Materitugassalurantransmisidanmatchingimpedance 121017013103 Phpapp01 PDF
Materitugassalurantransmisidanmatchingimpedance 121017013103 Phpapp01 PDF
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan
rahmat dan hidayah-Nya maka tugas makalah ini dapat diselesaikan.
Tugas makalah yang berjudul “SALURAN TRANSMISI dan IMPEDANCE
MATCHING ( penyesuaian impedansi )” ini disusun untuk memenuhi tugas makalah mata
kuliah SALURAN TRANSMISI pada Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Surabaya.
Penulis menyadari bahwa tugas makalah ini belum sempurna, baik dari segi materi
maupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
dalam penyempurnaan tugas akhir ini.
Terakhir penulis berharap, semoga tugas makalah ini dapat memberikan hal yang
bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi penulis juga.
Penulis
Page | 1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
A. PENDAHULUAN 3
B. PEMBAHASAN 3
1) Saluran Transmisi 3
DAFTAR PUSTAKA 28
Page | 2
SALURAN TRANSMISI
dan
IMPEDANCE MATCHING ( penyesuaian impedansi )
A. PENDAHULUAN
Pada era globalisasi ini dapat dirasakan pesatnya kemajuan teknologi dunia
terutama di bidang informasi. Pencarian informasi di dunia internet saat ini
sangatlah mudah. Hanya perlu mengetikkan beberapa keyword informasi yang kita
perlukan maka dalam sekejap ribuan informasi dapat kita download. Dalam dunia
pertukaran informasi kita juga dapat meng-upload informasi yang mungkin akan
dibutuhkan oleh orang lain. Tapi apakah kita semua tau bagaimana proses
download-upload dapat berjalan ? dibutuhkan sebuah saluran transmisi untuk
menjembatani pertukaran informasi tersebut dan agar saluran tranmisi tersebut
dapat bekerja maksimal maka diperlukan penyesuaian impedansi ( matching
impedance ) untuk meminimalisasi terjadinya loss data dan collusion (
bercampurnya dua data menjadi satu ).
B. PEMBAHASAN
1) Saluran Transmisi
Saluran transmisi adalah media atau perantara fisik/non fisik yang
dijadikan jembatan dan jalannya transmisi telekomunikasi pada pengiriman dan
penerimaan paket data analog maupun digital jaringan komunikasi data.
Penyampaian informasi dari suatu sumber informasi kepada penerima informasi
dapat terlaksana bila ada suatu sistem atau media penyampaian di antara
keduanya. Jika jarak antara sumber informasi dengan penerima informasi dekat,
maka sistem transmisi yang dipakai cukup melalui udara. Namun bila jarak
keduanya jauh dan sangat jauh, maka dibutuhkan suatu sistem transmisi yang
lebih kompleks. Sistem transmisi itu dapat terdiri atas satu atau lebih media
transmisi. Media yang digunakan dalam sistem ini dapat berupa media fisik
(kabel) maupun non fisik (nirkabel). Media transmisi fisik merupakan media
transmisi yang mempunyai bentuk fisik. Media fisik ini umumnya
menggunakan kabel, bumbung gelombang atau serat optik, sedangkan media
non fisik berupa udara atau ruang bebas (free space). Saluran transmisi
Page | 3
merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam sistem transmisi baik
sistem kabel maupun nirkabel. Pada sistem transmisi nirkabel, saluran transmisi
digunakan untuk menghubungkan pemancar dengan antena pemancar dan
penerima dengan antena penerima.
Page | 4
Untuk itu, digunakan suatu saluran berupa penghantar berongga yang
disebut bumbung gelombang. Sedangkan untuk menghubungkan jarak yang
dekat, pada frekuensi ini biasanya digunakan saluran transmisi yang disebut
stripline dan microwave. Berdasarkan konstruksi fisik, saluran transmisi dapat
dibedakan menjadi yaitu:
Coaxial Line
Merupakan saluran tidak seimbang (unbalanced line), di mana salah
satu kawat penghantarnya digunakan sebagai pelindung bagi kawat
penghantar yang lain dalam satu sumbu yang sama. Kedua kawat
penghantarnya dipisahkan oleh bahan dielektrik Polyethelyne atau
teflon. Saluran transmisi ini paling banyak digunakan untuk
mengirimkan energi dengan frekuensi radio (RF), baik dalam sistem
pemancar maupun penerima. Impedansi karakteristiknya beragam,
mulai dari 50 Ω sampai 75 Ω. Struktur fisik dan pola medannya dapat
Page | 5
dilihat pada Gambar 2.2 dimana garis putus-putus menunjukkan medan
magnet, sedangkan garis yang tidak putus-putus menunjukkan medan
listrik.
