Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan
rahmat dan hidayah-Nya maka tugas makalah ini dapat diselesaikan.
Tugas makalah yang berjudul “SALURAN TRANSMISI dan IMPEDANCE
MATCHING ( penyesuaian impedansi )” ini disusun untuk memenuhi tugas makalah mata
kuliah SALURAN TRANSMISI pada Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Surabaya.
Penulis menyadari bahwa tugas makalah ini belum sempurna, baik dari segi materi
maupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
dalam penyempurnaan tugas akhir ini.
Terakhir penulis berharap, semoga tugas makalah ini dapat memberikan hal yang
bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi penulis juga.

Surabaya, 13 Oktober 2012

Penulis

Page | 1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1

Daftar Isi 2

A. PENDAHULUAN 3

B. PEMBAHASAN 3

1) Saluran Transmisi 3

2) Jenis Media Saluran Transmisi 4


 Two-wire (Twin Lead) 5
 Coaxial Line 5
 Balanced Shielded Line 6
 Microstrip dan Stripline 6
 Bumbung gelombang (waveguides) 7

3) Karakteristik Saluran Transmisi 7


4) Impedansi Karakteristik 8
5) Gelombang Elektromagnetik dalam Saluran Transmisi 11
 Kecepatan Rambat Gelombang 11
 Panjang Gelombang 13

6) Impedance Matching ( Penyesuaian Impedansi ) 13


7) VSWR (VOLT STANDING WAVE RATIO) 16

 Koefisien Pantulan Tegangan pada Beban 18


 Pengukuran SWR 20
 Melakukan Konfigurasi Pada Anritsu 22

C. KESIMPULAN HUBUNGAN SALURAN TRANMISI


dan IMPEDANCE MATCHING 27

DAFTAR PUSTAKA 28

Page | 2
SALURAN TRANSMISI
dan
IMPEDANCE MATCHING ( penyesuaian impedansi )

A. PENDAHULUAN
Pada era globalisasi ini dapat dirasakan pesatnya kemajuan teknologi dunia
terutama di bidang informasi. Pencarian informasi di dunia internet saat ini
sangatlah mudah. Hanya perlu mengetikkan beberapa keyword informasi yang kita
perlukan maka dalam sekejap ribuan informasi dapat kita download. Dalam dunia
pertukaran informasi kita juga dapat meng-upload informasi yang mungkin akan
dibutuhkan oleh orang lain. Tapi apakah kita semua tau bagaimana proses
download-upload dapat berjalan ? dibutuhkan sebuah saluran transmisi untuk
menjembatani pertukaran informasi tersebut dan agar saluran tranmisi tersebut
dapat bekerja maksimal maka diperlukan penyesuaian impedansi ( matching
impedance ) untuk meminimalisasi terjadinya loss data dan collusion (
bercampurnya dua data menjadi satu ).

B. PEMBAHASAN
1) Saluran Transmisi
Saluran transmisi adalah media atau perantara fisik/non fisik yang
dijadikan jembatan dan jalannya transmisi telekomunikasi pada pengiriman dan
penerimaan paket data analog maupun digital jaringan komunikasi data.
Penyampaian informasi dari suatu sumber informasi kepada penerima informasi
dapat terlaksana bila ada suatu sistem atau media penyampaian di antara
keduanya. Jika jarak antara sumber informasi dengan penerima informasi dekat,
maka sistem transmisi yang dipakai cukup melalui udara. Namun bila jarak
keduanya jauh dan sangat jauh, maka dibutuhkan suatu sistem transmisi yang
lebih kompleks. Sistem transmisi itu dapat terdiri atas satu atau lebih media
transmisi. Media yang digunakan dalam sistem ini dapat berupa media fisik
(kabel) maupun non fisik (nirkabel). Media transmisi fisik merupakan media
transmisi yang mempunyai bentuk fisik. Media fisik ini umumnya
menggunakan kabel, bumbung gelombang atau serat optik, sedangkan media
non fisik berupa udara atau ruang bebas (free space). Saluran transmisi

Page | 3
merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam sistem transmisi baik
sistem kabel maupun nirkabel. Pada sistem transmisi nirkabel, saluran transmisi
digunakan untuk menghubungkan pemancar dengan antena pemancar dan
penerima dengan antena penerima.

