Teori Dasar Material
Teori Dasar Material
Material adalah segala sesuatu yang mempunyai massa dan menempati ruangan.
Material Teknik adalah segala bahan yang digunakan dalam bidang keteknikan
(kerekayasaan).
a. Atom
Merupakan suatu unsur terkecil dari material yang tidak dapat dibagi lagi dengan
reaksi kimia biasa.
b. Sel Satuan
Merupakan susunan dari beberapa atom yang teratur dan mempunyai pola yang
berulang. Sel satuan terdiri dari kubus (BCC, FCC, dan HCP), hexagonal, tetragonal,
triklin, monoklin, dan sebagainya. Adapun sel satuan yang berbentuk kubus antara
lain :
4R = a√3
a = (4/√3) R
4R = a√2
a = 4/√2 x R
Tinggi = 1,633 a
= 3a2 sin 60
= 4,24 a3 ;a=2R
= 4,24 (2R)3
= 33,94 R3
c. Butir
Merupakan kumpulan dari sel satuan yang memiliki arah dan orientasi sama dalam 2
dimensi.
d. Kristal
Merupakan kumpulan dari sel satuan yang memiliki arah dan orientasi sama dalam 3
dimensi.
1. Sifat Fisik
2. Sifat Kimia
3. Sifat Teknologi
Sifat material yang muncul akibat mengalami proses pemesinan, contoh : mampu
tempa.
4. Sifat Termal
5. Sifat Optik
6. Sifat Akustik
7. Sifat Magnetik
8. Sifat Mekanik
a. Kekerasan
b. Kekuatan
Kemapuan material untuk menahan deformasi plastis secara menyeluruh.
c. Keuletan
d. Kelentingan
e. Ketangguhan
f. Modulus Elastisitas
1. Cacat titik
Cacat titik adalah cacat berupa titik pada material. Cacat titik terbagi atas :
a. Vacancy (kekosongan), yaitu cacat yang terjadi akibat adanya kekosongan atom
dalam susunan atom.
c. Intertisi adalah cacat yang terjadi akibat adanya atom lain yang menyusup
dalam susunan atom. Intertisi terbagi atas:
Self Intertisi, yaitu cacat akibat adanya atom yang menyisip pada susunan atom
yang berasal dari atom itu sendiri.
Impurity, yaitu adanya atom asing yang menyusup pada susunan atom yang
bersifat mengganggu.
2. Cacat Garis/Dislokasi
Cacat garis adalah ketidaksempurnaan pada material akibat kekosongan pada sebaris
atom. Dislokasi terbagi atas dislokasi sisi dan dislokasi ulir.
a. Dislokasi sisi, adalah cacat garis yang arah pergerakan atomnya tegak lurus
terhadap garis dislokasi. (Dislocation line)
b. Dislokasi Ulir, yaitu cacat gais yang arah pergerakan atomnya sejajar terhadap arah
garis dislokasi (Dislocation line).
3. Cacat Bidang
Cacat bidang yaitu ketidak sempurnaan material pada sebidang struktur atom.
Contohnya;
Twinning
Batas butir
4. Cacat Ruang
Cacat ruang adalah ketidaksempurnaan kristal pada seruang atom yaitu timbulnya
rongga antara batas butir karena orientasi butir dan dapat dilihat secara langsung.
Contohnya :
Porositas
Retak
Ronngga
1. Fasa yang terjadi pada komposisi dan temperature yang berbeda dengan kondisi
pendinginan lambat
2. Temperature pembekuan dan daerah derah pembekuan paduan Fe-C bila
dilakukan pendinginan lambat
3. Temperature cair dari masing masing paduan
4. Batas batas kelarutan atau batas kesetimbangan dari unsur karbon pada fasa
tertentu
5. Reaksi reaksi metalurgis yang terjadi yaitu reaksi eutektik ,peritektik dan
eutektoid
Beberapa istilah dalama diagram kesetimbangan Fe-Fe3C dan fasa fasa yang terdapat
didaamnya akan dijelaskan dibawah ini.berikut ini adalah batas batas temperature
kritis pada diagram Fe-Fe3C :
Fasa fasa tyang terjadi dalam diagram kesetimbangan Fe-C selama pemanasan lambat
:
Ferrit (a) yaitu paduan Fe dan C dengan larutan C max 0,025 % pada
temperature 723oC, struktur kristalnya BCC
Austenit (g) yaitu paduan Fe dan C dengan kelarutan C max 2% pada
temperature 1148oC ,struktur kristalnya FCC
Delta (d) adalah paduan Fe dan C dengan kelarutan C max ),1 % pada
temperature 1493oC , struktur kristalnya BCC
Senyawa Fe3C atau biasa disebut sementit dengan kandungan C max 6,67 %
bersifat keras dan getas dan memilki struktur kristal orthorombic
Liquid atau fasa cair adalah daerah paling luas deimana kelarutan C sebagai
paduan utama dalam Fe tidak terbatas pada temperature yang bervariasi
Adapun reaksi reaksi metalurgis yang bisa terjadi berdasarkan pada diagram Fe-Fe3C :