Page | 6
Bumbung gelombang (waveguides)
Bumbung gelombang (waveguides) merupakan saluran tunggal
yang berfungsi untuk menghantarkan gelombang elektromagnetik
(microwave) dengan frekuensi 300 MHz – 300 GHz. Dalam
kenyataannya, waveguide merupakan media transmisi yang berfungsi
memandu gelombang pada arah tertentu. Pada frekuensi yang sangat
tinggi, diatas 1 GHz, saluran transmisi tidak efektif lagi sebagai media
transmisi gelombang elektromagnetik, karena pada frekuensi tersebut
efek radiasi dari redaman saluran sudah terlalu besar. Impedansi
karakteristik dan mode perambatan gelombang pada saluran jenis ini
berbeda dengan jenis sebelumnya. Salah satu aplikasi dari bumbung
gelombang ini adalah serat optik. Walaupun kondisinya berbentuk
kabel, namun serat optik merupakan saluran transmisi jenis "bumbung
gelombang", dalam hal ini, bumbung berpenampang lingkaran (circular
waveguide). Aplikasi yang lainnya yaitu sebagai pengumpan (feeder)
pada antena parabola. Adapun gambar bumbung gelombang seperti
pada Gambar 2.3.
Page | 7
penghantar berarus listrik, merupakan suatu timbunan energi yang tersimpan
dalam kawat penghantar tersebut, sehingga dapat dianggap bahwa kawat
penghantar bersifat induktif atau memiliki induktansi.
Tegangan yang ada di antara dua kawat penghantar akan
membangkitkan medan listrik. Medan listrik ini juga merupakan timbunan
energi yang mungkin juga saling berimpit dengan medan listrik lain
disekitarnya, sehingga akan timbul kapasitansi di antara dua kawat penghantar.
Untuk saluran yang panjang, induktansi dan kapasitansi itu akan menyebar
secara merata pada sepanjang saluran dan besarnya tergantung pada frekuensi
sinyal atau gelombang yang merambat di dalamnya.
Setiap jenis saluran transmisi dua kawat juga mempunyai suatu nilai
konduktansi yakni nilai yang merepresentasikan kemungkinan banyaknya
elektron yang mengalir (arus) melewati atau menembus bahan dielektrik
saluran. Jika saluran dianggap seragam (uniform), dimana semua nilai besaran-
besaran tersebut sama disepanjang saluran, maka potongan kecil saluran dapat
dianggap merepresentasikan panjang keseluruhan.
4) Impedansi Karakteristik
Gelombang yang merambat pada saluran transmisi yang panjangnya tak
berhingga, tidak akan mempengaruhi apa yang ada di ujung saluran.
Perbandingan antara tegangan dan arus di ujung masukan saluran sesungguhnya
dapat dianggap sama dengan perbandingan antara tegangan dan arus setelah
mencapai ujung lainnya. Dapat diartikan bahwa arus dan tegangan di antara
kedua kawat penghantar saluran itu memandang saluran transmisi sebagai suatu
impedansi. Impedansi inilah yang disebut "Impedansi Karakteristik (Zo)"
Page | 8
\
Di mana :
L = induktansi total kedua kawat penghantar sepanjang saluran l (Henry)
C = kapasitansi antar kedua kawat penghantar dalutan sepanjang l (Farad)
Page | 9
Besar impedansi karakteristik suatu saluran transmisi maupun bumbung
gelombang berbeda-beda dan nilainya ditentukan oleh ukuran fisik penampang
dan bahan dielektrik yang digunakan sebagai isolator. Adapun impedansi
karakteristik saluran transmisi dapat dilihat pada Tabel 2.1 .
