Anda di halaman 1dari 8

ANALISA POLA DIFRAKSI FRAUNHOFER PADA CELAH

TUNGGAL DAN PEMBUKTIAN PRINSIP


KETIDAKPASTIAN HEISENBERG

R. Alfa1, Minarni2, Salomo3

1
Mahasiswa Program Studi S1 Fisika
2
Bidang Fisika Laser Jurusan Fisika
3
Bidang Fisika Kuantum Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Kampus Binawidya Pekanbaru,28293, Indonesia

alfafisika@gmail.com.

ABSTRACT

A study on Fraunhofer diffraction pattern of a single slit using a He-Ne Laser and
Heisenberg uncertainty principle has been conducted. A slit width (s) and a distance
from slit to screen (L) are varied to investigate the resulted diffraction patterns. The slit
width sizes used are 0,03 mm and 0,06 mm, and L varied from 300-1000 mm. The
distance between two dark fringes are measured (∆w) until the 5th order and averaged.
The an uncertainty constant for Heisenberg uncertainty (A) principle is calculated. The
results showed that ∆w values increased as L larger. Uncertainty constant (A) is larger
when the slit width (s) smaller with A values equal or bigger than 1, it means the
Heisenberg uncertainty principle is proved for the two slits.

Key words: Single slit, Fraunhofer diffraction, Heisenberg uncertainty.

ABSTRAK

Penelitian tentang pola difraksi Fraunhofer pada celah tunggal dengan


menggunakan cahaya laser He-Ne dan prinsip ketidakpastian Heisenberg telah
dilakukan. Pengambilan data dilakukan beberapa kali untuk masing-masing ukuran
celah (s) 0,03 mm dan 0,06 mm dengan variasi jarak dari celah dan layar (L) 300 mm -
1000 mm. Pengamatan dan pengukuran pada pola difraksi yang dihasilkan dilakukan
sampai orde n = 5. Dari data tersebut, jarak antara dua garis gelap (∆w) yang dihasilkan
diukur dan konstanta ketidakpastian Heisenberg (A) dihitung. Nilai ∆w yang diukur
bertambah sesuai dengan pertambahan jarak dari celah ke layar (L). Semakin jauh jarak
dari celah ke layar (L) dan semakin kecilnya ukuran celah (s) yang digunakan maka
nilai A mendekati atau lebih dari satu 1 sehingga prinsip ketidakpastian Heisenberg
terbukti untuk kedua celah.

Kata kunci: Celah tunggal, difraksi Fraunhoufer, ketidakpastian Heisenberg.