2) Jenis Media Saluran Transmisi


Seperti diketahui bahwa untuk melakukan suatu transmisi sinyal dalam
telekomunikasi, diperlukan jalur fisik yag menghubungkan si pengirim (
transmitter ) dengan si penerima ( receiver ). Media transmisi untuk gelombang
elektromagnetik dibedakan menjadi dua, yaitu guided (terarah) dan unguided (
tidak terarah ). Pada media terarah, gelombang elektromagnetik dipandu
perambatannya dengan media fisik yang dapat dilihat oleh mata.
Beberapacontoh media terarah diantaranya adalah kabel twisted pair ( UTP dan
STP ), coaxial, dan fiber optic. Walaupun secara umum media saluran
transmisi yang digunakan pada frekuensi tinggi maupun gelombang mikro
(microwaves) dapat berupa sepasang penghantar atau sebuah penghantar
berongga, namun dalam aplikasinya dapat kita bedakan dalam 4 kategori, yaitu
:
a. Saluran transmisi dua kawat sejajar (two-wire transmission line)
b. Saluran transmisi koaksial (coaxial transmission line)
c. Microstrip dan Stripline
d. Bumbung gelombang (waveguides)

Saluran transmisi two-wire hanya cocok dipakai pada daerah frekuensi


terendah dari spektrum frekuensi radio sebab pada frekuensi yang lebih tinggi
saluran transmisi jenis ini memiliki redaman yang sangat besar. Untuk
memperbaiki keterbatasan saluran two-wire ini maka pada frekuensi yang lebih
tinggi, penggunaan sepasang penghantar sejajar digantikan oleh sepasang
penghantar yang disusun dalam satu sumbu yang sama, disebut "coaxial".
Dengan saluran ini redaman yang dialami medan elektromagnetik dapat
dikurangi. Pada daerah frekuensi yang lebih tinggi lagi (gelombang mikro),
saluran coaxial tidak cocok dipakai karena gelombang elektromagnetik
merambat dalam bentuk radiasi menembus bahan dielektrik saluran sehingga
redamannya semakin besar.

Page | 4
Untuk itu, digunakan suatu saluran berupa penghantar berongga yang
disebut bumbung gelombang. Sedangkan untuk menghubungkan jarak yang
dekat, pada frekuensi ini biasanya digunakan saluran transmisi yang disebut
stripline dan microwave. Berdasarkan konstruksi fisik, saluran transmisi dapat
dibedakan menjadi yaitu:

 Two-wire (Twin Lead)


Merupakan saluran dua kawat yang terdiri dari sepasang
penghantar sejajar yang dipisahkan oleh bahan dielektrik jenis
polythylene. Saluran ini biasanya mempunyai impedansi karakteristik
300Ω sampai 600Ω dan banyak dipakai untuk menghubungkan
penerima pesawat televisi dengan antena penerima pada daerah Very
High Frequency (VHF). Struktur fisiknya dapat dilihat pada Gambar
2.1. Garis putus-putus pada gambar tersebut menunjukkan medan
magnet yang timbul di sekeliling induktor, sedangkan garis yang tidak
putus-putus menunjukkan medan listrik

 Coaxial Line
Merupakan saluran tidak seimbang (unbalanced line), di mana salah
satu kawat penghantarnya digunakan sebagai pelindung bagi kawat
penghantar yang lain dalam satu sumbu yang sama. Kedua kawat
penghantarnya dipisahkan oleh bahan dielektrik Polyethelyne atau
teflon. Saluran transmisi ini paling banyak digunakan untuk
mengirimkan energi dengan frekuensi radio (RF), baik dalam sistem
pemancar maupun penerima. Impedansi karakteristiknya beragam,
mulai dari 50 Ω sampai 75 Ω. Struktur fisik dan pola medannya dapat

Page | 5
dilihat pada Gambar 2.2 dimana garis putus-putus menunjukkan medan
magnet, sedangkan garis yang tidak putus-putus menunjukkan medan
listrik.

 Balanced Shielded Line


Merupakan perpaduan dari saluran two wire line dan coaxsial, di
mana kedua kawat penghantarnya saling sejajar, namun untuk
mengurangi rugi-rugi radiasi digunakan pelindung (shielded) dari
jalinan serat logam seperti pada saluran coaxial. Kabel ini mempunyai
karakteristik yang lebih baik dibandingkan kabel two-wire.