Di mana:
D = Jarak antar konduktor (pada twist pair) atau diameter konduktor outer
(pada coaxial dan balanced shielded) (meter)
d = Diameter konduktor inner (meter)
h = Jarak antar konduktor (pada balanced shielded) (meter)
k = Konstanta dielektrik bahan isolator
e = Permitivitas
μ = Permeabilitas
et = Konstanta dielektrik relatif
η = Impedansi gelombang udara (Ω)
fc = Frekuensi cut-off (GHz)
Page | 10
5) Gelombang Elektromagnetik dalam Saluran Transmisi
Ketika pengiriman sinyal melalui suatu saluran, maka medan-medan
(listrik dan magnet) yang dikirimkan dari sumber sampai ke beban dan setelah
sampai di beban, energi yang tersimpan dalam medan-medan tersebut diubah
menjadi energi yang diinginkan, di mana medan-medan ini dikenal sebagai
medan elektromagnetik. Perambatan energi listrik disepanjang saluran transmisi
adalah bentuk medan elektromagnetik transversal yaitu gelombang yang arah
perambatannya tegak lurus terhadap perpindahannya. Ada tiga tipe perambatan
yang dikenal pada saluran transmisi maupun bumbung gelombang, yaitu tipe
TEM (Transverse Electric Magnetic), TE (Transverse Electric) dan TM
(Transverse Magnetic), biasanya tipe TEM yang terjadi pada saluran transmisi,
sedangkan tipe TE dan TM umumnya terjadi pada bumbung gelombang
(waveguides). Daerah atau bagian dari saluran transmisi yang paling padat
diselimuti oleh medan elektromagnetik adalah bagian diantara kedua kawat
penghantarnya, yang biasanya diisi oleh suatu bahan isolator.
Parameter yang penting dari bahan isolator adalah konstanta dielektrik
(k). Harga konstanta dielektrik ini merupakan harga relatif terhadap konstanta
dielektrik dari ruang hampa. Ada dua hal penting yang mempengaruhi suatu
gelombang, yaitu :
Dimana :
k = konstanta dielektrik bahan isolator
Page | 11
Harga konstanta dielektrik bahan isolator yang harganya adalah
relatif terhadap konstanta dielektrik udara (ruang hampa), sehingga
tidak memiliki satuan. Konstanta dielektrik beberapa bahan isolator
ditampilkan pada Tabel 2.2 .
Di mana :
ℓ = Panjang potongan saluran (meter)
L = Induktansi total kedua kawat penghantar saluran sepanjang ℓ
(Henry)
C= Kapasitansi antar kedua kawat penghantar sepanjang saluran ℓ
(Farad)
Page | 12
Panjang Gelombang
Panjang gelombang didefenisikan sebagai jarak dimana
gelombang tersebut bergeser atau berjalan sejauh satu siklus (identik
dengan perubahan sudut 2π). Bila suatu sinyal frekuensi tinggi
merambat pada suatu saluran transmisi, maka panjang gelombang sinyal
tersebut didalam saluran akan bergantung pada harga konstanta
dielektrik (k) dari bahan isolator tersebut menurut hubungan :
Di mana :
c = Kecepatan rambat gelombang elektromagnetik pada ruang hampa
(3 x 108 m/detik),
f = Frekuensi gelombang tersebut (Hz), dan
k = Konstanta dielektrik
Page | 13
Tujuan matching impedance :
a) Memaksimalkan daya kirim dari sumber ke beban.
b) Meminimalisasi rugi – rugi di saluran transmisi.
c) Memaksimalkan kwalitas pada input penerima.
d) Meminimalisasi distorsi signal di saluran transmisi
Conjugate Matching
Load Matching
real.
Gambar berikut menunjukkan sistem saluran transmisi yang ”matched”.
Page | 14
Rangkaian penyesuai impedansi umumnya menggunakan komponen
reaktif (kapasitor dan induktor) untuk menghindari rugi-rugi.
Page | 15
Stub Matching
Penyesuaian impedansi bisa dilakukan dengan menyisipkan
suatu admitansi imajiner paralel dalam saluran transmisi. Admitansi ini
bisa diperoleh dari potongan suatu saluran transmisi. Teknik penyesuai
impedansi seperti ini disebut dengan stub matching. Ujung dari stub bisa
terbuka atau tertutup, tergantung dari admitansi imajiner yang
diinginkan. Dua atau tiga stub juga bisa disisipkan pada lokasi tertentu
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
VSWR (Volt Standing Wave Ratio) pada Saluran Transmisi Daya RF. Bila
impedansi beban tidak sesuai dengan impedansi saluran transmisi, maka sebagian dari
energi gelombang yang datang pada beban akan dipantulkan. Hal tersebut menimbulkan
suatu gelombang pantulan yang berjalan kembali di sepanjang saluran transmini ke arah
sumbernya.