1
PENDAHULUAN

Difraksi merupakan salah satu ciri khas dari gerak gelombang. Pada umumnya,
gelombang merambat lurus pada medium homogen (serba sama), jika terhalang oleh
sesuatu, gelombang akan mengalami pembelokan. Pembelokan seperti itu disebut
lenturan gelombang atau difraksi. Difraksi bisa diamati apabila gelombang terdistorsi
oleh perintang yang mempunyai dimensi sebanding dengan panjang gelombang
tersebut. Perintang itu bisa berupa sebuah layar dengan celah kecil. Difraksi dapat juga
disebut sebagai proses interferensi gelombang tertentu dengan dirinya sendiri.
Berdasarkan jumlah celah, difraksi terbagi dua yaitu difraksi pada celah tunggal
dan difraksi pada celah ganda. Difraksi ditentukan oleh panjang gelombang dan
besarnya penghalang atau lebar celah. Gelombang yang frekuensinya kecil dan panjang
gelombangnya besar lebih mudah terdifraksi daripada gelombang dengan panjang
gelombang pendek. Jika gelombang mengenai penghalang kecil, efek peristiwa difraksi
tidak begitu tampak, akan tetapi jika mengenai penghalang besar, efek difraksi akan
lebih tampak. Hal sebaliknya berlaku jika suatu celah dilewati oleh gelombang, jika
celah lebar dilewati oleh gelombang, efek difraksi tidak tampak, jika celah sempit
dilewati oleh gelombang, efek difraksi akan tampak jelas.
Berdasarkan jarak pengamatan, difraksi dibagi dua jenis, difraksi Fraunhofer dan
difraksi Fresnel. Difraksi yang dihasilkan dari celah tertentu dan layar dengan geometri
sederhana dalam keadaan khusus dinamakan dengan difraksi Fraunhofer. Pada difraksi
ini, sinar datang dianggap sejajar, dan pola difraksi diamati pada jarak cukup jauh,
sehingga sinar yang diterima secara efektif sinar terdifraksi sejajar. Dengan
menggunakan sebuah lensa yang sinar terdifraksinya difokuskan dalam arah sama ke
posisi sama pada layar, kondisi ini dapat disempurnakan. Pada difraksi Fresnel, sinar
datang berasal dari sebuah sumber titik, atau sinar terdifraksi diamati di sebuah titik
ruang tertentu. Perhitungan matematika untuk difraksi Fresnel lebih rumit daripada
perhitungan untuk difraksi Fraunhofer, tetapi ide fisisnya tetap sama.
Hasil dari pola difraksi Fraunhofer dapat dianalisa dari sudut pandang mekanika
kuantum yang dijelaskan dengan menggunakan prinsip ketidakpastian Heisenberg.
Heisenberg menyatakan bahwa tak mungkin untuk mengetahui dengan tepat posisi dan
momentum sebuah partikel secara bersama-sama. Prinsip ini menyatakan suatu
kenyataan alam fundamental bahwa lintasan partikel tidak dapat ditentukan dengan
ketepatan tak berhingga seperti yang dipostulatkan dalam mekanika klasik, akan tetapi
tetap berlaku untuk benda makroskopik, karena ketidakpastian sangat kecil untuk benda
makroskopik. Untuk partikel berdimensi atomik, posisi momentum tak dapat ditentukan
dengan tepat, karena itu diperlukan suatu gambaran berbeda dari gerak seperti di dalam
mekanika klasik.

METODE PENELITIAN

a. Susunan Alat untuk Pengukuran Distribusi Intensitas Pola Difraksi dan


Konstanta Ketidakpastian Heisenberg
Susunan alat untuk pengukuran distribusi Intensitas pola difraksi dan konstanta
ketidakpastian Heisenberg ditunjukkan oleh gambar 1 di bawah ini.

2
atas

Kolimator, f = 100 nm dan 50 nm


n=0
Cermin

Celah bawah
Laser He- Layar
Ne
Gambar 1. Susunan alat untuk pengukuran distribusi intensitas pola difraksi dan
Konstanta ketidakpastian Heisenberg.

b. Prosedur Pengambilan Data


Pengambilan data dimulai dengan menghidupkan laser He-Ne. Sinar dari laser
dilewatkan melalui cermin, lensa, dan celah (slit) kemudian terakhir pola difraksi dapat
diamati pada layar. Cermin berfungsi untuk mengatur posisi berkas sehingga lurus
mengenai layar. Dengan mengatur posisi sinar laser sejajar dengan lensa dan celah yang
diletakkan pada pemegangnya, sinar laser kemudian dikirim tepat mengenai pusat atau
tengah celah. Oleh karena celah yang ukurannya divariasikan, dihasilkan pola difraksi
gelombang dengan ukuran ∆w bervariasi pula. Pola difraksi (dengan ukuran ∆w) juga
bervariasi jika jarak dari celah ke layar diubah. Gambar 2 berikut ini memperlihatkan
skema pengukuran konstanta ketidakpastian Heisenberg.

