Anda di halaman 1dari 18

BAB II

PENGAMBILAN SPECIMEN DARAH VENA & ARTERI

A. Pengambilan Spesimen Darah Vena


1. Definisi
Pengambilan darah vena adalah cara pengambilan darah dengan menusuk area
pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit. Pengambilan darah vena yaitu
suatu pengambilan darah vena yang diambil dari vena dalam fossa cubiti, vena
saphena magna / vena supervisiallain yang cukup besar untuk mendapatkan
sampel darah yang baik dan representatif dengan menggunakan spuit atau
vacutainer.
2. Ciri – ciri Pembuluh Balik (Vena)
1) Terletak di dekat permukaan kulit sehingga mudah di kenali
2) Dinding pembuluh lebih tipis dan tidak elastis.
3) Tekanan pembuluh lebih lemah di bandingkan pembuluh nadi
4) Terdapat katup yang berbentuk seperti bulan sabit (valvula semi lunaris) dan
menjaga agar darah tak berbalik arah.
5) Terdiri dari :
a) Vena cava superior yang bertugas membawa darah dari bagian atas tubuh
menuju serambi kanan jantung.
b) Vena cava inferior yang bertugas membawa darah dari bagian bawah
tubuh ke serambi kanan jantung.
c) Vena cava pulmonalis yang bertugas membawa darah dari paru-paru ke
serambi kiri jantung.
3. Tujuan
a. Untuk mendapatkan sampel darah vena yang baik dan memenuhi syarat
untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium.
b. Untuk menurunkan resiko kontaminasi dengan darah (infeksi, needle stick
injury) akibat vena punctie bagi petugas maupun penderita.
c. Untuk petunjuk bagi setiap petugas yang melakukan pengambilan darah
(phlebotomy)
4. Lokasi Pengambilan Darah Vena
Vena yang cukup besar dan letaknya superficial, Pada orang dewasa biasanya
vena difosa cubiti sedangkan pada anak-anak dan bayi mungkin diambil pada :
Vena Jugularis Externa, Vena Femoralis (paha), Vena Sinus Sagitalis Superior
(kepala).
Untuk bayi biasanya dari ujung jari kaki atau sisi lateral tumit. Jangan
menusuk pada bagian tangan bayi karena akan tertusuk tembus hingga ke tulang
sehingga akan menyebabkan kerusakan jaringan tulang pada bayi. Dalamnya
tusukkan maksimal 2,5 mm, karena bila melebihi pada bayi akan terkena tulang
kalkaneus. Tempat yang dipilih tidak boleh terlihat adanya gangguan peredaran
darah seperti cyanosis (kebiruan) atau pucat.

Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah adalah :


a. Lengan pada sisi mastectomy
b. Daerah edema
c. Hematoma
d. Daerah dimana darah sedang ditransfusikan
e. Daerah bekas luka
f. Daerah dengan cannula, fistula atau cangkokan vascular
g. Daerah intra-vena lines Pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan
darah menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan atau menurunkan kadar
zat tertentu.

5. Indikasi Pengambilan Darah vena


a. Apabila pengambilan darah dilakukan untuk pemeriksaan yang memerlukan
specimen darah lebih dari 0,5 cc
b. Bila terdapat pemeriksaan yang memerlukan serum, plasma, atau wholeblood
dalam volume yang besar.
c. Pada pengambilan darah vena dengan wing needle
1) Digunakan untuk vena yang kecil (orangtua, anak-anak)
2) Pada pengambilan darah dengan sistem vacutainer
3) Digunakan untuk vena yang besar.
6. Kontraindikasi
a. Jika terdapat tanda-tanda infeksi, infiltrasi atau thrombosis pada tempat
penusukan.
b. Klien dengan mastektomi yang mengalami gangguan pada tangannya.
c. Fistula arteriovenus
d. Lengan yang mengalami gangguan atau kelumpuhan
e. Lengan dengan gangguan sirkulasi ataupun neurologis.
7. Kegunaan Pengambilan Spesimen Darah vena
a. menegakkan diagnosa
b. memantau perjalanan penyakit
c. penatalaksanaan pasien
d. menentukan prognosis
e. sebagai tes penyaring/ screning test
8. Komplikasi
a. Pembendungan yang terlalu lama akan mempengaruhi hasil pemeriksaan
karena akan terjadi hemokonsentrasi. Pengisapan darah ang terlalu dalam akan
menyebabkan darah membeku dalam spuit, segera pisahkan darah ke dalam
tabung sesuai jenis pemeriksaan.
b. Terbentuk hematoma pada tempat penusukan.
c. Terjadi perdarahan pada tempat penusukan
9. Persiapan alat
a. Kapas alcohol
b. Spuit ( 2-5ml)
c. Bak spuit
d. Bengkok
e. Kapas steril + betadine
f. Sarung tangan
g. Plester dan tourniquet
h. Perlak pengalas
i. Tabung darah dan label