Reaksi peritektik terjadi pada tenmperature 1495oC dimana logam cair dengan
kandungan 0,53 % C bergabung dengan delta (d) kandungan 0,09%C
bertransformasi menjadi austenit (g) dengan kandungan 0,17 % C . delta (d)
adalah fasa padat pada temperature tinggi dan kurang berarti untuk proses
perlakuan panas yang berlangsung pada temperature rendah
Liquid (C=0,53 %) + delta (d) (C=0,09 %) austenite (g) (C=0,17 %)
Reaksi eutektik terjadi pada temperature 1148oC dalam hal ini logam cair
dengan kandungan 4,3% C membentuk austenit (g) dengan 2% C dan senyawa
sementit yang mengandung 6,67% C
Liquid (C=4,3%) austenite (g) (C=2,11 %) + fe3C (C=6,67 %)
Reaksi eutectoid berlangsung pada temperature 723oC austenit (g) padat
mengandung 0,8 % C menghasilkan ferit (a) dengan kandungan 0,025 % C dan
sementit (Fe3C) yang mengandung 6,67 % C
Austenit (g) (C=0,8%) ferit (a) ( C=0,025 %) + Fe3C (C=6,67%)
Penguatan dengan cara menambahkan sejumlah atom lain (atom asing) ke dalam
sebuah gugusan atom induk. Pemaduan dalam jumlah tertentu dimana semua unsur
pemadu terlarut padat dalam logam induk. Atom atom asing tersebut dapat larut padat
intertisi atau substitusi tergantung pada ukurannya. Bila atom asing berukuran besar (d
> 0.15D), maka larut padat substitusi. Kalau berukuran kecil (d < 0.15D) akan larut
padat interstisi (d = diameter atom terlarut, D = diameter atom pelarut (atom induk).
Penguatan fasa kedua terjadi ketika penambahan unsur paduan menghasilkan fasa
kedua (second phase) atau fasa sekunder.
Fasa kedua bersifat keras (kuat) dan getas. Kekerasan (kekuatan) material meningkat
dengan bertambahnya jumlah (fraksi berat) fasa kedua. Contoh paduan yang
menghasilkan (memiliki) fasa kedua:
Ø Baja (Steel)
Besi (Fe) yang dipadu dengan karbon (C) menghasilkan fasa kedua senyawa Fe3C
(sementit) disamping fasa utama ferrit (α) larut padat dalam (Fe) . Fasaferrit bersifat
lebih lunak dan ulet sedangkan sementit sangat keras tapi rapuh.
3. Penguatan Presipitat
4. Penguatan Dispersi
Logam paduan bisa ditingkatkan kekerasannya dengan penambahan partikel oksida
yang akan menghalangi pergerakan dari dislokasi. Partikel oksida tidak larut dalam
matriknya pada suhu tinggi. Penambahan partikel Al2O3 pada produk SAP (sintered
aluminium product) akan memberikan kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan
padual Al biasa pada suhu tinggi.
Batas butir adalah penghalang dislokasi atau disebut juga penghalang terjadinya slip.
Kemampuan menghalangi bertambah dengan peningkatan sudut mis-orientasi butir
(angle of misorientation). Butir halus mempunyai batas butir lebih banyak sehingga
penghalang dislokasi lebih banyak dan lebih susah terjadinya slip akhirnya material
menjadi lebih kuat. Makin halus ukuran butir maka bidang slip akan semakin pendek
sehingga dislokasi akan cepat sampai ke batas butir. Semakin halus ukuran butir maka
material akan semakin kuat.
6. Pengerasan Regangan
Untuk masing masing kenaikan regangan plastis, dibutuhkan tegangan yang lebih
besar untuk menggerakkan dislokasi dibandingkan sebelumya karena dislokasi telah
banyak yang sampai kebatas butir. Ini berarti logam bertambah kekerasan dan
kekuatan.
Proses defornasi akan menyebabkan butir-butir dari logam mengarah pada orientasi
tertentu. Logam yang orientasi kristalnya mengarah pada orientasi tertentu dikatakan
memiliki tekstur kristalografis. Dengan adanya orientasi yang tertentu tersebut, maka
logam tidak lagi bersifat isotrop melainkan justru bersifat anisotrop khususnya dalam
hal kekuatannya
8. Pengerasan Martensit
Martensit memiliki susunan atom BCT sehingga dislokasi menjadi susah untuk
bergerak. Baja dipanaskan sampai fasa austenit lalu dilakukan pendinginan cepat
sehingga atom-atom karbon pada austenit tidak sempat berdifusi keluar, akibatnya
austenit akan bertransformasi menjadi martensit yang memiliki sel satuan BCT.
Kekerasan martensit akan semakin tinggi dengan semakin banyaknya atom karbon
yang larut didalamnya.