Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PENDAHULUAN

ILMU BAHAN PAKAN

PRAKTIKUM I
PENGENALAN BAHAN PAKAN SECARA
MAKROSKOPIS

NAMA : MUHAMMAD ISMAIL RUSLI


NIM : I111 16 503
KELOMPOK : I (SATU)
GELOMBANG: I (SATU)

LABORATORIUM ILMU BAHAN PAKAN


DEPARTEMEN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
Pakan menjadi faktor utama usaha peternakan. Tersedianya pakan
yang cukup kualitas, kuantitas dan kontinuitas sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan usaha peternakan. Saat ini industri pakan di Indonesia sangat
tergantung bahan pakan impor, padahal Indonesia memiliki banyak sumber
pakan yang sangat berpotensi. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian
untuk mencari bahan pakan alternatif yang ketersediaannya melipah,
berkualitas dan kontinuitasnya terjamin. Salah satu peluang bahan pakan
alternatif yang bisa dimanfaatkan secara optimal adalah pemanfaatan limbah
industri pertanian.

Bahan pakan adalah setiap bahan yang dapat dimakan, disukai, dapat
dicerna sebagian atau seluruhnya, dapat diabsorpsi dan bermanfaat bagi
ternak. Oleh karena itu agar dapat disebut sebagai bahan pakan maka harus
memenuhi semua persyaratan tersebut, sedang yang dimaksud dengan pakan
adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan diserap baik secara
keseluruhan atau sebagian dan tidak menimbulkan keracunan atau tidak
mengganggu kesehatan ternak yang mengkonsumsinya, sedang yang
dimaksud dengan ransum adalah campuran beberapa bahan pakan yang
disusun sedemikian rupa sehingga zat gizi yang dikandungnya seimbang
sesuai kebutuhan ternak. Komponen pakan yang dimanfaatkan oleh ternak
disebut zat gizi. Pakan berfungsi sebagai pembangunan dan pemeliharaan
tubuh, sumber energi, produksi, dan pengatur proses-proses dalam tubuh.
Kandungan zat gizi yang harus ada dalam pakan adalah protein, lemak,
karbohidrat, mineral, vitamin dan air (Subekti, 2009).

Berdasarkan kandungan serat kasarnya bahan makanan ternak dapat


dibagi kedalam dua golongan yaitu bahan penguat (konsentrat) dan hijauan.
Konsentrat dapat berasal dari bahan pangan atau dari tanaman seperti
serealia (misalnya jagung, padi atau gandum), kacang-kacangan (misalnya
kacang hijau atau kedelai), umbi-umbian (misalnya ubi kayu atau ubi jalar),
dan buah-buahan (misalnya kelapa atau kelapa sawit). Konsentrat juga dapat
berasal dari hewan seperti tepung daging dan tepung ikan. Disamping itu
juga dapat berasal dari industri kimia seperti protein sel tunggal, limbah atau
hasil ikutan dari produksi bahan pangan seperti dedak padi dan pollard, hasil
ikutan proses ekstraksi seperti bungkil kelapa dan bungkil kedelai, limbah
pemotongan hewan seperti tepung darah dan tepung bulu, dan limbah proses
fermentasi seperti ampas bir.

Klasifikasi berdasarkan kandungan gizinya bahan makanan ternak


dapat dibagi atas sumber energi (misalnya dedak ubi kayu), sumber protein
yang berasal dari tanaman (misalnya bungkil kedelai dan bungkil kelapa)
dan sumber protein hewani (tepung darah, tepung bulu dan tepung ikan).
Selain sumber protein dan sumber energi, beberapa bahan makanan dapat
digolongkan sebagai sumber mineral (misalnya tepung tulang, kapur dan
garam), serta sumber vitamin (misalnya ragi dan minyak ikan). Beberapa
bahan seperti antibiotika, preparat hormon, preparat enzim, dan buffer dapat
digunakan untuk meningkatkan daya guna ransum. Bahan-bahan tersebut
digolongkan dalam pakan imbuhan (feed aditif).

Pengelompokan yang lain adalah berdasarkan penggunaannnya.


Pakan berdasarkan penggunaannya dibagi atas bahan makanan konvensional
(seperti bungkil kedelai dan dedak) dan nonkonvensional (seperti ampas
nenas dan isi rumen).

Komposisi kimia bahan makanan ternak sangat beragam karena


tergantung pada varieteas, kondisi tanah, pupuk, iklim, cara pengolahan,
lama penyimpanan dan lain-lain. Berdasarkan penelitian, beberapa padi
yang berasal dari beberapa pola tanam yang berbeda digiling disuatu
penggilingan yang sama maka keragaman dedak padi dari beberapa pola
tanam berbeda tersebut tidak banyak berbeda komposisinya. Sedangkan bila
padi dari beberapa pola tanam yang sama digiling dibeberapa penggilingan,
maka komposisi dedak padi tersebut akan beragam. Dari hal ini cara
pengolahan lebih menyebabkan keragaman komposisi dedak padi
dibandingkan dengan pola tanam.