10. Persiapan pasien


a. Pastikan identitas pasien
b. Mengkaji kondisi pasien
c. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan
d. Atur posisi pasien.
11. Daerah yang harus diperhatikan perawat dalam melakukan tindakan
a. Pemasangan tali tourniquet ( tali pembendung)
1) Pemasangan dalam waktu lama dn terlalu keras dapat menyebabkan
hemokonsentrasi (( peningkatan nilai hematokrit/PCV dan elemen sel),
peningkatan kadar substrat ( protein total, AST, besi, kolesterol, lipid total)
2) Melepas tourniquet sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan hematoma
b. Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga mengakibatkan
masuknya udara ke dalam tabung dan merusak sel darah merah.
c. Penusukan
1) Penusukan yang tidak sekali kena mengakibatkan masuknya cairan
jaringan sehingga dapat mengakibatkan pembekuan. Di samping itu
penusukan yang berkali-kali juga berpotensi menyebabkan hematoma.
2) Tusukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan
darah bocor dengan akibat hematoma.
d. Kulit yag ditusuk masih basah oleh alcohol menyebabkan hemolisis sampel
akibat kontaminasi oleh alcohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan
pada pasien ketika dilakukan penusukan.
12. Prosedur tindakan
a. Alat-alat yang diperlukan disiapkan diatas meja.
b. Keadaan pasien diperiksa, diusahakan pasien tenang begitu pula petugas
(Phlebotomis).
c. Ditentukan vena yang akan ditusuk, pada orang gemuk atau untuk vena yang
tidak terlihat dibantu dengan palpasi
d. Daerah vena yang akan ditusuk diperhatikan dengan seksama terhadap adanya
peradangan, dermatitis atau bekas luka, karena mempengaruhi hasil
pemeriksaan.
e. Tempat penusukan didesinfeksi dengan Alkohol 70 % dan dibiarkan kering
f. Tourniquet dipasang pada lengan atas (bagian proximal lengan) 6 – 7 cm dari
lipatan tangan.
g. Tegakkan kulit diatas vena dengan jari-jari tangan kiri supaya vena tidak
bergerak
h. Dengan lubang jarum menghadap keatas, kulit ditusuk dengan sudut 45o – 60o
sampai ujung jarum masuk lumen vena yang ditandai dengan berkurangnya
tekanan dan masuknya darah keujung semprit.
i. Holder ditarik perlahan-lahan sampai volume darah yang diinginkan.
j. Torniquet dilepas, kapas diletakkan diatas jarum dan ditekan sedikit dengan
jari kiri, lalu jarum ditarik.
k. Pasien diinstruksikan untuk menekan kapas selama 1 – 2 menit dan setelah itu
bekas luka tusukan diberi plester hansaplast.
l. Jarum ditutup lalu dilepaskan dari sempritnya, darah dimasukkan kedalam
botol atau tabung penampung melalui dinding secara perlahan. Bila
menggunakan anticoagulant, segera perlahan-lahan dicampur.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi (2008). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta : Salemba Medika

Direktorat Laboratorium Kesehatan Departemen Kesehatan RI,2004. Pedoman Praktek


Laboratorium yang Benar (Good Laboratory Practice), Cetakan ke-3. Jakarta.

Hidayat, A Aziz Alimul & Musrifatul Uliyah.2004.Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar
Manusia.Jakarta:EGC

Joyce LeFever Kee, 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik. Edisi 6.
Jakarta : EGC.