Gambar 2. Skema pengukuran konstanta ketidakpastian Heisenberg, ukuran celah


(s), jarak dari celah ke layar (L), pola difraksi (∆w), komponen z dari
momentum (pz)

Pada Gambar 2 di atas terlihat bahwa berkas laser merambat secara sejajar
terhadap bidang xy, akan diperoleh (sebelum celah diletakkan) 2pz = Δpz = 0. Sebuah
celah (dengan lebar s) sebagai pengantar dari pola difraksi. Jarak antara 2 garis
minimum (pola difraksi gelap) yang menutupi terang pusat berkas laser dinamakan Δw.
Formula untuk prinsip ketidakpastian adalah A (Konstanta ketidakpastian Heisenberg) =
s/λ sin (arc tan ∆w/L) ≳1.

3
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini pengambilan data dilakukan beberapa kali untuk masing-
masing ukuran celah dengan variasi jarak dari celah ke layar 300 mm-1000 mm. Dari
data tersebut konstanta ketidakpastian Heisenberg (A) dihitung. Laser yang digunakan
adalah laser He-Ne dengan λ sebesar 632,8 nm dan daya 0,1 mW. Data untuk semua
pengukuran dapat dilihat pada Gambar 3-7.

1200
Jarak celah ke layar (L),

1000
800
600
mm

s = 0,03 mm
400
s = 0,06 mm
200
0
0 5 10 15 20 25
Pola difraksi (∆w), mm

Gambar 3. Grafik pengukuran ∆w dengan variasi jarak L untuk ukuran celah (s) = 0,03
mm dan 0,06 mm

1.2
Konstanta ketidakpastian

1
Heisenberg (A)

0.8
0.6
s = 0,03 mm
0.4
s = 0,06 mm
0.2
0
0 200 400 600 800 1000 1200
Jarak celah ke layar (L), mm

Gambar 4. Grafik hubungan antara Konstanta Ketidakpastian Heisenberg (A) dengan L


untuk ukuran celah s = 0,03 mm dan s = 0,06 mm

4
1.4

Konstanta ketidakpastian Heisenberg


1.2

0.8
(A)

0.6 s = 00,3 mm
s = 0,06 mm
0.4

0.2

0
0 2 4 6 8 10 12
∆w (mm)

Gambar 5. Grafik hubungan antara Konstanta ketidakpastian Heisenberg (A) dengan


∆w untuk ukuran celah s = 0,03 mm dan s = 0,06 mm

1
0.9
0.8
0.7
0.6
daya (P)

0.5
daya (P) = pusat ke bawah
0.4
0.3 daya (P) = pusat ke atas

0.2
0.1
0
0 5 10 15
Jarak frinji dari pusat pola difraksi (L), cm

Gambar 6. Grafik hubungan antara daya dengan jarak frinji dari pusat pola difraksi
untuk ukuran celah 0,03 mm

5
1
0.9
0.8
0.7
daya (P), mW

0.6
0.5
daya (P) = pusat ke bawah
0.4
0.3 daya (P) = pusat ke atas
0.2
0.1
0
0 0.5 1 1.5
jarak frinji dari pusat pola difraksi (L), mm

Gambar 7. Grafik hubungan antara daya dengan jarak frinji dari pusat pola difraksi
untuk ukuran celah 0,06 mm

Nilai untuk konstanta ketidakpastian Heisenberg dapat dilihat pada gambar 4


dan 5. Terlihat bahwa nilai konstanta ketidakpastian untuk ukuran celah 0,03 mm dan
0,06 mm dengan berbagai variasi jarak L dari celah ke layar berkisar antara 0,9 ≳ 1.
Nilai A (Konstanta ketidakpastian Heisenberg) ini tidak jauh berbeda dengan nilai yang
terdapat pada jurnal referensi (A ≳ 1). Dengan demikian terbukti bahwa nilai untuk
prinsip ketidakpastian (A ≳ 1) mendekati nilai pada jurnal referensi dan pembuktian
prinsip ketidakpastian Heisenberg yang menggunakan persamaan untuk prinsip
ketidakpastian terbukti benar. Nilai hasil pengukuran ∆w untuk setiap celah dengan
ukuran 0,03 mm dan 0,06 mm pada gambar 3 semakin bertambah dengan pertambahan
jarak dari celah ke layar (L) yang berarti semakin jauh jarak dari celah ke layar nilai ∆w
semakin bertambah besar (berkas sinar laser semakin lebar). Gambar 6 memperlihatkan
gambar hubungan antara daya dengan jarak frinji dari pusat pola difraksi untuk ukuran
celah 0,03 mm dan gambar hubungan antara daya dengan jarak frinji dari pusat pola
difraksi untuk ukuran celah 0,06 mm dapat dilihat pada gambar 7. Perubahan penurunan
nilai daya berbanding lurus dengan semakin jauhnya jarak frinji dari pusat pola difraksi.
Dengan demikian intensitas pola difraksi juga akan semakin berkurang sesuai dengan
semakin bertambah jauhnya jarak frinji dari pusat pola difraksi.