Begitu juga apabila impedansi sumber tidak sesuai dengan impedansi saluran, maka
pantulan selanjutnya dari gelombang yang sebelumnya terpantul dari beban akan terjadi.
Dengan demikian pantulan-pantulan majemuk dapat ditimbulkan baik pada beban maupun
pada sumber gelombang.
Efek keseluruhan dari peristiwa tersebut dapat diperlakukan sebagai resultan dari
suatu gelombang datang dan gelombang pantulan tunggal. Gelombang-gelombang tersebut
bila dilihat dari posisinya merupakan tegangan diam (untuk frekuensi dan sinyal masukan
tetap) dan karena itulah disebut dengan Gelombang Berdiri Tegangan (Voltage Standing
Wave = VSW).
Page | 16
Gambar Rangkaian VSWR meter
Pada setiap gelombang berdiri tegangan akan terjadi juga arus karena yang
disalurkan dari sumber menuju beban melalui saluran transmisi pada prinsipnya adalah
daya RF. Dengan demikian apabila impedansi saluran transmisi tidak sesuai dengan
impedansi beban maka akan timbul pantulan daya (Reflected Power) pada saluran
transmisi. Pantulan daya ini selanjutnya akan berinterferensi dengan daya yang menuju
beban (Forward Power) atau daya maju dan menghasilkan gelombang tegangan berdiri
seperti gambar (Voltage Standing Wave) di atas.
Page | 17
Pantulan Daya (Reflected Power) ini pada nilai-nilai yang ekstrim (VSWR >2,0)
merupakan kondisi yang dianggap berbahaya dan selalu dihindari karena akan berpengaruh
langsung pada penambahan Desipasi Daya pada Komponen Utama pada Penguat Akhir RF
dan berpotensi merusaknya.
Misal, diketahui Impedansi Beban (antenna) adalah 75 Ohm dan Impedansi Saluran
Transmisi 50 Ohm, maka nilai VSWR :
Page | 18
Dengan mengetahui nilai VSWR, dapat juga diketahui koefisien pantulan tegangan pada
beban :
Pada saluran transmisi, gelombang arus datang akan selalu sefasa dengan
gelombang tegangan datang. Sedangkan gelombang arus pantulan akan selalu berlawanan
fasa dengan gelombang tegangan pantulan. Hal ini terjadi karena salah satu dari medan
listrik atau medan magnet dari gelombang harus berbalik arah. Dengan demikian maka
maksimal arus selalu berpasangan dengan minimal tegangan dan maksimal tegangan selalu
berpasangan dengan minimal arus. Berikut ini kondisi RF pada saluran transmisi untuk
berbagai kondisi Impedansi Beban terhadap Impedansi Saluran Transmisi :
Page | 19
Dari persamaan-persamaan di atas, ini berarti bahwa VSWR dapat mempunyai nilai satu
sampai tak berhingga ;
Yang perlu diperhatikan bahwa VSWR adalah selalu suatu bilangan nyata –> yaitu
bilangan yang tidak mempunyai bagian khayal. Nilai VSWR yang ideal seharusnya adalah
satu, karena ini merepresentasikan suatu keadaan yang disesuaikan (matched), dan
pengaturan-pengaturan praktis pada saluran transmisi RF yang sering ditujukan untuk
membuat VSWR yang minimum. Apabila Nilai VSWR sama dengan satu atau sangat
mendekati satu dapat terpenuhi, maka suatu sistem transmisi daya RF dapat dianggap telah
memenuhi persyaratan Optimalisasi dan Efisiensi Transmisi Daya RF.
Pengukuran SWR
Kadang-kadang SWR meter tidak menunjukkan harga standing wave ratio yang
sebenarnya, terutama bila SWR jauh dari 1 : 1. Ini akibat rugi-rugi pada saluran transmisi.
Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut.
Page | 20
SWR meter diletakkan dekat pemancar. Misalkan tegangan maksimum yang keluar dari
TX adalah 10 volt. Karena rugi-rugi saluran, tegangan yang sampai di antena adalah 9 volt.