Murwani,Arita. 2008.Keterampilan Dasar Praktek Klinik Keperawatan. Yogyakarta;


Fitramaya

Pearce, Evelyn C.2013.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta:PT Gramedia Pustaka


Utama.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PENGAMBILAN SPESIMEN DARAH VENA

DILAKUKAN
NO KRITERIA PENCAPAIAN KOMPETENSI
YA TIDAK
A TAHAP PREINTERAKSI
1. Melakukan pengecekan program terapi
2. Mencuci tangan
3. Memakai sarung tangan
4. Menempatkan alat di dekat pasien
B TAHAP ORIENTASI
1. Memberi salam dan menyapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan sebelum
kegiatan
C TAHAP KERJA
1. Menjaga privasi klien
2. Berikan kesempatan klien untuk bertanya sebelum
kegiatan dilakukan
3. Mengatur posisi klien dengan nyaman
4. Cari vena yang akan ditusuk (superfisisal, cukup besar,
lurus, tidak ada peradangan, tidak diiinfus).
5. Letakkan tangan lurus serta ekstensikan dengan
bantuan tangan kiri operator atau diganjal dengan
telapak menghadap ke atas sambil mengepal.
6. Lakukan desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan
kapas steril yang telah dibasahi alcohol 70% dan
biarkan sampai kering.
7. Lakukan pembendungan pada daerah proximal kira-
kira 4-5 jari dari tempat penusukan agar vena tampak
lebih jelas (bila tourniquet berupa ikatan simpul
terbuka dan arahnya ke atas)
8. Ambil spuit dengan ukuran sesuai jumlah darah yang
akan diambil, cekjarumdankaretnya.
9. Pegang spuit dengan tangan kanan, kencangkan
jarumnya dan dorong penghisap sampai ke ujung
depan.
10. Fiksasi pembuluh darah yang akan ditusuk dengan ibu
jari tangan kiri.
11. Tusukkan jarum dengan sisi menghadap ke atas
membentuk sudut 15-30° sampai ujung jarum masuk
ke dalam vena dan terlihat darah dari pangkal jarum.
12. Fiksasi spuit dengan tangan kiri dengan membentuk
sudut.
13. Penghisap spuit ditarik pelan-pelan sampai didapatkan
volume darah yang didinginkan.
14. Kepalan tangan dibuka, lepaskan bendungan dan
letakkan kapas alcohol 70% di atas jarum, cabut jarum
dengan menekan kapas menggunakan tangan kanan
pada bekas tusukan selama beberapa menit untuk
mencegah perdarahan, plester, tekan dengan telunjuk
dan ibu jari penderita selama ± 5 menit.
15. Lepaskan jarum, alirkan darah dalam wadah melalui
dindingnya supaya tidak terjadi hemolisa.
16. Tuangkan darah ke dalam botol penampungan yang
volumenya sesuai (sesuai dengan jenis pemeriksaan
yang diminta).
17. Jika menggunakan anti koagulan, kocok botol beberapa
menit agar anti koagulan tercampur dengan darah dan
tidak terjadi pembekuan.
D TAHAP TERMINASI
1. Evaluasi perasaan klien
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan, bereskan alat-alat
5. Melepas sarung tangan
6. Cuci tangan
E DOKUMENTASI
1. Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan
B. Pengambilan Spesimen Darah Arteri
1. Definisi
Pengambilan darah arteri adalah suatu tindakan untuk mengambil darah arteri
yaitu pembuluh darah yang berasal dari bilik jantung yang berdinding tebal dan
kaku. Sedangkan analisa gas darah adalah prosedur untuk menilai tekanan parsial
oksigen, karbondioksida dan pH (konsentrasi ion hydrogen) di darah arteri.
Mengambil sampel darah arteri membutuhkan suntikan perkutan pada arteri
brachialis, radial atau femoralis. Juga bisa didapatkan dari arterial line.
2. Ciri – Ciri Pembuluh darah arteri
a. Tempat mengalir darah yang dipompa dari bilik
b. Merupakan pembuluh yang liat dan elastic
c. Tekanan pembuluh lebih kuat dari pada pembuluh balik
d. Memiliki sebuah katup (valvula semilunaris) yang berada tepat di luar jantung.
e. Terdiri atas :
1) Aorta yaitu pembuluh dari bilik kiri menuju ke seluruh tubuh
2) Arteriol yaitu percabangan arteri
3) Kapiler :
a) Diameter lebih kecil dibandingkan arteri dan vena
b) Dindingnya terdiri atas sebuah lapisan tunggal endothelium dan sebuah
membran basal
c) Dindingnya terdiri atas 3 lapis yaitu :
(1)Lapisan bagian dalam yang terdiri atas Endothelium
(2)Lapisan tengah terdiri atas otot polos dengan Serat elastic
(3)Lapisan terluar yang terdiri atas jaringan ikat Serat elastic.
3. Tujuan
a. Mengetahui keadaan O2 dan metabolism sel
b. Efisiensi pertukaran O2 dan CO2
c. Kemampuan HB dalam mengangkut O2 dan CO2
d. Tingkat tekanan darah O2 dalam darah arteri
4. Lokasi Pengambilan Darah Arteri