Pembuktian Prinsip Ketidakpastian Heisenberg

Tabel 1 adalah tabel hasil pengukuran yang diperoleh dengan hasil perhitungan
konstanta ketidakpastian Heisenberg menunjukkan angka untuk prinsip ketidakpastian
mendekati nilai pada jurnal referensi dengan menggunakan formula untuk prinsip
ketidakpastian.

6
Tabel 1. Pengukuran ∆w, L, dan konstanta ketidakpastian Heisenberg (A), s = 0,03
mm

Lebar Celah (mm) ∆w (mm) L (mm) A = s/λ sin (arc tan ∆w/L)
19,5 mm 1000 mm 0,924
0,03 mm 19,5 mm 950 mm 0,972
19 mm 900 mm 0,987

Tabel 2. Pengukuran ∆w, L, dan konstanta ketidakpastian Heisenberg (A), s = 0,06 mm

Lebar Celah (mm) ∆w (mm) L (mm) A = s/λ sin (arc tan ∆w/L)
10 mm 1000 mm 0,95

0,06 mm 10 mm 950 mm 0,997

9,5 mm 900 mm 1,0007

KESIMPULAN DAN SARAN

Nilai ∆w yang diukur untuk celah 0,03 mm bertambah sesuai dengan


pertambahan jarak dari celah ke layar (L). Untuk ukuran celah 0,03 mm memiliki nilai
rata-rata ∆w pada saat jarak 1000 mm sebesar 0,938 mm. Nilai ∆w yang diukur untuk
celah 0,06 mm juga bertambah sesuai dengan pertambahan jarak dari celah ke layar
(L). Untuk ukuran celah 0,06 mm pada saat jarak 1000 mm nilai rata-rata ∆w sebesar
0,948 mm. Ukuran celah (s) juga sangat menentukan nilai ∆w. Dapat dilihat pada
Gambar 5 bahwa semakin kecil ukuran celah maka nilai ∆w semakin besar. Hasil
pengukuran konstanta ketidakpastian Heisenberg (A) yang diperoleh dengan hasil
perhitungan menunjukkan angka untuk prinsip ketidakpastian mendekati nilai referensi
(persentase kesalahannya 2%) dengan menggunakan formula untuk prinsip
ketidakpastian. Agar diperoleh hasil yang lebih baik, jarak celah ke layar diusahakan
lebih besar dari 1 m, dan lebar celah lebih kecil dari 0,03 mm

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Minarni, M.Sc dan kepada
Bapak Drs. Salomo, M.Si yang telah sabar membimbing dan memberikan banyak saran
dan masukan demi kesempurnaan penulisan karya ilmiah ini.

7
DAFTAR PUSTAKA

Phywee, Diffraction at a slit and Heisenberg’s Uncertainty Principle 2.3.01-00.


Heisenberg, W. Z. 1927. Phys 43: 172-198.
Marcella, T. V. 2002. Eur. J. Phys 23: 615-621.
Muino, P. L. 2000. J. Chem. Educ 77: 1025-1027.
Rioux, F. 2003. Eur. J. Phys 24: N1-N3.

Anda mungkin juga menyukai