Tegangan pantul dari antena 3 volt. Tegangan ini disalurkan ke TX yang juga mengalami
redaman. Sampai di TX tinggal 2,7 volt. SWR yang terbaca :
Namun bila SWR diletakkan di dekat antena, SWR yang terbaca adalah :
Ternyata kedua pengukuran berbeda. Hasil yang benar adalah 1 : 2,0. Jadi bila SWR meter
diletakkan dekat TX SWR yang sesungguhnya lebih besar daripada yang terukur.
Kesalahan akan bertambah besar bila saluran transmisinya panjang. Dalam praktek cara
pertama boleh dipakai bila SWR menunjukkan rendah (SWR 1 : 1,1) karena
penambahannya sedikit. Tetapi bila penunjukan 1 : 1,0 atau lebih segeralah pindahkan
SWR meter ke dekat antena agar penunjukannya tidak terlalu banyak meleset. Apalagi bila
koaxialnya panjang sekali (20 meter atau lebih) atur kembali matching antena anda.
Selamat bereksperimen.
Page | 21
Melakukan Konfigurasi Pada Anritsu.
Page | 22
Umumnya, hanya dua hal yang dihitung dari penggunaan VSWR, yaitu DTF (Distance to
Fault) dan SWR (Signal Wave Ratio).
Standart : 2G
Band : 900
Jenis Kabel : AVA, diameter 7/8.
Panjang Feeder : 80m
Page | 23
17. tekan tombol MODE, pilih DTF – SWR, lanjutkan dengan enter
18. Pilih menu D1, isi dengan 0
19. Pilih menu D2, isi dengan 90
20. Pilih Menu DTF AID, arah kan ke bacaan Cabel, enter.
21. Pilih Show All, cari kabel AVA5-50 7/8
22. Pilih Menu Select / Deselect. Tekan Enter, Enter.
23. Akhiri dengan Kalibrasi.
24. Pilih angka “3”, Start Cal.
25. Berturut-turut, masukkan “T” calibrator OPEN, SHORT dan akhiri dengan
LOAD.
Setelah selesai menyiapkan kalibrasi, siapkan alat untuk mengukur SWR seperti flexible
jumper, connector, dummy, kunci 32’, isolasi dan rubber.
Berikut akan dijelaskan cara untuk melakukan perhitungan SWR dan DTF.
1. DTF
Setelah SWR diubah kemode DTF, dan semua peralatan untuk menghitung
“measurement” disiapkan, perhatikan bahwa biasa nya ada 4 titik yang nilai
nya akan tinggi, yaitu di Marker 1, Marker 2, Marker 3 dan Marker 4.
Page | 24
Gambar DTF.
Tergantung dari Provider yang ada, batas dari limit DTF akan berbeda beda sesuai dengan
aturan dari provider tersebut. Seperti gambar diatas, limit yang digunakan adalah 1.04.
Biasanya untuk M4, jika menggunakan Dummy maka tetap menggunakan limit 1.04,
sedangkan jika langsung menggunakan antenna, limit bias lebih dari itu (1.2 lebih).
2. SWR
Penghitungan SWR biasanya sedikit lebih mudah dari pada DTF. Di bawah
akan ditampilkan salah satu contoh penghitungan SWR dengan
menggunakan limit 1,25.
Page | 25
Gambar SWR.
Page | 26
C. KESIMPULAN HUBUNGAN SALURAN TRANMISI dan
IMPEDANCE MATCHING
Page | 27
DAFTAR PUSTAKA
http://www.mcscv.com/produk_detail.php?page-id=Pengertian-Saluran-Telekomunikasi-
Transmisi-Jaringan-Komunikasi-Data&rdmt=88034&id=defadm&pid=Saluran-Transmisi-
Jaringan-Komunikasi-Data-Sistem-Persinyalan
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22084/3/Chapter%20II.pdf
http://www.researchgate.net/publication/42353308_Analisis_Karakteristik_Saluran_Trans
misi_Mikrostrip
http://staff.unud.ac.id/~wiharta/wp-content/uploads/2008/02/saluran-transmisi-pada-
gelombang-mikro.pdf
http://kk.mercubuana.ac.id/files/14041-1-282444298060.pdf
http://eecafedotnet.files.wordpress.com/2012/08/saluran-transmisi-0812-pdf.pdf
http://staff.unud.ac.id/~wiharta/wp-content/uploads/2008/02/matching-impedance.pdf
http://eprints.undip.ac.id/25503/1/ML2F305243.pdf
Page | 28