 Microstrip dan Stripline


Merupakan saluran transmisi yang bentuk fisiknya berupa kabel
yang bersifat kaku. Saluran transmisi jenis ini biasanya digunakan untuk
bekerja pada daerah frekuensi gelombang mikro (orde GHz) dan
digunakan untuk menghubungkan piranti elektronik yang berjarak
dekat. Saluran microstrip biasanya dibuat dalam bentuk Primed Cabling
Board (PCB) dengan bahan khusus yang mempunyai rugi-rugi rendah
pada frekuensi gelombang mikro.

Page | 6
 Bumbung gelombang (waveguides)
Bumbung gelombang (waveguides) merupakan saluran tunggal
yang berfungsi untuk menghantarkan gelombang elektromagnetik
(microwave) dengan frekuensi 300 MHz – 300 GHz. Dalam
kenyataannya, waveguide merupakan media transmisi yang berfungsi
memandu gelombang pada arah tertentu. Pada frekuensi yang sangat
tinggi, diatas 1 GHz, saluran transmisi tidak efektif lagi sebagai media
transmisi gelombang elektromagnetik, karena pada frekuensi tersebut
efek radiasi dari redaman saluran sudah terlalu besar. Impedansi
karakteristik dan mode perambatan gelombang pada saluran jenis ini
berbeda dengan jenis sebelumnya. Salah satu aplikasi dari bumbung
gelombang ini adalah serat optik. Walaupun kondisinya berbentuk
kabel, namun serat optik merupakan saluran transmisi jenis "bumbung
gelombang", dalam hal ini, bumbung berpenampang lingkaran (circular
waveguide). Aplikasi yang lainnya yaitu sebagai pengumpan (feeder)
pada antena parabola. Adapun gambar bumbung gelombang seperti
pada Gambar 2.3.

3) Karakteristik Saluran Transmisi


Ketika hubungan antara sumber sinyal dengan beban sedang
berlangsung, maka sinyal akan merambat pada pasangan kawat penghantar
saluran transmisi menuju ke ujung yang lain dengan kecepatan tertentu.
Semakin panjang saluran transmisi, maka waktu tempuh dari rambatan sinyal
itu akan semakin lama. Arus yang mengalir di sepanjang saluran akan
membangkitkan suatu medan magnet yang menyelimuti kawat penghantar dan
ada kalanya saling berimpit dengan medan magnet lain yang berasal dari kawat
penghantar lain disekitarnya. Medan magnet yang dibangkitkan oleh kawat

Page | 7
penghantar berarus listrik, merupakan suatu timbunan energi yang tersimpan
dalam kawat penghantar tersebut, sehingga dapat dianggap bahwa kawat
penghantar bersifat induktif atau memiliki induktansi.
Tegangan yang ada di antara dua kawat penghantar akan
membangkitkan medan listrik. Medan listrik ini juga merupakan timbunan
energi yang mungkin juga saling berimpit dengan medan listrik lain
disekitarnya, sehingga akan timbul kapasitansi di antara dua kawat penghantar.
Untuk saluran yang panjang, induktansi dan kapasitansi itu akan menyebar
secara merata pada sepanjang saluran dan besarnya tergantung pada frekuensi
sinyal atau gelombang yang merambat di dalamnya.
Setiap jenis saluran transmisi dua kawat juga mempunyai suatu nilai
konduktansi yakni nilai yang merepresentasikan kemungkinan banyaknya
elektron yang mengalir (arus) melewati atau menembus bahan dielektrik
saluran. Jika saluran dianggap seragam (uniform), dimana semua nilai besaran-
besaran tersebut sama disepanjang saluran, maka potongan kecil saluran dapat
dianggap merepresentasikan panjang keseluruhan.

4) Impedansi Karakteristik
Gelombang yang merambat pada saluran transmisi yang panjangnya tak
berhingga, tidak akan mempengaruhi apa yang ada di ujung saluran.
Perbandingan antara tegangan dan arus di ujung masukan saluran sesungguhnya
dapat dianggap sama dengan perbandingan antara tegangan dan arus setelah
mencapai ujung lainnya. Dapat diartikan bahwa arus dan tegangan di antara
kedua kawat penghantar saluran itu memandang saluran transmisi sebagai suatu
impedansi. Impedansi inilah yang disebut "Impedansi Karakteristik (Zo)"