Mengidentifikasi arteri untuk pengambilan sampel. Arteri yang paling


sering unutk pengambilan sampel termasuk arteri radialis, arteri brachialis, dan
arteri femoralis. Dari ketiganya, arteri radial adalah area samplingyang
paling disukai karena tiga faktor utama:
a. Mudah untuk mengakses
b. Arteri radial adalah arteri dangkal dan karena itu lebih mudah untuk diraba,
stabil, dan mudak ditusuk
c. Memiliki jaminan aliran darah. Jika kerusakan pada arteri radial terjadi atau
menjadi terhambat, arteri ulnaris akan memasok darah ke jaringan biasanya
dipasok oleh arteri radial.
Untuk menilai arteri radial untuk sampling, harus melakukan tes Allen
dimodifikasi untuk menjamin patensi arteri ulnaris. Adapun cara melakukan tes
Allen adalah sebagai berikut :
a. Melenyapkan denyut radial dan ulnar secara bersamaan dengan menekan di
kedua pembuluh darah di pergelangan tangan.
b. Minta pasien untuk mengepalkan tangan dan melepaskannya sampai kulit
terlihat pucat.
c. Lepaskan tekanan arteri ulnaris sementara mengompresi arteri radial.
Perhatikan kembalinya warna kulit dalam waktu 15 detik.
Jika tes Allen adalah negatif untuk kedua tangan dan arteri radial tidak dapat
diakses, maka arteri brakialis dapat digunakan. Potensi untuk mendapatkan sampel
vena lebih besar bila menggunakan arteri brakialis karena ada pembuluh darah
besar terletak di dekat arteri brakialis. Selain itu, saraf medial terletak sejajar
dengan arteri brakialis dan akan menyebabkan rasa sakit pasien jika Anda secara
tidak sengaja mengenainya dengan jarum.
Arteri femoralis adalah area sampling arteri yang paling tidak disukai karena
merupakan arteri relatif dalam; terletak berdekatan dengan saraf femoralis dan
vena, dan tidak memiliki jaminan aliran darah. Tusukan dari arteri femoralis
biasanya digunakan untuk situasi muncul atau untuk pasien hipotensi parah
yang memilikiperfusi perifer yang buruk.
5. Indikasi
a. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
b. Pasien dengan edema pulmo
c. Pasien akut respiratori distress syndrome (ARDS)
d. Infark Miokard
e. Pneumonia
f. Klien svok
g. Post pembedahan coronary arteri bavpas
h. Resusitasi carniac arrest
i. Klien dengan perubahan status respiratori
j. Anestesi yang terlalu lama
6. Kontraindikasi
a. Denyut arteri tidak terasa
b. Modifikasi allen test negative
c. Cidera saraf
d. Arteriospasme atau spasme pembulu arteri
e. Emboli udara atau bekuan darah
f. Anaphilaksis yang timbul dari anastesi local
g. Kontaminasi
7. Komplikasi
a. Hematoma
b. Perdarahan
8. Kegunaan
a. Berguna untuk analisa gas darah untuk mengkaji status oksigenasi klien
(tekanan oksigen arterial [PaO2])
b. Ventilasi alveolar (tekanan karbondioksida arterial [PaCO2])
c. Untuk menilai keseimbangan asam basa.
d. Hasil dari pemeriksaan gas darah sangat berarti bagi monitoring hasil tindakan
penatalaksanaan oksigenasi klien, terapi oksigen, dan untuk mengevaluasi
respon tubuh klien terhadap tindakan dan terapi misalnya pada saat klien
menjalani weaning dari penggunaan ventilator.
e. Sampel darah yang diambil digunakan untuk mengukur komponen gas didalam
darah arteri dan pH darah.
f. Nilai yang diperoleh mereflekasikan kualitas ventilasi dan perfusi jaringan.
9. Persiapan Alat
a. Spuit spesifik untuk mengambil darah yang akan digunakan untuk analisa gas
darah.
b. Jarum 20 G 1 ¼ “
c. Jarum 22 G 1”
d. 1 ml ampul carian heparin (1:1000)
e. Sarung tangan
f. Spuit 5 ml dan 10 ml
g. Alcohol or poviodine-iodine pad
h. 4x4 gauze pads
i. Penutup karet untuk spuit
j. Tas plastik atau wadah berisi es
k. Label
l. Format permintaan laboratorium