Subekti (2009) menyatakan bahwa berdasarkan kandungan zat


gizinya bahan pakan dapat dikelompokkan dalam 5 kelompok yaitu :

1. Pakan sumber energi yaitu pakan yang mengandung protein kurang


dari 20%, serat kasar kurang dari 18% dan kandungan dinding sel
kurang dari 39%.
2. Pakan sumber protein yaitu pakan yang mengandung protein lebih
dari 20%
3. Sumber mineral
4. Sumber vitamin
5. Pakan tambahan/Feed aditif

Berikut ini merupakan jenis-jenis makanan ternak yang ada diantaranya

1. Hijauan Segar
Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada
ternak dalam bentuk segar, baik yang dipotong terlebih dahulu (oleh
manusia) maupun yang tidak (disengut langsung oleh ternak).
Hijauan segar umumnya terdiri atas daun-daunan yang berasal dari
rumput-rumputan, tanaman bijibijian/ jenis kacang-
kacangan. Rumput-rumputan merupakan hijauan segar yang sangat
disukai ternak, mudah diperoleh karena memiliki kemampuan
tumbuh tinggi, terutama di daerah tropis meskipun sering
dipotong/disengut langsung oleh ternak sehingga menguntungkan
para peternak/ pengelola ternak. Hijauan banyak mengandung
karbohidrat dalam bentuk gula sederhana, pati dan fruktosa yang
sangat berperan dalam menghasilkan energy.
2. Jerami dan hijauan kering
Termasuk kedalam kelompok ini adalah semua jenis jerami dan
hijauan pakan ternak yang sudah dipotong dan dikeringkan.
Kandungan serat kasarnya lebih dari 18% (jerami, hay dan kulit biji
kacang-kacangan).
3. Silase
Silase adalah hijauan pakan ternak yang disimpan dalam bentuk
segar biasanya berasal dari tanaman sebangsa padi-padian dan
rumput-rumputan.
4. Konsentrat (pakan penguat)
Contoh: dedak padi, jagung giling, bungkil kelapa, garam dan
mineral.

Dalam penggunaan bahan pakan alternative sebagai sumber pakan


harus disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi ternak tersebut agar diperoleh
produksi yang optimal. Pemilihan bahan pakan yang tepat akan
menghasilkan pakan yang berkualitas dan mampu memenuhi kebutuhan
ayam pedaging. Selain itu, bahan pakan tersebut tidak boleh mengandung
unsur-unsur yang menjadi pembatas dalam penggunaannya yang dapat
mempengaruhi performa dari pertumbuhan ternak maupun konsumen yang
akan mengkonsumsi hasil ternak tersebut (Allama, 2012).

Pakan ternak ruminansia terdiri dari pakan hijauan, konsentrat,


vitamin dan mineral sebagai suplemen. Hijauan yang biasa digunakan
sebagai pakan pada usaha peternakan rakyat di pedesaan adalah rumput
lapangan dan hasil samping pertanian, serta beberapa rumput introduksi
sebagai rumput unggulan. Hasil sampingan pertanian yang sering digunakan
adalah jerami padi, jerami jagung, jerami kedelai, jerami sorgum, daun ubi
jalar, daun ubi kayu dan pucuk tebu, sedangkan bahan baku konsentrat yang
sering digunakan adalah dedak padi, gaplek, bungkil kelapa, bungkil kelapa
sawit dan lain-lain (Sitidaon, 2013).

Secara umum bahan pakan yang bersumber dari hasil samping


pertanian dan perkebunan perlu dilakukan perlakukan teknologi pakan untuk
meningkatkan daya cerna dan kualitas nutrisinya. Upaya untuk
meningkatkan nilai gizi limbah pertanian dapat dilakukan dengan
perlakukan fisik seperti pencacahan, kimiawi seperti penambahan zat lain
maupun biologis seperti proses fermentasi. Ditingkat peternak rakyat,
penerapan teknologi untuk meningkatkan kualitas pakan memiliki hambatan
dengan berbagai alasan seperti jumlah limbah yang dikumpulkan relatif
sedikit sehingga kurangnya fasilitas untuk pengolahan maupun
penyimpanan, terjadinya penambahan biaya dan tenaga kerja dalam
perlakuan teknologi pengolahan tersebut. Untuk itu dibutuhkan teknologi
pakan yang sederhana, murah, ekonomis dan mudah diadopsi peternak
(Sitidaon, 2013).

DAFTAR PUSTAKA

Allama. H., dkk. 2012. Pengaruh penggunaan tepung ulat kandang


(Alphitobius diaperinus) dalam pakan terhadap penampilan produksi
ayam pedaging. Jurnal Ilmu-ilmu Peternakan 22 (3): 1 – 8

Kartadisastra. 2003.Pengelolaan Pakan Ayam, Kiat Meningkatkan


Keuntungan

Sitidaon. H. S. 2013. Inventarisasi potensi bahan pakan ternak ruminansia di


provinsi riau. Jurnal Peternakan Vol. 10(1) : 18-23).

Subekti. Endah. 2009. Ketahanan pakan ternak indonesia. Jurnal Ilmu –


ilmu Pertanian vol 5. No 2, 2009: hal 63 – 71.

Anda mungkin juga menyukai