Jadi dapat dikatakan bahwa impedansi karakteristik adalah impedansi yang


diukur diujung saluran transmisi yang panjangnya tak berhingga. Bila daya
dirambatkan pada saluran transmisi dengan panjang tak berhingga, maka daya
itu akan diserap seluruhnya disepanjang saluran sebagai akibat bocornya arus
pada kapasitansi antar penghantar dan hilangnya tegangan pada induktansi
saluran

Page | 8
\

Pada Gambar 2.4, diperlihatkan bahwa impedansi yang dipandang pada


titik 1'-2' ke 1-2 berhingga) ke arah kanan adalah sebesar Zo juga. Tetapi
dengan tingkat tegangan dan arus yang lebih kecil dibandingkan dengan
tegangan pada titik 1-2. Sehingga bila impedansi pada titik 1'-2' digantikan
dengan impedansi beban sebesar Zo, maka impedansi dititik 1-2 akan sebesar
Zo juga.
Impedansi karakteristik saluran tanpa rugi-rugi (losses-line) dapat dituliskan
sebagai berikut:

Di mana :
L = induktansi total kedua kawat penghantar sepanjang saluran l (Henry)
C = kapasitansi antar kedua kawat penghantar dalutan sepanjang l (Farad)

Page | 9
Besar impedansi karakteristik suatu saluran transmisi maupun bumbung
gelombang berbeda-beda dan nilainya ditentukan oleh ukuran fisik penampang
dan bahan dielektrik yang digunakan sebagai isolator. Adapun impedansi
karakteristik saluran transmisi dapat dilihat pada Tabel 2.1 .

Di mana:
D = Jarak antar konduktor (pada twist pair) atau diameter konduktor outer
(pada coaxial dan balanced shielded) (meter)
d = Diameter konduktor inner (meter)
h = Jarak antar konduktor (pada balanced shielded) (meter)
k = Konstanta dielektrik bahan isolator
e = Permitivitas
μ = Permeabilitas
et = Konstanta dielektrik relatif
η = Impedansi gelombang udara (Ω)
fc = Frekuensi cut-off (GHz)

Page | 10
5) Gelombang Elektromagnetik dalam Saluran Transmisi
Ketika pengiriman sinyal melalui suatu saluran, maka medan-medan
(listrik dan magnet) yang dikirimkan dari sumber sampai ke beban dan setelah
sampai di beban, energi yang tersimpan dalam medan-medan tersebut diubah
menjadi energi yang diinginkan, di mana medan-medan ini dikenal sebagai
medan elektromagnetik. Perambatan energi listrik disepanjang saluran transmisi
adalah bentuk medan elektromagnetik transversal yaitu gelombang yang arah
perambatannya tegak lurus terhadap perpindahannya. Ada tiga tipe perambatan
yang dikenal pada saluran transmisi maupun bumbung gelombang, yaitu tipe
TEM (Transverse Electric Magnetic), TE (Transverse Electric) dan TM
(Transverse Magnetic), biasanya tipe TEM yang terjadi pada saluran transmisi,
sedangkan tipe TE dan TM umumnya terjadi pada bumbung gelombang
(waveguides). Daerah atau bagian dari saluran transmisi yang paling padat
diselimuti oleh medan elektromagnetik adalah bagian diantara kedua kawat
penghantarnya, yang biasanya diisi oleh suatu bahan isolator.
Parameter yang penting dari bahan isolator adalah konstanta dielektrik
(k). Harga konstanta dielektrik ini merupakan harga relatif terhadap konstanta
dielektrik dari ruang hampa. Ada dua hal penting yang mempengaruhi suatu
gelombang, yaitu :

 Kecepatan Rambat Gelombang


Gelombang yang merambat disepanjang saluran transmisi bisa
memiliki kecepatan yang berbeda-beda tergantung pada jenis dan
karakteristik propagasi saluran tersebut. Kecepatan merambat medan
elektromagnetik disepanjang saluran transmisi juga ditentukan oleh
besarnya konstanta dielektrik dari isolator kawat penghantarnya.
Semakin besar harga k, maka kecepatan merambat akan semakin pelan.
Hubungan antara konstanta dielektrik dengan kecepatan rambat
gelombang dapat dituliskan sebagai :

Dimana :
k = konstanta dielektrik bahan isolator

Page | 11
Harga konstanta dielektrik bahan isolator yang harganya adalah
relatif terhadap konstanta dielektrik udara (ruang hampa), sehingga
tidak memiliki satuan. Konstanta dielektrik beberapa bahan isolator
ditampilkan pada Tabel 2.2 .