10. Persiapan Pasien


a. Periapan secara umum, seperti : puasa selama 8-10 jam sebelum pengambilan
specimen (untuk pemeriksaan glukosa darah puasa, profil lipid, profil besi),
tidak melakukan aktifitas fisik yang berat, tidak merokok, tidak minum alcohol
b. Jika pasien harus melakukan pengambilan specimen sendiri (urine, dahak,
faeses), jelaskan cara pengambillannya
c. Jika pengambilan specimen bersifat invasi (pengambilan sempel darah, cairan
pleura, ascites, sumsum tulang), jelaskan macam tindakan yang akan dilakukan
d. Anjurkan pasien untuk mengepalkan tangannya dengan kuat supaya darah
sebanyak mungkin keluar hingga telapak tangan pucat
e. Tekan arteri radialis dan ulnaris agar pasien tertutup sambil pasien membuka
kepalannya beberapa kali dan menutupnya kembali
11. Prosedur Tindakan
a. Cek identitas pasien. Beritahu pasien bahwa anda akan melakukan
pengambilan sampel AGD dan jelaskan
tujuan serta prosedurnya. Beritahukan bahwa spesimen akan diambil dari
arteri, jaga privasi klien, dan atur posisi klien dalam posisi supinasi atau semi
fowler.
b. Siapkan peralatan. Beri label syringe dengan nama pasien, nomor ruangan,
nama dokter, tanggal dan waktu pengambilan, inisial pelaksana AGD. Beri
heparin pada spuit.
c. Lakukan cuci tangan dan gunakan sarung tangan untuk meminimalkan
penyebaran mikroorganisme.
d. Membersihkan kulit di area tusukan dengan kapas alcohol. Tangan klien harus
ditekuk sedikit atau letakkan handuk kecil yang digulung di bawah pergelangan
tangan. Hal ini membawa arteri radial lebih dekat ke permukaan. Ekstensi
berlebihan pada pergelangan tangan harus dihindari karena dapat menutup jalan
denyut nadi.
e. Palpasi denyutan dengan telunjuk dan jari tengah. Setelah menemukan sensasi
denyutan terkuat, sedikit fiksasi arteri dengan telunjuk dan jari tengah. Hal ini
akan mencegah arteri berubah posisi ketika dilakukan tusukan.
f. Suntikan harus dengan sudut 45° atau kurang di tangan berlawanan, seperti
memegang pensil atau sebuah anak panah. Penempatan paralel dekat jarum
tersebut akan meminimalkan trauma arteri dan memungkinkan serat otot polos
untuk menutup lubang tusukan setelah jarum ditarik.
g. Sementara memfiksasi arteri dan dengan sudut jarum mengarah ke atas,
masukkan jarum ke tepat di bawah permukaan kulit. Sekarang dorong jarum
perlahan-lahan sampai terlihat denyut berkedip darah di pusat jarum. Berhenti
dan pertahankan posisi ini sampai terkumpul 2-4 cc darah dalam alat suntik.
h. Jika jarum masuk terlalu jauh, tarik perlahan-lahan sampai mengalir darah ke
jarum suntik. Seharusnya tidak perlu ada aspirasi darah ke jarum suntik sebab
tekanan arteri akan mengisi otomatis alat suntik. Hanya dalam jika digunakan
jarum gauge kecil (misalnya 25 gauge), atau pasien hipotensi, sebaiknya
dilakukan aspirasi jarum suntik.
i. Setelah mendapatkan jumlah darah yang diinginkan, tarik jarum dan terapkan
tekanan ke area tusukan dengan ukuran 4 × 4. Setelah tekanan diterapkan
selama 2 menit, periksa area untuk perdarahan, aliran, atau rembesan darah.
Jika ada, terapkan tekanan sampai pendarahan terhenti. Waktu kompresi lama
akan diperlukan untuk pasien pada terapi antikoagulan atau yang memiliki
gangguan perdarahan.
j. Lepaskan jarum dari alat suntik. Jarum tidak boleh disumbat, bengkok, atau
sengaja dirusak karena bahaya tusukan diri. Semua jarum harus ditempatkan
dalam wadah tahan tusukan (umumnya dikenal sebagai wadah benda tajam).
k. Sangat penting bahwa gelembung udara yang dikeluarkan dari spuit gas darah
karena dapat mengubah hasil gas darah. Pegang jarum suntik tegak lurus dan
tekan jarum suntik dengan lembut sehingga gelembung udara naik ke bagian
atas jarum suntik sehingga dapat dikeluarkan.
l. Cap jarum suntik dan letakkan spuit dalam kantong es (mendinginkan sampel
akan mencegah metabolisme lebih lanjut dari darah). Pasang slip laboratorium
untuk tas, dan bawa sampel ke laboratorium. Jika akan menganalisis sampel,
harus dilakukan sesegera mungkin.
m. Lepas sarung tangan dan lakukan cuci tangan untuk mencegah penyebaran
mikroorganisme.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi (2008). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta : Salemba Medika

