Bagi mahasiswa yang hendak praktikum di masa mendatang, sebelum
praktikum membubut hendaknya mempelajari fungsi bagian-bagian dari
mesin bubut dan modul praktikum terlebih dahulu.
2. Dalam membubut untuk awalan sebaiknya proses membubut dilakukan
secara manual, walaupun hasilnya kasar tidaklah masalah untuk
menghemat waktu dan setelah hendak finishing barulah gunakan
pembubutan otomatis untuk hasil permukaan yang halus.
3. Sabaiknya jadwal untuk praktikum diperbanyak atau jam praktikum
ditembah untuk dapat mahasiswa menyelesaikan job sheet dan menambah
pendalaman tentang membubut.
4. Untuk setting benda kerja kubus dengan chuck 4 lebih presisi jika
menggunakan dayel indicator, sayang sekali saya tidak menggunakan alat
ukur tersebut. Saya hanya melakukan pengukuran manual dari sisi benda
kerja kearah pusat titik benda kerja.
5. Ketika membubut dalam, hal yang perlu diperhatikan adalah ketelitian
penglihatan mata, untuk melihat batas-batas pembubutan agar benda kerja
tidak kelebihan waktu pembubutan atau tekor J.ika terlihat gelap, minta
bantuanlah kepada teman kelompok untuk menyinari bagian yang gelap
dengan menggunakan senter / cahaya.

54
DAFTAR PUSTAKA

Amstead, B Hetal. 1995. Teknologi Mekanik. Jakarta: Penerbit Erlangga.


Anonim. 1997. Teknik Mesin. Bandung: Politeknik Manufaktur Bandung ITB,
Industrial Training Service.
Kana, Arudam. Macam-macam Mesin Bubut dan Fungsinya. 20 Juli 2014.
http://arudamkanateknik.blogspot.com/2014/07/macam-macam-mesin-
bubut-dan-fungsinya_20.html
Prabowo, Muhammad. Pengertian Mesin Bubut. 23 Agustus 2013.
http://mprabowo19.blogspot.com/2013/01/pengertian-mesin-bubut.html
Rochim, Taufiq. 1980. Proses Pemesinan. HEDSP, Bandung
Sularso, Suga K. 1984. Dasar Perancangan dan Pemilihan Elemen Mesin.
Jakarta: PT. Pradya Paramita.
Suratman, M. 1992. Teknik Mesin. (Diktat) untuk STM Jurusan Mesin Tenaga.
Terbatas untuk lingkungan sendiri.
Wardaya. 2000. Mesin Bubut dan Mesin Frais. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.

55

Anda mungkin juga menyukai