Untuk saluran transmisi tanpa rugi-rugi (losses line), kecepatan rambat


gelombang dalam saluran dapat dituliskan sebagai :

Di mana :
ℓ = Panjang potongan saluran (meter)
L = Induktansi total kedua kawat penghantar saluran sepanjang ℓ
(Henry)
C= Kapasitansi antar kedua kawat penghantar sepanjang saluran ℓ
(Farad)

Page | 12
 Panjang Gelombang
Panjang gelombang didefenisikan sebagai jarak dimana
gelombang tersebut bergeser atau berjalan sejauh satu siklus (identik
dengan perubahan sudut 2π). Bila suatu sinyal frekuensi tinggi
merambat pada suatu saluran transmisi, maka panjang gelombang sinyal
tersebut didalam saluran akan bergantung pada harga konstanta
dielektrik (k) dari bahan isolator tersebut menurut hubungan :

Di mana :
c = Kecepatan rambat gelombang elektromagnetik pada ruang hampa
(3 x 108 m/detik),
f = Frekuensi gelombang tersebut (Hz), dan
k = Konstanta dielektrik

6) Impedance Matching ( Penyesuaian Impedansi )


Impedance Matching adalah penyepadanan pada saluran yang dilakukan
agar impedansi input saluran transmisi ZIN = ZO, sehingga terjadi transfer daya
maksimum. Matching impedance ini hanya dapat diaplikasikan pada rangkaian
dengan sumber AC.
Impedance matching ini sangat dibutuhkan dalam interface pada
transmitter dan receiver. Jika rangkaian telah matching, daya yang ditransferkan
akan maksimum dan memiliki losses yang kecil. Impedansi matching adalah
hal yang penting dalam rentang frekuensi gelombang mikro. Suatu saluran
transmisi yang diberi beban yang sama dengan impedansi karakteristik
mempunyai standing wave ratio (SWR) bernilai satu, sehingga dalam
pentransmisian dayanya tanpa ada gelombang yang terpantul. Hal ini
menyebabkkan efisiensi transmisi menjadi optimum. Matching dalam saluran
transmisi mempunyai pengertian yang berbeda dengan dalam teori rangkaian.

Page | 13
Tujuan matching impedance :
a) Memaksimalkan daya kirim dari sumber ke beban.
b) Meminimalisasi rugi – rugi di saluran transmisi.
c) Memaksimalkan kwalitas pada input penerima.
d) Meminimalisasi distorsi signal di saluran transmisi

Dalam teori rangkaian, transfer daya maksimum membutuhkan


impedansi beban sama dengan konjugasi kompleks sumber. Matching seperti
ini disebut dengan matching konjugasi.

 Conjugate Matching

Digunakan umumnya di bagian sumber. Matching ini memaksimalkan


daya yang dikirim ke beban, tapi tidak meminimalkan pantulan ( kecuali
Zs real).

 Load Matching

Umumnya digunakan di bagian beban. Matching ini meminimalkan


pantulan tapi tidak memaksimalkan daya yang dikirim, kecuali jika Z0

real.
Gambar berikut menunjukkan sistem saluran transmisi yang ”matched”.

Page | 14
Rangkaian penyesuai impedansi umumnya menggunakan komponen
reaktif (kapasitor dan induktor) untuk menghindari rugi-rugi.

 Matching dengan elemen seri dan parallel


Perancangan rangkaian penyesuai impedansi selain
menggunakan pendekatan matematis dapat juga menggunakan
pendekatan grafis dengan Smith Chart. Pada Smith Chart akan diplot
titik-titik impedansi atau admitansi. Titik-titik admitansi dan impedansi
yang diplot dapat merupakan harga normalisasi pada suatu harga
tertentu. Titik admitansi dapat dapat diperoleh dari titik impedansi
dengan mencerminkannya pada titik tengah, begitu juga sebaliknya.
Penambahan komponen reaktansi seri atau paralel dapat dilakukan
dengan aturan sebagai berikut:
- Penambahan L seri atau C seri menggerakkan titik impedansi di
sepanjang lingkaran resistansi konstan. L seri menambah induktansi
sedangkan penambahan C seri mengurangi kapasitansi.

- Penambahan L atau C paralel menggerakkan impedansi di sepanjang


lingkaran konduktansi konstan. Penambahan C paralel menaikkan
kapasitansi sedangkan L paralel mengurangi induktansi.