Direktorat Laboratorium Kesehatan Departemen Kesehatan RI,2004. Pedoman Praktek


Laboratorium yang Benar (Good Laboratory Practice), Cetakan ke-3. Jakarta.

Hidayat, A Aziz Alimul & Musrifatul Uliyah.2004.Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar
Manusia.Jakarta:EGC

Joyce LeFever Kee, 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik. Edisi 6.
Jakarta : EGC.

Murwani,Arita. 2008.Keterampilan Dasar Praktek Klinik Keperawatan. Yogyakarta;


Fitramaya

Pearce, Evelyn C.2013.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta:PT Gramedia Pustaka


Utama.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PENGAMBILAN SPESIMEN DARAH ARTERI

DILAKUKAN
NO KRITERIA PENCAPAIAN KOMPETENSI
YA TIDAK
A TAHAP PREINTERAKSI
1. Melakukan pengecekan program terapi
2. Mencuci tangan
3. Memakai sarung tangan
4. Menempatkan alat didekat pasien
B TAHAP ORIENTASI
1. Memberi salam dan menyapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan sebelum
kegiatan
C TAHAP KERJA
1. Menjaga privasi klien
2. Berikan kesempatan klien untuk bertanya sebelum
kegiatan dilakukan
3. Mengatur posisi klien dengan nyaman
4. Membersihkan kulit di area tusukan dengan kapas
alcohol.
5. Palpasi denyutan dengan telunjuk dan jari tengah.
6. Suntikan harus dengan sudut 15-30° atau kurang di
tangan berlawanan
7. Sementara memfiksasi arteri dan dengan sudut jarum
mengarah ke atas,
8. masukkan jarum ke tepat di bawah permukaan kulit.
9. Dorong jarum perlahan-lahan sampai terlihat denyut
berkedip darah di pusat jarum. Berhenti dan
pertahankan posisi ini sampai terkumpul 2-4 cc darah
dalam alat suntik.
10. Jika jarum masuk terlalu jauh, tarik perlahan-lahan
sampai mengalir darah ke jarum suntik.
11. Setelah mendapatkan jumlah darah yang diinginkan,
tarik jarum dan terapkan tekanan ke area tusukan
dengan ukuran 4 × 4. Setelah tekanan diterapkan
selama 2 menit, periksa area untuk perdarahan, aliran,
atau rembesan darah. Jika ada, terapkan tekanan
sampai pendarahan terhenti.
12. Pegang jarum suntik tegak lurus dan tekan jarum
suntik dengan lembut sehingga gelembung udara naik
ke bagian atas jarum suntik sehingga dapat
dikeluarkan.
13. Cap jarum suntik dan letakkan spuit dalam kantong es
(mendinginkan sampel akan mencegah metabolisme
lebih lanjut dari darah).
D TAHAP TERMINASI
1. Evaluasi perasaan klien
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Lakukan kontrak untuk kegatan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan, bereskan alat-alat
5. Melepas sarung tangan
6. Cuci tangan
E DOKUMENTASI
1. Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan

Anda mungkin juga menyukai