Page | 15
 Stub Matching
Penyesuaian impedansi bisa dilakukan dengan menyisipkan
suatu admitansi imajiner paralel dalam saluran transmisi. Admitansi ini
bisa diperoleh dari potongan suatu saluran transmisi. Teknik penyesuai
impedansi seperti ini disebut dengan stub matching. Ujung dari stub bisa
terbuka atau tertutup, tergantung dari admitansi imajiner yang
diinginkan. Dua atau tiga stub juga bisa disisipkan pada lokasi tertentu
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

7. VSWR (VOLT STANDING WAVE RATIO)

VSWR (Volt Standing Wave Ratio) pada Saluran Transmisi Daya RF. Bila
impedansi beban tidak sesuai dengan impedansi saluran transmisi, maka sebagian dari
energi gelombang yang datang pada beban akan dipantulkan. Hal tersebut menimbulkan
suatu gelombang pantulan yang berjalan kembali di sepanjang saluran transmini ke arah
sumbernya.

Begitu juga apabila impedansi sumber tidak sesuai dengan impedansi saluran, maka
pantulan selanjutnya dari gelombang yang sebelumnya terpantul dari beban akan terjadi.
Dengan demikian pantulan-pantulan majemuk dapat ditimbulkan baik pada beban maupun
pada sumber gelombang.

Efek keseluruhan dari peristiwa tersebut dapat diperlakukan sebagai resultan dari
suatu gelombang datang dan gelombang pantulan tunggal. Gelombang-gelombang tersebut
bila dilihat dari posisinya merupakan tegangan diam (untuk frekuensi dan sinyal masukan
tetap) dan karena itulah disebut dengan Gelombang Berdiri Tegangan (Voltage Standing
Wave = VSW).

Page | 16
Gambar Rangkaian VSWR meter

Pada setiap gelombang berdiri tegangan akan terjadi juga arus karena yang
disalurkan dari sumber menuju beban melalui saluran transmisi pada prinsipnya adalah
daya RF. Dengan demikian apabila impedansi saluran transmisi tidak sesuai dengan
impedansi beban maka akan timbul pantulan daya (Reflected Power) pada saluran
transmisi. Pantulan daya ini selanjutnya akan berinterferensi dengan daya yang menuju
beban (Forward Power) atau daya maju dan menghasilkan gelombang tegangan berdiri
seperti gambar (Voltage Standing Wave) di atas.

Page | 17
Pantulan Daya (Reflected Power) ini pada nilai-nilai yang ekstrim (VSWR >2,0)
merupakan kondisi yang dianggap berbahaya dan selalu dihindari karena akan berpengaruh
langsung pada penambahan Desipasi Daya pada Komponen Utama pada Penguat Akhir RF
dan berpotensi merusaknya.

Selanjutnya Perbandingan Gelombang Berdiri Tegangan (Voltage Standing Wave


Ratio = VSWR) sesuai gambar di atas dapat didefinisikan sebagai :

Misal, diketahui Impedansi Beban (antenna) adalah 75 Ohm dan Impedansi Saluran
Transmisi 50 Ohm, maka nilai VSWR :

 Koefisien Pantulan Tegangan pada Beban

Koefisien Pantulan Tegangan pada Beban dapat didefinisikan sebagai Perbandingan


Tegangan Pantulan terhadap Tegangan Datang yang terjadi pada Beban atau
Perbandingan Arus Pantulan terhadap Arus yang Datang pada Beban.

Page | 18
Dengan mengetahui nilai VSWR, dapat juga diketahui koefisien pantulan tegangan pada
beban :

Pada saluran transmisi, gelombang arus datang akan selalu sefasa dengan
gelombang tegangan datang. Sedangkan gelombang arus pantulan akan selalu berlawanan
fasa dengan gelombang tegangan pantulan. Hal ini terjadi karena salah satu dari medan
listrik atau medan magnet dari gelombang harus berbalik arah. Dengan demikian maka
maksimal arus selalu berpasangan dengan minimal tegangan dan maksimal tegangan selalu
berpasangan dengan minimal arus. Berikut ini kondisi RF pada saluran transmisi untuk
berbagai kondisi Impedansi Beban terhadap Impedansi Saluran Transmisi :

Page | 19
Dari persamaan-persamaan di atas, ini berarti bahwa VSWR dapat mempunyai nilai satu
sampai tak berhingga ;

Yang perlu diperhatikan bahwa VSWR adalah selalu suatu bilangan nyata –> yaitu
bilangan yang tidak mempunyai bagian khayal. Nilai VSWR yang ideal seharusnya adalah
satu, karena ini merepresentasikan suatu keadaan yang disesuaikan (matched), dan
pengaturan-pengaturan praktis pada saluran transmisi RF yang sering ditujukan untuk
membuat VSWR yang minimum. Apabila Nilai VSWR sama dengan satu atau sangat
mendekati satu dapat terpenuhi, maka suatu sistem transmisi daya RF dapat dianggap telah
memenuhi persyaratan Optimalisasi dan Efisiensi Transmisi Daya RF.

 Pengukuran SWR

Kadang-kadang SWR meter tidak menunjukkan harga standing wave ratio yang
sebenarnya, terutama bila SWR jauh dari 1 : 1. Ini akibat rugi-rugi pada saluran transmisi.
Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut.

Page | 20
SWR meter diletakkan dekat pemancar. Misalkan tegangan maksimum yang keluar dari
TX adalah 10 volt. Karena rugi-rugi saluran, tegangan yang sampai di antena adalah 9 volt.
Tegangan pantul dari antena 3 volt. Tegangan ini disalurkan ke TX yang juga mengalami
redaman. Sampai di TX tinggal 2,7 volt. SWR yang terbaca :

Namun bila SWR diletakkan di dekat antena, SWR yang terbaca adalah :

Ternyata kedua pengukuran berbeda. Hasil yang benar adalah 1 : 2,0. Jadi bila SWR meter
diletakkan dekat TX SWR yang sesungguhnya lebih besar daripada yang terukur.
Kesalahan akan bertambah besar bila saluran transmisinya panjang. Dalam praktek cara
pertama boleh dipakai bila SWR menunjukkan rendah (SWR 1 : 1,1) karena
penambahannya sedikit. Tetapi bila penunjukan 1 : 1,0 atau lebih segeralah pindahkan
SWR meter ke dekat antena agar penunjukannya tidak terlalu banyak meleset. Apalagi bila
koaxialnya panjang sekali (20 meter atau lebih) atur kembali matching antena anda.
Selamat bereksperimen.

Page | 21
 Melakukan Konfigurasi Pada Anritsu.

Gambar Anritsu seri S332D

Gambar dari fungsi-fungsi tombol di SWR Anritsu.

Page | 22
Umumnya, hanya dua hal yang dihitung dari penggunaan VSWR, yaitu DTF (Distance to
Fault) dan SWR (Signal Wave Ratio).

GSM 2G 900 : 890 – 960

GSM 2G 1800 : 1710 – 1880

UMTS 3G : 1980 – 2170

Katakanlah, yang akan di VSWR adalah sebagai berikut:

Standart : 2G
Band : 900
Jenis Kabel : AVA, diameter 7/8.
Panjang Feeder : 80m

Maka yang harus dilakukan adalah :

1. Hidupkan Site Master


2. Klik Tombol “Mode”.
3. pilih Freq – SWR
4. Tekan Tombol Enter
5. Di layer sebelah kiri, pilih Signal Standart
6. Pilih Select Standart
7. Pilih Show All
8. Cari yang sesuai dengan yang diinginkan
9. Cari GSM 900
10. Pilih Select (Untuk melihat apa aja yang masuk kedalam list yang dipilih,
tekan tombol Show Selected). Lanjut kan dengan menekan tombol Enter.
11. Biasa nya Anritsu akan minta di kalibrasi (tapi nanti saja), lanjutkan dengan
menekan enter.
12. Tekan tombol FREQ / DIST
13. Pilih F1, isi dengan frekuensi terendah dari standart (890)
14. Pilih F2, isi dengan frekuensi tertinggi dari standart (960)
15. Tekan tombol AMPLITUDO
16. untuk SWR, isi bottom dengan 1 dan top 1.5

Page | 23
17. tekan tombol MODE, pilih DTF – SWR, lanjutkan dengan enter
18. Pilih menu D1, isi dengan 0
19. Pilih menu D2, isi dengan 90
20. Pilih Menu DTF AID, arah kan ke bacaan Cabel, enter.
21. Pilih Show All, cari kabel AVA5-50 7/8
22. Pilih Menu Select / Deselect. Tekan Enter, Enter.
23. Akhiri dengan Kalibrasi.
24. Pilih angka “3”, Start Cal.
25. Berturut-turut, masukkan “T” calibrator OPEN, SHORT dan akhiri dengan
LOAD.

Setelah selesai menyiapkan kalibrasi, siapkan alat untuk mengukur SWR seperti flexible
jumper, connector, dummy, kunci 32’, isolasi dan rubber.

Berikut akan dijelaskan cara untuk melakukan perhitungan SWR dan DTF.

1. DTF

Setelah SWR diubah kemode DTF, dan semua peralatan untuk menghitung
“measurement” disiapkan, perhatikan bahwa biasa nya ada 4 titik yang nilai
nya akan tinggi, yaitu di Marker 1, Marker 2, Marker 3 dan Marker 4.

Marker 1 (M1) adalah perhitungan di konektor SWR.

Marker 2 (M2) adalah perhitungan di konektor Jumper.

Marker 3 (M3) adalah perhitungan di konektor Feeder.

Marker 4 (M4) adalah perhitungan di Dummy atau antenna.

Page | 24
Gambar DTF.

Tergantung dari Provider yang ada, batas dari limit DTF akan berbeda beda sesuai dengan
aturan dari provider tersebut. Seperti gambar diatas, limit yang digunakan adalah 1.04.
Biasanya untuk M4, jika menggunakan Dummy maka tetap menggunakan limit 1.04,
sedangkan jika langsung menggunakan antenna, limit bias lebih dari itu (1.2 lebih).

2. SWR

Penghitungan SWR biasanya sedikit lebih mudah dari pada DTF. Di bawah
akan ditampilkan salah satu contoh penghitungan SWR dengan
menggunakan limit 1,25.

Page | 25
Gambar SWR.

Page | 26
C. KESIMPULAN HUBUNGAN SALURAN TRANMISI dan
IMPEDANCE MATCHING

Peran SALURAN TRANSMISI dan IMPEDANCE MATCHING dalam


pertukaran informasi sangatlah besar. Sebuah saluran transmisi membutuhkan
impedance matching pada bagian transmitter dan receivernya agar daya yang
ditransferkan akan maksimum dan memiliki losses yang kecil. Impedansi matching
adalah hal yang penting dalam rentang frekuensi gelombang mikro. Suatu saluran
transmisi yang diberi beban yang sama dengan impedansi karakteristik
mempunyai standing wave ratio (SWR) bernilai satu, sehingga dalam
pentransmisian dayanya tanpa ada gelombang yang terpantul. Hal ini
menyebabkkan efisiensi transmisi menjadi optimum. Seperti contoh pada
impedansi karakteristik Two-wire (Twin Lead, Saluran ini biasanya mempunyai
impedansi karakteristik 300Ω sampai 600Ω dan banyak dipakai untuk
menghubungkan penerima pesawat televisi dengan antena penerima pada daerah
Very High Frequency (VHF). Jika perhitungan impedansinya tidak sesuai atau
match dengan 300Ω sampai 600Ω maka hal ini akan memperngaruhi pengiriman
gelombang elektromagnetik dari transmitter menuju receiver. Intinya jika anda
menginginkan kualitas pertukaran data anda maksimal, maka impedansi
pada saluran transmisi haruslah tepat dan match.

Page | 27
DAFTAR PUSTAKA

http://www.mcscv.com/produk_detail.php?page-id=Pengertian-Saluran-Telekomunikasi-
Transmisi-Jaringan-Komunikasi-Data&rdmt=88034&id=defadm&pid=Saluran-Transmisi-
Jaringan-Komunikasi-Data-Sistem-Persinyalan

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22084/3/Chapter%20II.pdf

http://www.researchgate.net/publication/42353308_Analisis_Karakteristik_Saluran_Trans
misi_Mikrostrip

http://staff.unud.ac.id/~wiharta/wp-content/uploads/2008/02/saluran-transmisi-pada-
gelombang-mikro.pdf

http://kk.mercubuana.ac.id/files/14041-1-282444298060.pdf

http://eecafedotnet.files.wordpress.com/2012/08/saluran-transmisi-0812-pdf.pdf

http://staff.unud.ac.id/~wiharta/wp-content/uploads/2008/02/matching-impedance.pdf

http://eprints.undip.ac.id/25503/1/ML2F305243.pdf

Page | 28

Anda mungkin juga menyukai